Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sigma Rizkyardiani Sigit
"Surface Mechanical Attritition Treatment adalah salah satu proses fabrikasi nano material
dengan cara memberikan deformasi mekanis strain-induced pada permukaan material.
Penelitian ini memberi perlakuan SMAT pada stainless steel AISI 304 yang merupakan
austenitic stainless steel. Deformasi yang diperlakukan pada permukaan material akan
menghasilkan gradien regangan di seluruh bagian material. Perbedaan regangan dan strain
rate mempengaruhi struktur yang terjadi. Semakin tinggi regangan yang diberikan (semakin
dekat dengan permukaan) menghasilkan butir yang lebih halus hingga skala nanometer. Dan
sebaliknya, semakin rendah regangan yang dialami maka akan dihasilkan butir yang kasar..
Proses SMAT pada baja juga dapat menghasilkan transformasi fasa dari austenit ke
martensit. Analisis XRD menunjukkan peningkatan kandungan martensit pada lapisan yang
terkena regangan tinggi. Pengamatan TEM menunjukkan transformasi martensit terjadi
dengan dua mekanisme yaitu dari austenit yang berstruktur kristal FCC () menjadi martensit
yang berstruktur kristal HCP (ε) dan dari austenit yang berstruktur kristal FCC () menjadi
martensit yang berstruktur kristal BCC (α’). Transformasi ini mengikuti arah dan hubungan
kristalografi Kurdjumov-Sachs (K-S) orientation yaitu 〈1-10〉γ//〈112-0〉ε//〈11-1〉α. Sementara
pada bagian yang terkena regangan lebih rendah tetap mengandung fasa austenit.
Kombinasi dari butir halus dan kasar serta austenit dan martensit pada material yang sama
memungkinkan untuk mendapatkan material yang kuat sekaligus tangguh. Butir halus dan
fasa martensit pada permukaan akan meningkatkan kekerasan material, sementara butir kasar
dan fasa austenit pada bagian lebih dalam akan mempertahankan keuletan material.

Surface Mechanical Attritition Treatment is one of nano material fabrication method which
done by applying strain-induced mechanical deformation on the surface. This research treated
stainless steel AISI 304 which is austenitic stainless steel type, with SMAT. The deformation
cause strain gradient through out the sample. Strain level differences give effect to material
structure. Higher strain which happen closely to the surface region, result in finer grain up to
nano scale, while lower strain cause more coarse grain.
SMAT on stainless steel also could cause phase transformation from austenite to martensite.
XRD analysis showed increase of martensite content on higher strain-affected layer. TEM
observations showed martensite transformation by two mechanism, austenite with FCC
crystal structure () to martensite with HCP crystal structure (ε) and austenite with FCC
crystal structure () to martensite with BCC crystal structure (α’). This transformation are
following crystalographic orientation relationship of Kurdjumov-Sachs (K-S), 〈1-10〉γ//〈112-
0〉ε//〈11-1〉α. While on the other region that less-affected by strain still contain austenite
phase.
Combination of fine grain-coarse grain and austenite-martensite phase on the same material
could result in higher properties material since it could has high strenght and high toughness.
Fine grain and martensite phase on the surface will increase the hardness of material, while
coarse grain and austenite phase on deeper layer will increase the ductility of material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Danar Cendana
"Teknologi nanokarbon sudah mulai berkembang saat ini. Ini disebabkan nanokarbon yang memiliki sifat elektrik, termal dan mekanikal yang sangat baik. Sekarang ini nanokarbon belum diproduksi secara massal dan komersial karena terhambat pada proses produksi yang mahal. Salah satu sumber karbon yang bisa dijadikan pilihan adalah plastik. Selain harganya yang murah, plastik juga merupakan limbah yang sangat melimpah di dunia, termasuk di Indonesia. Untuk katalis, penggunaan Stainless Steel bisa menjadi pilihan karena harganya yang lebih murah dibandingkan nikel atau tembaga. Selain kedua hal ini, preparasi katalis juga berperan penting dalam proses sintesis nanokarbon.
Salah satu metode preparasi yang efektif adalah metode preparasi oxidative heat treatment pada suhu 800OC. Kelebihan dari metode preparasi ini adalah waktunya yang cukup singkat dan tidak diperlukan material lain. Metode preparasi yang dilakukan terbukti menambah jumlah nanokarbon yang menempel pada katalis sampai menghasilkan yield 2,2% dengan lama heat treatment 1 menit.
Hasil dari XRD menunjukkan adanya CNT pada nanokarbon yang di sintesis dengan suhu 800OC dan suhu pirolisis polietielen 450OC dengan variasi lama heat treatment yang berbeda-beda. Lama heat treatment yang paling optimal adalah 10 menit dengan didapatkan persebaran karbon yang merata dan konsentrasi karbon tertinggi dari karakterisasi SEM-EDX.

Nanocarbon technology has been growing nowadays due to the excellent electrical, thermal and mechanical properties of nanocarbon. However, nanocarbon has not yet been massively and commercially produced because of the expensive production process. As an alternative, plastic can be used as the carbon source not only because it is affordable but also it is a waste which amount is very abundant in the world, including in Indonesia. For the catalyst, Stainles Steel can be the alternative also because it is cheaper compared to nickel and copper. Besides, preparation method of catalyst also plays an important role in nanocarbon synthesis process.
One of the effective preparation methods is oxidative heat treatment at temperature 800OC. The advantages of this method are the fairly short time required and no other material needed to do the preparation. This preparation method is proved by the increasing amount of nanocarbons that are attached on catalyst up to 2.2% yield with one minute duration heat treatment.
The result of XRD shows that there is CNT on the nanocarbon, which synthesis at 800OC and pyrolisis temperature 450OC, in every heat treatment duration variation. The most optimal heat treatment duration is 10 minutes where it shows the carbon are evenly spread and has the highest carbon concentration from SEM-EDX characteristic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Herman Yuwono
"Sebuah penelitian sistematis telah dilakukan untuk mengetahui penyebab utama rendahnya tingkat kristalinitas nanopartikel titania (TiO2) di dalam nanokomposit TiO2−PMMA hasil proses sol−gel. Dari hasil investigasi diketahui bahwa fasa TiO2 amorfus di dalam nanokomposit disebabkan oleh pembentukan cepat dari jaringan kaku Ti-OH selama tahapan hidrólisis dan kondensasi, yang diperburuk dengan efek perangkap dari matrik PMMA. Sebuah metode kombinasi pra-anil dan pasca-hidrotermal berhasil meningkatkan tingkat kristalinitas fasa TiO2 secara signifikan , dengan tetap mempertahankan integritas matrik polimer di dalam nanokomposit. Analisis evolusi nano struktural TiO2 dalam nanokomposit dilakukan dengan pengujian XRD, spektroskopi FTIR dan TEM. Peningkatan kristalinitas nanopartikel TiO2 meningkatkan sifat-sifat optis linier dan nonlinier lapisan tipis transparan nanokomposit TiO2−PMMA

A systematic investigation has been conducted to understand the mechanisms responsible for the low nanocrystallinity of TiO2 nanoparticles in sol−gel derived TiO2 −PMMA nanocomposites. On the basis of investigation, it is found that the largely amorphous TiO2 state is caused by the fast development of stiff Ti−OH networks during hydrolysis and condensation, worsened by the PMMA entrapment effect. A combined method involving a pre-annealing and a post -hydrothermal treatment has been successfully devised to enhance TiO2 nanocrystallinity, while maintaining the integrity of polymer matrix. The nanostructural evolution of TiO2 in nanocomposites were carried out with x-ray diffraction, Fourier Transfor Infra-Red (FTIR) spectroscopy and High -Resolution Transmission Microscope (HRTEM). The functional properties of the TiO2−PMMA nanohybrids have been correlated to their nanostructures, where both linear and nonlinear optical responses are shown to increase with the enhancement of TiO2 nanocrystallinity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Georgina Elizabeth Cornelia
"Asam format telah dianggap sebagai senyawa kimia penyimpan hidrogen yang menjanjikan karena kandungan hidrogennya yang tinggi (4,4 wt%). Pada penelitian ini, nanopartikel berbasis logam PdNi dengan penambahan logam perak sebagai logam ketiga disintesis dan digunakan sebagai katalis untuk reaksi dehidrogenasi asam format. SiO2 nanosphere yang berperan sebagai penyangga, disintesis dengan menggunakan metode Stöber. Pendistribusian logam-logam ke permukaan penyangga dilakukan dengan menggunakan metode impregnasi basah dengan mencampurkan PdCl2, NiCl2.6H2O, dan AgNO3 dengan SiO2 nanosphere, yang dilanjutkan dengan reaksi reduksi menggunakan agen pereduksi NaBH4. Material yang dihasilkan dikarakterisasi dengan instrumen XRD, XRF, SAA, dan FESEM-EDX. Variasi komposisi logam perak yang ditambahkan ke dalam katalis berbasis PdNi/SiO2 NS dan suhu reaksi yang digunakan memengaruhi aktivitas katalitik dari nanopartikel logam. Uji aktivitas katalitik terhadap reaksi dehidrogenasi asam format dilakukan dengan menggunakan rangkaian alat buret gas. Jumlah gas yang dihasilkan diamati berdasarkan pergeseran air yang terjadi pada buret gas. Gas yang dihasilkan dikarakterisasi dengan instrumen GC-TCD. Katalis Pd0,4Ag0,6/SiO2 NS menunjukkan aktivitas katalitik yang baik dengan nilai TOF sebesar 312,68 jam-1 dan konversi sebesar 80,31% pada suhu reaksi 70°C.

Formic acid has been considered a high-potential chemical hydrogen storage because of its high hydrogen density (4,4 wt%). In this study, PdNi nanoparticles with the addition of silver metal as a third metal were prepared as catalysts for formic acid dehydrogenation reactions. SiO2 nanospheres as a support were synthesized using the Stöber method. The distribution of metals to the support was carried out using the wet impregnation method by mixing PdCl2, NiCl2.6H2O, and AgNO3 with the SiO2 nanospheres followed by simultaneous reduction using NaBH4. The resulting materials were characterized using XRD, XRF, SAA, and FESEM-EDX. Variations in the composition of the silver metal added to the PdNi/SiO2 NS catalyst and the reaction temperature used in this study had affected the catalytic activity of the metal nanoparticles. The catalytic activity test for the formic acid dehydrogenation reaction was carried out using a gas burette. The amount of gas produced will be observed based on changes in the volume of water in the gas burette. The as-prepared Pd0,4Ag0,6/SiO2 NS shows outstanding catalytic activity for formic acid dehydrogenation with a TOF value of 312,68 h-1 and 80.31% conversion at 70°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Saputri
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan warna permukaan nanofil yang dipoles dengan teknik pemolesan one step dan multi step polish setelah perendaman kopi. 30 sampel, dibagi menjadi 3 perlakuan: dipoles PoGo® (one step), dipoles Sof-Lex® (multi step) dan tidak dipoles. Sampel direndam kopi selama 12 hari. Pengukuran perubahan warna menggunakan vita classic. Setelah perendaman selama 12 hari, seluruh sampel direndam kopi (dipoles Sof-Lex®, PoGo® dan tidak poles) menunjukkan perubahan warna. Perubahan warna pada nanofil dipoles Sof-Lex® lebih kecil dibanding PoGo® namun tidak bermakna. Dapat disimpulkan multi-step polish menghasilkan perubahan warna lebih kecil dibanding one step polish namun tidak bermakna.

This research aims to compare color change on nanofiller polished by one step and multi step polish techniques after being immersed in coffee. 30 samples treated into 3 types, polished by PoGo® (one step), Polished by Sof-Lex® (multi step) and unpolished. Samples were immersed in coffee in 12 days. Colour change was measured by using vita classic. After 12 days of immersion, all sample groups (polished by PoGo®, polished by Sof-Lex®, and unpolished) immersed in coffee, reveal color change. Color change on nanocomposite polished by Sof-Lex® is less than the one polished by PoGo®. It can be concluded multi step polish produces less color change compare to one step polish but the difference is not significant"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanif Amirulhakim
"Busa Poliuretan (Busa PU) adalah salah satu material busa polimer yang banyak digunakan di berbagai bidang, contohnya adalah bidang struktural karena bahannya yang ringan dan kaku. Biasanya, dalam aplikasi struktural material ini digunakan sebagai inti dalam komposit sandwich. Tujuan pebelitian ini adalah menganalisa penambahan selulosa nanofibril (CNF) dari serat daun nanas terhadap sifat mekanik komposit CNF/PU . Selulosa nanofibril yang diambil dari limbah serat daun nanas (PALF) diisolasi dengan perlakuan awal berupa alkalisasi dan dengan perlakuan mekanik menggunakan ultrafine grinder. Penambahan CNF ke dalam busa PU menggunakan metoda tuang polimerisasi in-situ. Isolasi CNF dikarakterisasi dengan menggunakan XRD untuk melihat persentase kristalinitas, menggunakan FTIR untuk melihat pengurangan lignin dan hemiselulosa akibat perlakuan awal, dan TEM untuk mengukur ukuran diameter CNF. Karakterisasi komposit CNF/PU dilakukan dengan menguji tekan dan uji lengkung untuk melihat pengaruh CNF pada komposit CNF/busa PU terhadap sifat mekaniknya, dan morfologi komposit CNF/PU diamati dari citra SEM. Hasilnya, persentase kristalinitas CNF meningkat dari 74,97 % menjadi 75,28%. Pengurangan lignin dan hemiselulosa berhasil dilakukan. Ukuran diameter serat adalah 45-75 nm. Penambahan CNF yang optimum adalah penambahan 3 wt%, berhasil meningkatkan kuat tekan dari 237,02 kPa menjadi 283,70 dan kuat lengkung dari 572,23 kPa menjadi 744,10 kPa.

Polyurethane foam is a polymer foam material that is widely used in various fields, for example in the structural application because of its light and stiff material. Typically, in structural applications this material is used as the core in sandwich composites. The objective of the current research was to analyze the CNF obtained from pineapple leaf addition to the mechanical properties of CNF/PU composites. Cellulose nanofiber from pineapple leaf fiber waste (PALF) was isolated by pretreatment in the form of alkalization and by mechanical treatment using an ultrafine grinder. The addition of CNF to the PU foam was used the in-situ polymerization pouring method. Isolated CNF was characterized using XRD to study the percentage of crystallinity, using FTIR to study the reduction in lignin and hemicellulose due to pretreatment, and TEM to measure the diameter of the CNF. Characterization of CNF/PU composites was carried out by compressive test and bending test to analyze the effect of CNF on the CNF/PU foam composites on their mechanical properties, and the morphology of CNF/PU composites was observed from SEM images. As a result, the crystallinity percentage of CNF increased from 74.97% to 75.28%. Lignin and hemicellulose was successfully reduced. The fiber diameter was 45-75 nm. The optimum composition of CNF was 3 wt%, succeeded in increasing the compressive strength from 237.02 kPa to 283.70 and the bending strength from 572.23 kPa to 744.10 kPa.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Triwiyanto
"Fenomena charge transfer pada nanotube terjadi ketika nanotube bereaksi dengan molekul lain. Charge transfer ini terjadi karena adanya perubahan orbital elektron dalam sebuah atom dan interaksi antar elektron dalam molekul, sehingga elektron tersebut akan melepaskan sebagian energinya. Proses charge transfer ini dapat dijelaskan dengan metode Lennard-Jones interaction, Local Density Approximation (LDA) dan Generallized Gradient Approximation (GGA). Metode memperhitungkan spin dari elektron. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dengan menggunakan software mathcad dan Matlab 6.5 guna mempelajari pengaruh molecul attachment terhadap besar absobrtion energi di nanotube. Besarnya charge transfer ini dipengaruhi oleh jari-jari dan nomor atom. Atom oksigen, nitrogen dan hidrogen digunakan untuk mengetahui besarnya charge transfer pada nanotube, karena ketika unsur ini merupakan penyusun utama dari molekul organik. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan besar obsobtion energy tiap atom berbeda-beda. Atom oksigen mempunyai nilai obsorbtion energy yang terbesar, yaitu ~ -6.7 H, hal ini dikerenakan reaksi antara nanotube dengan oksigen mempunyai ikatan yang stabil dengan bond order = 3, Atom nitrogen menghasilkan absorbtion energy sebesar ~ -2 H dan atom hidrogen sebesar ~ +0.6 H."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiska Ramahdita
"ABSTRAK
Berbagai penelitian mengenai teknologi nano terus difokuskan pada nanopartikel semikonduktor seng oksida (ZnO) dengan berbagai potensi strategis yang dimilikinya. Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis nanopartikel ZnO dengan teknik presipitasi yang dikombinasikan dengan perlakuan pra-hidrotermal dengan variasi waktu tahan 0, 24, 48 dan 72 jam yang secara khusus ditujukan untuk menginvestigasi pengaruh perlakuan tersebut terhadap ukuran nanopartikel, kristalinitas dan energi celah pita nanopartikel yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya waktu perlakuan pra-hidrotermal dari 0 hingga 72 jam mampu meningkatkan ukuran nanopartikel ZnO dari 3.47 menjadi 13.85 nm, serta menurunkan energi celah pita dari 3.099 menjadi 3.076 eV.

ABSTRACT
Many research on nanotechnology has been focused on zinc oxide (ZnO) semiconductor nanoparticles which has strategic potentials. In the current research the synthesis of ZnO nanoparticles has been performed, using a precipitation technique assisted by a pre-hydrothermal treatment with various holding time of 0, 24, 48 and72 hours. This route was specifically aimed at investigating the effect of this treatment on the nanocrystallite size, crystallinity and band gap energy of the resulting nanoparticles. The result of investigation showed that an increasing of pre-hydrothermal treatment duration from 0 to 72 hours has increased the crystallite size of ZnO nanoparticles from 3.47 to 13.85 nm, and decreased the band gap energy from 3.099 to 3.076 eV."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S691
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini mendeskripsikan penumbuhan nanostruktur ZnO di atas beberapa lembar graphene dengan menggunakan metode hdrotermal dan disertai dengan analisa struktur kristal nano dan sifat optik dari ZnO tersebut. Proses penumbuhan nanostruktur ZnO ini dilakukan secara langsung di atas beberapa lembar grafin tanpa menggunakan seed atau buffer layer dengan metode yang sangat mudah, yaitu metode hidrotermal. Keunggulan metode hidrotermal ini adalah biaya produksi yang rendah dan prosesnya menggunakan temperatur rendah (<100°C), sehingga cocok digunakan untuk memproduksi piranti optoelektronik yang transparan dan fleksibel."
MRS 1:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>