Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157428 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Setianingsih
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Salah satu
penyebab tingginya kasus TB disebabkan adanya resistensi Mycobacterium
tuberculosis (Mtb) terhadap obat anti tuberkulosis. Isoniazid (INH) yang merupakan
salah satu obat lini pertama dalam pengobatan TB adalah pro-drug yang akan diubah
menjadi bentuk aktifnya melalui aktivitas protein KatG Mtb. Mutasi pada gen katG
yang mengkode protein KatG kemungkinan mempengaruhi aktivitas katalase dan
peroksidase protein sehingga menyebabkan resistensi Mtb terhadap INH. Dalam
studi ini, dilakukan kontruksi plasmid rekombinan protein KatG tipe liar dan protein
KatG dengan mutasi baru pada residu N330D dan H400Y, serta mutasi yang umum
dijumpai pada residu S315T dan S315N. Ekspresi protein KatG rekombinan
dilakukan menggunakan host E. coli. Over ekspresi kelima protein rekombinan KatG
terjadi setelah induksi IPTG. Purifikasi protein KatG rekombinan dilakukan
berdasarkan prinsip kromatografi afinitas menggunakan Nikel sepharose. Setelah
purifikasi diperoleh protein KatG yang murni. Aktivitas katalase dan peroksidase
protein rekombinan KatG diukur pada berbagai konsentrasi substrat yang diperlukan
dalam pengukuran efisiensi katalitik kedua aktivitas protein KatG. Hasilnya
menunjukkan bahwa mutan protein KatG memiliki efisiensi katalitik yang lebih
rendah dari protein KatG tipe liar. Penurunan efisiensi katalitik aktivitas katalase
mutan N330D dan H400Y sebesar 31% dan 37% dan untuk aktifitas peroksidase
sebesar 39% dan 3% dibandingkan KatG tipe liar. Struktur 3 dimensi protein KatG
dari mutan tersebut dibuat menggunakan perangkat Modeller dan divisualisasikan
menggunakan perangkat Pymol. Tidak terdapat adanya perubahan konformasi 3
dimensi protein KatG mutan dibandingkan dengan struktur 3 dimensi protein KatG
tipe liar. Namun, letak residu N330D dan H400Y yang berada dekat daerah aktif
ikatan INH pada protein KatG kemungkinan berpengaruh terhadap penurunan
aktivitas enzimatik protein KatG.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is currently a major health problem in Indonesia. One of the many
causes of the high incident of TB is due to the resistance of the Mycobacterium
tuberculosis (Mtb) to anti-TB drugs. Isoniazid (INH), one of the first line anti-TB
drugs for TB treatment, is a pro-drug that is converted to its active form through the
activity of Mtb KatG protein. Mutations in the katG gene encoding KatG may affect
the catalytic efficiency of the catalase and peroxidase activities of the protein that
eventually confers resistance to INH. In this study, recombinant plasmids containing
katG gene that have new mutations on residue N330D dan H400Y, wild type, as well
as mutant proteins with common mutations at residue S315T and S315N were
constructed. Expression of recombinant KatG was performed using E. coli as an
expression host. Over expression of recombinant KatG was facilitated by IPTG
induction. Purification of recombinant KatG was performed using affinity
chromatography employing Nickel sepharose. Pure recombinant proteins were
obtained, and the catalase and peroxidase activities of the recombinant KatG protein
were measured at various concentration of substrates. Result showed that mutant
KatGs have a lower catalytic efficiency for both catalase and peroxidase activities
than the wild type protein. Decreasing catalytic efficiency for catalase of mutants
N330D and H400Y were 31% and 37% than that of wild type KatG, while catalytic
efficiency for peroxidase of mutants N330D and H400Y were 39% and 3% lower
than that of wild type. Three dimensional structures of mutant KatGs were generated
using Modeller and visualized using PyMol softwares. The three dimensional
structural of mutant KatG showed no conformational change compared with that of
wild type KatG. However, the location of residues N330D and H400Y which are in
the close proximity to the active site of KatG for INH binding is likely to have an
effect on the decreased enzymatic activities of mutant KatG proteins."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linatri Purwati Latifah Supriatna
"Epidemi tuberkulosis masih menjadi beban Indonesia saat ini dimana tercatat sebanyak 845 ribu jiwa di Indonesia mengidap penyakit tuberkulosis dengan persentase terbanyak terdapat pada kelompok usia produktif, yaitu umur 15 – 64 tahun sebanyak 89,6%. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Kemunculan Multi-drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) mendorong adanya pemanfaatan flavonoid sebagai sediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Flavonoid memiliki kemampuan untuk mengembalikan resistensi antibiotik dan meningkatkan performa OAT saat ini. Perkembangan dalam penemuan obat saat ini dilakukan dengan melakukan studi in silico melalui penambatan molekuler antara beberapa senyawa golongan flavonoid dengan protein pada Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini menunjukkan bahwa kuersetin menghasilkan nilai penambatan dan konstanta inhibisi terbaik dengan nilai penambatan pada protein β-ketoacyl-ACP reductase (PDB ID:1UZN), Enoyl-Acyl Carrier Protein Reductase (PDB ID:2X23), dan Protein Kinase G (PDB ID:2PZI) masing-masing sebesar -8,0 kkal/mol; -9,2 kkal/mol; dan -8,0 kkal/mol serta konstanta inhibisi masing-masing sebesar 1,345 µM; 0,177 µM; dan 1,345 µM. Kuersetin dari daun keji beling (Strobilanthes crispus L.) selanjutnya diperoleh menggunakan metode Ultrasound Enzymatic-Assisted Aqueous Two-Phase Extraction (UEAATPE) dengan sistem etanol/amonium sulfat. Adapun rancangan sistem Aqueous Two-Phase terbaik yaitu etanol 33% (w/w) dan amonium sulfat 14% (w/w) dengan konsentrasi kuersetin yang dihasilkan sebesar 44,717±0,295 mg/L. Selain kuersetin, senyawa 1,14-tetradecanediol yang teridentifikasi oleh Gas Chromatography-Mass Spectophotometer (GC-MS) juga memiliki aktivitas anti tuberkulosis

Tuberculosis epidemic is still a burden for Indonesia. There are 845 thousand of Indonesian people suffer from tuberculosis with the highest percentage in the productive age which 15 - 64 years by 89.6%. Tuberculosis is an infectious disease that caused by Mycobacterium tuberculosis infection. The emergence of Multi-Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) encourages the utilization of flavonoids as anti-tuberculosis drugs. Flavonoids have the ability to recover antibiotic resistance and improve current anti-tuberculosis drugs performance. Development of drug discovery is currently being carried out by in silico study through molecular docking between flavonoid compounds to protein targets in Mycobacterium tuberculosis. This study shows that quercetin produces the best docking score and inhibition constant with the docking score of β-ketoacyl-ACP reductase (PDB ID: 1UZN), Enoyl-Acyl Carrier Protein Reductase (PDB ID : 2X23), and Protein Kinase G (PDB ID: 2PZI) respectively are -8.0 kcal/mol; -9.2 kcal/mol; and -8.0 kcal/mol and the inhibition constants respectively are 1,345 µM; 0,177 µM; and 1,345 µM. Quercetin from Strobilanthes crispus L. is obtained using Ultrasound Enzymatic – Assisted Aqueous Two-Phase Extraction (UEAATPE) method with ethanol/ammonium sulfate system. The best proportion of the system is ethanol 33 wt% and ammonium sulfate 14 wt% with concentration of quercetin is 44.717±0,295 mg/L. Besides quercetin, 1,14-tetradecanediol compound identified by Gas Chromatography – Mass Spectophotometer (GC-MS) is also has an anti-tuberculosis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Evi Scania
"Tuberkulosis (TBC) masih menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit menular oleh adanya infeksi. Rifampisin dan isoniazid adalah obat lini pertama yang paling efektif melawan infeksi Mycobacterium tuberculosis. Deteksi resistansi OAT yang tepat, akurat, dan komprehensif, serta pemilihan sampel diperlukan untuk memastikan diagnosis penyakit tuberkulosis pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan hasil targeted drug sequencing dari hasil dekontaminasi sputum dengan isolat Mycobacterium tuberculosis dan mengetahui kesesuaian DST fenotipik MGIT, genotipik GeneXpert dalam mendeteksi resistansi rifampisin dan isoniazid. Sampel penelitian ini adalah sampel sputum yang sudah ada hasil GeneXpert positif dan isolate kultur dengan hasil DST MGIT. Hasil dekontaminasi sputum langsung dan kultur positif dari sampel yang sama dilakukan targeted drug sequencing dengan Oxford Nanopore technology menggunakan flowcell MinION Mk1B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada target gen rpoB pada 5 dari 6 sampel isolat kultur memberikan hasil gen resistan rpoB dan 1 undetermined. Pada sebagian besar dekontaminasi sputum yaitu 5 dari 6 sampel juga memberikan hasil resistan terhadap rpoB dan 1 dekontaminasi sputum yang undetermined. Hasil resistansi obat isoniazid didapatkan pada target gen inhA sebanyak 5 dari 6 isolat kultur memberikan hasil sensitif pada inhA dan 1 isolat undetermined. Sedangkan pada dekontaminasi sputum 4 dari 6 sampel memberikan hasil sensitif pada inhA dan 2 undetermined. Lalu, pada target gen katG terdapat 3 dari 6 isolat kultur memberikan hasil sensitif, 2 isolat resistan, dan 1 undetermined. Sedangkan pada dekontaminasi sputum memberikan 2 hasil sensitif, 2 hasil resistan, dan 2 hasil undetermined. Metode targeted drug sequencing dapat dilakukan dari sampel hasil dekontaminasi sputum dan isolat. Keberhasilan banyak didapatkan dari hasil kultur dibandingkan dekontaminasi sputum. Pemeriksaan dengan targeted drug sequencing memberikan hasil yang sesuai dengan hasil DST MGIT dan GeneXpert untuk deteksi gen resisten Rifampisin (rpoB) dan Isoniazid (inhA dan katG).

Tuberculosis (TBC) is still the main cause of death due to infectious diseases. Rifampicin and isoniazid are the most effective first-line drugs against Mycobacterium tuberculosis infection. Precise, accurate and comprehensive detection of OAT resistance, as well as sample selection are needed to confirm the patient's diagnosis of tuberculosis. This study aims to compare the results of targeted drug sequencing from sputum decontamination results with Mycobacterium tuberculosis isolates and determine the suitability of MGIT phenotypic and GeneXpert genotypic DST in detecting rifampicin and isoniazid resistance. The samples for this study were sputum samples that had positive GeneXpert results and culture isolates with DST MGIT results. The results of direct sputum decontamination and positive culture from the same sample were subjected to targeted drug sequencing with Oxford Nanopore technology using a MinION Mk1B flowcell. The results showed that for the rpoB gene target, the majority of culture isolates from 5 of the 6 culture isolate samples gave rpoB resistance gene results and 1 was undetermined. In the majority of sputum decontamination, 5 out of 6 samples also gave resistance to rpoB and 1 sputum decontamination was undetermined. Isoniazid drug resistance results were obtained for the inhA gene target, 5 of the 6 culture isolates gave sensitive results for inhA and 1 isolate was undetermined. Meanwhile, in sputum decontamination, 4 of the 6 samples gave sensitive results for inhA and 2 were undetermined. Then, for the katG gene target, 3 of the 6 culture isolates gave sensitive results, 2 isolates were resistant, and 1 was undetermined. Meanwhile, sputum decontamination gave 2 sensitive results, 2 resistant results, and 2 undetermined results. The targeted drug sequencing method can be carried out from samples resulting from decontamination of sputum and isolates. Much success comes from culture results rather than sputum decontamination. Examination with targeted drug sequencing provided results that were in accordance with the results of DST MGIT and GeneXpert for the detection of Rifampicin (rpoB) and Isoniazid (inhA, and katG) resistance genes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Multi drug resistant – tuberculosis (MDR-TB) masih merupakan masalah yang serius, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang. Untuk melakukan suatu tindakan pengobatan yang tepat dan mencegah terjadinya resistensi obat lebih lanjut, maka deteksi dini atas isolat klinis Mycobacterium tuberculosis sangat penting. Selama ini untuk mengidentifikasi isolat-isolat tersebut digunakan metode konvensional yaitu media solid, dan akhir-akhir ini juga telah diperkenalkan suatu metode secara manual dan otomatis (Bactec atau MB/BacT) yang menggunakan metode cair, namun hasil pemeriksaan memerlukan waktu sekitar 2 sampai 4 minggu. Penggunaan tes molekul berbasiskan genetika sanggup mengidentifikasi gen yang bermutasi yang menyebabkan resistensi obat; misalnya resistensi terhadap rifampisin, dalam 1 hari kerja. Salah satu pendekatannya ialah menggunakan analisis molekul untuk mendeteksi mutasi yang berkaitan dengan resistensi obat INH dan rifampisin. Pada kasus INH, mutasi terjadi pada gen katG, inhA, kasA dan ahpC yang merupakan gen-gen yang bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari M. Tuberculosis yang resisten INH, sedangkan mutasi-mutasi dari rpoB bertanggungjawab terhadap M. Tuberculosis yang resisten RIF. (Med J Indones 2003; 12: 259-65)

Multi- drug resistant tuberculosis continues to be a serious problem, particularly among some developing countries. Early detection of drug resistance in clinical M. tuberculosis isolates is crucial for appropriate treatment and to prevent the development of further resistance. Compared to conventional methods using solid media, the introduction of manual and automated methods (BACTEC or MB/BacT) for susceptibility testing in liquid media has resulted from 4 to 6 weeks to 3 to 15 days. The identification of resistance mutations, e.g., the genetic basis for RIF resistance, enables the development of molecular test that allows the detection of resistant strains within 1 day. One approach is the use of molecular analysis to detect mutations that are associated with resistance to drugs including INH and RIF. In the case of INH, mutations of the katG, inhA, kasA, and ahpC genes are responsible for the majority of INH-resistant M. tuberculosis, whereas mutations of rpoB are responsible for RIF-resistant M. tuberculosis. (Med J Indones 2003; 12: 259-65)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (4) October December 2003: 259-265, 2003
MJIN-12-4-OctDec2003-259
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Mirawati
"Resistensi terhadap obat anti tuberkulosis merupakan masalah yang memperberat suksesnya program penanggulangan dan pemberantasan tuberkulosis. Diperkirakan 90% isolat yang resisten terhadap rifampisin juga resisten terhadap isoniazid, sehingga resisten terhadap rifampisin dianggap sebagai "Surrogate marker" bagi resisten obat anti tuberkulosis Iainnya. Sekitar 95% isolat yang resisten rifampisin mengalami mutasi pada gen rpoB dan 70% mengalami mutasi pada kodon 531. Seiring dengan perkembangan teknik molekuler, hibridisasi dot blot dengan menggunakan pelacak oligonukleotida dapat digunakan untuk mendeteksi adanya mutasi pada gen. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi mutasi gen resisten rifampisin pada Mycobacterim tuberculosis dan mengembangkan teknik hibridisasi dot blot untuk deteksi resisten OAT. Sebanyak 30 sampel isolat Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap rifampisin telah diisolasi DNA dengan teknik boiling lalu diamplifikasi dengan PCR dengan menggunakan primer TR8 dan TR9. Setelah itu produk PCR dielektroforesis untuk mengetahui kebenaran hasil amplifikasi. Lalu dilakukan hibridisasi dot blot untuk dengan pelacak rpoB 531 mu untuk mengetahui adanya mutasi gen rpoB pada kodon 531 sebagai tanda terjadinya resistensi terhadap rifampisin. Hasil penelitian ditemukan 6 sampel (20%) Ban 30 sampel yang mengalami mutasi gen rpoB pada kodon 531. Berarti 6 sampel yang resisten terhadap rifampisin sedangkan 24 sampel lainnya yang tidak mengalami mutasi pada kodon 531 mungkin mengalami mutasi gen rpoB pada kodon lainnya yang akan terdeteksi dengan menggunakan pelacak lainnya. Dari penelitian juga didapat beberapa keuntungan penggunaan teknik ini yaitu hemat waktu, hemat biaya , sederhana dan akurat. Berdasarkan basic tersebut maka dapat disimpulkan bahwa telah ditemukan mutasi gen rpoB pada kodon 531 dan teknik hibridisasi dot blot sangat cocok dikembangkan sebagai teknik deteksi resisten terhadap rifampin dan OAT lainnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 16202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Mesina R.P.
"Resistensi terhadap obat anti tuberkulosis merupakan masalah yang memperberat suksesnya program penanggulangan dan pemberantasan tuberkulosis. Diperkirakan 90% isolat yang resisten terhadap rifampisin juga resisten terhadap isoniazid (INH). Sekitar 60-90% isolat yang resisten INH mengalami mutasi pada gen katG dan 60-94% mengalami mutasi pada kodon 315. Seining dengan perkembangan teknik molekuler, hibridisasi dot blot dengan menggunakan pelacak oligonukleotida dapat digunakan untuk mendeteksi adanya mutasi pada gent. Penelitian lid bertujuan untuk mendeteksi mutasi gen resisten INH pada Mycobacterium tuberculosis dan mengembangkan teknik hibridisasi dot blot untuk deteksi resisten obat anti tuberkulosis (OAT).
Isolasi DNA dengan teknik pemanasan telah dilakukan pada 52 isolat Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap 1NH dan pada 52 spesimen sputum dengan teknik metode Boom. DNA kemudian diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer El dan E2 untuk memastikan isolat adalah Mycobacterium tuberculosis. Pada DNA isolat yang terbukti sebagai Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR dilakukan amplifikasi menggunakan primer RTB59 dan RTB36, untuk kemudian dilanjutkan dengan hibridisasi dot blot menggunakan pelacak katG315 mu dan katG3I5 wt, untuk mengetahui adanya mutasi pada gen katG kodon 315 sebagai tanda terjadinya resistensi terhadap TNH. Setelah itu produk PCR dielektroforesis untuk mengetahui kebenaran basil amplifikasi.
Pada penelitian ini identifikasi DNA spesimen Mycobacterium tuberculosis menggunakan primer El dan E2 berhasil diamplifikasi sebanyak 98% (51 dari 52 isolat) dan pada spesimen sputum berhasil diidentifikasi sebanyak 96% (50 dari 52 isolat).
Deteksi mutasi gen katG pada posisi S315T yang menggunakan pelacak katG315 mu dengan teknik hibridisasi dot blot tidak dapat diinterpretasikan hasilnya. Hal ini terjadi diduga kurang tepatnya waktu dan temperatur selama proses prehibridisasi sampai hibridisasi. Kondisi ini terbukti pada saat hibridisasi menggunakan pelacak katG315 wt. Pada hibridisasi menggunakan pelacak wild tipe, temperatur yang digunakan untuk prehibridisasi sesuai dengan Tm temperatur malting oligonuklitida pelacak dan dilakukan selama overnight, sehingga immobilisasi DNA terfiksasi dengan baik ke membran nitroselulosa dan sisa nukleotida yang tidak spesifik hilang dengan pencucian.
Deteksi mutasi gen katG pada posisi S315T yang menggunakan pelacak katG 315 wt dengan teknik hibridisasi memberikan hasil 85,42% ( 41 dari 48 isolat) hasilnya positif artinya isolat tersebut tidak mengalami mutasi pada posisi kodon 315 sedangkan 14.58% (7 dari 48 isolat ) memberi hasil negatif, maknanya adalah diduga terjadi mutasi pada posisi kodon lain.
Deteksi mutasi gen katG dengan teknik hibridisasi dot blot sangat tepat dikembangkan sebagai uji screening di daerah yang prevalensi infeksi tuberkulosis dan resistensi INH atau obat anti tuberkulosis lainnya cukup tinggi, karena teknik ini hemat biaya, cepat, sederhana dan akurat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marita Kurniati
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi ancaman global. Lamanya waktu pengobatan dan toksisitas yang cukup tinggi mendorong penemuan obat alternatif yang berperan sebagai komplemen maupun pengganti obat antituberkulosis. Sambiloto, pegagan, beluntas, sirsak dan nanas kerang dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional untuk mengobati tuberkulosis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antituberkulosis ekstrak air herba sambiloto, herba pegagan, daun beluntas, daun sirsak dan daun nanas kerang terhadap isolat Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv dan strain Multidrug Resistant. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan air, dilanjutkan dengan penapisan fitokimia. Pengujian aktivitas antituberkulosis dilakukan dengan metode proporsi pada konsentrasi 2,5; 5; dan 10 mg/mL dengan rifampisin sebagai kontrol positif dan menggunakan medium Lowenstein Jensen. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai minggu ke-4, data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kelima ekstrak memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis baik strain H37Rv maupun strain Multidrug Resistant. Ekstrak air daun beluntas mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv dan strain Multidrug Resistant pada konsentrasi 10 mg/mL. Ekstrak air nanas kerang mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv dan strain Multidrug Resistant pada konsentrasi 5 mg/mL.

Tuberculosis is a disease that remains a global threat. The length of treatment time and Fairly high toxicity of chemicals consumed drug discovery encourage alternative drug that acts as a complement or substitute for antituberculosis drugs. Sambiloto, pegagan, beluntas, soursop and oyster plants are plants that public trust as a traditional medicine to treat tuberculosis.
This study aimed to test the antituberculosis activity of aqueous extract of sambiloto herbs, pegagan herbs, beluntas leaves, soursop leaves and oyster plant leaves against isolates of Mycobacterium tuberculosis strains H37Rv and Multidrug Resistant strain of Mycobacterium tuberculosis. Extraction is done by maceration method using aquadest, followed by phytochemical screening. Antituberculosis activity assays performed with proportion method at a concentration of 2,5; 5; and 10 mg/mL with rifampicin as a positive control and using Lowenstein Jensen medium. Observations were made every week until week-4, the data were analyzed descriptively.
The results showed that five of extract could inhibit the growth of Mycobacterium tuberculosis strains H37Rv and Multidrug Resistant strains. Aqueous extract of beluntas leaves could kills Mycobacterium tuberculosis strains H37Rv and Multidrug Resistant strain at concentration of 10 mg/mL. Aqueous extract of oyster plant leaves kills Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv and Multidrug Resistant strains at a concentration of 5 mg/mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S53826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burhannuddin
"Mortalitas yang disebabkan oleh Tuberkulosis (TB) masih tinggi dan saat ini hanya tersedia vaksin BCG untuk mencegah TB. Lebih dari 90 % individu yang terinfeksi adalah laten, bakteri dalam kondisi tersebut dorman, namun dapat terjadi reaktivasi saat imunitas melemah atau bakteri mengalami resusitasi. Vaksin BCG menunjukkan efikasi yang bervariasi pada orang dewasa dan tidak dapat mencegah reaktivasi pada TB laten. Protein RpfB yang disekresikan M. tuberculosis dalam tahap resusitasi diketahui imunogenik, sehingga berpotensi dikembangkan sebagai kandidat vaksin TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mempurifikasi, dan mengetahui imunogenitas protein rekombinan RpfB hasil konstruksi Departemen Mikrobiologi FK UI secara invitro pada splenosit mencit. Protein rekombinan RpfB diekpresikan dalam strain bakteri MRB4 (E. coli BL21 pGEX6p-1 RpfB). Protein diekstraksi dengan sonikasi dan sentrifugasi bertahap kemudian disolubilisasi dengan dapar urea 8M. Protein direnaturasi dalam dapar refolding kemudian diisolasi dengan kolom kromatografi afinitas terhadap GST. Keberadaaan protein dikonfirmasi dengan SDS-PAGE dan Western Blot kemudian dihitung konsentrasinya menggunakan metode Bradford. Uji imunogenitas dilakukan secara invitro menggunakan kultur splenosit mencit yang distimulasi masing-masing dengan 25 μg/ml protein rekombinan RpfB, 25 μg/ml protein GST, 1-2 % mitogen PHA, dan satu kelompok kultur tidak stimulasi sebagai kontrol negatif. Selanjutnya dilakukan booster pada jam ke-24 dan ke-72. Supernatan kultur splenosit dikoleksi pada jam ke-96 kemudian digunakan untuk menganalisis respon IFNγ, IL-12, IL-4, dan IL-10 dengan kit ELISA. Perbedaan respon yang dihasilkan dianalisis secara statistika menggunakan uji T independen pada nilai P<0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein rekombinan RpfB terekspresi dalam bentuk badan inklusi dengan berat molekul sekitar 66 kDa dan berhasil dipurifikasi dengan konsentrasi 53 μg/ml. Uji imunogenitas menunjukkan protein rekombinan RpfB dapat menstimulasi respon IFNγ dan IL-12, namun tidak menstimulasi respon IL-4 dan IL-10 pada splenosit mencit.

Mortality rate caused by tuberculosis (TB) is high all over the world and only BCG vaccine is currently available. More than 90% of TB infection is latent, where Mycobacterium tuberculosis in dormant state that can be active when host immune response is insufficient or the bacteria promote resucitation. As a vaccine, BCG shows varied efficacy in adults and can not give protection against resucitation of latent TB infection. Resucitation Promoting Factor B (RpfB) is one protein produced by M.tuberculosis in resucitation state and proved to be immunogenic as make it suitable to be use as TB vaccine. Microbiology Department, University Indonesia has successfully construct recombinant pGEX6p-1-RpfB plasmid in BL21 E.coli (known as MRB4 strain) as the aim of this study is to isolate, purify, and analyze recombinant RpfB-GST protein in mice splenocytes in-vitro. After induction with IPTG, protein was extracted by sonication and differential centrifugation then solubilized with buffer contain 8M urea. Protein then renaturated followed by purification with GST chromatography. Protein was confirmed by SDS-PAGE and Western blot using anti-GST. Concentration of isolated protein was measured using Bradford method. Each group of mice splenocytes was treated with 25 μg/ml of recombinant protein RpfB, GST, PHA, and one culture group without treatment; and boosted twice at 24h and 72h. Cell supernatant was collected at 96h and level of IFNγ, IL-12, IL-4, and IL-10 was measured by ELISA. The results showed that RpfB recombinant proteins expressed in the form of inclusion bodies with a molecular weight of about 66 kDa and purified at 53μg/ml. Based on independent t-test analysis, RpfB can stimulate IFNγ and IL-12 but not IL-4 and IL-10."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Insidensi TB di Indonesia menempati urutan kedua terbesar di dunia tahun 2016. Buruknya, sebagian besar provinsi di Indonesia masih belum bisa mencapai target keberhasilan pengobatan tahun 2016, salah satunya DKI Jakarta. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya jumlah putus pengobatan (default treatment). Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk yaitu peningkatan kasus TB MDR. Oleh karena itu faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pengobatan perlu identifikasi, namun faktornya bervariasi di berbagai tempat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pengobatan pada pasien TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2016-2018. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan rekam medis dan wawancara 60 subjek.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi TB MDR dengan riwayat putus pengobatan di RSUP Persahabatan tahun 2016-2018 adalah 16,9%. Berdasarkan analisis bivariat, faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan putus pengobatan adalah perilaku merokok (p=0,008). Melalui analisis multivariat diketahui bahwa hanya perokok sedang yang berhubungan dengan putus pengobatan (p = 0,035, OR = 4,364; KI95% = 1,112-17,128). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa perokok sedang merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian putus pengobatan TB pada pasien TB MDR.

TB incidence of Indonesia ranks the second largest in the world in 2016. Poorly, most provinces in Indonesia still cannot reach the target of successful TB treatment in 2016, one of which is DKI Jakarta. This can be caused by the large number of dropouts (treatment default). This finding is worrisome, individuals who default from tuberculosis (TB) treatment experience an increased risk of multi drugs resistance tuberculosis cases. Therefore it is important to identify local risk factors for default and for further research to demonstrate the best programme models for reducing default.
This study aims to determine the factors associated with default from TB treatment in multi drugs resistance tuberculosis patients in RSUP Persahabatan in 2016-2018. The study was conducted with a cross-sectional design using medical records and 60 tuberculosis patients were interviewed.
The results showed the prevalence of multi drugs resistance tuberculosis with a history of default tb treatment at RSUP Persahabatan in 2016-2018 is 16.9%. Based on bivariate analysis, significant factor associated with default for drug-sensitive TB programmes is smoking behavior (p = 0.008). In multivariate logistic regression, it was found that only moderate smokers were associated with default from treatment (p = 0.035, OR = 4.364; CI95% = 1.112-17.128). From these results it was concluded that moderate smokers were a factor identified to be associated with treatment default in multi drugs resistance tuberculosis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idris Ahmad
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebebakan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. pada tahun 2012 mencapai prevalensi 12 juta prevalensi kasus dan 990 ribu kematian di dunia. Di Indonesia prevalensi penyakit ini sebesar 423/100.000 penduduk dan mortalitas sebesar 27/100.000 penduduk. Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari rata-rata nasional adalah Jawab Barat.Dalam sepuluh tahun terakhir pencapaian penemuan kasus baru TB BTA positif (CDR) kota Bekasi belum pernah mencapai target nasional. Selain itu, dari 31 puskesmas yang berada di wilayah Kota Bekasi hanya 3(10%) puskesmas yang mencapai target nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan penemuan kasus baru TB BTA positif di puskesmas wilayah Kota Bekasi tahun 2012. Penelitian ini menggunkan metode cross sectional deengan analisis uji T dan Chi square. Penelitian ini dilakukan bulan April–Juni 2013 dengan menggunakan data sekunder baik register TB di puskesmas, dinas Kesehatan, dan laporan pendukung lainnya. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sistem.
Hasil didapatkan bahwa dilihat dari kondisi SDM, terdapat 14 (54,8%) puskesmas dengan kondisi kurang, tingkat tanggung jawab yang dimiliki oleh penanggung jawab program TB 23 (74,2%) puskesmas tinggi, terdapat 26 (83,9%) puskesmas dengan penanggung jawab program TB dengan tingkat pengetahuan baik, dan 16 (51,6%) puskesmas memiliki proporsi pelatihan tinggi. Dari kondisi sarana dan prasarana diperoleh bahwa terdapat 23 (74,2%) puskesmas memiliki kondisi sarana dan prasarana yang baik.
Berdasarkan alokasi dana tersebar merata 45,2% puskesmas untuk rendah ataupun tinggi. Dilihat dari angka penjaringan suspek diperoleh bahwa 16 (51,6%) puskesmas memiliki angka penjaringan suspek tinggi, dilihat menurut frekuensi kegiatan KIE TB terdapat 26 (83,9%) puskesmas dengan frekuensi KIE TB tinggi, terdapat 20 (64,5%) puskesmas dengan tingkat pemeriksaan kontak tinggi, dan terdapat 16 (51,6%) puskesmas dengan tingkat kemitraan masyrakat rendah.
Hasil analisis antara proses dan output didapatkan adalah terdapat hubungan yang signifikan antara angka penjaringan suspek dengan cakupan penemuan kasus baru TB BTA positif. Didapatkan hubungan yang tidak signifikan antara KIE TB, pemeriksaan Kontak, dan juga kemitraan masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah angka penjaringan suspek berpengaruh terhadap cakupan penemuan kasus TB BTA Positif.

Tuberculosis is a disease that caused by the Mycobacterium tuberculosis. In 2012, the prevalence of the cases reached 12 million and caused 990 thousand death cases in the world. In Indonesia, the prevalence of this disease is 423/100.000 with 27/100.000 for the mortality rate. One of the provinces which have a higher prevalence than the national average is West Java. Bekasi, as one of the city in West Java still has problem in TB control. In the last ten years, the Case Detection Rate has not reached the national target. In addition, there are only 3 (10%) health centers in Bekasi City which are achieved the national target.
This reaserch is aimed to determine the factors related to the scope of tuberculosis new cases detection in Bekasi Regional Health Center Area in 2012. It then cross-sectional analysis with the T and Chi square test. The research was conducted on April-June 2013 by using secondary data from health centers, health departments, and other supporting reports. Furthermore, a system approach is used in this study.
The results obtained that the human condition 14 (54.8%) in health centers with the low conditions, the level of responsibility held by the person in charge of the TB program 23 (74.2%) in health centers with a high level of responsibility, there were 26 (83.9% ) which had charge of the TB program with a good level of knowledge, and 16 (51.6%) with high training proportions. In term of infrastructure condition, it is obtained that there are 23 (74.2%) health centers in the good condition.
Based on the fund allocation, it is equally spread 45.2% for good and low condition. In crawl suspect, it is obtained that 16 (51.6%) health center with high crawl suspect, seen by the frequency of Communication, Information, and Education of TB (KIE TB) activities there were 26 (83.9%) centers with a high frequency of KIE TB, then there are 20 (64.5%) health center with high examination for the person in contact, and there are 16 (51.6%) health centers with low levels of society partnerships.
The result for the process and output is obtained that there is a significant correlation between the number of crawl suspected to number of coverage of the Tuberculosis (+) new case detection. Meanwhile, there is no significant correlation between KIE TB, contact examination and as well as community partnerships. The conclusion of this study is the crawl of the suspect affects number of coverage of the Tuberculosis (+) new case detection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>