Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152965 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Al Khansa Shalihah
"Berat lahir bayi dapat dijadikan indikator dari penentuan status gizi bayi lahir dan sebagai salah satu indikator penting dari kesejahteraan anak. Status gizi bayi tersebut menjadi sangat penting karena akan berdampak pada keberlangsungan hidup anak tersebut sampai pada tahapan usia selanjutnya. Permasalahan yang banyak ditemui di berbagai negara terutama negara berkembang adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi rendah bayi lahir terutama di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dengan menggunakan model probit untuk analisis. Penelitian ini menemukan bahwa yang berpengaruh signifikan secara positif dalam penentuan status gizi bayi lahir adalah pendidikan ibu, melek huruf ibu, pendidikan ayah, jenis kelamin bayi lahir, dan jumlah kunjungan pemeriksaan kandungan ibu. Sedangkan urutan lahir anak (anak pertama atau bukan), komplikasi, dan status rumah tangga miskin memiliki pengaruh negatif yang signifikan.

Birth weight infants can be used as a determining indicator of nutritional status of infants born and as one of the important indicators of child welfare. The nutritional status of infants is very important because it will have an impact on the child survival to the next stage of age. The problems that were encountered in many countries, especially developing countries is Infant Low Birth Weight (LBW). Therefore, this study aims to determine what factors affecting low nutritional status of infants born especially in Indonesia. The data used are secondary data, the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 using the probit models for analysis. This study found that the significant with positive determinants to the nutritional status of infants are the mother's education, mother's literacy, father's education, sex of the baby born, and the number of maternal prenatal visits. While the child birth order (first child or not), complications, and the households with poor status have a significant negative effect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalia Lusida
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kejadian BBLR sebesar 6,2% di Indonesia memiliki dampak jangka panjang yang sangat serius dan kompleks. Penelitian di dunia menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara faktor di tingkat individu, rumah tangga dan masyarakat dengan kejadian BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk melihat interaksi antara ketiga tingkat tersebut secara bersamaan menggunakan analisis multilevel. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis regresi logistik multilevel. Variabel paritas, jumlah kunjungan ANC, dan komplikasi kehamilan di tingkat individu memiliki hubungan dengan kejadian BBLR di Indonesia, sedangkan variabel tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat tidak memiliki hubungan dengan kejadian BBLR di Indonesia. Hasil analisis multilevel didapatkan responden yang memiliki risiko (paritas 1 atau ≥4, ANC < 4, memiliki komplikasi kehamilan, terdapat anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, dan memiliki akses fasilitas kesehatan yang sulit) memiliki peluang 1,618 kali (MOR = 1,618) melahirkan BBLR. Variabel yang menjadi determinan kejadian BBLR yaitu kunjungan ANC pada tingkat individu dengan AOR sebesar 3,096 (95% CI = 1,655 – 5,792). Pelaksana program diharapkan dapat menyediakan kunjungan rumah bagi ibu yang tidak melaksanakan ANC sesuai jadwal atau bagi ibu yang tergolong berisiko dan belum pernah melakukan ANC.

Globally, low birth weight (LBW) is a public health problem. In Indonesia, increasing the prevalence of LBW by 6.2 percent has a very substantial and complex long-term consequence. Worldwide research has established a relationship between individual, household, and community-level factors and the occurrence of LBW. The purpose of this study was to examine the relationship between the three levels simultaneously through multilevel analysis. This study used a cross-sectional approach and multilevel logistic regression analysis. Parity, number of ANC visits, and pregnancy problems in individual level all correlate with the incidence of LBW in Indonesia, however household and community characteristics do not correlate with the incidence of LBW in Indonesia. Multilevel analysis revealed that respondents at risk (parity 1 or 4, ANC ≤4, pregnancy problems, family members who smoke in the house, and limited access to health services) have a 1.618 times chance of LBW (MOR = 1.618). ANC visits at the individual level were determinant factor of LBW, with an AOR of 3.096 (95% CI = 1.655–5.792). Program implementers were expected to be able to conduct home visits for mothers who do not complete ANC on schedule or who were categorized as at risk but have never received ANC."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Salsabila
"Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR menjadi salah satu penyumbang Angka Kematian Bayi (AKB) baik di Indonesia maupun dunia. Menurut WHO, bayi dengan BBLR mempunyai persentase 60-80% dari total seluruh kematian neonatus. Secara global persentase BBLR yaitu sebesar 15-20% dari total kelahiran di dunia. Sedangkan menurut data Riskesdas pada tahun 2018, angka BBLR sebesar 6,2%.  Penyebab BBLR antara lain yaitu berasal dari faktor ibu, faktor obstetri dan faktor janin. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian BBLR sehingga program pengendalian angka BBLR menjadi lebih terarah dengan mengetahui faktor risikonya. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan menggunakan data SDKI 2017. Sampel dari penelitian ini yaitu bayi yang lahir pada periode 5 tahun sebelum survei dengan berat lahir terdata dan tidak terdapat missing data. Variabel Independen yang diteliti antara lain yaitu usia melahirkan ibu, pendidikan ibu, tempat tinggal, status ekonomi, status merokok, jumlah paritas, komplikasi kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe (TTD), jumlah ANC, jenis kelamin bayi, dan kehamilan ganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu status ekonomi rendah (p=0.002; OR = 1.32; 95% CI= 1.105-1.586), pernah mengalami komplikasi kehamilan (p=0.000; OR=1.896; 95% CI= 1.557-2.308), frekuensi ANC buruk (< 6 kali) (p=0.000; OR=1.673; 95% CI= 1.355-2.065), tidak patuh konsumsi tablet Fe (<90 tablet) (p=0.001; OR=1.896; 95% CI= 1.557-2.308), serta kehamilan ganda (p=0.000; OR=31.601; 95% CI= 19.023-52.494).

A baby with a Low Birth Weight (LBW) is a baby who has a birth weight less than 2500 grams. LBW is one of the contributors of the Infant Mortality Rate (IMR) both in Indonesia and the world. According to WHO, infants with LBW have a percentage of 60-80% of the total of all neonatal deaths. Globally, the percentage of LBW is 15-20% of the total births in the world. Meanwhile, according to Riskesdas data in 2018, the LBW rate was 6.2%. The causes of LBW include maternal factors, obstetric factors and fetal factors. This study aims to determine what factors associated with the incidence of LBW so that the LBW rate control program becomes more focused on knowing the risk factors. This study uses a cross-sectional study design using the 2017 DHS data. The sample of this study was babies born in the 5-year period before the survey with birth weight recorded and no missing data. The independent variables studied included maternal age at birth, mother's education, place of residence, economic status, smoking status, number of parity, pregnancy complications, adherence to Fe tablet consumption (TTD), number of ANC, sex of the baby, and multiple pregnancies. The results showed that the variables associated with the incidence of LBW were low economic status (p = 0.002; OR = 1.32; 95% CI = 1.105-1.586), had experienced pregnancy complications (p = 0.000; OR = 1.896; 95% CI = 1.557- 2,308), poor ANC frequency (< 6 times) (p=0.000; OR=1.673; 95% CI= 1.355-2.065), non-adherence to Fe tablet consumption (<90 tablets) (p=0.001; OR=1.896; 95% CI = 1,557-2,308), and multiple pregnancies (p = 0.000; OR = 31.601; 95% CI = 19,023-52.494).

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Dhorkas Dhonna Ruth
"Pendahuluan. Indonesia merupakan negara yang masih banyak layanan kesehatannya terletak di daerah perifer dengan fasilitas minim dan jarang memiliki tenaga ahli untuk memprediksi berat bayi saat dilahirkan.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Kriteria inklusi ibu melahirkan anak terakhir, bayi lahir hidup, dan bayi tunggal, didapatkan sampel sebanyak 23.689.
Hasil. Variabel yang menjadi faktor risiko kejadian BBLR adalah usia kehamilan (POR 2,01), umur (POR 1,28), paritas (POR 1,56), tinggi ibu (POR 1,48), komplikasi (POR 1,46). Analisis ROC didapatkan area under curve untuk mengidentifikasi kejadian BBLR sebesar 0,602. Nilai titik potong untuk skoring prediksi 4 dan sensitivitas 59,8%.
Kesimpulan. Usia kehamilan, umur, paritas, tinggi ibu, dan komplikasi merupakan faktor risiko dan dapat digunakan untuk memprediksi bayi yang akan dilahirkan berisiko BBLR.

Introduction. Indonesia is a country that still many health services located in peripheral areas with minimal facilities and rarely have experts to predict the weight of the baby at birth.
Methods. This study using cross sectional study design. The inclusion criteria maternal last child, a baby was born alive, and a single baby, obtained a sample of 23.689.
Results. Variables are a risk factor for LBW is gestational age (POR 2,01), age (POR 1,28), parity (POR 1,56), maternal height (POR 1,48) and complications (POR 1,46). ROC analysis obtained an area under the curve to identify the LBW of 0,602. Value cut-off point for scoring 4 prediction and sensitivity of 59,8%.
Conclusion. Gestational age, age, parity, height, and complications are risk factors and can be used to predict the baby to be born at risk of LBW
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Syamola
"Bayi berat lahir rendah BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram. Terdapat berbagai faktor bayi lahir dengan BBLR, salah satunya yaitu ketahanan pangan rumah tangga. Salah satu program pemerintah untuk tercapainya ketahanan pangan adalah program dari Kementerian Sosial yaitu Program Keluarga Harapan PKH dan Raskin.
Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan bayi BBLR menggunakan data Survei Sosial Ekonomi dan Nasional Susenas 2015, 2016, 2017 dan Sub Sampel PKH 2017. Program Keluarga Harapan merupakan program pemerintah yang dapat dihubungkan dengan kejadian BBLR sebagai variabel social support dari pemerintah.
Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada November 2018 - April 2019. Jumlah sampel sebanyak 22.426 responden pada tahun 2015, 22.822 pada tahun 2016 dan 7.393 pada tahun 2017. Sedangkan pada sub sampel PKH sebanyak 378 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan ketahanan pangan rumah tangga dan bayi BBLR pada tahun 2015, 2016 dan 2017 dengan nilai p=0,0001, p=0,0001 dan p=0,003. Namun, pada sub Sampel PKH tidak ada hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan nilai p=0,572. Oleh karena itu pemerintah terkait, Kementerian Sosial dan Kementerian Pertanian diharapkan dapat memaksimal tercapainya ketahanan pangan bagi masyarakat agar risiko bayi lahir dengan BBLR dapat diminimalisir.

Low birth weight babies LBW are babies with a birth weight of 1500 to less than 2500 grams. There are various factors that can lead to babies with LBW and one of them is household food security. One of the government programs to achieve food security is a program from the Kementerian Sosial is Program Keluarga Harapan PKH and Raskin.
This study aims to identify household food security relationship with Low Birth Weight in Indonesia using National Socioeconomic Survey Susenas in 2015, 2016 and 2017.
This study uses a cross-sectional study conducted on November 2018- April 2019. The number of samples are about 22.426 respondents in 2015, 22.822 respondents in 2016 and 7.393 respondents in 2017. Meanwhile, the Sub sample of PKH is about 378 respondents.
The results showed that the association of household food security and LBW in 2015, 2016 and 2017 are p=0,0001, p=0,0001 and p=0,003, respectively. But in the sub sample of PKH with p=572 is not respecttively. Therefore, the government, Kementerian Sosial and Kementerian Pertanian are expected to be able to maximize the achievement of food security for the community and the risk of babies born with LBW can be minimized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Dima Rochmawati
"Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 7,3, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun pada saat kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kejadian BBLR dengan kehamilan pada usia remaja 15-19 tahun setelah mengendalikan seluruh variabel confounding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol 1:1 , dengan menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012. Jumlah kasus untuk penelitian ini adalah 871 orang dengan kontrol 871 orang. Variabel kovariat dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, umur kandungan saat K1 ANC dan frekuensi kunjungan ANC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna OR: 2,65; p value= 0,013; 95 CI: 1,232-5,712 . setelah mengendalikan variabel confounding yaitu tingkat pendidikan komplikasi kehamilan, umur kandungan saat K1 ANC dan frekuensi kunjungan ANC.

Low Birth Weight LBW in Indonesia has the prevalence of 7,3 according to IDHS 2012. Some research showed that more LBW occurences happened to mother aged 15 19 at the time of birth. This study aims to prove the association between adolescent pregnancy and low birth weight after controlling all the confounding variables. The method used for this study is case control 1 1 by analyzing IDHS 2012. The selected cases are 871 with 871 controls. Covariate variables are education, parity, complication during pregnancy, complication at birth, months of pregnancy at first antenatal visit and number of antenatal visit. The result of the study is that there is a significant association between adolescent pregnancy after controlling all confounding variables which are education, complication during pregnancy and months of pregnancy at first antenatal visit and number of antenatal visit OR 2,65 p value 0,013 95 CI 1,232 5,712."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahyaningsih
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelahiran BBLR di
RSUD Kabupaten Bekasi. Hal ini berkaitan erat dengan kematian, kesakitan, dan
dampaknya di kemudian hari. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
sederhana. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini 21 responden. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Analisis univariat menunjukkan hasil
karakteristik bayi meliputi lahir kurang bulan, berat badan rendah, anak pertama,
dan kembar serta karakteristik ibu dengan pendidikan rendah, sosal ekonomi
rendah, terpapar asap rokok, dan inadekuat nutrisi dengan jumlah kelahiran BBLR
21 bayi dalam satu bulan. Untuk meningkatkan kemampuan merawat BBLR
diharapkan sarana dan prasarana dilengkapi, perbaikan sistim rujukan, perawat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

ABSTRACT
The aim of this study was to identify the characteristics of LBW infant and mother
having LBW infant in RSUD Kabupaten Bekasi. It was chosen as it gave effect on
mortality as well as morbidity after giving birth. This study used a simple
descriptive design with total sampling technique. In got the sample, the researcher
took 21 respondents. Moreover, the researcher used questionnaire for getting data.
The univariant analysis of the 21 LBW infant giving births showed that the result
of characteristics were preterm infant, having low weight when she/he was born,
primipara, and twins. Meanwhile, the characteristics of mother having LBW
infant were low educated, low social-economic class, contaminated cigarette on
her pregnancy, and inadequate nutritions. Based on this study, there are some
recommends as follow: 1. Improve the knowledge and the skills of neonate?s
nurse, 2. Simplicity recommendation to management having complete facilities,
and 3. Referral system must be repaired."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43112
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Mar`atus Sholihah
"BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapatkan masalah kesehatan dan meninggal pada masa neonatal. Kejadian BBLR mencapai 15 persen dari seluruh kelahiran bayi, dan lebih dari 95 persen terjadi di negara-negara berkembang. Secara keseluruhan, hampir 70 persen kejadian BBLR terjadi di Asia. Menurut Riskesdas 2010 dan 2013, BBLR di Jawa Timur mengalami peningkatan dan merupakan provinsi yang kejadian BBLRnya lebih tinggi dari angka nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Jawa Timur tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan analisis data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Sampel penelitian adalah ibu umur 15-49 tahun yang dalam 5 tahun terakhir melahirkan bayi yang memiliki catatan berat lahir. Analisis statistik bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan 8,6% bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram (BBLR). Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu (OR: 2,34 CI 95%: 1,22 ? 4,48,) dengan nilai p sebesar 0,01, dan paritas ibu yang memiliki nilai p sebesar 0,04 (OR: 2,29 CI 95%: 1,07 - 4,91) dengan kejadian BBLR. Disarankan agar dilakukan penyuluhan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan saat hamil, seperti nutrisi dan pentingnya kunjungan ANC. Selain itu, diharapkan adanya anjuran menggunakan kontrasepsi jangka panjang pada ibu yang telah melahirkan sedikitnya 4 kali.

LBW defined as babies who weight less than 2500 grams at birth. LBW babies have a higher risk to face a health problems and higher risk to die at neonatal stage. For every babies born, 15 per cent of them were LBW, and the 95 per cent of it can be found in developing countries. Overall, 70 per cent incidence of LBW were found in Asia. According to 2010 and 2013 Basic Health Research, LBW incidence in East Java were increasing, and one of the province which have a higher incidence from national incidence.
The aim of this study is to know what factors associated with LBW incidence in East Java in 2012. This study use cross sectional as a method and use the data from DHS Indonesia 2012 for analysing. The sample of this study are women among 15 - 49 of age who gave birth in a span of 5 years before the survey and have birth weght data of the baby. Chisquare test was used for bivariate analysis.
Result of this study shows that 8,6 per cent babies born with LBW. Bivariate analysis shows that level of educationof mothers (OR: 2,34 CI 95%: 1,22 - 4,48,) with p value 0,01 and mothers parity with p value 0,04 (OR: 2,29 CI 95%: 1,07 - 4,91) have a significant relationship with the incindence of LBW. Women with low level of education need to be counselled to knows the important things at pregnancy, such as nutrition intake and ANC visits. For mothers with high parity, it should be advised to use a long term contraception.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;, 2014
S57400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa
"Bayi prematur dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lahir dengan berbagai masalah kesehatan. Masalah yang sering terjadi adalah terkait dengan lemahnya refleks hisap dan menelan sehingga mengakibatkan masalah pada pemberian nutrisi. Masalah pemberian nutrisi pada kelahiran bayi prematur akan menyebabkan nutrisi tidak adekuat sehingga terjadi malnutrisi, gagal tumbuh, dan kegagalan perkembangan otak. Karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis intervensi Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) untuk meningkatkan kemampuan menghisap dan menelan pada bayi Ny. A I. PIOMI merupakan salah satu metode baru dengan metode pijitan untuk meningkatkan kemampuan motorik pada bayi prematur. PIOMI bertujuan untuk meniru pengalaman oral in-utero yang memperkuat dan mengembangkan mekanisme makan. Delapan langkah memberikan gerakan yang dibantu untuk mengaktifkan kontraksi otot dan memberikan gerakan melawan resistensi untuk membangun kekuatan pada area yang dibutuhkan untuk minum secara oral. Hasil dari intervensi ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menghisap dan menelan setelah 2 kali diberikan intervensi. Oleh karena itu, karya tulis ini merekomendasikan intervensi PIOMI pada bayi prematur dengan BBLR yang memiliki masalah menghisap.

Premature babies with Low Birth Weight (LBW) are born with various health problems. Problems that often occur are related to weak sucking and swallowing reflexes, resulting in problems with feeding. Problems with nutrition in premature babies will cause inadequate nutrition, resulting in malnutrition, failure to thrive, and failure of brain development. This paper aims to analyze the Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) intervention to improve the sucking and swallowing ability of Ny. A I. PIOMI is a new method with massage method to improve motor skills in premature babies. PIOMI aims to mimic the in-utero oral experience that reinforces and develops feeding mechanisms. Eight steps provide assisted movement to activate muscle contractions and provide movement against resistance to build strength in the areas required for oral drinking. The results of this intervention showed an increase in the ability to suck and swallow after 2 times the intervention was given. Therefore, this paper recommends PIOMI intervention in premature infants with low birth weight who have sucking problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faudya Annisa Rahma
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan < 2.500 gram. Berdasarkan Laporan Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2023, BBLR menjadi penyebab terbanyak (38,85%) penyumbang angka kematian neonatal di Jawa Tengah. Faktor risiko penyebab BBLR dapat berasal dari kondisi ibu maupun janinnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dan kejadian BBLR di Jawa Tengah. Desain penelitian menggunakan studi cross sectional yang dilakukan pada 417 responden berdasarkan ketersediaan dan kelengkapan data. Sumber data penelitian ini menggunakan data sekunder berasal dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023. Variabel dependen penelitian ini yaitu kejadian BBLR, sedangkan variabel indepennya yaitu faktor risiko usia ibu, pendidikan, status merokok ibu, paritas, status gizi ibu, komplikasi kehamilan, kunjungan ANC, dan konsumsi TTD. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara faktor risiko paritas 1 atau ≥ 4 (p-value 0,013; OR=3,60), status gizi ibu KEK (p-value 0,030; OR=8,20), dan jumlah kunjungan ANC < 6 (p-value 0,003; OR=4,44). Faktor yang paling berpengaruh pada penelitian ini berdasarkan uji regresi logistik yaitu paritas. Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat faktor risiko penyebab kejadian BBLR, dengan demikian perlu dilakukan tindakan pencegahan atau deteksi dini untuk menekan angka kejadian BBLR.

Low Birth Weight Infants (LBW) are babies born with a body weight < 2,500 grams. Based on the Central Java Health Profile Report in 2023, LBW is the most common cause (38.85%) of neonatal mortality in Central Java. Risk factors for LBW can be from the condition of the mother and the fetus. This study aims to determine the relationship between risk factors and the incidence of LBW in Central Java. The research design used a cross sectional study conducted on 417 respondents based on data availability and completeness. The data source of this study used secondary data derived from the Indonesian Health Survey in 2023. The dependent variable of this study was the incidence of LBW, while the independent variables were risk factors of maternal age, education, maternal smoking status, parity, maternal nutritional status, pregnancy complications, ANC visits, and TTD consumption. The results of bivariate analysis using the chi-square test showed that there was an association between the risk factors of parity 1 or ≥ 4 (p-value 0.013; OR=3.60), nutritional status of the mother (p-value 0.030; OR=8.20), and the number of ANC visits < 6 (p-value 0.003; OR=4.44). The most influential factor in this study based on logistic regression test was parity. It can be concluded that there are still risk factors that cause LBW, thus it is necessary to take preventive measures or early detection to reduce the incidence of LBW. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>