Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Abdul Rahman
"Umumnya, penelitian mengenai kemunafikan membatasi diri pada moralitas yang berdasarkan prinsip keadilan dan keperdulian. Padahal, bagi masyarakat beragama, seperti masyarakat Indonesia, prinsip moral jauh lebih luas, yaitu meliputi juga prinsip kesucian, loyalitas pada kelompok, dan otoritas. Bahkan dalam banyak kasus, bagi masyarakat beragama, prinsip kesucian kadang jauh lebih berpengaruh terhadap pengambilan keputusan moral daripada prinsip-prinsip lainnya. Dengan demikian, untuk memahami kemunafikan pada masyarakat beragama sebaiknya juga mempertimbangkan prinsip kesucian ini.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada studi ini, peneliti akan mengelaborasi hubungan antara prinsip kesucian dan kemunafikan. Prinsip moral kesucian yang diidentifikasikan ke dalam diri seseorang dan menyatu ke dalam tubuhnya sehingga peka terhadap kejijikan moral diduga akan menurunkan kemunafikan. Hal itu karena orang yang Identitas Kesucian Moralnya kuat akan mempunyai dorongan dan komitmen yang tinggi terhadap prinsip kesucian; lebih mudah mengalami kejijikan moral ketika dihadapkan pada perilaku yang melanggar prinsip kesucian; lebih sadar terhadap prinsip moral yang diyakininya; dan akan menilai kemunafikan dengan penilaian yang lebih buruk sehingga akan cenderung menghindarinya.
Untuk menguji tesis tersebut, peneliti melakukan tiga studi. Dua studi menggunakan rancangan eksperimental, dan satu studi menggunakan rancangan korelasional berganda. Studi pertama menunjukkan bahwa partisipan yang Identitas Kesucian Moralnya lemah lebih munafik daripada partisipan yang Identitas Kesucian Moralnya kuat. Hasil tersebut diperkuat oleh hasil studi kedua. Studi kedua juga menunjukkan bahwa Identitas Kesucian Moral akan lebih negatif pengaruhnya terhadap Kemunafikan jika disertai dengan Kejijikan Moral. Partisipan yang Identitas Kesucian Moralnya lemah akan lebih munafik jika Kejijikan Moralnya pun rendah. Namun, Kejijikan Moral sendiri hanya dapat menurunkan Kemunafikan jika mengendalikan jenis kelamin. Studi ketiga menunjukkan bahwa Identitas Kesucian Moral, Kejijikan Moral, dan interaksi diantara keduanya tidak hanya dapat menurunkan Kemunafikan, tapi juga dapat meningkatkan Integritas Moral. Studi ketiga juga menunjukkan bahwa pengaruh Identitas Kesucian Moral terhadap Integritas Moral didukung oleh kedua aspeknya, yaitu aspek internalisasi dan aspek simbolisasi, sedangkan pengaruh Kejijikan Moral terhadap Integritas Moral hanya didukung oleh aspek kejijikan moral yang ditimbulkan oleh pelanggaran terhadap aturan.

Studies on moral hypocrisy generally was dominated by morality based on principles of fairness and caring. Meanwhile, for the religious community, such as the Indonesian people, the moral principle was broader, included the principle of purity, group loyalty, and authority. For religious community, the principle of purity was sometimes more influence on their moral judgment than other principles. So, to understand the moral hypocrisy of religious community should consider the principle of purity be taken. Different with the previous studies, researcher would examine the impact of moral purity on moral hypocrisy. It was hypothesized that identified moral purity in one's self and embodied moral purity would reduce a moral hypocrisy. Someone who had strong Moral Purity Identity would had high moral motivation and commitment to the principle of purity; easily disgust when watching a moral purity transgression; had higher moral awareness; and made a severe evaluation with moral purity transgression.
To examine the thesis, researcher conducted three studies. Two studies used experimental design, and one study used multiple correlation design. The first study indicated that participants with weak Moral Purity Identity were more hypocrite than participant with high Moral Purity Identity. The results of first study were supported by the second study. The second study also indicated that Moral Disgust would the negative effect be enhanced of Moral Purity Identity on moral hypocrisy. Second study indicated that controlling gender of participants also decreased moral hypocrisy. A third study indicated that Moral Purity Identity, Moral Disgust, and the interaction among them not only could decreased on moral hypocrisy, but also they increased on Moral Integrity. The third study indicated that the effects of Moral Purity Identity on Moral Integrity was supported by internalization and symbolization aspects, while the effect of Moral Disgust on Moral Integrity was only supported by god rules transgression.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
D1447
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Salim
"Studi sebelumnya telah melaporkan bahwa keyakinan moral memprediksi keterlibatan dalam aksi kolektif. Namun, ada beberapa kasus di mana keterlibatan dalam aksi kolektif terkait dengan keyakinan moral cukup rendah. Kami berasumsi bahwa identitas sosial mempengaruhi efek ini, di mana individu dengan identifikasi kelompok yang kuat akan lebih sadar bahwa atribut kelompok mereka - norma dan kepercayaan moral - dilanggar, sehingga mereka lebih termotivasi untuk melakukan tindakan kolektif daripada individu dengan identifikasi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh identitas sosial terhadap pengaruh keyakinan moral terhadap tindakan kolektif. Sebuah studi eksperimental semu dengan desain kelompok non-setara, antara subjek, dengan 68 mahasiswa dilakukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keyakinan moral mempengaruhi niat keterlibatan dalam tindakan kolektif. Namun demikian, efek itu tidak dipengaruhi oleh tingkat identifikasi dengan kelompok. Penelitian ini menunjukkan bahwa keyakinan moral memiliki efek otonom, di mana ia dapat memengaruhi tindakan kolektif tanpa bergantung pada identitas sosial.

Previous studies have reported that moral beliefs predict involvement in collective action. However, there are some cases where involvement in collective action related to moral beliefs is quite low. We assume that social identity influences this effect, where individuals with strong group identification will be more aware that their group attributes - norms and moral beliefs - are violated, so they are more motivated to take collective action than individuals with low identification. This study aims to examine the effect of social identity on the influence of moral beliefs on collective action. A pseudo experimental study with a non-equivalent group design, between subjects, with 68 students was conducted. The results of this study indicate that moral beliefs influence intention to engage in collective action. However, the effect was not influenced by the level of identification with the group. This research shows that moral belief has an autonomous effect, where it can influence collective action without relying on social identity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Citra Ningrum
"Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa emosi moral dan identitas moral memiliki hubungan dengan tindakan moral. Keduanya dianggap memiliki hubungan yang positif dengan tindakan moral. Peran komplementer yang dipegang keduanya dalam membentuk individu yang bertindak sesuai dengan moral memicu asumsi adanya hubungan yang positif antara identitas moral dan guilt. Untuk membuktikan asumsi tersebut penelitian ini dilaksanakan dengan sampel 590 mahasiswa. Identitas moral diukur dengan menggunakan Moral Identity Questionnaire dan emosi moral diukur dengan Test of Self-Conscious Affect. Perhitungan dengan menggunakan pearson correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara identitas moral dan emosi moral, khususnya guilt ( r = 0,502, p < 0,05).

Moral identity and moral emotion are often observed in respect to moral action. Both of them are considered as correlated to moral action to degree which each of them complements motivation to display morally relevant behavior. As they have identical role to moral action, I suggest there is a positive correlation between moral identity and moral emotion. This study aim to see the correlation between moral identity and moral emotion of N = 590 college students. I distributed online and offline questionnaires of Moral Identity Questionnaire to assess moral identity and Test of Self-Conscious Affect to assess moral emotion. In summary, these findings suggest that college students who experienced guilt are more likely to have an importance of being moral and to act accordingly (r = 0,502, p<0,05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chazan, Pauline, 1948-
London: Routledge, 1998
171 CHA m (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 11 (3-4) 2010 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu topik yang menjadi perdebatan filsafat di akhir abad 20 adalah persoalan 'jati diri' (self). Sejalan dengan surutnya peran metafisika, hilangnya subjek, keraguan pada supremasi rasio, dan runtuhnya pengandaian-pengandaian dasar dalam filsafat, muncul pula kebimbangan mengenai arti 'jatidiri'. Karangan ini hanya mencoba membuat skema kecil untuk menjelaskan dan membedakan konsep jati diri sebagai batasan yang berakibat pada pengayaan tuntutan perilaku etis."
300 RJES 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Qisthina Aulia
"Individu memiliki kecenderungan untuk munafik secara moral ketika memiliki kekuasaan. Mereka menilai pelanggaran moral yang dilakukan oleh dirinya lebih ringan dibandingkan orang lain meski berada dalam kondisi yang sama. Namun bagaimana jika individu diancam oleh kematian? Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih lanjut gejala kemunafikan moral pada mereka yang berkuasa. Peneliti menggunakan dua prosedur dalam mengukur kemunafikan moral berupa Skala Pelanggaran Moral (studi 1) dan Dilema Pembagian Tugas (studi 2). Sumber kekuasaan juga dimanipulasi berdasarkan kepribadian (studi 1) dan kedudukan (studi 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ancaman kematian dapat membuat tingkat kemunafikan moral pada individu yang berkuasa mengalami penurunan.

Individuals have a tendency to morally hypocrite when they have power. They assess the moral offense committed by them is acceptable unlike everyone elsein the same condition. But how if the people are threatened by death? This study aims to look further symptoms of the moral hypocrisy of those in power. Researchers used two procedures to measure the moral hypocrisy by using a Moral Transgression Scale (Study 1) and Moral Dilemma (Study 2). Power sources are also manipulated by personality (Study 1) and position (Study 2). The results showed that the threat of death can make the individual level of moral hypocrisy decreased.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donaldson, Thomas
New Yok: McGraw-Hill, 1986
170 DON i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrid Christiana Ratna Dewi
"Skripsi ini membahas nilai-nilai moral di dalam Babad Ponorogo. Nilai-nilai moral ini dianalisis untuk mencari jati diri masyarakat ponorogo. Teori yang digunakan adalah teori sistem nilai budaya yang dikemukakan oleh C. Kluckhohn (1961), sedangkan metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Pada Babad Ponorogo, ada 17 nilai moral yang diperoleh. Ketujuh-belas nilai moral tersebut mencakup hakekat hidup yaitu keimanan, keadilan, demokrasi, kerukunan, bersyukur, berprasangka baik, menjauhkan diri dari hawa napsu, dan kesabaran; hakekat karya manusia nilai moral yaitu gotong-royong, keadilan, keberanian, kemandirian, amanah, dan rajin bekerja; persepsi manusia tentang waktu nilai moralnya yaitu bersikap realistis; pandangan manusia terhadap alam sekitar dengan menghargai alam; hakekat hubungan manusia dengan sesama yaitu amanah, keadilan, tidak pamrih, tolong-menolong, rendah hati, dan kejujuran. Nilai-nilai moral yang terdapat di dalam Babad Ponorogo tersebut dapat dijadikan sebagai jati diri masyarakat Ponorogo.

This thesis discusses the moral values in the Babad Ponorogo. These moral values are being analyzed to find the identity of Ponorogo's community. The theory that being used is the theory of cultural value system by C. Kluckhohn (1961) and the methodelogical that being used is analytical descriptive. Babad Ponorogo has seventeen moral values. These seventeen moral values includes the essence of life: faith, justice, democracy, harmony, gratitude, prejudiced good, stay away from the passions, and patience; the essence of the moral values of human work are mutual help, justice, courage, independence, trust, and diligent work; human perception of time for being realistic; human view of the environment with respect for nature; the essence of human relationships with others that are trustworthy, fairness, no strings attached, mutual help, humility, and honesty. Moral values contained in the Babad Ponorogo can be used as identity Ponorogo society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S514
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Bimo Darmawan
"Cause-related marketing (CRM) disebut sebagai strategi taktis dalam upaya menarik konsumen dan menghasilkan keuntungan yang prosesnya melibatkan berbagai faktor keputusan pembelian konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari variabel utama moral identity centrality, serta variabel lainnya yaitu brand social responsibility image, brand emotional attachment, dan brand experience dalam memengaruhi intensi membeli. Metode yang digunakan pada penelitian adalah scenario-based survey dengan skenario CRM yang melekat pada 2 brand kosmetik (Wardah dan The Body Shop) dengan scenario pairing yaitu misi (cause) lingkungan dan pendidikan. Dengan jumlah sampel 431 responden dan dengan metode regresi berganda, ditemukan bahwa moral identity centrality, brand emotional attachment, dan brand experience memiliki pengaruh secara langsung terhadap intensi membeli, namun interaksi moderasi dari ketiga variabel tersebut tidak signifikan dalam memengaruhi hubungan moral identity centrality terhadap intensi membeli. Moral identity centrality signifikan memengaruhi intensi membeli hanya untuk CRM brand The Body Shop, yang memang memiliki brand persona yang konsisten untuk ide-ide pelestarian alam dan pendidikan.

Cause-related marketing (CRM) is referred to as a tactical strategy in an effort to attract consumers and generate profits, the process of which involves various factors in consumer purchasing decisions. This study aims to see whether there is an influence from the main variable of moral identity centrality, as well as other variables, namely brand social responsibility image, brand emotional attachment, and brand experience in influencing purchase intention. The method used in this research is a scenario-based survey with a CRM scenario attached to 2 cosmetic brands (Wardah and The Body Shop) with a pairing scenario involving environmental and educational causes. With a sample size of 431 respondents and using the multiple regression method, it was found that moral identity centrality, brand emotional attachment, and brand experience have a direct influence on purchase intention, but the moderation interaction of these three variables is not significant in influencing the relationship between moral identity centrality and purchase intention. Moral identity centrality has a significant influence on purchase intentions only for the CRM of The Body Shop, which has a consistent brand persona for concern towards nature preservation and education."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>