Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183769 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rara Merinda Puspitasari
"ABSTRAK
Terapi polifarmasi yang kompleks dan berpotensi tidak tepat umum terjadi pada
pasien geriatri. Screening Tool for Older Peoples’ Prescription (STOPP) terdiri dari
65 kriteria yang signifikan secara klinis untuk mendeteksi potensi peresepan yang
tidak tepat pada pasien geriatri. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas
kriteria STOPP dalam menurunkan kejadian penggunaan obat yang berpotensi tidak
tepat (Potential Inappropriate Medication/PIM) pada pasien geriatri rawat inap di
RSUD kota Depok. Kriteria STOPP diinformasikan kepada dokter untuk dapat
dijadikan pedoman peresepan pasien geriatri.Intervensi berupa konfirmasi PIM dan
rekomendasi penggunaan obat dilakukan kepada dokter selama penapisan resep
menggunakan kriteria STOPP. Rancangan penelitian ini adalah pre experiment.
Sampel penelitian berupa resep dari 68 pasien geriatri untuk kelompok preintervensi
dan 71 pasien geriatri untuk kelompok post intervensi.Pengambilan sampel secara
retrospektif Desember 2012-Januari 2013 pada kelompok pre intervensi dan secara
prospektif April-Mei 2013 pada kelompok post intervensi. Jumlah PIM berdasarkan
kriteria STOPP yang didapat pada kedua kelompok dianalisis menggunakan Uji Man
Whitney. Jumlah PIM sebelum intervensi (27,94%) berbeda bermakna (p<0,05)
dengan jumlah PIMsetelah intervensi (12,67%). Kriteria STOPP pada penelitian
iniefektifmenurunkan kejadian penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat pada
pasien geriatri rawat inap di RSUD kota Depok.
ABSTRACT
Complex polypharmacy and potentially inappropriate therapy are common in
geriatric patient.Screening Tool for Older Peoples’ Prescription (STOPP) consists of
65 clinically significant criteria for detecting potential inappropriate prescribing in
geriatric patients. This study is aimed to determine the effectiveness of STOPP
criteria in decreasing the incidence of Potentially Inappropriate Medications (PIM) in
hospitalized geriatric patients at RSUD Depok. The design of this study is pre
experiment. Thesamples is prescriptions from68 geriatric patients for preintervention
group and 71 geriatric patients for post intervention groups.STOPP
criteria was being informed to the doctor so they can use it as a geriatric prescribing
guidance. Intervention was given to the doctor by confirming the PIM and providing
medication recommendationduring the prescribing screening using STOPP criteria.
The sampling was conducted retrospectively at December 2012-January 2013 for pre
intervention group and prospectively at April-May 2013 for post-intervention group.
PIM amount obtained in the two groups were analyzed using Man Whitney Test. The
amount of PIM before intervention (27,94%) is significantly different (p <0.05)
compared with the amount of PIM after intervention (12.67%). STOPP criteria in
this study is effective in decreasing the incidence of potentially inappropriate
medications in hospitalized geriatric patients at RSUD Depok."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Oh
"Latar Belakang: Prevalensi keterlambatan tumbuh kembang di Indonesia masih cukup tinggi. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan merupakan alat skrining yang digunakan untuk mendeteksi dini gangguan tumbuh kembang anak. Sensitifitas KPSP adalah 60%, yang merupakan nilai yang cukup rendah. Maka dari itu, alat skrining lain diperlukan untuk mencegah tidak terdeteksi anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik potong lintang 101 anak sehat usia 0-5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi di Kampung Lio, Kampung Gangsang, Kampung Tapos dan mal di Jakarta.
Hasil: Hasil menunjukkan bahwa KPSP dan BDI-2 ST tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p=0.078). Sensitifitas dan Spesifisitas BDI-2 ST masing-masing adalah 34.78% dan 92.31%. Umur dan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0.05) bagi nilai KPSP maupun BDI-2 ST. Pendidikan anak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05) untuk nilai KPSP tetapi tidak dengan nilai BDI-2 ST. Sebagian anak dengan KPSP skor pass tetap memiliki gangguan di 1 atau lebih domain BDI-2 ST (39.7%).
Konklusi: Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dari nilai KPSP dan BDI-2 ST. Sensitifitas BDI-2 ST yang rendah diakibatkan oleh pemeriksaan yang hanya membandingkan skor total sedangkan seharusnya disertakan skor domain. Penggunaan KPSP sebagai reference test juga kurang memadai. Anak yang sudah melakukan skrining menggunakan KPSP sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan skrining dengan BDI-2 screening test untuk mendeteksi gangguan di area perkembangan tertentu.

Background: The prevalence of developmental delays in Indonesia is still high. Kuesioner Pra Screening Perkembangan is a questionnaire used to screen for developmental delays. The sensitivity of Kuesioner Pra Screening Perkembangan is 60%, which is still considered low. Therefore, different screening tests are required to prevent under-detection.
Methods: A diagnostic cross-sectional study of 101 healthy children aged 0-5 years old was done at Kampung Lio, Kampung Gangsang, Kampung Tapos, and malls in Jakarta.
Results: KPSP and BDI-2 ST does not have a significant difference (p=0.078). The sensitivity and specificity of BDI-2 ST is 34.78% and 92.31% respectively. Age and gender both do not show a significant correlation (p>0.05) with both KPSP and BDI-2 ST scores. Education, however, shows a significant correlation (p<0.05) with KPSP scores while not with BDI-2 ST scores. Some children with KPSP score pass still had at least 1 domain in BDI-2 ST that is refer (39.7%).
Conclusion: There is no significant difference between the scores of KPSP and BDI-2 ST. The low sensitivity of BDI-2 ST was caused by the assessment which compares only the total score when the domain scores needed to be taken into account. Usage of KPSP as a reference test also lacks in reliability. Subjects who have undergone KPSP screening should not stop there, and is recommended to continue with a BDI-2 screening test to detect developmental delays in specific areas.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Trisnawati Safitri
"Penelitian ini membahas mengenai upaya pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui capaian Skrining Riwayat Kesehatan di tahun 2018 serta tantangan dan hambatan yang dialami. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan masih belum optimal, yang sebagian besar berasal dari variabel komunikasi dan sumber daya. Sedangkan pada variabel disposisi dan struktur birokrasi sudah terlaksana dengan cukup baik.

This study discusses the efforts of Health Historical Screening in BPJS Kesehatan Bekasi Branch Office. This study aims to find out the achievement of Health Historical Screening in 2018 as well as the challenges and obstacles experienced. This study uses qualitative research method, through in depth interview and observation.
The results of this study indicate that the efforts of Health Historical Screening are still not optimal, which mostly come from communication and resource variables. While the disposition and bureaucratic structure variable has been done quite well.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anika Kunthi Hutami
"Computed tomography dosis rendah telah menjadi pilihan yang efektif untuk skrining lesi kanker pada populasi berisiko tinggi. Namun, kekurangan dari dosis rendah CT menghasilkan noise pada gambar. Solusi yang diperkenalkan, seperti penggunaan tipe rekonstruksi, cenderung kurang efisien dalam waktu, rumit dan membutuhkan biaya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimalisasi dengan membandingkan kemampuan deteksi lesi pada dosis standar dan dosis rendah menggunakan alat bantu fantom in-house yang dirancang khusus untuk mensimulasi lesi paru. Fantom in-house dibuat dari material ekuivalen organ atau jaringan, serta dilengkapi berbagai variasi nilai hounsfield unit (-500, -400, -300 dan -200 HU) dan ukuran diameter objek ( 2, 4, 6 dan 8 mm). Variasi tersebut diperoleh berdasarkan analisis 73 data pasien kontras untuk mendukung evaluasi performa pencitraan. Pemindaian dilakukan pada fantom in-house dengan menggunakan parameter protokol dosis standar (200 mAs) dan dosis rendah (10 mAs, 30 mAs, dan 50 mAs). Hasil penelitian menunjukkan bahwa protokol dosis rendah dengan arus tabung 10 mAs mampu mengurangi dosis radiasi hingga 95% dan mampu mendeteksi lesi kecil berdiameter kurang dari 3 mm dengan nilai Hounsfield Unit rendah pada tingkat radiasi yang lebih rendah. Pada computed tomography dosis rendah (10 mAs), hasil yang memuaskan ditunjukkan dengan signal difference to noise (≥5) diberbagai variasi lesi. Selain itu, optimalisasi kualitas gambar melalui figure of merit yang konsisten tinggi ditunjukkan.

Low dose computed tomography has become an effective option for screening cancerous lesions in high-risk populations. However, the drawback of low-dose CT is that it generates noise in the images. Solutions introduced, such as the use of reconstruction techniques, tend to be time-inefficient, complex, and costly. This study aims to optimize and compare the lesion detection capability between standard dose and low dose CT using an in-house phantom specifically designed to simulate lung lesions. The in-house phantom was constructed from organ or tissue-equivalent materials and equipped with various Hounsfield Unit values (-500, -400, -300, and -200 HU) and object diameters (2 mm, 4 mm, 6 mm, and 8 mm). These variations were derived based on an analysis of 73 contrast-enhanced patient data to support imaging performance evaluation. Scanning was performed on the in-house phantom using standard-dose protocol parameters (200 mAs) and low-dose protocols (10 mAs, 30 mAs, and 50 mAs). The results showed that the low-dose protocol with a tube current of 10 mAs was able to reduce radiation exposure by up to 95% while still detecting small lesions with diameters of less than 3 mm and low Hounsfield Unit values at reduced radiation levels. In low-dose CT (10 mAs), satisfactory results were demonstrated with a signal difference to noise (≥5) across various lesion types. Additionally, optimization of image quality through consistently high figure-of-merit values was achieved."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Amalia Fitriyanti
"Skripsi ini membahas mengenai pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Jakarta Selatan. Skrining Riwayat Kesehatan merupakan bentuk deteksi dini untuk suatu penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui capaian kegiatan Skrining Riwayat Kesehatan di tahun 2018.  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya masalah dari sisi komunikasi, sumber daya, sikap implementor, dan implementasi kegiatan Skrining Riwayat Kesehatan. Peneliti menyarankan untuk BPJS Kesehatan harus melakukan sosialisasi Skrining Riwayat Kesehatan kepada seluruh peserta melalui berbagai media seperti TV, Youtube, dan media sosial lain, melakukan perencanaan SDM, memaksimalkan penggunaan fitur Skrining Riwayat Kesehatan di Mobile JKN dan Website BPJS Kesehatan.

The focus of this study is the Implementation of Health Historical Screening at BPJS Kesehatan, Branch Office, South Jakarta, 2018. Health Historical Screening is a form of early detection for a chronic diseases. The purpose of this study is to find out the achievement of Health Historical Screening in 2018. This research is qualitative descriptive interpretive. Research result indicate that there are issues regarding of communication, resources, the attitude of implementor, and the implementation of health historical screening. The researcher suggests that BPJS Kesehatan must conduct the health historical screening to all participants through various media such as TV, Youtube, and other social media, do Human Resources planning, maximize the use of  health historical screening features on Mobile JKN and the BPJS Health Website."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianja, Gerald Abraham
"Latar Belakang. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) telah menyebabkan dampak pada pelaksanaan prosedur medis. Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) SARS-CoV-2, sebagai baku emas diagnosis COVID-19, memiliki beberapa keterbatasan misalnya waktu pengerjaan yang cukup lama. Hingga saat ini belum diketahui performa sistem skor penapisan COVID-19 pada pasien tanpa gejala respirasi akut yang akan menjalani prosedur medis.
Tujuan. Menganalisis performa kadar limfosit, nilai NLR, kadar CRP, hasil serologi cepat antibodi SARS-CoV2-IgM, dan gambaran foto toraks opasitas dan konsolidasi retikular-nodular difus bilateral dengan predominansi basal dan perifer pada pasien tanpa gejala respirasi akut yang akan menjalani prosedur medis dalam memprediksikan diagnosis COVID-19 dalam bentuk sistem skor.
Metode. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan terhadap pasien berusia lebih dari sama dengan 18 tahun tanpa gejala penyakit respirasi akut yang menjalani prosedur medis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode waktu April 2020 sampai Maret 2021. Data karakteristik klinis, variabel penapis COVID-19, dan RT-PCR SARS-CoV-2 diambil dalam 24-48 jam saat prosedur medis direncanakan di IGD. Analisis bivariat dilakukan dengan masing-masing variabel penapis menjadi kovariat terhadap hasil RT-PCR SARS-CoV-2 positif. Analisis multivariat dilakukan dengan teknik regresi logistik. Variabel penapis yang pada analisis multivariat mencapai kemaknaan statistik digunakan dalam pembuatan sistem skor, dan kemudian diuji kemampuan kalibrasi dan diskriminasinya.
Hasil. Subjek penelitian terdiri atas 357 pasien. Sebagian besar (56%) merupakan pasien laki-laki, dengan median usia 49 tahun (19-88), rerata suhu tubuh 36,52 ± 0,15oC, prosedur medis terbanyak (46,5%) adalah endoskopi saluran cerna, dan sebagian besar memiliki komorbid (57,7%). Proporsi COVID-19 pada pasien tanpa gejala respirasi akut yang akan menjalani prosedur medis adalah 22,4%. Dua prediktor infeksi COVID-19 pada pasien tanpa gejala respirasi akut yang akan menjalani prosedur medis diidentifikasi, yakni: serologi cepat antibodi SARS-CoV-2 IgM (adjusted odds ratio [aOR] 7,02 [IK95% 1,49-32,96]) dan foto toraks khas COVID-19 (aOR 23,21 [IK95% 10,01-53,78]). Sistem skor kemudian dibuat berdasarkan hasil akhir analisis multivariat, dan kemudian ditentukan nilai titik potongnya adalah total skor ≥ 1. Uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan kalibrasi yang buruk (p ˂ 0,001) dan AUC menunjukkan kemampuan diskriminasi yang sedang (0,71 [IK 95% 0,64-0,78]).
Kesimpulan. Sistem skor penapisan COVID-19 pada pasien tanpa gejala respirasi akut yang akan menjalani prosedur medis memiliki kemampuan diskriminasi sedang dan kalibrasi yang buruk. Peran RT-PCR SARS-CoV-2 tidak dapat digantikan oleh sistem skor penapisan tersebut.

Introduction. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) has impacted medical procedure practice. Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) SARS-CoV-2, a gold standard of COVID-19 diagnosis, has limitations for example long test result time. There is unknown knowledge of COVID 19 screening score performance on patients without acute respiratory symptom whom will undergo medical procedure.
Aim. To analyze lymphocyte values performance, NLR values, CRP values, SARS-CoV2-IgM antibody serology test, and opacity of chest imaging and consolidation of diffuse reticular-nodular with basal and peripheral predomination on patients without acute respiratory symptom whom undergo medical procedures in predicting COVID-19 by scoring system.
Method. A cross-section study was conducted on ≥18-year-old patients without acute respiratory symptoms who underwent medical procedure at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from April 2020 until March 2021. Clinical characteristic data, COVID-19 screening variable, and RT-PCR SARS-CoV-2 were collected in 24-48 hour after a planned medical procedure in emergency room. Bivariate analysis was conducted with each screening variable become covariate with positive RT-PCR SARS-CoV-2 test result. Multivariate analysis was conducted by logistic regression. A scoring system was developed using significant variable in multivariate analysis, and then was tested for the calibration performance and discrimination ability.
Result. Subjects consisted of 357 patients, predominantly male (56%) with average age 49 years old (19-88), average temperature 36,52 ± 0,15oC, most medical procedure is digestive tract endoscopy (46,5%), and with comorbid (57,7%). The proportion of positive COVID-19 test on patients without acute respiratory symptom is 22,4%. There were two COVID-19 predictors that were identified, which were: SARS-CoV2-IgM antibody serology test IgM (adjusted odds ratio [aOR] 7,02 [IK95% 1,49-32,96]) and typical thoracic imaging of COVID-19 (aOR 23,21 [IK95% 10,01-53,78]). A scoring system was developed using multivariate analysis and a cross-section point was determined with a total score ≥1. Hosmer-Lemeshow test revealed poor calibration (p ˂ 0,001) and AUC showed moderate discrimination (0,71 [IK 95% 0,64-0,78]).
Summary. A COVID-19 screening scoring system in patients without acute respiratory symptom who will take medical procedure has moderate discrimination and poor calibration. RT-PCR SARS-CoV-2 role in screening of COVID-19 cannot be replaced by scoring system.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlan Jaya
"ABSTRAK
Pendahuluan : Pemasangan double-J stent DJ stent sering dilakukan sebagai pertimbangan pertama untuk dekompresi obsruksi ureter akibat kanker serviks. Namun pemasangan DJ stent pada pasien ini tidak selalu berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pra operasi pada pasien kanker serviks yang dapat memengaruhi kegagalan pemasangan DJ stent.Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif terhadap pasien kanker serviks yang direncanakan pemasangan DJ stent ureter di RSUP H. Adam Malik Medan sejak tanggal 1 Januari 2015 hingga 31 Juli 2016. Usia,derajat hidronefrosis, stadium tumor, riwayat radioterapi, fungsi ginjal preoperasi merupakan variabel yang dinilai sebagai faktor prediksi. Faktor-faktor tersebut akan dianalisis secara bivariat untuk kemudian diikutkan dalam regresi logistik sebagai analisis multivariat.Hasil : Studi ini melibatkan 40 pasien kanker serviks dengan rata-rata usia 48,5 tahun dan 72,5 pasien merupakan stadium IIIB. Pemasangan DJ stent tidak berhasil dilakukan pada 31 orang 77.5 dengan muara ureter yang tidak terlihat sebagai penyebab terbanyak kegagalan pemasangan DJ stent 54.9 . Pada analisis bivariat, ditemukan bahwa stadium kanker serviks, sisi hidronefrosis, serta kadar ureum dan kreatinin serum berpengaruh terhadap kebehasilan pemasangan DJ stent p

ABSTRACT
Introduction Insertion of double J stent DJ stent has often used as first choice of method in decompressing obstructed ureters in cervical cancer patients, but it was not always successful. This study was conducted to analyze preoperative factors affecting failures in insertion of DJ Stent.Methods This is an analytical study with prospective design. All cervical cancer patients that was planned on insertion of DJ stent in RSUP H. Adam Malik Medan from January 1st 2015 until July 31st 2016 were included. Age, hydronephrosis degree, tumor staging, history of radiotherapy, and renal function status were included in bivariate analysis. Those with significant results were then included in multivariate analysis of logistic regression.Results Samples were 40 cervical cancer patients with mean age of 48.5 years old which were 72.5 in stage IIIB. Insertion of DJ stent was failed in 31 patients 77.5 with unidentified ureteral openings as the main cause of failure. From bivariate analysis, stage, hydronephrosis side, and renal function test ureum and creatinine were statistically significant factors. Those were then included in multivariate analysis and serum creatinine was the only significant factor. It was then included in ROC analysis and a cut off point of 3.38 mg dL was retracted as the most sensitive and specific 84 and 88 respectively in predicting insertion of DJ stent failure.Conclusions Serum creatinine was the only predictive factor of DJ stent insersion failure. This result can be used as clinical consideration in planning an insertion of DJ stent in cervical cancer patients. "
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yayah Fazriyah
"Pengendalian dan pencegahan kanker serviks di Indonesia dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan organisasi lain termasuk peluncuran VIA program penyaringan. Selain implementasi di seluruh Indonesia, VIA Program penyaringan juga dilakukan oleh Departemen Kesehatan kepada para karyawannya. Satu salah satu faktor yang berpengaruh dalam perilaku skrining adalah melek kesehatan. Tujuan dari ini Studi ini untuk memeriksa secara mendalam tentang tiga aspek melek kesehatan dan bagaimana mereka berkaitan dengan upaya untuk mencegah kanker serviks dengan skrining VIA untuk karyawan wanita di RSUP Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kesehatan.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan desain kualitatif dengan teori literasi kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan karyawan wanita yang sudah menikah Badan Kesehatan PPSDM dengan rentang usia 30-50 tahun pada bulan April-Juni 2019. Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, mereka yang memiliki skrining VIA dan mereka yang tidak melakukan skrining VIA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi kesehatan pada informan cenderung baik, terutama di RSUD melek kesehatan fungsional dan interaktif. Tetapi perilaku skrining IVA di Indonesia informan tidak hanya bergantung pada literasi kesehatan. Ada faktor-faktor lain itu menentukan fasilitas dan infrastruktur, tenaga kesehatan, dan faktor pendukung dan faktor hambatan.

The control and rejection of cervical cancer in Indonesia is carried out by the Ministry of Health together with other organizations including approving the VIA screening program. In addition to implementation throughout Indonesia, the VIA screening program is also carried out by the Ministry of Health to its employees. One factor that refutes screening behavior is health literacy. The purpose of this research is to discuss three aspects of health literacy and how they are related to preventing cervical cancer by VIA screening for female employees in the Human Resources Development Agency Hospital.
The design of this study uses a qualitative design with the theory of health literacy. Data collection was carried out by interviews with married women from the National Agency for Human Rights Development and Development at the age range of 30-50 years in April - June 2019. Informants in this study were collected into two groups, those who had VIA screening and those who did not do VIA screening. The results showed that health literacy in informants tended to be good, especially in RSUD functional and interactive health literacy. But IVA screening habits in Indonesia informants do not only depend on health literacy. There are other factors that determine facilities and infrastructure, health workers, and supporting factors and barriers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refial Mizan
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Kanker serviks merupakan kanker dengan insidensi kedua tertinggi pada wanita. Skrining yang tidak adekuat merupakan penyebab tingginya kanker serviks di Indonesia dan 70 penderita datang ke rumah sakit pada stadium lanjut. IVA merupakan metode skrining sederhana, murah dengan sensitivitas tinggi yang cocok diterapkan di Indonesia dan DKI Jakarta merupakan daerah yang tepat dijadikan model untuk mengetahui permasalahan kanker serviks di Indonesia. Female Cancer Program FCP bersama FKUI aktif melakukan skrining kanker serviks dengan metode IVA sejak tahun 2004. Belum diketahui berapa capaian skrining kanker serviks dengan metode IVA di Jakarta tahun 2004-2010TUJUAN: mendapatkan gambaran capaian skrining kanker serviks oleh FCP di berbagai wilayah di Jakarta tahun 2004-2010METODE: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif HASIL: Capaian skrining kanker serviks dengan metode IVA di Jakarta tahun 2004-2010 adalah 31236 perempuan atau 0.86 persen dari populasi perempuan di DKI Jakarta usia 15 hingga >60 tahun. Proporsi terbanyak 60.07 persen adalah skrining di wilayah Jakarta Timur diikuti 24.41 persen wilayah Jakarta Pusat, 8.42 persen Jakarta Utara, 4.02 persen Jakarta Selatan dan 3.08 persen Jakarta Barat. Skrining berbasis Puskesmas baru mencakup 45 dari total 340 Puskesmas di DKI Jakarta, 7 Puskesmas di Jakarta Pusat dan 38 Puskesmas di Jakarta Timur. Proporsi menurut usia peserta skrining terbanyak pada kelompok usia 30-39 tahun yaitu 38 persen . Proporsi temuan IVA positif adalah 1138 atau 3.68 persen dimana 3.14 persennya merupakan temuan di wilayah Jakarta Timur. Temuan kanker adalah 0.08 persen atau 80/100000 perempuan.SIMPULAN: Skrining kanker serviks dengan metode IVA telah berhasil dilakukan di Jakarta pada 31.236 perempuan pada periode 2004-2010 dan IVA merupakan metode paling tepat dikembangkan di Jakarta dan Indonesia pada umumnyaKATA KUNCI: Capaian, IVA, Kanker serviks, Skrining

ABSTRACT
Abstract Objective To evaluate the coverage of a cervical cancer screening program based on visual inspection with acetic acid VIA testing conducted during 2004 to 2010 in Jakarta.Methods We used data obtained from the Female Cancer Program FCP . Cervical cancer screening participation rates were calculated.Results A total of 31,236 women participated in the program. The participation rate of the program was 0.86 .Conclusion The participation rate of the program was low. Efforts to facilitate participation in cervical cancer screening program among Indonesian women are needed. Further studies assessing factors that influence attendance in cervical cancer screening program are required."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatia Sifa
"Pemeriksaan kesehatan pranikah merupakan serangkaian tes yang harus dilakukan calon pengantin sebelum menikah untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan pada calon pengantin dan keturunannya kelak. Tidak semua orang mempunyai riwayat kesehatan yang baik walaupun dalam keadaan sehat. Skripsi ini membahas kebijakan negara-negara yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan pranikah sebelum calon pengantin melangsungkan pernikahan. Ketentuan pemeriksaan kesehatan pranikah tiap negara juga berbeda-beda baik dalam kewajibannya juga rangkaian tes yang dilakukan. Penelitian ini adalah review literatur dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Indonesia masih jauh dari negara lainnya dalam pelaksanaan PHE, dibutuhkan evaluasi kebijakan sehingga dipatuhi dan berjalan lebih baik, meningkatkan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan perilaku kesehatan dalam masayarakat.

Premarital screening is defined as testing couples who are going to be married in order to prevent common genetic blood disease and infectious disease that may affect their next generation. Some people might look healthy but they might be a carrier for hereditary disease. This tresearch focused on policies concerning on premarital screening in Indonesia and other countries. The research uses Literature Review (LR) with descriptive approach. The result is PHE in Indonesia is still far from other countries implementation of PHE. Evaluation of PHE policy is needed to support PHE, ensure intervention health promotion to raise awareness and attitude of PHE."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>