Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92936 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nonok Karlina
"ABSTRAK
Dukungan keluarga sangat berperan penting dalam pengelolaan diri pasien
diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi sistem dukungan
keluarga masyarakat Cirebon dalam perubahan gaya hidup pasien diabetes
melitus. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi.
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8 partisipan pasien dan 8 partisipan
anggota keluarga. Hasil analisa data pada pasien dan keluarga teridentifikasi
delapan tema, yaitu: respon psikologis terhadap penyakit, perubahan gaya hidup,
dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental, reaksi
emosi positif, harapan untuk kesehatan dan kendala dalam dukungan. Tema yang
berkaitan dengan dukungan penghargaan tidak secara spesifik ditemukan dalam
penelitian ini. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dalam membantu klien merubah gaya
hidupnya.

ABSTRACT
Family support is very important in the self-management of diabetes mellitus
patients. This study aims to explore the family support system in cirebon
community lifestyle change of diabetic patients. This research employs qualitative
methodology, with phenomenology approach. Participants in this study were 8
patients and 8 caregiver. The data analysis revealed eight themes emerged from
patient and caregivers were psychological response to the disease, lifestyle
changes, informational support, emotional support, instrumental support, appraisal
support, positive emotional reactions, expectations and constraints for health in
support. Themes related to the appraisal support is not specifically identified in
this study. The results of this research are expected to contribute positively in
improving nursing care quality to helping clients change their lifestyle."
2013
T35941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ratna Mutu Manikam
"Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut dari diabetes melitus (DM) tak terkontrol, ditandai dengan hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik. Pemberian nutrisi sering menjadi masalah, namun menunda pemberian nutrisi dini menyebabkan peningkatan kadar keton darah dan morbiditas pasien. Tujuan penulisan serial kasus ini adalah memulihkan ketosidosis dan memenuhi kebutuhan makro- dan mikronutrien. Pasien berusia antara 18?65 tahun, mengalami KAD dengan DM, dirawat 5?12 hari di Rumah Sakit Umum Tangerang. Pencetus KAD adalah infeksi, ketidakpatuhan pengobatan, dan diet yang tidak tepat. Keempat orang pasien menderita DM dengan penyakit penyerta yang berbeda. Terapi nutrisi diberikan berdasarkan kondisi klinis pasien. Energi diberikan mulai dari kebutuhan basal yang dihitung dengan persamaan Harris-Benedict, atau dimulai dari 20?25 kkal/ kg BB pada kondisi sakit kritis. Makronutrien diberikan sesuai rekomendasi American Diabetes Association dan mikronutrien sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Pemantauan yang dilakukan meliputi toleransi asupan, imbang cairan, antropometri, dan laboratorium (kadar glukosa darah, keton darah, dan elektrolit). Edukasi dan konsultasi nutrisi diberikan setiap hari. Selama pemantauan semua pasien menunjukkan perbaikan klinis dan penurunan kadar keton darah. Semua pasien dapat mencapai kebutuhan energi total dan kadar glukosa darah mendekati normal. Sebelum pulang pasien diberikan edukasi tentang cara mengetahui faktor yang dapat mencetuskan KAD dan mengatasinya, serta edukasi nutrisi untuk mencapai kontrol glikemik optimal dan mencegah KAD.

Diabetic ketoacidosis (DKA) is an acute complication of uncontrolled diabetes, characterized by hyperglycemia, ketosis, and metabolic acidosis. Nutrition intervention may often cause some problems, unfortunately, withholding early nutrition may increase blood ketones concentration and patient morbidity. Aims of this case series are resolve ketoacidosis dan meet macro and micronutrient requirement. Patients aged between 18 to 65 years old, presented DKA with diabetes mellitus, and hospitalized from 5 to 12 days at Tangerang General Hospital. Precipitating factors of DKA include infection, noncompliance to medication, and inproper diet. All patients suffered from DM with different comorbidities. Nutritional therapy was given according to patients clinical condition. The energy was given begin with basal requirement, which calculated using Harris-Benedict equation, or begin with 20?25 kcal/kg body weight (BW) in critically ill condition. Macronutrients were given according to American Diabetes Association recommendation and micronutrients based on patients? condition and requirement. Monitoring includes food intake tolerance, fluid balance, anthropometric, and laboratory results (blood glucose levels, blood ketone, and electrolytes). Education and nutrition consultation were given everyday. During monitoring all patients showed clinical improvements in general condition and blood ketone concentration?s reduction. All patients can meet total energy requirement with blood glucose levels close to normal. Before discharge, patients received education to identify and manage risk factors that may precipitate DKA. Nutrition education was also given to achieve optimal glycemic control and prevent DKA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Rasalhaque
"Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyebab kematian ke-2 pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan, sedangkan di pedesaan menduduki peringkat ke-6. Angka kejadiannya berhubungan dengan adanya resistensi insulin akibat berbagai macam faktor. Pola paling umum dijumpai adalah dislipidemia terutama hipertrigliseridemia dan pengurangan kadar HDL. Penelitian ini dirancang untuk melihat gambaran kadar trigliserida pada pasien DM tipe 2 yang berobat ke Poli IPD RSCM pada tahun 2010. Didapatkan bahwa dari 108 subyek, 55 orang berusia ≥55 tahun, 68 orang berjenis kelamin perempuan, 71 orang tidak merokok, dan 84 orang dengan kadar trigliserida normal. Dari hasil analisis didapat hubungan tidak bermakna antara kadar trigliserida dengan usia (Mann-Whitney, p = 0.104), jenis kelamin (Chi-square, p = 0.062), perilaku merokok (Chi-square, p = 0,973), kadar gula darah puasa (Mann-Whitney, p = 0.973), dan kadar gula darah dua jam post prandial. (Mann-Whitney, p = 0.539). Rerata TG berdasarkan analisis data adalah 140,5 (49-1144) mg/dL. Nilai rerata kadar glukosa darah puasa (GDP) 186,5 (114-559) mg/dL. Analisis data menunjukkan sebaran tidak normal dengan rerata kadar gula darah dua jam post prandial (GD2PP) sebesar 291 (178-582) mg/dL.

Type 2 diabetic melitus is the second death cause on urban residencies age ranged 45-54 year old, while it is the 6th leading death cause on rural area, based on RISKEDA 2007. High rate of prevalencies is because insulin resistancies as results of multifactorial. Most common patern is dislipidemia especially hypertriglyceride and low level of HDL. This researh is designed to picture triglyceride level on type 2 diabetic melitus patients in RSCM on year 2010. Known that from 108 subjects, 55 are aged ≥55 year old, 68 are women, 71 don’t smoke and 84 with normal level of triglyceride. From analitic processes, known that triglyceride level is not associated with age (Mann-hitney, p = 0.104), sex (Chi-square, p = 0.062), smoking habbit (Chi-square, p = 0,973), fasting blood glucose (Mann-Whitney, p = 0.973), and 2 hours post-prandial blood glucose (Mann-Whitney, p = 0.539). Mean rate of triglyceride level is 140,5 (49-1144) mg/dL. Mean rate fasting blood glucose is 186,5 (114-559) mg/dL. Data analysis doesn’t show normal distribution on mean rate of level 2 hours post prandial blood glucose 291 (178-582) mg/dL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azri Nurizal
"Latar Belakang: Peningkatan kadar high sensitivity C-reactive protein ( hsCRP ) dan kekakuan arteri berhubungan dengan peningkatan insiden kejadian kardiovaskular dan peningkatan mortalitas akibat penyakit jantung koroner pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hsCRP dan kekakuan arteri pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Metode : Melalui studi cross-sectional, dilakukan pemeriksaan kadar hsCRP dan derajat kekakuan arteri karotis pada 40 pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Kekakuan arteri karotis kommunis diperiksa dengan doppler echotracking system untuk menentukan pulse wave velocity (PWV) atau kekakuan arteri karotis lokal (carotid-PWV).
Hasil : Nilai median hsCRP pada penelitian ini adalah 4,5 (0,2 - 18,9) mg/L dan nilai rata-rata kekakuan arteri karotis adalah 8,8 ±1,7 m/detik. hsCRP berkorelasi kuat dengan karotid-PWV (r = 0,503, P = 0,001). Korelasi hsCRP dengan karotid-PWV ini tetap terlihat setelah dilakukan koreksi terhadap umur, indeks masa tubuh dan mean arterial pressure (r = 0,450, P = 0,005).
Kesimpulan : Setelah dilakukan koreksi terhadap umur, indeks masa tubuh dan mean arterial pressure, hsCRP berkorelasi positif cukup kuat dengan kekakuan arteri pada pasien diabetes melitus tipe 2.

Background: The elevated level of high-sensitivity C-reactive protein (hsCRP) and arterial stiffness are associated with higher incidences of cardiovascular events and with increased mortality from coronary heart disease in type 2 diabetic patients.
Aim: The aim of this study was to investigate the relationship between hsCRP and arterial stiffness in type 2 diabetic patients.
Methods: A cross-sectional study was conducted to assess the plasma levels of high sensitive C-reactive protein and carotid arterial stiffness among 40 patients with type 2 diabetes mellitus. The common carotid artery was studied by a doppler echotracking system to determine the local carotid pulse wave velocity (carotid-PWV).
Results: The median value of hsCRP in this study was 4.5 (0.2 to 18.9) mg/L and the average value of local carotid stiffness was 8.8 ± 1.7 m/sec. hsCRP showed a strong correlation with carotid-PWV (r = 0.503, P = 0.001). Levels of hsCRP were independently associated with carotid-PWV after adjusting for age, body mass index, and mean arterial pressure (r = 0,450, P = 0,005).
Conclusion: After adjusting for age, body mass index, and mean arterial pressure, hsCRP was strongly positively correlated with arterial stiffness in patients with type 2 diabets mellitus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendria Putra
"Endurance exercise merupakan aktifitas fisik aerobic yang dapat meningkatkan denyut jantung dan pernafasan bila dilakukan dalam waktu yang direkomendasikan pada pasien Diabetes Mellitus. Ketidaktahuan perawat tentang bentuk, intensitas, durasi, dan frekuensi latihan fisik yang diperbolehkan pada pasien tersebut akan menyebabkan tidak terlaksananya manajemen asuhan keperawatan yang baik dan benar pada pasien Diabetes Mellitus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristlk, nilai HDL darah, nilai HDL darah sebelum dan sesudah endurance execise, nilai HDL darah antara kelompok kontrol dan intervensi sesudah endurance exercise serta variabel yang paling berpengaruh terhadap nilai HDL sesudah endurance exercise.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperirnen dengan pendekatan the untreated control group design with pretest and positest. Populasi penelitian sebanyak 388 orang. Sampel penelitian adalah 47 responden (23 responden pada kelompok kontrol dan 24 responden kelompok intervensi) dengan menggunakan teknik random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan nilai HDL darah sebelum dan sesudah endurance exercise (p=0.000), adanya perbedaan signifikan nilai HDL darah sesudah endurance exercise antara kelompok kontrol dan intervensi (p=0.042), serta keteraturan kontrol merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap nilai HDL darah sesudah endurance exercise (Beta=0.370).
Kesimpulan penelitian ini adalah endurance exercise dapat meningkatkan nilai HDL darah pasien Diabetes Mellitus. Dari hasil penelitian ini disarankan endurance exercise dapat menjadi salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Wiradarma
"[ABSTRAK
Latar belakang: mengetahui hubungan antara asupan makronutrien dan gaya
hidup terhadap status HbA1c penyandang diabetes melitus (DM) tipe 2. Metode:
penyandang DM tipe 2 dikategorikan ke dalam 2 kelompok, yaitu kontrol
glikemik (KG) baik (HbA1c < 7,0) dan KG buruk (HbA1c > 7,0). Data
karakteristik dasar seperti usia, jenis kelamin, status gizi, durasi menderita DM,
jenis dan jumlah obat DM yang digunakan, serta ada/ tidaknya komplikasi DM
yang diderita. Asupan makronutrien terdiri dari asupan energi total harian, asupan
karbohidrat, protein, lemak dan serat. Faktor gaya hidup meliputi ketaatan
mengikuti diet sesuai yang direkomendasikan, aktivitas fisik, ketaatan konsumsi
obat, merokok dan minum alkohol. Data-data dari kedua kelompok kemudian
dihubungkan dengan status HbA1c dengan uji Chi square. Hasil penelitian: usia
penyandang DM yang lebih muda (< 55 tahun), asupan karbohidrat dan ketaatan
mengikuti diet berhubungan bermakna secara statistik dengan status HbA1c (P <
0,05). Rasio asupan makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) pada kelompok
KG baik adalah 47: 18: 35 dan KG buruk 51: 16: 33. Kesimpulan : Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa status HbA1c berhubungan bermakna dengan
faktor usia, asupan karbohidrat, dan ketaatan mengikuti diet. Edukasi sebaiknya
diberikan kepada penyandang DM tipe 2 dengan KG buruk, terutama yang berusia
< 55 tahun agar mengatur pola makannya sesuai dengan yang direkomendasikan
dengan memperhatikan jenis, jumlah, dan jadwal.

ABSTRACT
Background: Determining the relationship between macronutrients intake and lifestyle
factors and HbA1c status of diabetic type 2 patient in improving the effectiveness of
patient?s nutrition therapy and preventing diabetes complications. Methods: Diabetic
type 2 patients were categorized into 2 groups; patients with good glycemic control (GC)
or HbA1c < 7.0 and patients with poor glycemic control (PC) or HbA1c > 7.0. Clinical
characteristics were differentiated by age, gender, body mass index (BMI), duration of
illness, type and amount of diabetic medication, and other diabetic complication.
Macronutrient intake consisted of total daily calories and carbohydrate, protein, fat and
fiber intakes. Lifestyle factors consisted of the adherence to dietary advice and
medication, physical activities, smoking habit, and alcohol intake. The data were be used
to determine their relationship with HbA1c status using Chi Square test. Results:
Younger diabetic type 2 patients (< 55 years old), carbohydrate intake, and adherence to
dietary advice were identified as statistically significant variables related to HbA1c status
(P <0.05). Macronutrient intake ratio (carbohydrate : protein : fat) for GC was 47 : 18 : 35
and PC was 51 : 16 : 33. Conclusions: The results demonstrate that HbA1c status in
diabetic type 2 patient are related to age, carbohydrate intake and adherence to dietary
advice. Education to be provided to younger diabetic type 2 patients (<55 years old) to
maintain good dietary pattern according to medical nutrition therapy, Background: Determining the relationship between macronutrients intake and lifestyle
factors and HbA1c status of diabetic type 2 patient in improving the effectiveness of
patient’s nutrition therapy and preventing diabetes complications. Methods: Diabetic
type 2 patients were categorized into 2 groups; patients with good glycemic control (GC)
or HbA1c < 7.0 and patients with poor glycemic control (PC) or HbA1c > 7.0. Clinical
characteristics were differentiated by age, gender, body mass index (BMI), duration of
illness, type and amount of diabetic medication, and other diabetic complication.
Macronutrient intake consisted of total daily calories and carbohydrate, protein, fat and
fiber intakes. Lifestyle factors consisted of the adherence to dietary advice and
medication, physical activities, smoking habit, and alcohol intake. The data were be used
to determine their relationship with HbA1c status using Chi Square test. Results:
Younger diabetic type 2 patients (< 55 years old), carbohydrate intake, and adherence to
dietary advice were identified as statistically significant variables related to HbA1c status
(P <0.05). Macronutrient intake ratio (carbohydrate : protein : fat) for GC was 47 : 18 : 35
and PC was 51 : 16 : 33. Conclusions: The results demonstrate that HbA1c status in
diabetic type 2 patient are related to age, carbohydrate intake and adherence to dietary
advice. Education to be provided to younger diabetic type 2 patients (<55 years old) to
maintain good dietary pattern according to medical nutrition therapy]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara profil lipid darah dengan derajat retinopati diabetik penderita DM tipe-2. Penelitian potong-lintang pada 52 pasien retinopati diabetika dilaksanakan di Poliklinik Mata, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Data yang dikumpulkan meliputi data demografi, gaya hidup, lama menderita DM, pemeriksaan fisik dan antropometrik, asupan lemak, asam lemak dan kolesterol data kadar gula darah puasa, A1C, kolesterol total, kolesterol-LDL, kolesterol-HDL and trigliserida, dan pemeriksaan fundus.
Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara profil lipid darah dengan derajat retinopati diabetik. Subyek terdiri dari 20 orang laki-laki dan 32 orang perempuan dengan rerata usia 53,8 ± 5,2 tahun. Sebanyak 53,8% telah didiagnosis DM selama >10 tahun, dengan rerata IMT adalah 24,1 ± 3,3 kg/m2 dan 38,5% diklasifikasikan sebagai obes I dan II. Rerata kadar gula darah puasa 157,5 ± 71,8 mg/dL, dan A1C 9,1 ± 2,4 %.
Sebanyak 40,4% subyek mempunyai kadar kolesterol total darah tinggi, 34,6% kadar kolesterol-LDL darah sangat tinggi, dan 65,4% dengan kolesterol-HDL dan trigliserida darah normal. Derajat keparahan retinopati diabetika ditunjukkan dengan adanya 61,6% subyek dengan retinopati diabetika non-proliferasi berat (NPDR) and retinopati diabetika proliferasi (PDR). Kesimpulannya, belum dapat dibuktikan adanya hubungan yang bermakna antara profil lipid dengan derajat retinopati diabetika.

This study aimed to determine the relationship between plasma lipid profile and the severity of diabetic retinopathy in type 2 diabetes patients. A cross sectional study was done in Ophthalmologic Clinic, Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta for 52 diabetic retinopathy (DR) patients. Data collected were demographic, life style, duration of diabetes, physical and antropometric examinations, fat, fatty acid and cholesterol intake, fasting plasma glucose, A1C, total-, LDL-, HDL-cholesterol and triglyceride level, and fundus examination.
Statistical analysis was done using chi-square test to see the associations between plasma lipid profile and DR in type 2 diabetes patients. Subjects comprised of 20 males and 32 females diabetes patients with mean age of 53.8 ± 5.2 years. As much as 53.8% had been diagnosed as DM for >10 years. The mean value of BMI was 24.1 ± 3.3 kg/m2 and 38.5% were classified as obese I and II. The mean value of fasting plasma glucose was 157.5 ± 71.8 mg/dL, and A1C was 9.1 ± 2.4 %.
For lipid profile, 40.4% had high total cholesterol level (>240 mg/dL), 34.6% had high and very high LDL-cholesterol level (≥160 mg/dL), and 65.4% had normal HDL-cholesterol (40-60 mg/dL) and triglyceride level (<150 mg/dL). For the severity of retinopathy, 61.6% had severe non-proliferative diabetic retinopahy (NPDR) and proliferative diabetic retinopahy (PDR). In conclusion, there were no significant associations between plasma lipid profile and the severity of diabetic retinopathy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Yudi Febrianti
"Atas rekomendasi dokter spesialis pelayanan Rujuk Balik ke puskesmas dianjurkan bagi pasien di RS yang menderita penyakit kronis termasuk diabetes melitius. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan pasien diabetes mellitus tipe 2 peserta JKN di RSU Jagakarsa untuk dirujuk balik ke FKTP.Desain potong lintang dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam digunakan dalam studi ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan pasien terhadap dokter layanan primer, persepsi pasien mengenai ketersediaan obat di fasilitas kesehatan primer, jarak tempuh terhadap fasilitas kesehatan primer dan dukungan keluarga dan teman berhubungan dengan kesediaan pasien untuk dirujuk balik. Disarankan untuk mengembangkan SOP rujuk balik di RS dan mengembangkan pojokrujuk balik.

Back referral service to primary care is provided for JKN patients including diabetes mellitus type 2 patients as recommended by the internal medicine specialist. This studyaim is to analyse the factors that related to willingness of the patients to be referred to primary care after receiving care at the hospital in Jagakarsa Hospital. This study is using quantitative method with cross sectional design, followed by qualitative method with in depth interview.
The study revealed that trust to the primary health care physician, perception on medicine availability in primary health care facility, accessiibility and support from family and friend affect patient willingness to agree with back referral service. The study suggested to develop standard procedure for back referral and initiate back referral corner in hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Ginanjar
"Ulkus diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus, lama sembuh dan terjadi berulang sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien ulkus diabetes. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Pemilihan sampel dengan cara purposive sampling yang melibatkan 30 responden. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara nilai depresi dengan kualitas hidup dengan p-value 0,000. Hasil penelitian ini diharapkan merekomendasikan program pencegahan dan penanganan depresi pada pasien dengan ulkus diabetik.

Diabetic ulcers is complications of diabetes mellitus, delayed healing and repeated that affect the quality of life patients. The purpose of this study was to identify the relationship between depression and quality of life patients with diabetic ulcer. The design of this study is a descriptive correlation cross-sectional approach. The selection of samples were done in purposive sampling method and involved 30 respondents. The result are a significant correlation value depression with quality of life with p-value 0,000. The results of this study are expected to recommendation a program of prevention and treatment of depression patients with diabetic ulcers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handono Fatkhur Rahman
"Efikasi diri dan kepatuhan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dan kepatuhan dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit di Jakarta.
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 125 pasien DM tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah Diabetes Management Self-Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), dan Diabetes Quality Of Life (DQOL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (0,0005), dan kepatuhan (0,0005) berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup dengan variabel yang paling dominan adalah kepatuhan.
Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, kepatuhan, tingkat pendidikan, dan depresi menentukan kualitas hidup pasien DM. Perlunya dikembangkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang berfokus pada efikasi diri dan kepatuhan pasien DM tipe 2.

Self-efficacy and adherence are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. This study aimed to determine the relationship between self-efficacy and adherence to the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus in an outpatient unit of a Hospital in Jakarta.
This study was a cross-sectional, with sample of 125 patients with type 2 diabetes mellitus. The Diabetes Management Self- Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), and the Diabetes Quality of Life (DQOL) were employed as instruments.
The results showed that selfefficacy (0.0005), and adherence (0.0005) were significantly associated with quality of life and the most dominant variable is adherence.
Multivariate test results indicate that the variable self-efficacy, adherence, education level, and depression determines quality of life of diabetic patients. This study suggestsis the need fornursing assessment and interventions that focus on the self-efficacy and adherence diabetes mellitus patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>