Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susilawati
"Kateterisasi jantung adalah tindakan diagnostik dan intervensi terhadap penyakit jantung koroner. Nyeri punggung merupakan keluhan yang banyak diungkapkan oleh pasien yang menjalani kateterisasi jantung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap nyeri punggung pada pasien post kateterisasi jantung.
Desain penelitian adalah randomized controlled trials dengan single blind. Sebanyak 46 responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan metode randomisasi blok. Hasil penelitian menyimpulkan rerata nyeri punggung pada kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01) dan selisih peningkatan nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi (p value =0,042).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan nyeri punggung pada pasien yang diberikan mobilisasi dini lebih rendah dibandingkan peningkatan nyeri punggung pada pasien yang tidak diberikan mobilisasi dini. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan intervensi massage punggung untuk menurunkan ketegangan otot punggung.

Cardiac catheterization is increasingly used in hospitals in Indonesia as diagnostic and interventional interventions against coronary heart disease. Back pain is a major complaint expressed by many patients who undergoing cardiac catheterization as prolonged bed rest period without any change in the position for more than 6 hours till tomorrow morning is commonly use. The purpose of this study were to determine the effect of early mobilization toward backpain in patients post cardiac catheterization.
The study design was a randomized controlled trials with singleblinded. The sample size was 46 respondents which divided to two groups: control group and intervention group by using block randomization method. The result of this study showed that mean backpain's scale in control group was significantly higher than the intervention group (pvalue = 0.01) after the interventios were given, and the difference in mean backpain’s scale in the control group is higher than the intervention group (p value = 0.042).
This study conclude that backpain’s scale elevated in patients whose given early mobilization is lower than the in backpain's scale in patients whose are not given early mobilization. Recommendations for further research is added another interventions to reduce tension of back muscles such as back massage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Apriyani
"Penyakit Jantung Koroner (PIK) merupakan penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Tindakan definitif untuk mendeteksi gangguan pada pembuluh darah jantung ini adalah tindakan diagnostik kateterisasi jantung. Prosedur ini membutuhkan kesiapan pasien dan menimbulkan rasa kecemasan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kesiapan pasien PJK dengan kualitas nyeri insersi setelah tindakan kateterisasi jantung. Peneiitian ini dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode non probability sampling yaitu consecutive sampling, pada laki-laki dan perempuan yang berusia antara 31 - 67 tahun (n = 30). Untuk menguji hubungan antara tingkat kesiapan pasien dengan kualitas nyeri insersi digunakan uji Fisher Exact.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kesiapan pasien dengan kualitas nyeri insersi yang dirasakan pasien (p = 0,001, <1 = 0,05). Hasil penelitian menuniukkan bahwa kualitas nyeri yang dirasakan pasien berkisar antara nyeri ringan dan nyeri sedang. Sedangkan analisis hubungan antara variabel confounding jenis kelamin dan kualitas nyeri insersi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas nyeri insersi (p = 0,008 , <1 = 0,05).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan pasien dengan kualitas nyeri insersi. Hal ini menunjukkan pasien PIK perlu dipersiapkan secara fisik, mental, dan pengetahuan dalam menghadapi kateterisasi jantung. Karena prosedur ini menimbulkan kecemasan dan rasa takut pasien, maka saran bagi penelitian selanjutnya adalah menggali bagaimana pengalaman pasien PJK dalam menghadapi kateterisasi jantung."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Janno
"Angiografi koroner dan PCI/PTCA transfemoral, dapat menimbulkan komplikasi perdarahan dan haematom. Penggunaan bantal pasir 2,3 kg sebagai penekan mekanikal dapat meminimalkan insiden perdarahan dan haematom, akan tetapi penggunaan bantal pasir 2,3 kg terlalu lama dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi klien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas penekanan mekanikal dengan bantal pasir 2,3 kg antara 2, 4 dan 6 jam terhadap insiden perdarahan, haematom dan rasa tidak nyaman. Metode penelitian randomized controlled trial desain paralel tanpa matching.
Metode sampling randomisasi dengan random blok. Jumlah sampel 90 orang, kelompok intervensi I 30 orang, intervensi II 30 orang dan kontrol 30 orang. Kelompok intervensi I menggunakan bantal pasir 2,3 kg selama 2 jam, kelompok intervensi II selama 4 jam dan kelompok kontrol selama 6 jam. Observasi dan pengukuran dilakukan setiap 2 jam pada semua kelompok, alat ukur yang digunakan lembar observasi, tensi digital terkalibrasi, monofilamen dan keluhan rasa tidak nyaman.
Hasil penelitian tidak ada responden yang mengalami perdarahan pada semua kelompok, tidak ada perbedaan insiden haematom diantara kelompok (p value = 0,866). Ada perbedaan signifikan tingkat rasa nyaman diantara kelompok pada observasi 4 jam (p value = 0,003) dan pada observasi 6 jam (p value = 0,0005). Perlu modifikasi SOP tentang penggunaan bantal pasir 2,3 kg sebagai penekan mekanikal dari 6 jam menjadi 2 jam. Penggunaan bantal pasir 2,3 kg 2 jam tidak meningkatkan insiden perdarahan dan haematom, akan tetapi meningkatkan rasa nyaman klien.

Angiography coroner and PTCA with transfemoral approach of catheter commonly having vascular complications, such as bleeding and hematoma. Using a 2,3 kg sandbag as a mechanical compression to minimize incidence of bleeding and hematoma in a longer period of compression would have side effect that increase patient discomfort. This study was aim at evaluating the different effects of putting a sandbag 2,3 kg between two, four, and six hours on femoral access site after cardiac invasive procedure toward vascular complications rate and the severity of discomfort level.
The research design was randomized control trial study where 90 patients were included and divided randomly into three different groups. A 2,3 kg sandbag was applied for two hours, four hours, and six hours after sheath removal, to the first, second, and third group respectively. Every 2 hours until 6 hours the observation of bleeding, hematoma and discomfort for each groups were taken with sphygmomanometer digital, monofilament and the observation sheets.
The result of study demonstrated that no patient has any bleeding as a complication of procedure, and there is no significant differences incidence of hematoma between groups (p value = 0,866), however there is significant differences the client experienced of discomfort were found after 4 hours using 2,3 kg sandbag on femoral access site as a mechanical pressure (p value = 0,003), and after 6 hours (p value = 0,0005). As a research recommendation a of SOP is required from six hours becomes two hours in using a 2,3 kg sandbag as a mechanical pressure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnia Nerlika Kusumaningtyas
"Prosedur kateterisasi jantung berkaitan erat dengan penggunaan teknik fluoroskopi dalam waktu relatif lama. Dalam penelitian ini dilakukan analisa dosis radiasi personel kateterisasi jantung berdasarkan koleksi data hasil pantauan berkala Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta dari berbagai rumah sakit. Untuk verifikasi, dilakukan pengukuran dosis personel kateterisasi jantung selama berlangsung prosedur Coronary Angiography dan Percutaneous Coronary Intervention. Setiap personil menggunakan 4 dosimeter, 2 film badge dan 2 TLD badge, dimana 1 film badge dan 1 TLD badge diletakkan di bawah apron sedangkan yang lain berada di luar apron dekat leher. Dari koleksi data diperoleh informasi dosis personel pengguna film badge per tahun pada umumnya berada dalam rentang (0,10–10) mSv untuk dokter, (0,10–7,20) mSv untuk perawat, dan (0,10–1,30) mSv untuk radiografer. Adapun dosis personel pengguna TLD badge per tahun tercatat (0,01–14) mSv untuk dokter, (0,01–14,50) mSv untuk perawat dan (0,01–2,50) mSv untuk radiografer. Dari hasil pengukuran di 3 rumah sakit diperoleh estimasi dosis efektif per tahun tertinggi dokter dalam rentang (4,96–8,71) mSv, perawat dalam rentang (7,51–37,34) mSv dan radiografer dalam rentang (7,40–25,32) mSv. Hasil pengukuran menunjukkan para personel kateterisasi jantung berpotensi menerima dosis tinggi, dapat melebihi nilai batas dosis sebesar 20 mSv/tahun.

Cardiac catheterization procedures were closely related to the use of fluoroscopy techniques in a relatively long time. In this study, radiation dose analysis for cardiac catheterization personnel was carried out based on data collected from the results of periodic monitoring of the Jakarta Health Facility Security Center from various hospitals. For verification, dose measurements of cardiac catheterization personnel were performed during the Coronary Angiography and Percutaneous Coronary Intervention procedures. Each personnel used 4 dosimeters, 2 film badges, and 2 TLD badges, where 1 film badge and 1 TLD badge were placed under the apron while the others were outside the apron near the neck. From the data collection, information on the dose of personnel using the film badge per year was generally in the range (0.10–10) mSv for doctors, (0.10–7.20) mSv for nurses, and (0.10–1.30 ) mSv for radiographers. The dose of personnel using the TLD badge per year was recorded (0.01–14) mSv for doctors, (0.01–14.50) mSv for nurses, and (0.01–2.50) mSv for radiographers. From the results of measurements in 3 hospitals, the highest estimated effective dose per year was doctors in the range (4.96–8.71) mSv, nurses in the range (7.51–37.34) mSv, and radiographers in the range (7.40– 25.32) mSv. The measurement results show that cardiac catheterization personnel had the potential to receive high doses, which can exceed the dose limit value of 20 mSv/year.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Philadelphia: Elsevier, 2013
R 616.12 INT
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Baltimore, Md.: Williams & Wilkins, 1995
616.19 Bai c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Dita Astari
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai gambaran utilisasi cathlab di RSUP Fatmawati tahun 2017 berdasarkan variabel penjadwalan tindakan, Indeks Kinerja Individu IKI dokter, pasien darurat, keterlambatan tindakan pertama, pembatalan tindakan dan overtime tindakan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasi dan ditunjang dengan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata utilisasi cathlab RSUP Fatmawati sebesar 37,9 dan dikategorikan sebagai underutilisasi. Faktor yang paling mempengaruhi utilisasi tersebut adalah Indeks Kinerja Individu IKI dokter yang berkaitan dengan penjadwalan tindakan. Peneliti menyarankan untuk mengoptimalisasikan utilisasi cathlab dengan mempertimbangkan faktor-faktor utilisasi cathlab sebagai dasar penyusunan Indeks Kinerja Individu IKI dokter.

ABSTRAK
This research is discussing about cathlab utilization at RSUP Fatmawati during 2017 period based on several variables treatment scheduling, Doctor rsquo s Individual Performance Index IKI , emergency patient, delay on first treatment schedule, treatment cancellation and treatment overtime. This is a quantitative research with observation and supported by qualitative method with indepth interview. Result on this study shows that the average of cathlab utilization at RSUP Fatmawati is 37.9 and categorized as underutilized. Factor that influence most is Doctor rsquo s Individual Performance Index IKI related to treatment scheduling. Researcher suggest to increase the cathlab utilization optimalization with considering cathlab utilization factors as a fundamental of conducting Doctor rsquo s Individual Performance Index IKI."
2017
S69394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Lukmanda Evan
"Perkembangan teknologi memainkan peranan penting dalam ketersediaan parameter pencitraan pada prosedur kateterisasi jantung, yang berdampak pada perlunya dilakukan optimasi pada kualitas citra dan tingkat dosis radiasi guna menentukan kombinasi parameter optimasi yang optimal. Pada kasus pasien anak (pediatrik), keperluan optimasi menjadi sangat penting sebab waktu hidup pasien yang lebih panjang dan sel yang lebih rentan terhadap radiasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan parameter pencitraan yang optimal di antara variasi yang diberikan, yakni mode pencitraan, diameter pembuluh darah (8, 6, 4, 2, dan 1 mm), dan konsentrasi media kontras berbasis Iodin (16%, 14%, 12%, dan 10% pada larutan plasma darah), dengan Figure of Merit (FOM) sebagai parameter. Fantom dibuat sebagai pengganti pasien pediatrik. Pengukuran Entrance Surface Air Kerma (ESAK) dan dosis keluaran dilakukan bersamaan dengan kalkulasi Signal-to-Noise Ratio (SNR) dari masing-masing variasi. Dari kalkulasi dosis dan kualitas citra, FOM untuk semua variasi dapat dikalkulasi dan kondisi optimum dapat ditentukan. Sebagai hasil, mode low dose pada fluoroskopi dan mode 15 fps low contrast mode ditentukan sebagai mode paling optimum untuk pasien berketebalan 10 cm. Ditemukan pula bahwa material timah tidak cocok digunakan dalam studi karena nilai SNR yang terlalu jauh jika dibandingkan dengan larutan Iodin.

Technological development plays an essential role in expanding the breadth of imaging parameters in cardiac catheterization procedure, consequencing on the need of optimization involving image quality and dose level to consider the most favorable parameter combination. In the case of paediatric patients, the awareness is greater owing to the longer life expectancy as well as higher vulnerability against radiation effects in younger cells. The purpose of this study is to assess the most favorable imaging parameters among varied factors, i.e. the available imaging modes, vessel diameter (8, 6, 4, 2, and 1 mm), and iodine-based contrast agent’s concentration (16%, 14%, 12%, and 10% in a blood plasma solution), employing Figure of Merit (FOM) as optimization parameter. In house phantom was constructed to accommodate all variations within the dimensional constrain of a paediatric patient. Measurements of Entrance Surface Air Kerma (ESAK) and exit dose were performed along with calculations of Signal-to-Noise Ratio (SNR) of each varied objects. From the measured dose and image quality, calculation of FOM was done resulting that of all modes, it was favorable to employ low dose fluoroscopy mode and lower frame/s mode in cine acquisition due to low delivered dose and insignificant image quality change among the modes. Higher frame/s cine modes were, however, usable when clinical situation dictates with the expense of the dose level being twice as much as the lower frame rate cine modes. This work also found that the use of Tin as Iodine replacement for research purposes is inadvisable.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wantonoro
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui "Efektivitas kateterisasi urin menggunakan jelly anestesi dan jelly biasa terhadap respon nyeri pasien laki – laki di RSUD Muntilan dan PKU Muhammadiyah DIY". Desain penelitian Quasi eksperimen; post-test only control group. Pengambilan sampel dilakukan secara nonprobability sampling dengan metode purposive sampling, Sampel penelitian berjumlah 30 responden yang terbagi dalam dua kelompok.
Hasil uji statistik Mann–Whitney didapatkan angka significancy 0,000. Kesimpulan penelitian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skala nyeri keterisasi urin menggunakan jelly anestesi dan jelly biasa pada pasien laki - laki. Dari hasil penelitian, jelly anestesi direkomendasikan diberikan 3 menit sebelum pemasangan kateter urin laki - laki.

This research aimed to show the effectiveness of urine catheterization using anesthetics jelly and water based lubricant for male patients’ pain response at RSUD Muntilan and PKU Muhammadiyah DIY. The research design used quasi experiment; post test only control group. Sample was taken by nonprobability sampling with purposive sampling method.In this study, there were 30 respondents which were divided into two groups.
The Mann-Whitney test indicated a significant difference in urine catheterization pain score response using anesthetics jelly and common jelly for male patients. From this study, anesthetics jelly was recommended to use with 3 min delay following instillation of anesthetics jelly before urine catheterization for male patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>