Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143800 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Anindito
"Supervisi Kepala Ruang terhadap perawat pelaksana penting dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan yang mereka berikan, sehingga dapat meningkatkan
kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara persepsi
perawat terhadap penerapan supervisi kepala ruang dan kepuasan pasien atas
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan perawat pelaksana. Desain
penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Teknik sampling dengan Purposive Sampling terhadap 94 pasien
dan 94 perawat. Analisis statistik menggunakan Chi Square. Penelitian
mendapatkan hasil bahwa supervisi berhubungan dengan kepuasan pasien
(p=0,002;α=0,005;OR=4,762, CI=95%), sedangkan karakteristik pasien tidak
berhubungan. Penelitian ini merekomendasikan untuk memperbaiki proses
supervisi dan perbaikan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana terutama
komunikasi, kecepatan tanggap, kepedulian dan pengetahuannya untuk menjawab
pertanyaan pasien demi kepuasan pasien.

Head nurse’s supervision is important to enhance the quality of nursing care they
provide, thereby increasing patients’ satisfaction. This study aimed to identify the
relationship between the implementation of head nurse’s supervision perceived by
nurse staff and patients’ satisfaction with nursing care. This study used descriptive
correlative design and cross-sectional approach. Purposive sampling technique
was utilized to involve 94 patients and 94 nurse staff. The patients and nurses
were given validated questionnaires to obtain data about satisfaction and
supervision implementation respectively. Statistical analysis using Chi Square
identified that supervision was associated with patients’ satisfaction (p = 0.002; α
= 0.005; OR = 4.762, CI = 95%), while patients’ characteristics has no
contribution to patients’ satisfaction.The study recommends to improve
supervision by head nurse and quality of nursing care. In order to enhance
patients’ satisfaction, aspects should be developed are communication,
responsiveness, concern and knowledge to answer patients' questions
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Karmila
"Komunikasi efektif saat bedside handover masih belum optimal dilaksanakan di rumah sakit. Proses bedside handover yang tidak optimal ditandai dengan masih ada perawat yang tidak memperkenalkan dirinya kepada pasien, tidak melibatkan pasien secara komprehensif dalam perencanaan perawatan pasien, tidak memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, serta tidak menyampaikan informasi yang relevan dan mudah dipahami. Hal ini berdampak pada kepuasan pasien dan perawat. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan komunikasi saat bedside handover dengan kepuasan pasien dan perawat di rumah sakit n= 383 pasien dan 303 perawat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, bertempat di tiga rumah sakit pemerintah di Banda Aceh RS A, RS B, dan RS C. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh perawat dengan kepuasan perawat di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover adalah komunikasi saat bedside handover. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover penting diketahui untuk mengevaluasi persepsi pasien dan perawat terhadap keefektifan penerapan komunikasi, keadekuatan informasi yang disampaikan, keterlibatan pasien secara komprehensif, dan kolaborasi tim yang baik antar perawat, yang akan berdampak kepada optimalnya proses bedside handover. Manajer keperawatan terutama kepala ruangan diharapkan dapat mendorong seluruh perawat pelaksana untuk menerapkan setiap fase komunikasi efektif saat bedside handover secara optimalKomunikasi efektif saat bedside handover masih belum optimal dilaksanakan di rumah sakit. Proses bedside handover yang tidak optimal ditandai dengan masih ada perawat yang tidak memperkenalkan dirinya kepada pasien, tidak melibatkan pasien secara komprehensif dalam perencanaan perawatan pasien, tidak memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, serta tidak menyampaikan informasi yang relevan dan mudah dipahami. Hal ini berdampak pada kepuasan pasien dan perawat. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan komunikasi saat bedside handover dengan kepuasan pasien dan perawat di rumah sakit n= 383 pasien dan 303 perawat . Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, bertempat di tiga rumah sakit pemerintah di Banda Aceh RS A, RS B, dan RS C.
Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh perawat dengan kepuasan perawat di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover adalah komunikasi saat bedside handover. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover penting diketahui untuk mengevaluasi persepsi pasien dan perawat terhadap keefektifan penerapan komunikasi, keadekuatan informasi yang disampaikan, keterlibatan pasien secara komprehensif, dan kolaborasi tim yang baik antar perawat, yang akan berdampak kepada optimalnya proses bedside handover. Manajer keperawatan terutama kepala ruangan diharapkan dapat mendorong seluruh perawat pelaksana untuk menerapkan setiap fase komunikasi efektif saat bedside handover secara optimal.

Effective communication during bedside handover is not optimally implemented in hospitals. Ineffective Bedside handover process is characterized by a nurse who does not introduce himself to the patient, does not involve the patient comprehensively in the patient 39 s care plan, does not provide patients with the opportunity to ask questions, and does not provide relevant and understandable information. This phenomenon impact to patient and nurse satisfaction. The purpose of this study is to identify the association of bedside handover communication with patient and nurse satisfaction at hospitals n 383 patients and 303 nurses. This research uses descriptive correlation design with the cross sectional approach, located at three government hospitals in Banda Aceh RS A, RS B, and RS C.
The results of this study indicate that there is a significant correlation between communication during bedside handover perceived by patients with patient satisfaction in three hospitals p 0.001 p 0.001 p 0.001. There is a significant correlation between communication during bedside handover perceived by nurse with nurse satisfaction in three hospitals p 0,001 p 0,001 p 0,001. The most dominant factor affecting patient and nurse satisfaction in bedside handover is communication during bedside handover. The results of this study explain that patient and nurse satisfaction on bedside handover communication is important to evaluate the perception of patients and nurses on the effectiveness of communication implementation, transfer information, comprehensive patient involvement, and good team collaboration among nurses, that will impact on the effective bedside handover process. Nursing manager especially the head nurse is expected to encourage all implementing nurses to apply every phase of effective communication during bedside handover to get bedside handover optimally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Wulan Agus
"Perawat dalam melaksanakan penerapan sasaran keselamatan pasien SKP dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan sebagai sistem. Penelitian inibertujuan untuk menjelaskan gambaran penerapan pasien serta hubungan antarafaktor individu, faktor kompleksitas pekerjaan, faktor lingkungan kerja, sertafaktor organisasi dan manajemen terhadap penerapan SKP di RSUD dr SlametGarut. Desain penelitian deskriptif korelatif dengan metode cross sectional,dengan sampel sebanyak 286 perawat. Hasil penelitian menunjukan gambaranpenerapan sasaran keselamatan pasien lebih dari sebagian masih kurang 52,8 .Faktor individu meliputi masa kerja p=0,000 memiliki hubungan denganpenerapan SKP, sedangkan umur, status kepegawaian pelatihan dan pendidikantidak. Faktor kompleksitas pekerjaan meliputi serah terima pasien p=0,000 ,memiliki hubungan dengan penerapan SKP sedangkan beban kerja dan kerjasamatidak, ketersediaan SOP merupakan variabel komposit. Faktor lingkungan kerja P=0,000 memiliki hubungan dengan penerapan SKP. Faktor Organisasi danManajemen meliputi supervisi, budaya organisasi dan komunikasi tidak memilikihubungan dengan penerapan SKP. Faktor yang paling dominan mempengaruhiadalah lingkungan kerja Penelitian ini merekomendasikan perlu dilakukanpengukuran berkala dan Hazard Identification and Risk Assesment HIRA terhadap seluruh area lingkungan kerja.

Implementation of Patient Safety on Nurse was influenced by various factor arerelated each other as a system. The objective of this research was to decribe ofpatient safety implemention and relationship between individual factors, workcomplexity factors, work environment factors, organizational and managementfactors with patient safety implementation in Hospital dr Slamet Garut. Thisresearch design used a descriptive correlative with cross sectional method, thesampels were 286 nurses. The result showed the picture of patient safetyimplementation is more than some still lacking 52,8 . The influencing factorsof individual factor for patient safety implementation were length of service p 0,000 , meanwile other factors such as age, employment status, training andeducation were not influential. The influencing factors of complexity factors forpatient safety implementation were patient handover p 0,000 , meanwile otherfactors such as workload and cooperation were not influential, SOP wascomfounding variable. The influencing factors of work environment for patientsafety implementation. Factors of organizational and management such asupervision, organization culture and communication were not influencing. Themost dominant factors influencing for patient safety was work environment. Thisresearch recommend that it require periodic measurements and HazardIdentification and Risk Assesment HIRA of all working area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Sutriyanti
"Pelayanan prima dalam keperawatan diterapkan dengan menggunakan perilaku caring sebagai inti dari praktek keperawatan. Upaya ini penting mengingat indikator pelayanan mutu di RSUD Curup masih dibawah standar Depkes yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pelatihan perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien dan keluarga di RSUD Curup Bengkulu. Penelitian ini menggunakan desain post test eksperiment, memberikan intervensi pelatihan perilaku caring terhadap perawat. Responden penelitian yaitu pasien serta keluarga yang menunggu pasien di ruang rawat inap RSUD Curup Bengkulu sejumlah 204 orang yang terbagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok A adalah responden yang diberi pelayanan perilaku caring oleh perawat yang sudah dilatih dan tanpa dibimbing, kelompok B adalah responden yang diberi pelayanan perilaku caring oleh perawat yang sudah dilatih dan dibimbing 3 kali , dan kelompok C adalah responden yang diberi pelayanan perilaku caring oleh perawat yang sudah dilatih dan dibimbing 6 kali. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen kepuasan pasien dan keluarga yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan pada Parasuraman et, al., (1990) dan Anjaswarni, (2002). Data dianalisis dengan menggunakan uji one way anova serta analisis regresi linier.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kepuasan pasien (p value=0.000) maupun keluarga (p value=0.000) antara kelompok A, B, dan C, dimana kelompok bimbingan 6 kali lebih mendekati kepuasan dibanding kelompok 3 kali dan tanpa bimbingan. Hasil analisis regresi mengidentifikasi bahwa faktor yang dapat digunakan untuk memprediksikan kepuasan pasien adalah perilaku caring dengan dikontrol oleh tingkat pendidikan pasien di RSUD Curup, Sedangkan kepuasan keluarga adalah perilaku caring dengan dikontrol oleh jenis penyakit. Perlu diberikan bimbingan 6 kali untuk meningkatkan perilaku caring perawat setelah diberikan pelatihan serta perlu adanya upaya memelihara budaya perilaku caring dengan supervise untuk menjaga kelangsungan penerapan perilaku caring di rumah sakit di RSUD Curup.

Service excellence was an effort of health care service to improve patients and their families` satisfaction. The service was implemented by caring behavior. It was as a central part of the nursing practice. The behavior and the supervising caring were essential for nurse`s performance as a care giver in increasing patient and his/her family satisfaction in the hospital. The aim of this study was to recognize the influence of caring behavior training to the patient and his/her family satisfaction in Curup District General Hospital, Bengkulu. The research design was a post test experiment. The respondents were 204 persons. They were families` patients who were waiting in the in patient department. They were divided into three groups. Group A was the families` patient who received nursing care from nurses that had been trained and no guidance. Group B was the families` patient who received nursing care from nurses that had been trained and three times guidance. Group C was the families` patient who received nursing care from nurses that had been trained and six times guidance. The research instrument was a researcher development of patient and family satisfaction from Pasuraman et al (1990) and Anjaswarni (2002). The data analyzed by one way ANOVAs and linier regression.
The result showed that there were significance differences of patient and family satisfaction among three groups (p value=0.000, α=0.005). It was also demonstrated that variables of patients` age (p value=0.008, α=0.005), families` sex and disease characteristics had a significance relationship with families` satisfaction (p value=0.012, α=0.005). Having controlled by patients` education, caring behavior was able to predict patients` satisfaction. Concurrently, families` satisfaction could be estimated by caring behavior, having controlled by disease characteristics. It was recommended that caring behavior should be maintained in order to enhance nursing service excellence in Curup Hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suharmi
"Kualitas pelayanan RS salah satunya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien. Adanya penurunan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Sultan Imanuddin dan penilaian kualitas pelayanan per unit pelayanan yang di nilai masyarakat kurang baik (<76,61%), dapat menyebabkan pasien kurang puas terhadap pelayanan keperawatan di ruang rawat inap. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan penerapan penugasan keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap. Desain penelitian : deskriptif kuantitatif dengan uji univariat dan bivariat dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data di RSUD Sultan Imanuddin pada November sampai Desember 2020 menggunakan kuisioner, dengan populasi seluruh pasien di Ruang Rawat Inap. Jumlah sampel 77 responden, diambil secara acak di setiap ruang rawat inap. Hasil penelitian menunjukkan penugasan keperawatan tentang tanggungjawab dan pembagian tugas perawat, timbang terima, komunikasi terapeutik memiliki hubungan dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap dengan tingkat signifikansi 0,01. Kesimpulan: pelaksanaan penugasan keperawatan tentang tanggungjawab dan pembagian tugas, timbang terima, komunikasi terapeutik yang baik mampu memberikan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Saran : pelatihan service exellence, perekrutan perawat baru dengan lulusan ners, monitor dan evaluasi secara berkala tentang penerapan penugasan keperawatan.

The quality of hospital service is affected by the quality of nursing care given of patients. The poor performance of nurses in the hospital RSUD Sultan Imanuddin and the quality assessment of services per unit in the society’s grades (<76,61%) may cause patient to be less content with nursing services in the hospital. The study aims to analyze the application relationships of the nursing assignment with the satisfaction of the patient. Quantitative descriptive research design with univariatses and bivariates with a sectional cross approach. Data retrieval at Sultan Imanuddin in November to December 2020 using the questionnaires, with the population of all the patients in the hospital. The number of samples is 77 respondents, picked up at random in every inpatient ward. Research show nurse care assignment about responsibilities and division of nursing duties, consideration, therapeutic communication has a relationship with patient satisfaction in the hospital at Sultan Imanuddin Pangkalan Bun with a degree of evidence of 0,01. Conclusion : the performance of the nursing commission on responsibility and division of nursing duties, consideration, good therapeutic communication can provide patients with satisfaction for nursing services. Suggestion : excellence service training, nursing recruits with graduate students, monitors and periodic evaluations about the application of nursing assignments."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Dwi Anggraini
"Keselamatan adalah isu fundamental bagi rumah sakit, dimana keselamatan pasien merupakan prioritas utama karena berkaitan dengan kualitas dan nama baik rumah sakit. Pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi. Pada tahun 2021, RSIA Bina Medika telah melakukan pengukuran budaya keselamatan pasien dimana diketahui bahwa budaya keselamatan pasien di RSIA Bina Medika masih tergolong rendah. Selain itu, pada tahun 2021 tercatat telah terjadi 37 insiden keselamatan pasien di RSIA Bina Medika, dimana tercatat telah terjadi 1 kejadian sentinel. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penerapan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika pada tingkat individu dengan melakukan tela’ah dokumen Ongoing Professional Practice Evaluation (OPPE). Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui gambaran sikap petugas terhadap keselamatan pasien dan hubungannya, serta gambaran pengetahuan petugas terhadap keselamatan pasien dan hubungannya. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat yang harus dilakukan manajemen rumah sakit dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Penelitian ini adalah penelitian mix method dengan pendekatan cross-sectional, dimana dilakukan survei kuesioner terkait sikap (dengan SAQ-INA) dan pengetahuan, serta wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan tela’ah dokumen terkait termasuk OPPE bagian Keperawatan tahun 2021. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 54% petugas menerapkan keselamatan pasien dengan baik. Lalu, diketahui bahwa 56% petugas bersikap negatif terhadap keselamatan pasien dan 78% petugas berpengetahuan baik. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap petugas dengan keselamatan pasien, begitu pula pengetahuan (p =1 dan p=0,08). Dari wawancara mendalam diketahui terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Dari FGD didapatkan berbagai strategi peningkatan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika yang akan diterapkan kedepannya. Dari keseluruhan penelitian ini diketahui bahwa penerapan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika masih belum baik karena terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Mayoritas petugas sudah berpengetahuan baik, namun masih banyak petugas yang bersikap negatif terhadap keselamatan pasien. Selain sikap dan pengetahuan, diketahui banyak faktor lainnya yang juga turut berkontribusi dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika.

Safety is a fundamental issue for hospitals, where patient safety is a top priority because it relates to hospital’s quality and reputation. The implementation of patient safety in hospitals is influenced by various factors, such as individual factor, psychological factor and organizational factor. In 2021, RSIA Bina Medika had measured patient safety culture where the result showed that patient safety culture at RSIA Bina Medika was still relatively low. In addition, in 2021 there was 37 patient safety incidents at RSIA Bina Medika, where 1 sentinel incident had been recorded. Therefore, this research was conducted to find out the description of the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika at individual level by conducting a review of the Ongoing Professional Practice Evaluation (OPPE) document. This study was also conducted to describe staff’s attitude towards patient safety and its relationship, as well as an overview of the staff's knowledge of patient safety and its relationship. In addition, this research was conducted to find the right strategy that hospital management must implement in order to improve patient safety at RSIA Bina Medika. This research was a mixed method research with a cross-sectional approach, in which a questionnaire survey was carried out regarding attitudes (with SAQINA) and knowledge, as well as in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD) and a review of related documents including the 2021 OPPE of Nursing section. The research results showed that 54% of staff implement patient safety well. Then, it was known that 56% of staff had a negative attitude towards patient safety and 78% of staff had good knowledge. There was no significant relationship between staff’s attitudes and patient safety, as well as knowledge (p = 1 and p = 0.08). From in-depth interviews it was known that there were several obstacles in implementing patient safety at RSIA Bina Medika. From the FGD, various strategies were obtained to improve patient safety at RSIA Bina Medika which will be implemented in the future. From all of this research it was known that the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika was still not good because there were several obstacles in implementing patient safety at RSIA Bina Medika. The majority of staffs had good knowledge, but there were still many staffs who had negative attitude towards patient safety. Apart from attitude and knowledge, it was known that there were many other factors that also contribute to the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriati Kartini
"ABSTRAK
Nama : APRIATI KARTINIProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Kepuasan Pelayanan Rawat Inap diRumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta Tahun 2018Saat ini mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia masih rendah. Salah satuoutcome dari layanan kesehatan selain kesembuhan pasien adalah kepuasanpasien. Salah satu cara atau metode yang dianggap cukup objektif dalammengukur kepuasan pasien adalah Metode Servqual Service Quality , dimanadibuat penilaian untuk mengukur kepuasan pasien terhadap mutu pelayanandengan lima dimensi mutu yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance,dan empathy. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadappelayanan rawat inap di RS PON. Penelitian menggunakan desain kuantitatif dankualitatif. Sampel penelitian menggunakan quota sampling 92 orang dan 1 oranginforman. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancaramendalam. Hasil penelitian yaitu nilai rata-rata kepuasan pasien adalah 76,88.Karakteristik pasien yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap yaitupendidikan p value 0,001 dan karakteristik yang tidak berhubungan dengankepuasan pasien adalah pekerjaan p value 0,814 dan cara pembayaran p value1,00 . Reputasi berhubungan kepuasan pasien p value 0,001 dan pengalamantidak berhubungan dengan kepuasan pasien p value 0,005 . Variabel yang palingdominan yaitu pendidikan. Kepuasan pasien khususnya rawat inap belum sesuaidengan indikator mutu rawat inap berdasarkan Kementerian Kesehatan dan RSPON yaitu kepuasan pasien sebesar ge; 90. Saran yaitu hendaknya melakukanedukasi dan penjelasan informasi menyesuaikan dengan tingkat pendidikanpasien, melakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien yang mencakuppenampilan fisik rumah sakit dan kebersihan, melakukan pelatihan bagi petugastentang cara menanggapi keluhan pasien yang baik.Kata kunci: kepuasan, rawat inap, rumah sakit

ABSTRACT
Name APRIATI KARTINIStudy Program Public HealthTitle The Determinants of Patient Satisfaction of Inpatient Services inNational Brain of Hospital Jakarta 2018Nowadays the service quality of hospital in Indonesia is still low. One of thehealth service outcomes beside patient recovery is patient satisfaction. One of themethods which is considered quite objective in measuring patient satisfaction inServqual method Service Quality , which is made the assessment to measurepatient satisfaction towards service quality with fifth quality dimensions such astangible, reliability, responsiveness, assurance, and emphaty. This research isconducted to increase patient satisfaction towards inpatient service in NationalBrain Hospital. This research use quantitative and qualitative designs. The sampleuse the quota sampling for 92 respondens and one informan. The data collectionwere taken by questionnaire and indepth interview. The research result is showedthat the mean value of patient satisfaction is 76,88. The patient characteristicswhich are associated with patient satisfaction is the education p value 0,001 . Thepatient characteristic which are not associated with patient satisfaction areoccupation p value 0,814 and payment p value 1,000 . The reputation isassociated with patient satisfaction p value 0,001 and patient experience isassociated with patient satisfaction p value 0,005 . The dominant variable iseducation. Patient satisfaction especially inpatient ward has not matched with theinpatient quality indicators based on Ministry of Health that patient satisfaction is ge 90. The recommendation is to conduct the education and informationexplanation based on education level, measure patient satisfaction level includephysical environment of hospital and cleanliness, do training for health workersthe way to respond the patient complaints.Key words satisfaction, inpatient, hospital"
2018
T50685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Yekti Heningnurani
"Pengembangan Budaya Keselamatan Pasien di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi Salah satu pendekatan untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah membangun budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien sendiri merupakan salah satu aspek dari budaya organisasi, karena itu, untuk mengembangkannya diperlukan pengkajian budaya organisasi agar terjadi perubahan yang mendorong upaya peningkatan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis budaya keselamatan pasien dan mengidentifikasi profil organisasi untuk menentukan langkah strategis pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi. Penelitian cross-sectional, mix method dengan survei kepada sebanyak 190 tenaga klinis yang langsung berhubungan dengan pasien yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga penunjang pelayanan medis dengan menggunakan kuesioner HSOPSC (Hospital Survey on Patients Safety Culture) yang dikembangkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) dalam mengukur Budaya Keselamatan Pasien dan OCAI (Organization Culture Assessment Instrument) untuk mengidentifikasi profil budaya organisasi. Dilakukan analisis korelasi antara kedua temuan. Dilakukan pula Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi hambatan dan harapan dan kemudian dibahas dalam Consencus Decission Making Group (CDMG) jajaran manajemen sebagai kesepakatan tentang rencana tindak lanjut. Pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan dan kerjasama dalam unit merupakan dimensi budaya terkuat sementara staffing, respons non-punitive terhadap kesalahan terlapor, frekuensi pelaporan kejadian dan jumlah kejadian yang dilaporkan merupakan dimensi budaya kurang yang perlu mendapatkan intervensi. Budaya Clan adalah jenis budaya organisasi yang paling dominan, tetapi bukan merupakan budaya yang kuat karena selisih skor dengan budaya Hierarki hanya satu (1) poin. Hasil korelasi antara dimensi pada budaya keselamatan menunjukkan adanya hubungan positif bermakna. Sedangkan korelasi antara tipe budaya organisasi dengan dimensi budaya keselamatan pasien menunjukkan hasil yang bervariasi. Strategi mutu budaya Clan dan budaya Hierarki dipakai sebagai panduan untuk perubahan dalam pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap. Secara keseluruhan budaya keselamatan pasien termasuk dalam kategori budaya sedang, dimensi budaya pelaporan merupakan yang terlemah. Upaya pengembangan budaya keselamatan pasien memerlukan komitmen pimpinan, pemberdayaan staf dan pengembangan sistem. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor dalam pengembangan budaya pelaporan.

Building Patient safety culture is the first step in the improvement of patient safety. As patient safety culture is one aspect of organizational culture, therefore, to develop it, an assessment of organizational culture is needed to make changes that encourage efforts to improve patient safety. This study aims to analyze the patient safety culture and identify organizational profiles to determine the strategic steps of developing a patient safety culture at H. Abdul Manap Hospital in Jambi City. Methods: This study was cross-sectional, mix method. A survey was conducted on 190 clinical staff who were directly faced to patients namely medical doctors, nursing staffs and medical service support personnels using the HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture) questionnaire developed by AHRQ (Agency for Healthcare Resesarch and Quaity) and OCAI (Organization Culture Assessment Instrument). Correlation analysis between the two findings was carried out. Focus Group Discussion (FGD) was carried out to identify obstacles and expectations in the implementation of patient safety culture, and its results will be discussed in the managements Consensus Decisions Making Group as an agreement that will be taken as an action plan Results: Organizational learning and continuous improvement and Teamwork within units are the strongest cultural dimensions while staffing, non-punitive response to errors, frequency of events reported and “number of events reported are dimensions of culture that need to be intervened. Clan culture is the most dominant type of organizational culture, but it is not a strong culture because the difference in scores with the Hierarchy culture was only one (1) point. The results of the correlation between the dimensions of safety culture indicate a significant positive. While the correlation between the type of organizational culture and the dimensions of patient safety culture, shows varying result. The quality strategy of Clan culture and hierarchical culture are used as a guide for changes in the development of a patient safety culture at H. Abdul Manap Hospital. Conclusion: In general, the patient safety culture belongs to the moderate level. The reporting culture becomes the weakest dimensuons. A managements commitment and staff empowerment as well as system development are all needed on the development of a patient safety culture. Further research is required to investigate various factors to develop the reporting culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Agnes
"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kualitas layanan dan citra rumah sakit terhadap kesediaan rekomendasi melalui kepuasan pasien pada pelanggan instalasi rawat jalan di rumah sakit swasta di Jakarta. Populasi dalam penelitian adalah pelanggan instalasi rawat jalan periode Januari Juni 2021 dengan pengambilan 100 sampel sebagai responden yang memenuhi kriteria inklusi. Metode analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) yang berbasis pada sistem aplikasi statistik Partial Least Square (PLS)3.0 untuk menguji pengaruh secara langsung atau tidak langsung antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh langsung baik dari kualitas layanan dan citra rumah sakit terhadap kepuasan pasien serta pengaruh langsung antara kepuasan pasien terhadap kesediaan rekomendasi dengan variabel citra rumah sakit lebih dominan mempengaruhi kepuasan pasien. Tidak terbukti pengaruh langsung pada hubungan kualitas layanan terhadap kesediaan rekomendasi maupun citra rumah sakit terhadap rekomendasi. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen rumah sakit khusunya instalasi rawat jalan untuk meningkatkan kualitas layanan serta menjaga citra rumah sakit agar terus meningkatkan kepuasan pasien yang akan meningkatkan kesediaan rekomendasi.

This study aims to find out the influence of service quality and hospital image on the willingness of recommendations through patient satisfaction in outpatient installation customers at private hospitals in Jakarta. The population in the study was an outpatient installation customer from January to June 2021 with the taking of 100 samples as respondents who met the inclusion criteria. The data analysis method uses a Structural Equation Model (SEM) based on the Partial Least Square (PLS)3.0 statistical application system to test the influence directly or indirectly between variables. The results showed the direct influence of both the quality of service and the image of the hospital on patient satisfaction as well as the direct influence between patient satisfaction on the willingness of recommendations with variables of hospital image more dominantly affecting patient satisfaction. There has been no direct effect on the relationship of service quality on the willingness of recommendations or the image of the hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmi Galleryzki
"Keselamatan pasien merupakan prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, terutama pada masa pandemi Corona virus disease 19 (Covid-19) ini. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi pencapaian Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) oleh perawat di rumah sakit rujukan Covid-19 pada masa pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian analitik dan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 268 perawat yang bekerja di tiga rumah sakit di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan status pernikahan (p=0,03), budaya keselamatan (p<0,001), dan fungsi manajemen (p<0,001) dengan implementasi SKP. Sementara, faktor usia, masa kerja, jenis kelamin, pendidikan, jenjang karir, unit kerja, tipe rumah sakit, pelatihan keselamatan, stres kerja tidak berhubungan dengan implementasi pencapaian SKP (p>0,05). Hasil analisis menggunakan Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) juga mendapatkan budaya keselamatan aspek perbaikan organisasi merupakan variabel yang paling berhubungan secara signifikan dengan implementasi pencapaian SKP. Rekomendasi dari hasii penelitian ini yaitu meningkatkan budaya keselamatan dalam meningkatkan kualitas implementasi enam sasaran keselamatan pasien.

Patient safety is a top priority in healthcare services, especially during the Coronavirus disease 19 (Covid-19) pandemic. The purpose of the study was to analyze the factors related to the implementation of the Patient Safety Goals (SKP) by nurses at the Covid-19 referral hospital during the pandemic. The study used a quantitative approach with an analytical research design and a cross-sectional design. The sample is 268 nurses who work in three hospitals in East Java. The results showed that there was a significant relationship between marital status (p=0.03), safety culture (p<0.001), and management function (p<0.001) with the implementation of SKP. Meanwhile, age, working period, gender, education, career path, work unit, type of hospital, safety training, work stress were not related to the implementation of SKP achievement (p>0.05). The analysis results using the Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) also found that safety culture in the aspect of organizational improvement is the variable that is most significantly related to the implementation of SKP achievement. Recommendations from the results of this study are to improve safety culture in improving the quality of implementation of the six patient safety goals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>