Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firman Kurniawan Sujono
"Globalisasi yang terbawa oleh kapitalisme yang direstrukturisasi, maupun massifnya penggunaan teknologi informasi membawa perubahan bagi masyarakat. Masyarakat bangkit dalam struktur berciri jejaring yang kemudian disebut sebagai network.society. Kebangkitan ini tak dapat dilepaskan dari restructured capitalism, yang dibenahi dengan memanfaatkan teknologi berparadigma informasi. Pilihan yang melahirkan informasionalisme. Teknologi informasi, tak hanya dimanfaatkan kapitalis, namun juga terjadi perembesan (pervasive) pada individu. Pemanfaatan oleh individu ini, mendorong terbentuknya jejaring teknologi informasi. Sebuah keadaan yang membawa pada perubahan multidimensi : bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya.
Pada network society yang berlaku adalah logika jejaring. Di dalamnya terjadi relasi komunikasi yang membentuk budaya baru. Suatu budaya yang tidak membedakan antara realitas dan representasi simbolik. Produksi representasi simbolik menjadi pengganti yang nyata, menembus keterbatasan ruang. Yang virtual bertransformasi menjadi yang real. Ini disebut budaya real virtuality, memaknai virtualitas sebagai yang nyata. Kapitalisme dengan memanfaatkan budaya real virtuality, mampu melebarkan pengaruhnya menembus batasan ruang. Proses berlangsung pada ruang aliran (space of flows), menggantikan ruang tempat (space of places). Ruang membentuk waktu dalam masyarakat, sedangkan aliran (flows) membentuk waktu yang nir-waktu (timeless time). Waktu terhapus dari sistem komunikasi baru : waktu lampau, sekarang dan masa datang, diprogram untuk berinteraksi, dalam pesan yang sama, di waktu yang sama.
Implikasi bangkitnya masyarakat jejaring : jaringan global secara selektif membangkitkan dan mematikan individualitas, perasaan berkelompok, kewilayahan, dan bahkan negara, dalam jejaring. Di dalam masyarakat selalu terdapat hubungan antara yang lokal dengan yang global. Di satu sisi manusia, harus memastikan terpenuhinya syarat tertentu agar tetap berada di dalam jejaring, namun di sisi lain ada kesadaran untuk menampilkan diri sebagai sebuah identitas. Sehingga selalu terdapat kontradiksi hakiki antara the self dengan the net. Network society layaknya putaran arus yang melarutkan setiap aspek kehidupan, meniadakan identitas. Sehingga siapakah subjek dalam masyarakat jejaring ? Dimanakah posisinya?
Dengan menginteraksikan pemikiran-pemikiran Manuel Castells maupun semua keterangan teoretis dan empiris, serta spekulasi filosofis, dapat disimpulkan bahwa subjek dalam masyarakat jejaring adalah project identities : subjek yang awalnya berasal dari resistensi komunal terhadap struktur. Subjek project identity ini memiliki peran yang sangat penting kunci dalam masyarakat jejaring, sebab subjek-lah yang akan menyatukan dan mengokohkan kembali sejarah dan kebebasan masyarakat yang telah digerogoti oleh struktur jejaring.

Globalization brought by restructured capitalism and the massive use of information technology brings society into a radical change. The new society aroused within network characteristics structure that is then referred to as network society. The emergence of society can not be separated from the restructured capitalism, which is addressed by utilizing technology in informational paradigm. Choices that lead into informationalism. Information technology (IT) is not only used by the capitalist, but also infiltrates pervasively in individuals / human. IT utilization by human encouraged the formation of IT network. This condition brings into multidimensional change : in economic, politics, social, and culture.
In network society, network logic takes place. Within networks logic there is new culture formed by communication relationships. A culture that does not distinguish between reality and symbolic representations. Production of symbolic representation becomes a substitute of the real, that could break through the restrictiveness of space. In real virtuality culture, the virtual transformed into the reality ones, in which virtuality has a real meaning. Capitalism by making use of real virtuality culture, enables to widen its influence breaking through the space restrictions. The process takes place in the space of flows, replace the space of places. Space formed time in society, whereas flows formed a non-time (timeless time). Time erased from the new communication systems : past, present and future are programmed to interact, in the same message, at the same time.
Implications of the rise of network society is global network selectively evokes and diminishes individuality, group bonding, regionality, and even state. In society there is always a relationship between local and global. On the human side, a man must ensure the fulfillment of certain requirements in order to remain in the network, but on the other hand there is awareness to present themselves as an identity. So that there is always a fundamental contradiction between the self with the net. Network society is dissolving every aspect of life, negating identity.
So who is the subject in the network society? Where is his position? Encountering and synthesizing Manuel Castells thoughts, related theoretical, empirical, and philosophical speculation, it can concluded that the subjects in the network society is project identity: subjects who originally came from communal resistance to the structure. The subject of project identity has a very important role in the network society, because the subject was the one who would unify and strengthen the history and civil liberties that have been eroded by the network structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1401
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Muhdil Karim
"Abad 21 ditandai dengan lahirnya masyarakat yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan mikroelektronika, masyarakat jaringan. Dalam studi ini, peneliti berusaha untuk merumuskan paradigma kepustakawanan jaringan dengan membangun konstruksi ontologi yang tercermin dari teori masyarakat jaringan Manuel Castells. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi dokumentasi dengan menggunakan pendekatan filosofis. Peneliti menggunakan pendekatan hermeneutika oleh Hans Georg Gadamer untuk melakukan analisis dan interpretasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik unik dari masyarakat jaringan menjadi poin penting pandangan masyarakat jaringan yang menuntut refleksi tentang kepustakawanan. Temuan penelitian ini adalah pembentukan paradigma alternatif untuk kepustakawanan dalam konteks masyarakat jaringan, untuk melayani kebutuhan informasi masyarakat jaringan.

The 21st Century is marked with the development society that has close relationships with microelectronics network, network society. In this study, researchers sought to formulate a paradigm of network librarianship by building a common ontology which is then reflected by Manuel Castells network society theory. This study used a qualitative method documentation study with philosophical approach. Researchers used hermeunethic approach by Hans Georg
Gadamer to analyze and interpret data. Research results showed that the unique characteristics became an important point of view of the network society that demands reflection on established librarianship. The findings of this research are the formation of an alternative paradigm for librarianship in the context of the network society, in order to serve the information needs of the network society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T47150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yafi Sayyaf
"Tulisan ini berisikan penelitian yang bertujuan untuk melihat, mengargumentasikan, dan mendemostrasikan relasi dan implikasi antara masyarakat jejaring, identitas proyeksi, dan fenomena pascakebenaran (post-truth). Penelitian ini menggunakan teori masyarakat jejaring (network society) Manuel Castells sebagai landasan teori utama. Fenomena pascakebenaran yang dibahas pada tulisan ini terfokus pada gelembung penapis informasi (filter bubble) dan problem validitas informasi. Penelitian ini menggunakan metode analitis kritis untuk menelaah implikasi yang ditimbulkan dari relasi antara masyarakat jejaring, identitas proyeksi, dan fenomena pascakebenaran. Terjadi degradasi kepercayaan terhadap institusi sumber kebenaran yang objektif. Peneliti melihat bahwa identitas proyeksi masyarakat jejaring sering kali memproduksi, menyebarkan. Dan menerima informasi yang subjektif terhadap kelompok atau identitasnya. Oleh karena itu, menghasilkan subjektivitas informasi dan hilangnya validitas informasi yang berada dalam masyarakat jejaring. Hal ini terjadi karena sistem informasi yang terfragmentasi dalam gelembung algoritma internet. Dengan demikian identitas proyeksi dan fenomena pascakebenaran, khususnya gelembung penapis informasi, berimplikasi pada bias validitas informasi yang objektif.

This paper contains research that aims to see, argue for, and demonstrate the relationships and implications between networked societies, projected identities, and post-truth phenomena. This study uses Manuel Castells' theory of network society as its main theoretical basis. The post-truth phenomenon discussed in this paper focuses on filter bubbles and the problem of information validity. This study uses critical analytical methods to examine the implications arising from the relationship between networked societies, projected identities, and post-truth phenomena. There is a degradation of trust in the institution of an objective source of truth. Researchers see that the projected identity of network society often produces and disseminates And receive subjective information about the group's identity. Therefore, it results in the subjectivity of information and the loss of validity of information that resides in a networked society. This happens because information systems are fragmented in internet algorithm bubbles. Thus, identity projection and post-truth phenomena, especially information filter bubbles, have implications for objective information validity biases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Hudaeva
"Infrastruktur teknologi digital mentransformasi modus produksi kapitalisme menciptakan kapitalisme yang mengikuti karakter masyarakat jejaring, yaitu memiliki fitur mengglobal dan menggunakan logika informasional. Penelitian ini hendak melakukan analisis konseptual tentang peralihan konsep kerja dalam modus produksi yang berkembang dalam masyarakat jejaring dengan dua fitur utama tersebut. Analisis konseptual ini dilakukan dengan menemukan distingsi informasi, ideologi, modus produksi, dan modus eksploitasi yang beroperasi sebelum dan susudah ada infrastruktur teknologi digital. Hasil dari analis itu memperlihatkan bahwa kerja dalam masyarakat jejaring adalah upaya melancarkan modus produksi post-Fordisme, baik dalam mengekspansi kapital pad alevel global atau pun memperkuat logika informasional. Kapital yang berekspansi secara global hanya menjadikan negara-negara miskin dan berkembang sebagai penyedia jasa manufaktur dengan tenaga kerja murah yang dapat diautomatisasi kapan saja. Bersamaan dengan praktik itu,  modus produksi post-Fordisme meningkatkan jumlah informasi yang memiliki muatan semantik melalui kerja konsumen yang mengumpulkan data. Data yang dihasilkan konsumen berguna untuk memprediksi kebutuhan konsumen, pasar di masa depan, inovasi komoditas, dan informasi yang harus didistribusikan. Terjadi asimetri karena konsumen tak dapat mengakses data yang dihasilkannya maupun algoritma yang menyaring dan mendistribusikan data itu. Kelas muncul dari asimetri akses antara konsumen dan penguasa data yang dkumpulkan konsumen. Asimetri akses terhadap data ini juga mempunyai konsekuensi epistemologis. Jika mengacu pada filsafat informasi semantik yang dicetuskan Luciano Floridi, bahwa informasi dapat menjadi sumber pengetahuan selama data yang menyusunnya mengandung muatan semantik (faktual, well-formed, dan bermakna), maka konsumen yang tak dapat mengakses data dan algoritma juga tak selalu mendapatkan informasi yang dapat dijadikan sumber pengetahuan. Data yang menyusun informasi yang diterima konsumen belum tentu memenuhi syarat untuk bermuatan semantik. Sementara pihak yang memiliki akses terhadap data dan algoritma menjadikan konsumen sebagai objek semantik yang terus menghasilkan data sebagai penyusun informasi yang dapat diandalkan untuk menjadi sumber pengetahuan dan basis pengambilan keputusan.

Digital technology infrastructure has transformed the mode of production of capitalism creates capitalism to be compatible with network society features, which always tends to globally expanded and follows informational logic. This research intends to do conceptual analysis of concept of work transition in the mode of production that develops in network society with these two main features. This conceptual analysis is carried out by discovering the differences in information, ideology, mode of production, and mode of exploitation that operate before and after the invention of digital technology infrastructure. The results of the analyst show that work in a network society strengthen post-Fordism mode of production, both to expand capital at global level or extensively applies informational logic. Globally-expanded capital only makes poor and developing countries as provider of cheap labor that can be automated at any time. Besides, the post-Fordism mode of production creates a new kind of labor, customers as the semantic data collectors. Data that generated by consumers is useful to predict consumer needs, future markets, commodity innovations, and information that must be distributed. Asymmetry arise ftom the limit of access to information and algorithm that filter it. Consumers cannot access both, meanwhile, capitalist has almost unlimited access. New theory of class emerges from that kind of asymmetry. This asymmetry of access to this data also has epistemological consequences. According to the semantic philosophy of information by Luciano Floridi, where information can be a source of knowledge as long as the data that compile the informatin contain semantic contents (factual, well-formed, and meaningful). Consumers, who collect data but cannot access data and algorithm, do not always get information that can be used as a source of knowledge. Consumers might not always receive information that meet semantic contents requirements. Meanwhile, those who have access to data and algorithms, capitalists mosly, treat consumers as semantic objects who produce data as the main components of information that can be relied upon to become sources of knowledge and a basis for decision making."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Nurita Labas
"Penelitian berusaha mengungkap proses komodifikasi yang terjadi di era masyarakat jejaring dengan berfokus kepada kasus kreator YouTube Indonesia. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan kasus komodifikasi ide di YouTube Indonesia menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Perkembangan fungsi YouTube yang tidak hanya sebagai wadah ekspresi diri namun juga menjadi media pemasaran korporasi mempertegas bahwa telah terjadi proses komodifikasi pada proses kreatif kreator yang memanfaatkan kreatifitas, ruang ekspresi diri, dan interaksi antara penonton dan kreator. Penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan di era masyarakat jejaring memberikan ruang yang lebih leluasa bagi masyarakat untuk ikut memonopoli sumber daya dalam konteks hiburan online . Sehingga, tidak hanya berpotensi untuk menghindarkan kreator dari alienasi sebagai dampak negatif dari proses komodifikasi, keterbukaan di era masyarakat jejaring juga menegaskan semakin cairnya posisi dan bentuk eksploitasi pada setiap aktor yang terlibat.

The purpose of this research is to explain the commodification process in network society by studying Indonesian YouTube creators that associated with MCN X and Y. This research was conducted using qualitative approach to explain the process of commodifying ideas on Indonesian YouTube through observing and doing in depth interview as methods of data gathering. The developing function of YouTube, which no longer serves only as a medium of self expression but also a corporate marketing strategy, shows that the YouTube creators rsquo creative process has been commodified by taking advantage of creators rsquo creativity, self expression, and the interaction between creators and viewers. The research shows that the openness in network society gives a fresh air for people to share the resources in online entertainment with each other and also big companies. Hence, the openness that comes within the network society isn rsquo t only promising to protect creators from being alienated as an inevitable effect of commodification, but also strengthen the notion that the openness also makes the position and form of exploitation become more and more fluid."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfira Astari
"Skripsi ini mencoba untuk menganalisa masyarakat konsumen yang ada pada era kontemporer menggunakan teori masyarakat konsumen miliki Jean Baudrillard melalui bukunya yang berjudul The Consumer Society. Penulisan ini ingin menunjukan bahwa di dalam mengkonsumsi suatu objek, manusia tidak lagi mementingkan nilai guna dari suatu objek tersebut, melainkan nilai tanda dari suatu objek. Dapat dikatakan bahwa terdapat pergeseran makna dari kegiatan konsumsi yang terdapat pada masyarakat tersebut. Masyarakat saat ini dapat dikatakan juga sebagai masyarakat konsumen, karena sebagian besar masyarakat tersebut telah mengalami pergeseran makna dalam mengkonsumsi suatu objek. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam masyarakat konsumen akan selalu terdapat budaya massa yang memiliki kekuatan untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk terus mengkonsumsi suatu objek. Budaya massa ini memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat konsumen sehingga membuat masyarakat ini akan kehilangan otentisitas dirinya. Banyak faktor yang sebenarnya tidak disadari oleh masyarakat konsumen dalam mengkonsumsi suatu objek dan hal tersebut lah yang ingin ditunjukan dalam penulisan karya ini.

This undergarduate thesis tries to analyze consumer societies in the contemporary era, using the consumer societies theory of Jean Baudrillard through his book called The Consumer Society. This undergraduate thesis showed that in the consuming an object people didn’t see the use value from that object but they only saw the sign value of an object. There is a shift in the meaning of consumption in the society. The society right now also says as a society consumers, because most of those society has experienced shifts meaning in consume any object. It because that in consumer society will always guiler mass culture which having a power to give impact towards community to consume an object. These mass culture povided the bad effect for the consumer society untill all those people in that society lost their authenticity. Many factors which are not realized by consumers society in consuming an object and this analysis will show all those factors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fikri Hidayat
"Jaringan thin client merupakan pengembangan konsep pemberdayaan jaringan komputer lokal berbasis Green Computing. Model jaringan Diskless merupakan model jaringan thin client yang menawarkan penghematan konsumsi daya dan upaya mendukung teknologi ramah lingkungan. Diskless membutuhkan server yang memiliki ketersediaan yang tinggi karena di sisi client tidak memiliki harddisk. Metode Storage Area Network (SAN) merupakan metode dengan kecepatan tinggi yang cocok untuk server diskless. Storage Area Network pada sistem ini bertujuan agar server diskless memiliki redundansi dan ketersediaan yang tinggi bagi client yang terhubung ke server. Hasil pengujian menunjukan bahwa redundansi atau duplikasi data memiliki kecepatan rata-rata 40 MB/s dan memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi rata-rata mencapai 99,99%.

Networking thin clients is a development of the concept of empowerment of local computer networks based on Green Computing. Diskless network Model is a model of a network thin clients that offer savings on power consumption and efforts in support of eco-friendly technologies. Diskless servers that have high availability for client side doesn't have a hard drive. Storage Area Network (SAN) is a high-speed method suitable for diskless server. Storage Area Network in this system aims to allow diskless servers have redundancy and high availability for client connected to the server. The test results show that redundancy or duplication of data has a speed of 40 MB/s and has a high availability on average achieve 99.99%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43326
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luard, Evan
London : Macmillan, 1990
301 LUA i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
McClelland, David Clarence
Hague Buikding: Vakils, Feffer and Simon Private, 1961
301 MCC a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>