Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159635 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mujiati Alifah Wardani
"Fraktur pada area torakalumbal dapat disebabkan oleh cedera pada posisi fleksi seperti jatuh dari ketinggian akibat kecelakaan kerja yang terjadi di kota besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fraktur kompresi dan pelaksanaan rehabilitasi pada pasien post operasi stabilisasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 di Ruang Bedah Kelas RSUP Persahabatan Latihan yang diberikan berupa rentang pergerakan sendi pada klien selama enam hari perawatan.
Hasil penelitian menunjukkan klien yang melakukan latihan rentang pergerakan sendi mengalami kemajuan dalam melakukan aktivitas meliputi pergerakan ekstremitas, pengurangan nyeri, dan pengubahan posisi tidur. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perawat untuk melakukan pogram rehabilitasi bagi pasien fraktur post dekompresi dan stabilisasi.

Fracture of toracalumbal can caused by flexion injury such as is sustained in falling from a height in consequent of a work accident at big city. The aim of this study was to describe an overview about compression fracture and rehabilitation process on patient post stabilization. The exercise that given is about range of motion for patient on six day treatment. This study will be held in June 2013 at Bedah Kelas RSUP Persahabatan.
The results indicated that patient who did range of motion exercise has a progression in daily activity such as extremity movement, reduction of pain, and positioning in bed. The results of this research could be the basics for nurse to do some effort for give a rehabilitation program for patient with compression fracture post decompression and stabilization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Nastiti
"Kanker orofaring termasuk kedalam kanker kepala dan leher, dimana kanker terjadi di bagian tengah tenggorokan yang berada tepat di belakang rongga mulut. Pada stadium lanjut, kanker ini dapat menyebar ke organ yang jauh. Tiga puluh dari 772 penderita kanker ini (3,9%) memiliki bukti klinis adanya metastase sel kanker ke area tulang belakan (Suzuki et al, 2020). Penyebaran sel kanker ke daerah tulang sering disebut dengan penyakit metastasis tulang atau Metastatic Bone Disease (MBD). Adanya fraktur patologis di segmen vetebra merupakan salah satu tanda adanya penyebaran kanker ke daerah spinal. Saraf spinalis pun berisiko mengalami cedera karena berada tepat dibawah dan di sepanjang tulang belakang. Pada kasus ini pasien mengeluh kedua kakinya tidak mampu digerakkan dan tidak dapat mengontrol BAK. Hal ini menunjukan adanya cedera neurologis di bagian saraf spinalis pasien. Tatalaksana medis yang sudah dilakukan adalah berupa dekompresi dan stabilisasi posterior di daerah thorakal dan lumbal. Pemasangan implan tersebut tidak serta merta mengembalikan fungsi sensorik dan motorik pasien, sehingga diperlukan adanya latihan untuk mempertahankan bagian tubuh yang terdampak. Selama 5 hari penulis melakukan interveni ROM untuk mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas sendi pasien. Penulis juga melibatkan keluarga dalam latihan yang dilakukan 2 kali sehari selama 30 menit. Hasil yang didapat adalah kekuatan motorik ekstremitas atas 5555/5555 dan motorik ekstremitas bawah 1111/1111. Jari-jari kaki kiri dapat bergerak minimal. Kontraksi otot pasien makin teraba dan terlihat walau sedikit. Tidak ada spastisitas pada otot, kontraktur sendi maupun deformitas.
Oropharyngeal cancer is included in head and neck cancer, where cancer occurs in the middle of the throat which is right behind the oral cavity. In advanced stages, this cancer can spread to distant organs. Thirty of the 772 cancer sufferers (3.9%) had clinical evidence of cancer cell metastases to the spine area (Suzuki et al, 2020). The spread of cancer cells to the bone area is often called metastatic bone disease (MBD). The presence of a pathological fracture in the spinal segment is a sign of the spread of cancer to the spinal area. The spinal nerves are also at risk of injury because they are located directly below and along the spine. In this case the patient complained that he could not move his legs and could not control his urination. This indicates a neurological injury to the patient's spinal cord. The medical treatment that has been carried out is in the form of decompression and posterior stabilization in the thoracic and lumbar areas. Installation of these implants does not immediately restore the patient's sensory and motor function, so training is needed to maintain the affected body parts. For 5 days the author carried out ROM intervention to maintain the patient's muscle strength and joint flexibility. The author also involves the family in exercises which are carried out twice a day for 30 minutes. The results obtained were upper extremity motor strength 5555/5555 and lower extremity motor strength 1111/1111. The toes of the left foot can move minimally. The patient's muscle contractions become more palpable and visible, although slightly. There is no spasticity in muscles, joint contractures or deformities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tesyani
"Masyarakat perkotaan memiliki perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan peningkatan penyakit tidak menular, seperti stroke. Stroke merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan gangguan sensorik dan motorik. Salah satu gejala stroke adalah kelemahan otot pada bagian ekstremitas, sehingga dapat berdampak pada gangguan nyeri otot hingga kontraktur.
Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah memberi gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah hambatan mobilitas fisik. Intervensi asuhan keperawatan dilakukan selama 5 minggu dengan intervensi unggulan latihan rentang pergerakan sendi dengan teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat.
Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dan peningkatan mobilitas yang ditandai peningkatan sudut sendi dan kekuatan otot ekstremitas. Intervensi ini disarankan kepada perawat untuk melakukan intervensi kepada pasien stroke dan keluarga dengan gangguan rasa nyaman dan mobilitas fisik paska stroke.

Urban people have a risk factors associated with increased non-infectious diseases, such as stroke. Stroke is one of cardiovascular diseases that can cause sensory and motor disturbances. One of the symptoms of stroke is muscle weakness on the limb, that it can produce pain to muscle weakness or contractures.
The purpose of the publication of this work is to give meaning when nursing to families with problems of physical mobility. The main nursing interventions were given undertaken for 5 weeks with range of motion with deep breathing recording techniques and heat compresses.
The results of interventions can be improved for the strength of the extremities post stroke patient. This intervention is recommended for use by nurses in assisting post stroke patients and caregiver families with discomfort and post-stroke physical mobility.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marvin Pili
"Latar Belakang: Stenosis kanal lumbal SKL merupakan suatu kondisi yang potensial menimbulkan disabilitas dan seringkali ditemukan seiring meningkatnya usia populasi. Studi bertujuan menganalisa hubungan antara luaran klinis pasien SKL dan klasifikasi stenosis berdasarkan MRI.
Metode: Studi kohort prospektif ini dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM pada januari hingga juli 2016 melalui metode consecutive sampling. Tiga puluh delapan sampel didapat dan kesemuanya dilakukan tatalaksana pembedahan yang sama yaitu dekompresi dan stabilisasi posterior. Subjek dikategorikan ke dalam 4 kategori berdasarakan pemeriksaan MRI menggunakan klasifikasi Schizas. Pemeriksaan pra dan pasca operasi 3 bulan dan 6 bulan dilakukan menggunakan Visual Analogue Scale VAS, Oswestry Disability Index ODI, Japanese Orthopaedic Association Score JOA and Roland Morris Disability Questionnaire RMDQ. Analisis statistic dilakukan dengan menggunakan program SPSS v19.
Hasil: Rata ndash; rata usia dari 38 sampel yang didapatkan adalah 58.92 tahun rentang 50-70 tahun. Terdapat 16 orang laki ndash; laki dan 22 orang perempuan. Sebagian besar pasien diklasifikasikan pada grade C berdasarkan klasifikasi Schizas. Perbaikan skor klinis pada subjek laki ndash; laki didapatkan lebih tinggi dibanding perempuan dan hasilnya didapatkan bermakna pada pengukuran VAS pascaoperasi 6 bulan p=0.003 dan JOA pascaoperasi 3 bulan p=0.029. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara derajat klasifikasi berdasarkan MRI dengan skor perbaikan klinis preoperasi, 3 bulan dan 6 bulan pasca operasi menurut VAS p=0.451, p=0.738, p=0.448, ODI p=0.143, p=0.929, p=0.796, JOA p=0.157, p=0.876, p=0.961 dan RMDQ p=0.065, p=0.057, p=0.094.
Simpulan: Terdapat perbaikan klinis setelah dilakukan operasi dekompresi dan stabilisai posterior yang ditandai dengan perbaikan skor VAS, ODI, JOA dan RMDQ pasca operasi 3 dan 6 bulan. Tidak terdapat hubungan antara derajat SKL dengan skor VAS, ODI, JOA dan RMDQ.

Background: Lumbar canal stenosis LCS is a condition which can potentially cause disability and often discovered within the increasing age of population. The aim of this study was to analyze the correlation between clinical outcome of postoperative patients and classifications that are based from MRI assesments.
Method: This prospective cohort study was carried out a Cipto Mangunkusumo General Hospital from January till july 2016 obtained using consecutive sampling. Thirty eight samples were obtained and all of them were managed with same surgical technique that was decompression and posterior stabilization. Patients were categorized in 4 types based on MRI examination using Schizas Classification. Pre and post treatment 3 month and 6 month assessment of the patients was done according to Visual Analogue Scale VAS, Oswestry Disability Index ODI, Japanese Orthopaedic Association Score JOA and Roland Morris Disability Questionnaire RMDQ. Statistical analysis was performed using statitiscal program for social science SPSS v.19.
Result: From 38 samples that were obtained average age was 58.92 years old range 50 70 years old. There were 16 males and 22 females. Most of patients are classified in type C 21 subjects based on MRI examination. The improvement of clinical score in male subjects were better dan female subjects and significantly different in 6 month postoperative VAS p 0.003 and 3 month postoperative JOA score p0.029. In this study was found that generally VAS, ODI, JOA and RMDQ score improved along follow up time. There was no statistical differences between MRI based classification and clinical outcome in preoperative, 3 and 6 month postoperative according to VAS p 0.451, p 0.738, p 0.448, ODI p 0.143, p 0.929, p 0.796, JOA p 0.157, p 0.876, p 0.961 dan RMDQ p 0.065, p 0.057, p 0.094.
Conclusion: There was clinical improvement after decompression and posterior stabilization in lumbar canal stenosis which were manifested in 3 and 6 months post operation of VAS ODI, JOA and RMDQ score. There was no association between degree of LCS and VAS, ODI, JOA and RMDQ score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destiawan Eko Utomo
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah adalah rangkaian program pendidikan
magister keperawatan yang dilaksanakan dalam tatanan pelayanan keperawatan.
Keperawatan medikal bdah berfokus pada konsep dan prinsip dasar medikal dan bedah
dalam penerapan ilmu dan teknologi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien
dewasa yang mengalami perubahan fisik dengan atau tanpa gangguan struktural. Praktik
residensi ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Kegiatan praktik
residensi ini terdiri dari pemberi asuhan keperawatan (care giver) dengan gangguan
muskuloskeletal menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy. Asuhan keperawatan telah
diberikan pada pasien fraktur, MBD, SCI, Spondilitis TB, Skoliosis dan kasus lainnya.
Penerapan evidencebased nursing (EBN) melalui intervensi penerapan pada Brief
Massage pada pasien post operasi THR dan TKR yang membantu dalam menurunkan
nyeri, kecemasan dan meningkatkan kepuasan terhadap manajemen nyeri. Proyek inovasi
yang diterapkan adalah peran perawat sebagai pioneer dalam pengembangan penerapan
ERAS (Enhanced Recovery After Surgery) pada pasien operasi hip. Diharapkan dengan
pengembangan program ini mengurangi lama hari rawat (LOS), mengurangi komplikasi
yang terjadi, mengurangi angka morbiditas.
The practice of medical surgical nursing residency is a series of nursing master education
programs carried out in the nursing service order. Medical nursing has focused on the
concepts and basic medical and surgical principles in applying nursing science and
technology to meet the needs of adult patients who experience physical changes with or
without structural disorders. This residency practice was carried out at Fatmawati Central
General Hospital. This residency practice activity consists of care giver providers with
musculoskeletal disorders using Roy's adaptation theory approach. Nursing care has been
given to patients with fractures, MBD, SCI, Spondylitis TB, Scoliosis and other cases.
Application of evidence-based nursing (EBN) through application intervention in the
Brief Massage in patients with postoperative THR and TKR that help reduce pain,
anxiety and increase satisfaction with pain management. The innovation project applied is
the role of nurses as a pioneer in the development of the application of ERAS (Enhanced
Recovery After Surgery) in patients with hip surgery. It is expected that the development of
this program will reduce the length of day of care (LOS), reduce the complications that
occur, reduce morbidity rates."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Wakhidaturrohmah
"Stroke menjadi penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian kedua di dunia. Sebanyak 87% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Stroke merupakan penyakit neurologis yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan fungsi motorik pada sebagian atau seluruh bagian ekstremitas sebagai akibat kelemahan pada salah satu anggota tubuh yang disebut dengan hemiparese. Hemiparese yang tidak tertangani dapat menurunkan kualitas hidup klien paska perawatan stroke.
Terapi yang dilakukan pada pasien stroke adalah latihan motoric yang bertujuan untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan pergerakan. Salah satu latihan yang dapat diberikan terhadap klien stroke iskemik dengan hemiparese yaitu latihan RPS (Rentang Pergerakan Sendi) aktif asistif dengan menggunakan bola karet yang bertujuan untuk meningkatkan rentang pergerakan sendi, meningkatkan fungsi dan kekuatan otot, serta mencegah kontraktur.
Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran analisis asuhan keperawatan pada klien stroke iskemik dan latihan rentang pergerakan sendi menggunakan bola karet. Intervensi latihan rentang pergerakan sendi (RPS) dilakukan selama 4 hari, 7 kali latihan dengan durasi 15 menit. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot. Oleh karena itu, intervensi RPS menggunakan bola karet sangat penting dan direkomendasikan untuk diterapkan oleh perawat kepada klien stroke iskemik dengan hemiparese.

Stroke is the leading cause of disability and the second leading cause of the death in the world. As many as 87% of case are ischemic stroke. Stroke is a neurological disease that can cause loss of motoric function ability to some or all part of extremities. Loss of motoric function ability caused by weakness in a part of exstremities call as hemiparese. Untreated hemiparese can reduce the quality of life after stroke treatment.
Therapy performed on stroke iskemik clientt is intended to develop, maintain and restore moton by motor exercise. One of exercise can be done for stroke ischemic clients with hemiparesis is by providing active assistif ROM (Range Of Motion) exercise using rubber aimed to increase the range of joint movement, improve muscle function and strength, and prevent contracture.
This paper aimed to provide on analyzed nursing care on an ischemic stroke client with hemiparese with Range of Motion using rubber ball. ROM intervention was done for 4 days, 7 times with duration as much as 15 minutes. The result showed an increased of muscle strength. Therefore, ROM exercise is very important and recommended to be applied by nurse to stroke ischemic clients with hemiparesis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khotimah Jannah
"Operasi payudara merupakan salah satu jenis penatalaksaan yang lebih dipilih oleh pasien kanker payudara. Tak jarang operasi kanker payudara juga melibatkan kelenjar getah bening yang ada di sekitarnya. Rasa sakit yang muncul pascaoperasi merupakan hal yang lazim ditemukan, namun seringkali hal ini membuat pasien kanker payudara menjadi enggan untuk menggerakkan lengan dan bahunya karena berusaha untuk menjaga area yang terasa sakit. Kurangnya mobilisasi pada lengan dan bahu di sekitar daerah operasi dapat menimbulkan kekakuan otot dan limpodema sebagai bagian dari komplikasi pembedahan. Studi kasus ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien kanker payudara dengan intervensi berupa latihan rentang gerak sendi bahu dan lengan. Hasil yang didapatkan setelah intervensi dilakukan pada pasien yaitu kekakuan otot pada pasien berkurang dibandingkan dengan sebelum pasien menjalani latihan. Rentang gerak bahu dan lengan pasien juga mengalami peningkatan, pasien mulai bias meraih kedua tangannya di belakang tubuh. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa latihan rentang gerak sendi bahu dan lengan penting untuk dilakukan sedini mungkin pada pasien pascaoperasi payudara dengan tujuan untuk mencegah kekakuan otot dan mempercepat proses pemulihan pasien. Rekomendasi dari penulisan ini yaitu agar perawat dapat melakukan edukasi tentang latihan rentang gerak sendi bahu dan lengan pada pasien kanker payudara sebelum melakukan prosedur operasi, sehingga pada saat pascaoperasi pasien sudah siap untuk melakukan latihan sedini mungkin.

Breast surgery is one of the treatment which preferred by breast cancer patients. Breast cancer surgery also involves lymph nodes around it. Common things that happen during breast surgery was postoperative pain, but it usually makes breast cancer patients reluctant to move their arms and shoulders because they try to keep in the pain area. The lack of mobilization of the arms and shoulders around the surgery area can lead to muscle stiffness and lymphodema as part of surgical complications. This case study was conducted with the aim of analyzing nursing care in breast cancer patients with interventions range of motion of the arms and shoulders joints. The results obtained that muscle stiffness in patients was reduced compared to before the patient did range of motion. The patients arm and shoulder range also increases, the patient begins to be able to reach both hands behind her body. The results of this research show that range of motion of the arm and shoulder joints is important to be done as soon as possible in patients after breast surgery to prevent muscle stiffness and accelerate the patient's recovery process. The recommendation of this paper is that nurses can educate about the range of motion of the arm and shoulder joints in breast cancer patients before performing the surgical procedure, so the postoperative patients are ready to do the exercise after surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifany R.W.
"Mobilisasi dini pasca operasi merupakan salah satu intervensi yang penting pada periode pasca operasi yang dapat mempersingkat hari rawat LOS dan mencegah komplikasi post operasi. Namun demikian, mobilisasi pasca operassi merupakan elemen asuhan keperawatan yang kadang terlupakan. Tujuan penulisan adalah untuk menganalisis intervensi program mobilisasi dini pada klien Ny.S 60 tahun dengan lumbal spinal stenosis L4-L5 pasca operasi dekompresi dan pemasangan TLIF Transforaminal Lumbar Interbody Fusion dengan riwayat hipertensi, obesitas dan foot drop dextra. Intervensi dilakukan selama lima hari perawatan yang meliputi edukasi kesehatan, latihan kekuatan otot, mobilisasi di tempat tidur, hingga mobilisasi jalan dengan menggunakan walker.
Hasil pelaksanaan intervensi adalah kemampuan klien dalam mobilisasi meningkat yang ditunjukan dengan pencapaian 6 dari 8 skor JH-HLM John Hopkins Highest Level of Mobilty yaitu klien mampu berjalan lebih dari 10 langkah dalam 5 hari perawatan. Selain itu, kondisi umum klien meningkat yaitu secara fisik meliputi: klien lebih aktif untuk merubah posisi dan bergerak, keluhan nyeri dan kelelahan jarang, mengatakan lebih nyaman dan tubuhnya tidak kaku ; emosional meliputi: mood tampak baik, kecemasan untuk mobilisasi minimal, kooperatif dalam program mobilisasi , dan sosial meliputi: peningkatan tingkat kemandirian klien untuk mobilisasi, keluarga berpartisipasi aktif dalam mendukung dan mendampingi klien dalam program mobilisasi. Hasil analisis menunjukan bahwa intervensi program mobilisasi dini pasca operasi berdampak positif terhadap hasil perawatan pasca operasi klien sehingga perlu menjadi prioritas dalam asuhan keperawatan pasca operasi.

Early postoperative mobilization is one of the most important interventions in the postoperative period that can shorten length of stay LOS and prevent postoperative complications. However, postoperative mobilization is the most frequently overlooked element of nursing care. The purpose of the writing was to analyze the early mobilization program on the Ny.S 60 years old client with Lumbar L4 L5 spinal stenosis post decompression and TLIF Transforaminal Lumbar Interbody Fusion installation with history of hypertension, obesity, and foot drop dextra. Interventions were performed for five days of care that included health education, muscle strength training, bed mobilization, to out of bed mobilization using walkers.
The result of the intervention was client's ability to mobilize has increased which has been shown in the achievement of 6 of 8 JH HLM score John Hopkins Highest Level of Mobilty which client can walked more than 10 steps within 5 days of treatment. Client's general condition also improved which physical aspect including the client were more active to change position and moved, rare to complaint pain and tiredness, said more comfortable and her body more relaxed emotional aspect including good mood, minimal anxiety during mobilization, cooperative in mobilization program , social aspect including the level of client independence for mobilization increased, the family actively participated in supporting and assisting clients in the mobilization program. The results of the analysis showed that the intervention of early postoperative mobilization program had a positive impact on client's postoperative outcomes, therefore it needs to be a priority interventions in postoperative nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalina
"Global Status Report on Road Safety 2019 yang dibuat oleh World Health
Organization (WHO), sebanyak 1,24 juta korban meninggal tiap tahunnya di
seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan di Indonesia rata-rata 3
orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2019.
Kecelakaan lalu lintas menyebabkan trauma sehingga produktivitas seseorang
dapat menurun selain itu dapat menyebabkan kecacatan sementara hingga
permanen. Fraktur atau sering dikenal dengan patah tulang adalah hilangnya
kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang semulanya utuh. Dampak yang
ditimbulkan oleh trauma pada fraktur diantranya terbatasnya aktivitas, karena ras
anyeri akibat tregeseknya saraf motorik dan sensorik pada luka fraktur. Salah satu
tatalaksana dari fraktur adalah tindakan operasi dengan metode Open Reduction
External Fixation (OREF). Nyeri post operasi pemasangan OREF sangat
dirasakan oleh pasien. Nyeri adalah sesuatu hal yang bersifat subjektif. Rasa nyeri
menghambat pasien untuk memulai menggerakkan ekstermitas yang cedera.
Range Of Motion adalah tindakan keperawatan. ROM dapat menurunkan
intensitas nyeri karena memperlancar sirkulasi darah, dan memelihara mobilitas
persendian, mengurangi ketegangan, serta meningkatkan relaksasi (Brunner &
Suddarth, 2018).

Global Status Report on Road Safety 2019 which was made by World Health
Organization (WHO), as many as 1,24 million people die every yearof
worldwide duee to traffic accidents. While in Indonesia an average of 3 people
die every hour due to traffic accident in 2019 pada tahun 2019. The traffic
accident cause the trauma, so that the productivity's someone can decrease. In
addition it can cause temporary to permanent disability. Fractures or often
known as fractures are the loss of continuity of bone, cracks or fractures of
bones that were originally intact. The impact caused by trauma to fractures
includes limited activity, because of the pain caused by the friction of the motor
and sensory nerves in the fracture wound. One of the treatments for fractures is
surgery using the Open Reduction External Fixation (OREF) method. The
patient feels the postoperative pain of OREF installation. Pain is something that
is subjective. Pain prevents the patient start moving the injured extremity.
Range Of Motion is a nursing action. ROM can reduce pain intensity because it
facilitates blood circulation, and maintains joint mobility, reduces tension, and
increases relaxation (Brunner & Suddarth, 2018).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Widyawati
"ABSTRAK
Proses degeneratif pada lansia menyebabkan penurunan fungsi berbagai sistem organ yang memicu terjadinya sindrom kelamahan. Tidak adekuatnya asuhan yang diberikan dapat meningkatkan terjadinya disabilitas bahkan kematian. Asuhan keperawatan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas sendi sehingga tidak terjadi kontraktur yang membuat lansia semakin terbatas dalam melakukan perawatan diri. Intervensi yang dilakukan adalah latihan rentang pergerakan sendi pasif dua kali sehari, selama 20 menit, delapan kali tiap gerakan, enam hari per minggu selama empat minggu. Hasil evaluasi menunjukkan terdapat peningkatan fleksisbilitas sendi peluru-bahu 30o sampai 40o dan sendi engsel-lutut 50o, fleksibilitas sendi lain dalam kisaran normal kecuali sendi yang sudah kontraktur. Latihan rentang pergerakan sendi dapat dilakukan pada lansia dengan sindrom kelemahan untuk mencegah disabilitas.Kata Kunci : Lansia, sindrom kelemahan, Latihan rentang pergerakan sendi pasif, fleksibilitas sendi

ABSTRACT
Degenerative process in the elderly leads to decreased function of multiple organ systems that trigger the frail elderly syndrome. Inadequate care provided can increase disability and even death. Nursing care aims to maintain and increase joint flexibility in order to no contractures that cause the elderly more limited in self care. Interventions are the passive range of motion twice a day, 20 minutes, eight repetitions per movement, six days per week for four weeks. Evaluation results show an increase in flexibility of the shoulder joints 30o to 40o, knee joints 50o, flexibility of other joints in the normal range except already contracted joints. Passive range of motion exercise can be performed for frail elderly syndrome to prevent disability.Keywords Elderly, frail elderly syndrome, Passive range motion range exercises, joint flexibility"
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>