Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Hay
"Die soldering adalah fenomena melengketnya produk cor dengan cetakan akibat reaksi interface antara aluminium cair dengan material cetakan. Akibat tingginya afinitas aluminium terhadap besi, unsur besi dari material cetakan berdifusi menuju aluminium cair membentuk lapisan intermetalik pada permukaan cetakan. Kemudian, sehingga aluminium cair menempel pada permukaan cetakan dan tertinggal setelah pelepasan hasil pengecoran. Fenomena ini mengakibatkan terjadinya kegagalan cetakan dan menurunnya kualitas permukaan hasil coran, sehingga mengarah kepada penurunan produktivitas dan peningkatan biaya produksi pengecoran. Untuk mencegah terjadinya die soldering, pembentukan lapisan intermetalik pada permukaan cetakan harus dihindari atau diminimalisir.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi dan karakteristik lapisan intermetalik AlxFeySiz yang terbentuk selama proses reaksi antar muka pada saat pencelupan. Sampel uji yang digunakan yaitu baja perkakas jenis H13 hasil temper, yang dicelup pada paduan Al-7%Si dan Al-12%Si yang telah ditambah 0,1%, 0,3%, 0,5%, dan 0,7% Mn pada temperatur tahan 6800C,7000,C , dan 7200,C dengan putaran 2500, 3000, 3500 rpm.
Hasil penelitian menunjukkan dua lapisan intermetalik terbentuk pada permukaan baja perkakas H13 yakni compact intermetallic layer dan broken intermetalik layer dengan fasa intermetalik AlxFey, ketebalan lapisan broken layer rata-rata lebih tebal dibanding compact layer. Demikian pula kekerasan compact layer lebih tinggi dibandingkan broken layer. Penambahan 0.3 - 0.5 %Mn pada paduan Al-7%Si pada suhu 7200C, dan Al-12%Si dengan penambahan 0.7 %Mn dengan waktu kontak 30 menit pada suhu 7000C, menunjukkan hasil signifikan dalam menurunkan lapisan intermetalik, pada rentang kecepatan 2500 - 3000 rpm, pada penambahan 0.1 Mn. Pada suhu 7000C ketebalan lapisan intermetalik meningkat dengan meningkatnya kecepatan, dan kekerasan temper lebih tebal dibandingkan dengan kekerasan over temper.

Die soldering is the stickiness phenomenon of the mold to cast products due to the reaction between liquid aluminum interface with the mold material. The high degree of aluminum affinity toward iron led to the iron element of die material to diffuse into liquid aluminum and form an intermetallic layer on the die surface. Then, the liquid aluminum adheres on the die surface and left behind after the release of casting product. This phenomenon induce a failure in the die and decrease surface quality of the casting product, which lead to decrease in productivity and increase in casting production cost. To prevent die soldering, the forming of intermetallic layer on die surface must be avoided or minimized.
This research was conducted to study about the morphology and characteristic of AlxFeySiz intermetallic layer, which formed during interface reaction process during of dipping process. The speciment used are tool steel type H13 that has been tempered, which dipped in Al- 7% and Al-12%Si alloy with the addition of Mn as much as 0.1%, 0.3%, 0.5%, and 0.7%, holding temperature on, 6800C, 7000 and 7200C, with rotational speed 2,500, 3,000, and 3,500 rpm.
The research showed that two intermetallic layers was formed on the surface of H13 tool steel, namely compact intermetallic layer and broken intermetalik layer with AlxFey intermetallic phase. The thickness of broken layer is higher than compact layer but the hardness of compact layer is higher than broken layer. The addition of 0.3 - 0.5 Mn in the alloy Al-7% Si at a temperature of 7200 C, and Al-12% Si 0.7 Mn with the addition of 30 minutes of contact time at a temperature of 7000C significantly lower intermetallic layer, the speed range 2500-3000 rpm, the addition of 0.1 Mn , at a temperature of 7000C intermetallic layer thickness increases with increasing speed,. The Hardness of temper is higher than the hardness of over temper.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1438
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Rizkia
"Die soldering merupakan hasil dari reaksi interface antara aluminium cair dengan material cetakan. Akibat tingginya afinitas aluminium terhadap besi, unsur besi dari material cetakan berdifusi menuju aluminium cair membentuk lapisan intermetalik pada permukaan cetakan. Kemudian, aluminium cair menempel pada permukaan cetakan dan tertinggal setelah pelepasan hasil pengecoran. Fenomena ini mengakibatkan terjadinya kegagalan cetakan dan menurunnya kualitas permukaan hasil coran, sehingga mengarah kepada penurunan produktivitas dan peningkatan biaya produksi pengecoran. Untuk mencegah terjadinya die soldering, pembentukan lapisan intermetalik pada permukaan cetakan harus diminimalisir. Mangan merupakan unsur yang dapat meningkatkan kekuatan produk pengecoran dan dapat mengurangi pengaruh buruk Fe dengan membentuk suatu fasa kesetimbangan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, belum ada korelasi yang jelas mengenai pengaruh unsur mangan dalam pembentukan lapisan interemetalik. Untuk itu, dilakukan penelitian guna mempelajari morfologi, ketebalan dan sifat mekanis lapisan intermetalik akibat penambahan unsur mangan.
Sampel dalam penelitian ini adalah baja H13 yang dicelupkan dalam paduan Al-7%Si dan AI-12%Si yang mengandung 0.1%, 0.3%, 0.5%, dan 0.7%Mn dengan waktu kontak 20, 40, dan 60 menit pada temperatur 700°C.
Dalam penelitian ini dihasilkan pembentukan dua lapisan intermetalik pada permukaan baja H13, yaitu compact layer yang merupakan fasa padat, dan broken layer yang merupakan fasa semi padat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi efektif untuk mengurangi kecenderungan cacat die soldering dengan meminimalisir pembentukan pembentukan compact layer adalah pada kondisi penambahan 0.3% Mn dalam paduan Al-7%Si dengan waktu kontak 20 menit Kemudian penambahan Mn hingga 0.7% pada paduan Al-12%Si akan menurunkan ketebalan compact layer pada permukaan baja H13, dengan kondisi ketebalan lapisan intermetalik tertipis adalah saat waktu kontak 40 menit Namun penambahan unsur Mn pada Al-7%Si dan Al-12%Si tidak berpengaruh pada ketebalan broken layer, fasa yang terkandung dalam lapisan interemetalik dan sifat mekanis lapisan intermetalik.
.....Die soldering is the result of an interface reaction between the molten aluminum and the die material. Due to high affinity of aluminum for iron, the iron element ftom die diffuses into aluminum melt resulting in intermetalic layers on the die surface. Molten aluminum “welds” to the die surface and remains there after the ejection of the part. This phenomenon resulting in damage to the die and poor surface quality of the casting, lead to decreasing productivity and increasing production cost. In order to alleviate or mitigate die soldering, the forming of intermetallic layer on die surface has to be minimized. Mangan is an element which increase the strength of cast product and reduce the detrimental effect of Fe by form of equilibrium phase. Based on previous stuJies, the correlation between manganese element and the formation of intermetallic layer not yet clearly understood. Hence, this research i s done to study the morphology, thickness, and mechanical properties of intermetallic layers in influence of mangan addition.
The sample on this research is as anneal H13 tool Steel dipped into the molten Al-7%Si and AI-12%Si alloy containing 0.1%Mn, 0.3%Mn, 0.5%Mn, and 0.7%Mn in 20, 40, and 60 minutes at holding temperatures 700 °C. This research resulted two intermetallic layers in the surface of H13 tool Steel, compact intermetallic layer and broken intermetallic layer.
The result showed that the most effective condition in order to mitigate die soldering tendention is minimizing the form of compact layer by addition of 0.3%Mn into AI-7%Si alloy in dip time around 20 minutes. Then, Mn addition up to 0.7% into Al-12%Si reduces the thickness of compact layer with the most effective dip time around 40 minutes. However, the addition of Mn into Al-7%Si and Al-12%Si does not influence broken intermetallic thickness, phases that formed in intermetallic layer, and mechanical properties of intermetallic layer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25888
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan Gunanto
"Anoda korban paduan Al-5Zn-0,5Cu-0,3Y merupakan salah satu pengembangan anoda korban dengan tegangan yang rendah yang dapat mencegah terjadinya adanya proteksi berlebih yang dapat menimbulkan potensi terjadinya stress corrosion cracking. Namun pada pengaplikasiannya dibutuhkan anoda korban yang memiliki efisiensi yang tinggi untuk memaksimalkan kerja anoda korban. Salah satu peningkatan efisiensi anoda korban yaitu dengan penambahan perlakuan panas. Perlakuan panas yang dilakukan pada penilitan ini yaitu age hardening. Dilakukan proses quenching dari suhu 400°C kemudian dilakukan penuaan pada suhu 220°C dengan variasi waktu penahanan 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Pengujian efisiensi dilakukan dengan menggunakan standar DNV RP-B401 yang dilakukan selama 96 jam. Didapatkan efisiensi dari anoda korban Al-5Zn-0.5Cu-0,3Y as-cast, aging 1 jam, 3 jam, dan 5 jam berturut – turut adalah 67%, 66%, 64%, dan 61%. Perlakuan panas menyebabkan meningkatnya laju korosi dari anoda korban paduan karena adanya pembentukan presipitat yang tumbuh pada batas butir sehingga korosi lebih mudah menyerang. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama penahanan waktu perlakuan panas maka akan semakin mengurangi efisiensi dari anoda korban paduan Al-5Zn-0.5Cu-0.3Y.

Al-5Zn-0,5Cu-0.3Y alloy sacrificial anode is one of the developments of a low-voltage sacrificial anode that can prevent overprotection which that makes stress corrosion cracking. However, its application requires a sacrificial anode that has high efficiency is needed to maximize the function of the sacrificial anode. One way to increase the efficiency of the sacrificial anode is by adding heat treatment. The heat treatment that carried out in this research is age hardening. The quenching process uses 400°C for a temperature and then aging at a temperature of 220°C with variations in holding times of 1 hour, 3 hours, and 5 hours. Efficiency testing was carried out using the DNV RP-B401 standard which was carried out for 96 hours. The efficiency of the sacrificial anode Al-5Zn0.5Cu-0.3Y without heat treatment, or with aging holding time of 1 hour, 3 hours, and 5 hours, respectively, was 67%, 66%, 64%, and 61%. Heat treatment causes an increase in the corrosion rate of the alloy sa crificial anode due to the formation of precipitates that grow at the grain boundaries so that corrosion is easier to attack. This shows that the long holding time will further reduce the efficiency of the Al-5Zn-0.5Cu-0.3Y alloy sacrificial anode.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Irawan
"Die soldering merupakan hasil dari reaksi permukaan antara aluminium cair dengan material cetakan. Karena afinitas aluminium terhadap besi tinggi menyebabkan besi dari cetakan terdifusi kedalam aluminium cair dan membentuk lapisan intermetalik dari fasa binner Fe-Al dan ternary Fe-Al-Si di permukaan cetakan.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi dan karakteristik yang terdiri dari ketebalan dan kekerasan lapisan intermetalik AlxFeySiz yang terbentuk selama proses pencelupan. Benda uji yang digunakan yaitu baja perkakas H13 hasil annealing, yang dicelup pada Al-12%Si dengan temperature tahan 680°C, 700 °C dan 720 °C dengan dilakukan penambahan unsur Mn yang berbeda-beda, yaitu 0.1%Mn, 0.3%Mn, 0.5%Mn, dan 0.7%Mn. Dalam penelitian ini, dihasilkan dua lapisan intermetalik pada masing-masing pencelupan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan Mn akan menurunkan ketebalan compact layer pada fenomena die soldering. Pengaruh ini berlangsung sampai dengan penambahan kadar 0.1% Mn sampai dengan 0.7%Mn pada temperatur pencelupan 680°C, 700 °C dan 720 °C. Namun penambahan unsur Mn pada Al-12%Si tidak berpengaruh pada ketebalan broken layer. Kadar Al dan Fe yang terkandung pada compact layer berbeda dengan broken layer. Al akan lebih meningkat pada broken layer sedangkan Fe akan meningkat pada compact layer. Hal ini mempengaruhi kekerasan lapisan keduanya. Namun kadar Al dan Fe yang terkandung pada kedua lapisan intermetalik ini tidak dipengaruhi oleh penambahan unsur Mn.

Die soldering is the result of an interface between the molten aluminum and the die material. Due to high affinity that aluminum has for iron causes the iron from the steel diffuses into aluminum melt resulting in the formation of intermetalic layers of binary Fe-Al and ternary Fe-Al-Si phases on the die surface.
This research is done to study the mechanical and physical properties which consist of thickness and hardness the intermetallic layers formed during dipping test. The sample on this research is as anneal H13 tool steel that dipped into the molten Al-12%Si at dipping temperature 680°C, 700 °C,and 720 °C with different Mn content that is 0.1%Mn, 0.3%Mn, 0.5%Mn, and 0.7%Mn. This research resulted two intermetallic layers in the surface of H13 tool steel.
Result of research of showed that addition of Mn will reduce thickness of compact layer at die soldering phenomenon. This influence take place up to addition of rate of 0.1% Mn up to 0.7%Mn at dipping temperature 680°C, 700 °C and 720 °C. But addition of element Mn at Al-12%Si don't have an in with thickness of broken layer. Rate Al and Fe consisting in at compact layer differing from broken layer. Al would more increase at broken layer while Fe will increase at compact layer. This thing influence hardness of both layers. But rate Al and Fe consisting in at both this intermetallic layer be not influenced by addition of element Mn.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"[Lapisan Barium Zirkonnium Titanate akan disintesis menggunakan metode
Chemical Solution Deposition kemudian dilanjutkan dengan proses Spin Coating.
Pada tahap pertama, material lapisan Barium Zirkonium Titanate akan diberikan
variasi perlakuan temperatur, yaitu 150oC, 400oC, 650oC dan 750oC. Kemudian
pada tahap kedua, material lapisan Barium Zirkonium Titanate akan didoping
dengan ion Alumunium sebanyak 1% dan 3% pada posisi ion Titanium.
Berdasarkan pengujian XRD, terlihat puncak intensitas Barium Zirkonium
Titanate bertambah seiring bertambah besar perlakuan panas. Pada lapisan Barium
Zirkonium Aluminum Titanate, puncak intensitas bergeser ketika doping ion
Aluminum dilakukan. Lapisan Barium Zirkonium Titanate dan Barium Zirkonium
Aluminum Titanate memiliki struktur kristal kubik perovskite.
Kata, Barium Zirkonium Titanate Film was synthesized using sol-gel method, followed
by Spin coating method. Stage 1, Barium Zirkonium Titanate film was given
various heat treatment 150oC, 400oC, 650oC, and 750oC. Stage 2, Barium
Zirkonium Titanate film was doped by Aluminum ion with the content 1% and
3% to Titanium ion site. Peak intensity was observed in XRD pattern. The
increase of intensity related with the increase of temperature. Along with the
doping of Aluminum ion in BZT, the peak shifting were observed in som XD
pattern. Barium Zirkonium Titanate and Barium Zirkonium Aluminum Titanate
film had crystal structure of Cubic perovskite.]"
[, Universitas Indonesia], 2016
S61939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Hersuni
"Die soldering merupakan hasil dari reaksi permukaan antara aluminium cair dengan material cetakan. Karena afinitas aluminium terhadap besi tinggi menyebabkan besi dari cetakan terdifusi kedalam aluminium cair dan membentuk lapisan intermetalik dari fasa binner Fe-Al dan ternary Fe-Al-Si di permukaan cetakan. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi dan karakteristik yang terdiri dari ketebalan dan kekerasan lapisan intermetalik AlxFeySiz yang terbentuk selama proses pencelupan.
Benda uji yang digunakan yaitu baja perkakas H13 hasil annealing, yang dicelup pada Al-7%Si dengan temperatur tahan 700 oC dengan dilakukan penambahan unsur Mn yang berbeda-beda, yaitu 0.1%Mn, 0.3%Mn, 0.5%Mn, dan 0.7%Mn. Dalam penelitian ini, dihasilkan dua lapisan intermetalik pada masing-masing pencelupan, yaitu compact dan broken layer.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi efektif untuk mengurangi kecenderungan cacat die soldering dengan meminimalisasi pembentukan pembentukan compact layer adalah pada kondisi penambahan 0.3% Mn dalam paduan Al-7%Si dengan waktu kontak 20, 40, dan 60 menit. Sedangkan pada broken layer, penurunan ketebalan terlihat signifikan pada penambahan Mn sebesar 0,7% dengan waktu kontak 40 dan 60 menit.

Die soldering is the result of the reaction between the molten aluminum and the die material. Due to high affinity of aluminum to iron, it causes the iron the formation of intermetallic layers of binary Fe-Al and ternary Fe-Al-Si phases on the die surface. This research was run to study the mechanical and physical properties which consist of thickness and hardness the intermetallic layers formed during dipping test.
The sample used in this research is as anneal H13 tool steel that dipped into the molten Al-12%Si at the temperature of 700 oC with different Mn content that is 0.1%Mn, 0.3%Mn, 0.5%Mn, and 0.7%Mn. This research resulted two intermetallic layers in the surface of H13 tool steel.
The result showed that the most effective condition in order to mitigate die soldering tendention is minimizing the form of compact layer by addition of 0.3%Mn into Al-7%Si alloy in dip time around 20 minutes. Then, Mn addition up to 0.7% Si reduces the thickness of broken layer with the most effective dip time around 40 and 60 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51097
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Heru Prakoso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur austenisasi, waktu tahan dan volume media celup- dalam hal ini air - terhadap kekerasan dan struktur mikro sebuah produk yang bemama Liner KL-3, yang terbuat dari baja mangan austenitik tipe GX 120Mn12 (DIN), yang komposisi utamanya adalah 12-13 % Mn dan 1.10-1.30 % C. Sampel penelitian adalah balok logam baja mangan austenitik dengan ukuran kira-kira 1 x 1 x 4 cm yang diambil dari garfng .system pada pengecoran produk Liner KL-3. Variabel penelitian yang dipakai adalah temperatur austenisasi (900 °C, 950 °C dan 1000 °C), waktu tahan (30, 45 dan 60 menit) serta volume air - sebagai media kuens (1 Lt., 3 Lt., dan 5 Lt). Sifat-sifat yang diteliti setelah perlakuan panas adalah kekerasan (menggunakan metode Brinell) dan struktur mikro. Dari penelitian ternyata diperoleh hasil bahwa makin tinggi temperatur austenisasi (untuk semua kondisi waktu tahan dan volume media kuens) akan menurunkan kekerasan baja mangan austenitik. Hal ini sesuai dengan hasil foto struktur mikro, dimana makin tinggi temperatur austenisasi menyebabkan karbida yang larut makin banyak. Demikian juga dengan meningkatnya waktu tahan akan menyebabkan karbida yang larut makin banyak sehingga kekerasan baja mangan austenitik cenderung turun. Sedangkan meningkatnya volume media kuens air hanya sedikit mempengaruhi kekerasan baja mangan austenitik, seperti juga tampak dalam foto stmktur mikro dimana jumlah karbida yang larut tidak terlalu banyak berbeda untuk ketiga volume air (1, 3 dan S Lt.). Penelitian juga menunjukkan bahwa makin tinggi temperatur austenisasi maka kecenderungan terjadinya dekarburisasi permukaan makin besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danika Aprilia Somadinata
"Perlakuan panas merupakan salah satu proses untuk mengoptimalkan sifat-sifat material. Salah satu langkah perlakuan panas adalah proses quenching, di mana suatu objek didinginkan dengan cepat untuk mendapatkan sifat atau struktur mikro secara spesifik. Quenching membutuhkan media pendingin, yang contohnya adalah udara, air, minyak, dan juga nanofluida yang baru dikembangkan, dimana partikel berukuran nano dicampur dengan fluida dasar. Dalam ulasan ini, akan dibahas tentang efek karakteristik nanofluida terhadap laju pendinginan. Karakteristik nanofluida yang berasal dari fluida dasar, ukuran, jenis dan persentase partikel, ukuran dan persentase surfaktan, dan potensial zeta. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memahami dasar-dasar tentang pengaruh nanofluida dalam proses quenching dan bagaimana memanfaatkannya untuk mendapatkan properti yang ditargetkan dengan cara membandingkan dari literatur-literatur yang sudah ditulis sebelumnya.

Heat treatment is one of the process to optimize the properties of material. One of the steps for it is called quenching, where an object is rapidly cooled in order to gain a specific properties or microstructure. Quenching needs a cooling media, some of them are air, water, oil, and the recently developed nanofluid, where nano sized particles are combined with base fluid. In this review, we discussed about the effects of characteristics of nanofluids to the quenching rate. Characteristic of nanofluids, such as base fluids, particle size, type, and percentage, surfactant size and percentage, and zeta potential. The aim of this review is to grasp the basic understanding of the influence of nanofluid in quenching process and how to utilize it in order to get the targeted properties using comparison between already existing literatures.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidela Lutfi Divina
"Baja 253 MA merupakan baja tahan karat austenitik dengan paduan kromium-nikel yang dipadukan dengan nitrogen dan elemen reaktif yang memiliki ketahanan terhadap oksidasi dan creep yang sangat baik. Pada penelitian ini diberikan perlakuan panas pada baja 253 MA dengan temperatur 900, 1000, dan 1200 °C lalu queching menggunakan air dan diberikan variasi waktu penahanan yang berbeda yaitu 0, 240, 420, dan 840 detik. Hasil penelitian menunjukan perubahan ukuran butir rata-rata seiring bertambahnya temperatur dan waktu tahan yang diberikan pertumbuhan ukuran butir austenit semakin besar. Pertumbuhan butir juga mempengaruhi nilai kekerasan, dimana seiring meningkatnya pertumbuhan butir maka kekerasan menurun. Selain itu didapatkan pemodelan persamaan untuk memprediksi pertumbuhan butir baja 253 MA adalah sebagai berikut:
Dt5,55 – D05,55 = 1,3 x 1019 t1,407 exp (-376000/(RT)).

253 MA steel is an austenitic stainless steel containing a chromium-nickel alloy combined with nitrogen and other reactive elements and has excellent oxidation and creep resistance. This study gave heat treatment to 253 MA steel with a temperature of about 900, 1000, and 1200 °C, then quenched using water and given different variations in holding times 0, 240, 420, dan 840 seconds. From the research results, we can see the changes in the average growth size of the austenite. The more temperature and holding time given, the bigger the grain. Grain growth also affects the hardness value, whereas, with grain growth, the hardness decreases. In addition, obtained equation modeling was to predict grain growth of 253 MA steel as follows:
Dt5,55 – D05,55 = 1,3 x 1019 t1,407 exp (-376000/(RT)).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>