Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardede, Jek Amidos
"Masalah keperawatan skizofrenia yang paling banyak ditemukan adalah risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah. Ditemukan 55% klien risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah yang mengalami kekambuhan dan tidak patuh minum obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pangaruh Acceptance and Commitment Therapy dan Pendidikan Kesehatan kepatuhan minum obat terhadap gejala, kemampuan menerima dan berkomitmen pada pengobatan dan kepatuhan klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Desain penelitian ini quasi eksperimental pre testpost test with control group. Tehnik pengambilan sampel ini adalah purposive sampling, dimana sampel penelitian ini 90 orang klien skizofrenia, 30 kelompok intervensi yang diberikan Acceptance and Commitment Therapy dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat, 30 kelompok intervensi yang diberikan Acceptance and Commitment Therapy dan 30 kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini ditemukan penurunan gejala risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah serta peningkatan kemampuan menerima dan berkomitmen pada pengobatan dan kepatuhan klien skizofrenia yang medapatkan Acceptance and Commitment Therapy dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat lebih besar secara bermakna dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan Acceptance and Commitment Therapy (pvalue < 0.05). Acceptance and Commitment Therapy dan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat direkomendasikan sebagai terapi keperawatan dan pendukung terapi keperawatan lanjutan dalam merawat klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah.

Schizophrenia nursing problems most commonly found is the risk of violent behavior, hallucinations, and low self esteem. Found 55% of client risk violent behavior, hallucinations, and low self-esteem who have a relapse and medication adherence.
This study aims to obtain the effects Acceptance and Commitment Therapy and Health Education adherence to symptoms, ability to accept and commit to treatment and compliance in schizophrenia clients Mental Hospital of Medan, North Sumatra. This research design quasi-experimental pre-test post-test with control group. This sampling technique was purposive sampling, where the sample is 90 clients with schizophrenia, 30 the intervention group were given Acceptance and Commitment Therapy and medication adherence health education, intervention group were given 30 Acceptance and Commitment Therapy and 30 control group.
Results of this study found a reduction in symptoms risk of violent behavior, hallucinations, and low self-esteem and increased ability to accept and commit to the treatment of schizophrenia and compliance client who gets Acceptance and Commitment Therapy and health education medication adherence was significantly greater than the group that only get Acceptance and commitment Therapy (pvalue <0.05). Acceptance and Commitment Therapy and medication adherence health education recommended as a therapeutic nursing and therapy support advanced nursing care for clients in the risk of schizophrenia with violent behavior, hallucinations, and low self esteem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Purnomo As`hab
"Prevalensi resistan terhadap obat TB lini pertama rifampicin (RR-TB) di Dunia pada tahun 2017 sebesar 7,4 per 100.000 penduduk, dan dari angka tersebut 82% mengalami multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia termasuk 20 besar negara dengan MDR-TB terbanyak didunia, dengan prevalensi 8,8 per 100.000 penduduk. Pengobatan MDR-TB membutuhkan waktu yang lama, dan mempunyai efek samping secara biologis dan psikososial. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tindakan keperawatan spesialis (ACT) terhadap ansietas, depresi, ide bunuh diri dan kepatuhan pada klien MDR-TB. Desain penelitian quasi eksperimental menggunakan pre-post test dengan total sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 dilakukan tindakan keperawatan ners (TKN) untuk diagnosa keperawatan ansietas, depresi, ketidakberdayaan, keputusasaan dan risiko bunuh diri, kelompok intervensi 2 dilakukan tindakan keperawatan ners dan keperawatan spesialis (ACT). Pengumpulan data menggunakan hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), dan morisky medication adherence scale (MMAS). Hasil penelitian menunjukkan TKN menurunkan anisetas (p=0,008), TKS (ACT) menurunkan ansietas (p=0,006) dan TKS (ACT) menurunkan depresi (p=0,004), tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok yang mendapatkan TKN dengan
kelompok yang mendapatkan TKN dan TKS (ACT), terdapat hubungan yang bermakna antara ansietas dan kepatuhan (p=0,006). Tindakan Keperawatan Ners (TKN) dan Tindakan Keperawatan Spesialis (ACT) direkomendasikan diterapkan pada klien MDRTB.

Worldwide the prevalence of resistance to the first-line TB drug, rifampicin (RR-TB) in 2017 was 7,4 per 100.000 population, with 82% experienced multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Indonesia is the top 20 countries with MDR-TB burden, with a prevalence of 8.8 per 100,000 population. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) requires a long-time treatment, and has accompanying side effects both biological and psychosocial effects, but efforts to overcome the psychosocial impact have not been made. This study aims to determine the effect of specialist nursing actions (ACT) on anxiety, depression, suicidal ideas and adherence to MDR-TB clients. This research using quasi experimental design with total sampling and divided into 2 groups. Intervention group 1 gets general nursing action for nursing diagnosis anxiety, helplessness, hopelessness, and risk for suicide, intervention group 2 gets general nursing action and specialist nursing actions (ACT). Data collection uses hammilton rating scale for anxiety (HAM-A), Beck hopelesness scale (BHS), scale for suicide ideation (SSI), and morisky medication adherence scale (MMAS). The results showed that general nursing action reduced anxiety (p = 0,008), specialist nursing actions (ACT) reduced anxiety (p = 0,006) and specialist nursing actions (ACT) decreased depression (p = 0.004), there was no significant difference between both group, and there was a significant relationship between anxiety and adherence (p = 0,006). General nursing action and specialist nursing actions (ACT) are recommended to be applied to MDR-TB clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Widuri
"Penderita gagal ginjal kronik di dunia mengalami peningkatan sebesar 20%-25% setiap tahunnya. Masalah psikososial yang sering menyertai penyakit kronik salah satunya adalah ketidakberdayaan yang dapat mengakibatkan perburukan kondisi gagal ginjal kronik. Terapi spesialis untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah Acceptance and Commitment Therapy. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) adalah terapi yang menggunakan pendekatan proses penerimaan, komitmen, dan perubahan perilaku untuk menghasilkan perubahan psikologis yang lebih fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ACT terhadap respon ketidakberdayaan klien gagal ginjal kronik yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta. Desain penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang.
Hasil penelitian menunjukan penurunan respon ketidakberdayaan secara bermakna pada kelompok yang mendapat terapi ACT dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat terapi ACT (p value < 0,05). Saran dari penelitian ini adalah terapi ACT dapat secara efektif digunakan untuk mengatasi respon ketidakberdayaan sedang pada klien gagal ginjal kronik.

Number of Chronic Kidney Disease in the world increasing up to 20%-25% in every year. Common psychosocial problems that often occurs within this disease is helplessness that could caused bad prognosis of the disease. One of specialist nursing therapy to solve this is Acceptance and Commitment Therapy. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) is a therapy using an acceptance, commitment and behavior change approach to make a flexible psychological change. This research aimed to found the affect of ACT to helplessness response of chronic kidney disease in Fatmawati Hospital Jakarta. This research used a quasy experiment study design with 56 client as sample.
This research shows a significant decrease of helplessness for the group received ACT more than control group (p value < 0,05). This research suggest the use of this therapy for moderate helplessness of chronic kidney disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31214
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Kusumawati
"Tuberkulosis sering menimbulkan dampak psikologis berupa ansietas dan depresi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi kognitif dan terapi penerimaan-komitmen terhadap ansietas, depresi, kemmapuan mengubah pikiran negative dan menerima-berkomitmen klien tuberkulosis di Kota Depok. Desain penelitian menggunakan Quasi experimental pre and post test with control group. Subjek penelitian adalah 60 klien tuberculosis yang direkruit secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan kondisi ansietas, depresi dan peningkatan kemampuan mengubah pikiran negatif serta kemampuan menerima-berkomitmen lebih besar pada klien yang mendapatkan terapi daripada klien yang tidak mendapatkan terapi. Terapi ini direkomendasikan sebagai terapi keperawatan pada klien yang mengalami ansietas dan depresi.

Tuberculosis often psychological impact, mostly are anxiety and depression. This study aims to determine effect of CT and ACT to tuberculosis client anxiety, depression, ability to change negative thoughts, acceptance and commitment. This study applied quasi experimental design of pre and post test with control group. There were 60 clients that were recruited by simple random sampling. Results showed decrease of anxiety and depression level, increased ability to change negative thoughts and increase accept and are committed who have CT and ACT than clients that did not receive therapy. It is recommended as nursing intervention to clients who experience anxiety and depression."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Yundarini
"Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diartikan sebagai suatu ketidakmampuan klien dalam mengenal, mengatur, serta mencari bantuan dalam usaha untuk meningkatkan serta mempertahankan kesehatannya. Acceptance and commitment therapy melalui pendekatan Teori Self-care Orem dan Model Tidal Phil Baker yang diberikan pada klien ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam menerima dan berkomitmen pada pengobatan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui manfaat dari pemberian Acceptance and commitment therapy pada klien ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Metode studi kasus digunakan untuk membuktikan manfaat dari Acceptance and commitment therapy pada klien ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Hasil: setelah diberikan 2 sesi Acceptance and commitment therapy kelima klien mampu menerima keadaannya sakitnya saat ini, menerima regimen terapeutik yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan, serta mampu menerapkan nilai-nilai yang dimiliki dalam proses perawatan dan berkomitmen untuk mematuhinya agar tidak terjadi kekambuhan. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah pemberian Acceptance and commitment therapy dengan pendekatan Teori Self-care Orem dan Model Tidal Phil Baker tepat diterapkan pada klien dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

Health maintenance ineffectiveness is defined as a client's inability to recognize, organize, and seek help in an effort to improve and maintain their health. Acceptance and commitment therapy through Orem's Self-care Theory approach and Phil Baker's Tidal Model given to clients with ineffective health care aims to improve clients' ability to accept and commit to treatment. The purpose of this case study is to determine the benefits of providing Acceptance and commitment therapy to clients with health maintenance ineffectiveness. The case study method was used to prove the benefits of Acceptance and commitment therapy for clients with health maintenance ineffectiveness Results: after being given 2 sessions of Acceptance and commitment therapy, the five clients were able to accept their current illness, accept the therapeutic regimen recommended by health workers, and were able to apply their values in the treatment process and commit to adhering to it to prevent relapse. The conclusion of this case study is that the provision of Acceptance and commitment therapy with the Orem Self-care Theory approach and the Phil Baker Tidal Model is appropriately applied to clients with ineffective health maintenance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Budiarto
"

Skizofrenia merupakan kondisi gangguan mental yang ditandai dengan gejala positif dan negatif. Diantara tanda positif tersebut adalah risiko perilaku kekerasan dan halusinasi. Karya akhir spesialis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian acceptance and commitment therapy dan family psychoeducation therapy secara online terhadap penampilan personal dan sosial serta kepatuhan berobat pada klien skiozfrenia dengan risiko perilaku kekerasan dan halusinasi. Penulisan karya ilmiah akhir spesialis ini menggunakan desain penelitian operational research. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah pasien sebanyak 48. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dan uji friedman.  Hasil karya ilmiah akhir spesialis ini menunjukkan ada pengaruh tindakan keperawatan ners, acceptance and commitment therapy, dan family psychoeducation therapy terhadap penampilan personal dan sosial serta kepatuhan berobat pada klien risiko perilaku kekerasan dan halusinasi dengan p value < 0,05. Oleh karena itu, pelaksanaan asuhan keperawatan klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan dan halusinasi dapat diberikan sesuai standar asuhan keperawatan dengan tindakan keperawatan ners generalis dan ditambahkan dengan tindakan keperawatan ners spesialis acceptance and commitment therapy dan family psychoeducation therapy.

 


Schizophrenia is a condition of mental disorder that is characterized by positive and negative symptoms. Among these positive symptoms is the risk of violent behavior and hallucinations. This final scientific work aims to determine the effect of online acceptance and commitment therapy and family psychoeducation therapy on personal and social performance and treatment compliance for schizophrenia clients with the risk of violent behavior and hallucinations. This final scientific work implemented an operational research design. The sampling technique used was purposive sampling with 48 patients. The data analysis used the Wilcoxon test and the Friedman test. The results of this final scientific work indicated that there is an influence of nursing practice, acceptance and commitment therapy, and family psychoeducation therapy on personal and social performance and treatment compliance for clients with the risk of violent behavior and hallucinations with p-value < 0,05. Therefore, the implementation of schizophrenia client nursing practice with the risk of violent behavior and hallucinations can be provided according to the standard of nursing care with generalist nursing practice and added to the acceptance and commitment therapy and family psychoeducation therapy.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universiats Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ari Arfianto
"Terapi penerimaan dan komitmen (TPK) sering digunakan untuk mengatasi masalah gangguan jiwa. TPK meningkatkan fleksibilitas psikologis individu agar mampu menerima pengalaman masalah lalu yang tidak menyenangkan dan membangun komitmen perilaku baru yang lebih baik. TPK dapat menjadi pilihan dalam mengatasi masalah harga diri rendah kronis (HDRK).
Tujuan karya ilmiah ini adalah menjelaskan penerapan TPK pada klien HDRK di rumah sakit jiwa daerah Jawa Barat. Sebanyak 25 klien HDRK mendapatkan TPK dengan jumlah 4 sesi.
Hasilnya menunjukkan bahwa tanda gejala kognitif turun 92,16%; tanda gejala afektif turun 85,31%; tanda gejala fisiologis turun 89,23%; tanda gejala perilaku turun 88,41%; tanda gejala sosial turun 85,96%; kemampuan menerimaan dan berkomitmen meningkat 66,00%.
Penerapan TPK direkomendasikan sebagai terapi spesialis keperawatan untuk klien HDRK. TPK 4 sesi ini juga perlu diuji keefektifannya melalui riset dan pengaruhnya pada diagnosis keperawatan lain.

Acceptance and commitment therapy (ACT) is often used to solve the mental health problem. ACT increasing the individual psychological flexibility to enable him to receive unpleasant experiences and problems and build commitment to new and better behaviors. ACT can be one of solutions to resolve chronic low self-esteem.
The purpose of this study was to explain the application of ACT in chronic low self-esteem to hospitalized clients at Mental Hospital in West Java. Twenty-five clients with chronic low self-esteem received 4 sessions of ACT.
The results were cognitive signs and symptoms decreased 92,16%; affective signs and symptoms decreased 85,31%; physiological signs and symptoms decreased 89,23%; behavior signs and symptoms decreased 88,41%; social signs and symptoms decreased 85,96%; and the patient?s ability to accept and commit increased up to 66,00%.
It is recommended that ACT is implemented as nursing specialized therapy to chronic low self-esteem clients. Four sessions of ACT also need to be tested for its effectiveness through research and its effect in other nursing diagnosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard
"ABSTRAK
Latar Belakang setiap tahun, tidak kurang dari 5.000 remaja ditahan akibat
melakukan tindakan kriminalitas, dari yang ringan hingga berat. Lingkungan
tahanan merupakan lingkungan yang dipenuhi oleh paparan kekerasan dan
keterbatasan. Sementara bagi yang akan dibebaskan atau tahap reentry, situasinya
juga memiliki tantangan tersendiri. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang
menyebabkan tingginya kerentanan anak didik Lapas terhadap kemunculan
distress. Di Amerika, 60.5% remaja yang ditahan dan berada pada tahap reentry
mengalami kesehatan mental kronis. Dari jumlah tersebut, sebagian besar
mengalami depresi dan gangguan cemas, seperti PTSD. Bentuk distress
psikologis yang umum ditemukan adalah kecemasan dan depresi. Distress tinggi
dapat menyebabkan beberapa gangguan, seperti perilaku merusak dan kesulitan
penyesuaian diri setelah bebas. Oleh karena itu, distress anak didik Lapas tahap
reentry perlu mendapatkan intervensi psikologis. Salah satu bentuk intervensi
yang efektif adalah Acceptance and Commitment Therapy (ACT). ACT bertujuan
mengubah bentuk hubungan individu dengan permasalahannya, bukan lagi
memandang sebagai simptom, namun sebagai suatu fenomena psikologis yang
wajar dan kemudian mengarahkan tindakan yang dimiliki kepada sesuatu yang
sifatnya lebih produktif. Metode Penelitian ini menggunakan one group-before
and after study design dan accidental sampling. Intervensi ini dilakukan sebanyak
6 sesi. Hasil Dua partisipan mengalami penurunan tingkat distress psikologi yang
diketahui melalui penurunan skor Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25).
Semantara satu partisipan lainnya mengalami kenaikan tingkat distress psikologis.
Evaluasi kualitatif menunjukkan penurunan tingkat distress psikologis setelah
pelaksanaan intervensi. Kesimpulan ACT efektif dalam menurunkan tingkat
distress psikologis pada anak didik Lapas Tangerang. Hal ini terbukti terutama
melalui pengukuran secara kualitatif.

ABSTRACT
Background Each year, not less than 5,000 teenagers were arrested as a result of
criminal acts, from mild to severe. Prison is a high risk environment that is filled
by exposure to violence and limitations. As for who at reentry phase or freed
soon, the situation also has its own challenges. These things are something that
causes high susceptibility to the emergence of distress. In the U.S., 60.5% of
adolescents who were arrested and are at the stage of reentry experiencing chronic
mental health. Of these, most are experiencing depression and anxiety disorders,
such as PTSD. Common Forms of psychological distress are anxiety and
depression. High distress can cause several problems, such as conduct behavior
and adjustment difficulties after release. Therefore, distress at reentry youth
prisoner needs to get psychological intervention. One of intervention that
effective to treat psychological distress is Acceptance and Commitment Therapy
(ACT). ACT aims to change the shape of the individual's relationship with the
problems, no longer looked upon it as a symptom, but as a psychological
phenomenon that is reasonable and then direct the actions to something that is
more productive. Methods This study used a one-group before and after study
design and accidental sampling. The intervention was carried out for 6 sessions.
Results Two participants experienced a decrease in the level of psychological
distress is known through a reduction in Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-
25) score. Moreover the other participants experienced an increase psychological
distress. Qualitative evaluation showed decreased levels of psychological distress
after the implementation of the intervention. Conclusion ACT is an effective
intervention in lowering the level of reentry youth prisoner’s psychological
distress at Lapas Anak Tangerang. This is evident primarily through qualitative
measurements."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Tala Harimukthi
"Individu dewasa muda yang mengalami gangguan kecemasan sosial memiliki penilaian negatif terhadap diri sendiri yang besar. Selain itu, individu juga lebih sering mengkritik diri secara negatif dibandingkan menerima dirinya. Self-compassion menjadi sesuatu yang penting untuk mereka agar dapat berbelas kasih terhadap dirinya sendiri dan menghadapi situasi-situasi yang membuat tidak nyaman serta menakutkan. Self-compassion merupakan sikap diri yang positif secara emosional dapat melindungi diri akibat adanya penilaian diri yang negatif, kritik diri negatif, isolasi diri, dan ruminasi. Penelitian ini menggunakan Acceptance and Commitment Therapy (ACT) untuk meningkatkan self-compassion pada individu dewasa muda yang mengalami kecemasan sosial. ACT menggunakan metode paparan (exposure) dan experiential avoidance. Penelitian ini merupakan quasi experiment research dengan metode pretest-posttest nonequivalent control group. Terdapat keterbatasan penelitian sehingga pada kelompok eksperimen hanya ada tiga partisipan yang dapat menyelesaikan intervensi hingga selesai, begitupun pada kelompok kontrol hanya ada tiga partisipan yang mengisi pre-test dan post-test. Partisipan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan self-compassion berdasarkan skor pada Self-Compassion Scale (SCS) dan penurunan kecemasan sosial berdasarkan skor Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS), yang tidak dialami oleh partisipan pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menemukan bahwa ACT dapat meningkatkan self-compassion pada individu dewasa muda dan menurunkan kecemasan sosialnya. Teknik ACT yang paling bermanfaat bagi partisipan adalah mindfulness. Temuan lainnya pada penelitian ini adalah gaya pengasuhan orangtua yang mengkritik anak akan menimbulkan kecemasan sosial. Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa individu yang memiliki self-compassion tinggi akan terhindar dari perundungan karena individu mampu memposisikan diirnya dengan baik. Penjelasan hasil penelitian dapat dilihat secara lengkap pada bagian diskusi.

Young adult with social anxiety disorder has a negative self-criticsm to theirselves than to accept. Self-compassion is a construct to help to caring, loving, and being compassion to self. Compassion help them to be warmth and kind to self in social situation that fear them. Self-compassion is an emotional positive attitude that can keep itself from what in the negative situation, negative self-criticsm, self-isolation, and rumination. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) is used in this study for enhancing self-compassion among young adulthood with social anxiety. ACT aim to help individual with social anxiety to exposure to social experiences they avoid. This research is quasi experiment research with pretest-posttest nonequivalent control group design with three participants on each experiment and control group. The scores of Self-Compassion Scale (SCS) were increased and Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) were decreased on experimental group. One of technique on ACT which help participants is mindfulness. Another result from this study are parental criticism would make people being social anxiety, people with high selfcompassion would avoid from bullying. The explanation of the results of this study can be seen in detail in the discussion section."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilberta Permata Mahanani
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas dari Acceptance Commitment Therapy ACT untuk meningkatkan posttraumatic growth pada Dewasa Muda yang pernah mengalami kekerasan dalam berpacaran. Konflik seringkali muncul dalam hubungan berpacaran pada Dewasa Muda. Penyelesaian konflik yang tidak tepat dapat mengakibatkan kekerasan. Sampai saat ini penanganan kasus kekerasan dalam berpacaran di Indonesia belum memiliki landasan hukum, sehingga para korban tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan dapat menimbulkan permasalahan kesehatan mental seperti trauma psikologis. Acceptance Commitment Therapy ACT . ACT terbukti dapat menangani permasalahan trauma psikologis, namun belum pernah dikaitkan dengan posttraumatic growth. Terdapat 7 partisipan yang memiliki skor dibawah cutoff pada setiap domain Posttraumatic Growth Inventory PTGI dan skor diatas cutoff simtom depresif Global Health Questionnaire-12 GHQ-12 . Partisipan dbiagi dalam dua kelompok, kelompok eksperimen akan menerima treatment berupa pemberian intervensi 5 sesi Acceptance Commitment Therapy ACT , sedangkan kelompok kontrol akan mendapatkan intervensi setelah kelompok partisipan selesai. Seluruh partisipan eksperimen mengalami peningkatan skor PTGI dan penurunan skor GHQ-12, terdapat satu partisipan kelompok ekserimen yang tidak mencapai batas cutoff skor pada dua domain PTGI, sedangkan seluruh partisipan kelompok kontrol tindak mencapai batas cutoff skor PTGI dan GHQ-12. Perlu dipertimbangkan untuk menambahkan sesi acceptance pada penelitian selanjutnya. Kata Kunci : Acceptance Commitment Therapy ; Dewasa Muda; Kekerasan dalam Berpacaran; Posttraumatic Growth.

The purpose of this study was to test the effectiveness of Acceptance Commitment Therapy ACT to improve posttraumatic growth in young adults who had experienced violence in dating. Conflict often appears in dating relationships in young adults. Inappropriate conflict resolution may result in violence. Until now the handling of cases of violence in dating in Indonesia has no legal basis, so the victims do not get the right handling and can cause mental health problems such as psychological trauma. Acceptance Commitment Therapy ACT . ACT has been shown to address the problem of psychological trauma, but has never been associated with posttraumatic growth. There were 7 participants who scored below the cutoff on each Posttraumatic Growth Inventory PTGI domain and scored above the depressive symptom of Global Health Questionnaire 12 GHQ 12 . Participants were divided into two groups, the experimental group will receive treatment in the form of intervention of 5 sessions of Acceptance Commitment Therapy ACT , while the control group will get intervention after the participant group finished. All experimental participants experienced an increase in PTGI scores and a decrease in GHQ 12 score. There was one experimental group participant who did not reach the cutoff score limit on the two PTGI domains, while all control group participants achieved the cutoff scores of PTGI and GHQ 12 scores. It should be considered to add acceptance sessions to further research.Keywords Acceptance Commitment Therapy Young Adult Dating Violence Posttraumatic Growth"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>