Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monika Vania
"ABSTRAK
Pembelajaran di sekolah merupakan hal penting bagi perkembangan fisik,
kognitif, dan sosial anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Perkembangan pada
ketiga aspek ini umumnya akan menjadi kurang optimal ketika anak menunjukkan
SRB. Penelitian dengan menggunakan single-subject design ini menerapkan
contingency contract untuk meningkatkan frekuensi perilaku bersekolah pada
seorang anak laki-laki berusia 5 tahun 11 bulan. SRB yang ia tunjukkan
dilatarbelakangi oleh motif untuk memperoleh hal-hal yang menyenangkan di luar
sekolah. Intervensi dilakukan sebanyak 19 sesi. Ketika anak menunjukkan
perilaku bersekolah, anak akan memperoleh positive reinforcement yang telah
disepakati. Demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan anak dapat
pergi ke sekolah pada 17 sesi intervensi tanpa memunculkan masalah perilaku.
Hasil ini sesuai dengan kriteria keberhasilan program sebesar 90%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan contingency contract dalam
penelitian ini cukup efektif untuk meningkatkan perilaku bersekolah pada anak.

ABSTRACT
Learning at school is an important process for children’s physical, cognitive, and
social development (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Development on these
aspects will be less optimal when the child shows SRB. Using single-subject
design, this research utilized contingency contract to increase the frequency of
going to school behavior on a 5-years-11-months-old boy, who refused to go to
school in order to pursue tangible reinforcement outside the school setting. The
intervention was conducted in 19 sessions. When the boy showed going to school
behavior, he would get positive reinforcement due to the agreement in the
contract, and vice versa. The result indicated that the boy could go to school for
17 sessions without showing behavior problems. This intervention was considered
successful because it fullfilled the minimum criteria for program success, which
was 90% of attendance. Thus it can be concluded that the application of
contingency contract in this research was effective to increase going to school
behavior."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hegar Ayu Utami
"School refusal behavior (SRB) merupakan penolakan anak untuk datang ke sekolah atau mengikuti pelajaran di kelas sampai dengan jam sekolah usai (Kearney, 2007). Pada penelitan ini, peneliti memberikan intervensi modifikasi perilaku dengan metode in vivo desensitization pada anak laki-laki berusia 10 tahun yang menunjukkan perilaku school refusal karena dilatari motif menghindari pelajaran yang sulit. Intervensi terdiri dari dua kali sesi latihan relaksasi dan 15 kali sesi exposure ke sekolah. Hasil penelitian menunjukkan di akhir sesi anak berhasil kembali masuk ke sekolah dan mengikuti seluruh pelajaran termasuk yang ditakuti. Terlihat juga penurunan masalah perilaku di pagi hari sebelum berangkat sekolah.

School refusal behavior (SRB) refers to a child's difficulty attending school or remaining in classes for an entire day (Kearney, 2007). This present research utilized behavior modification for a 10 years old boy who refused school in order to avoid difficult subjects with in vivo desensitization technique. Treatment consisted of 2 relaxation training sessions and 15 school exposure sessions. In the end of the session, the boy achieved the target behavior, by attending school and staying in all classes included the subjects he feared of. This study also showed the decrease of morning behavior problem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia;, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frilya Rachma Putri
"Latar belakang: Pada saat ini belum terdapat instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi alasan penolakan sekolah oleh anak Sekolah Dasar di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas School Refusal Assesment Scale - Revised (SRAS-R) dalam bahasa Indonesia.
Metode: 100 anak-anak dan 100 orang tua dari SDN Sumur Batu 04 Pagi Kemayoran Jakarta Pusat berpartisipasi dalam penelitian ini. Uji validitas dilakukan untuk menilai konten dan membangun validitas. Uji reliabilitas juga dilakukan dalam penelitian ini. SPSS Windows diterapkan untuk menganalisis seluruh data.
Hasil: Versi SRAS-R Indonesia kuesioner anak (Cronbach s α = 0,836) dan kuesioner orang tua (Cronbach s α = 0,827). Kesahihan isi (content validity) untuk item dan skala juga menunjukkan validitas yang kuat. Analisis komponen utama (PCA) menunjukkan kesesuaian data yang dengan nilai kolerasi yang kecil dari model keempat faktor pada SRAS-R asli. Kesahihan konstruksi (construct validity) menghasilkan 4 komponen yang mewakili kuesioner orangtua dan 3 komponen dalam kuesioner anak.
Kesimpulan: Kesahihan isi (content validity) dan kesahihan konstruksi (construct validity) versi SRAS-R Indonesia telah dikonfirmasi melalui penelitian ini. Meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut, versi SRAS-R Indonesia merupakan instrumen potensial yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi alasan penolakan sekolah pada anak di Indonesia.

Background: Recently there is no instrument to identify the reason for school refusal among primary school students in Indonesia. Therefore, this study aimed to obtain the validity and reliability of School Refusal Assesment Scale-Revised (SRAS-R) in Indonesian language.
Methods: 100 children and 100 parents from Sumur Batu 04 Pagi public elementary school Kemayoran Jakarta participated in the study. Validity tests were conducted to assess the content and construct validity. Reliability test was also conducted in this study. SPSS for Windows was applied to analyze the whole data.
Results: SRAS-R Indonesian version showed an excellent internal consistency for the reliability test in children questionnaire (Cronbach s α = 0.836) and parent questionnaire (Cronbachn s α = 0.827). Content validity for items and scales also indicated a strong validity. Principal component analysis (PCA) indicated poor data suitability from the four-factor models of the original SRAS-R. Construct validity obtained 4 components that represent the parent s questionnaire and 3 components in the children s questionnaire.
Conclusion: Content and construct validity of the SRAS-R Indonesian version is confirmed from this study. Although further research is required, the SRAS-R Indonesian version was found to be a potential instrument in identifying the reason of school refusal in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayer, Diane Peters
"Every year, more than 68 million students of every age find themselves worrying endlessly about that first day of school, even before it begins. Their hearts race, their stomachs turn and their palms sweat just thinking about getting on the school bus for the first time, that first surprise quiz, or that notoriously strict teacher. For parents of these children, nothing can be more upsetting than dropping their kids off on the first day of school, wondering how they will cope. Now, they can stop worrying and start helping. As a seasoned psychotherapist, Diane Peters Mayer has successfully treated hundreds of elementary and high school students suffering from this common and serious problem. In "Overcoming School Anxiety", she shows parents how to deal with a wide variety of concerns from the fear of leaving home and refusal to go to school, to bullying and school violence and the fear of speaking up in class."
New York: American Management Association;, 2008
e20447785
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Ardita
"ABSTRAK
school refusal merupakan masalah yang serius, dampak jangka pendek meliputi nilai yang buruk, jangka panjang meliputi kesulitan pekerjaan dan ekonomi, serta kemungkinan risiko mengalami gangguan kejiwaan. Sita anak perempuan usia 10 tahun mengalami school refusal didasari oleh kecemasan sehubungan situasi kelas dan pertemanan.teknik pada cognitive behavior therapy (CBT) fokus pada mengubah disfungsi kognitif menjadi pemikiran yang lebih positif dan rasional.

ABSTRACT
school refusal is a serious problem, short-term impacts include poor value, long-term work and economic difficulties, and the possibility of a risk of psychiatric disorders. Sita's 10-year-old daughter experiences school refusal based on anxiety related to class and friendship situations. Techniques in cognitive behavior therapy (CBT) focus on transforming cognitive dysfunction into more positive and rational thinking."
2010
T38571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erynda Trihardja
"Kecemasan sosial pada anak usia sekolah perlu mendapatkan penanganan. Penelitian ini menggunakan desain single-case untuk mendapatkan gambaran penerapan intervensi Theraplay dalam mengatasi masalah kecemasan sosial dan Parent-Child Relational Problems pada anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun dengan masalah kecemasan sosial dan didiagnosis parent-child relational problems, bersama dengan kedua orangtuanya. Sesi terapi dilakukan sebanyak delapan sesi selama ±60 menit setiap sesinya.
Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah kecemasan sosial pada K sudah dapat diatasi namun belum sepenuhnya. Berdasarkan Child?s Behavior Checklist, terjadi penurunan skor pada skala masalah perilaku internalizing dan pada aspek anxious/depressed. Berdasarkan Social Anxiety Scale for Children Revised, terjadi penurunan skor total dan skor pada komponen fear of negative evaluation. Interaksi orangtua-anak yang teramati melalui Marschack Interaction Method pada dimensi structure, engagement, nurture, dan challenge meningkat lebih positif.

Social anxiety in middle childhood needs immediate treatment. This study conducted a single-case research in order to get an overview of the application of Theraplay in treating child?s social anxiety and parent-child relational problems. A nine year old girl with social anxiety and is diagnosed with parent-child relational problems was selected as participant along with her parents. A total of eight treatment sessions for ±60 minutes each were conducted in this study.
The result indicated that Theraplay could be applied to treat social anxiety in child with parent-child relational problems. The score of internalizing and anxious/depressed problem scales in Child?s Behavior Checklist were decreased. The total score and the score of fear of negative evaluation component in Social Anxiety Scale for Children Revised was decreased as well. Parent-child interaction, measured with Marschack Interaction Method, was found to increase according to its four dimensions, which is structure, engagement, nurture, and challenge.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enfira Yanuaristi
"ABSTRAK
Kecemasan merupakan sesuatu yang alami sebagai respon dari adanya ancaman yang nyata maupun imajinatif. Nyatanya kecemasan yang sedang dapat memotivasi seseorang untuk mempelajari hal baru namun kecemasan yang berlebih membuat remaja merasa cemas, gelisah dan terganggu dengan keadaan dimana ia tidak memiliki kendali. Kecemasan sosial membuat seseorang menghindari interaksi sosial sehingga berpengaruh terhadap kegiatannya sehari-hari, dalam hal ini kegaitan sekolah yang termanifestasi pada perilaku menolak sekolah. Kecemasan sosial tinggi menimbulkan reaksi fisik yang diakibatkan oleh evaluasi performa dari lingkungan disertai dengan ketakutan akan sesuatu dan keinginan untuk menghindari situasi pemicu stress. Kecemasan sosial disebabkan oleh distorsi kognitif mengenai situasi sosial netral namun yang dianggap sebagai sesuatu yang mengancam. Dengan demikian, untuk mengurangi kecemasan sosial, distorsi kognitif yang dimiliki individu perlu diubah menjadi pikiran yang lebih menguntungkan. Intervensi psikologis yang menekankan pada pengubahan kognisi sebagai dasarnya adalah modifikasi kognitif-perilaku. Dengan penggunaan single subject A-B design, penelitian ini melibatkan satu sampel penelitian, seorang remaja berusia 13 tahun. Sampel mengikuti intervensi modifikasi kognitif-perilaku yang terdiri dari 6 sesi dengan durasi 90-180 menit/sesi. Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan kuesioner sebelum dan setelah intervensi dilakukan, terlihat adanya perubahan pola pikir subjek terhadap situasi pencetus cemas yang sebelumnya bias menjadi lebih fleksibel. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi modifikasi kognitif-perilaku yang disusun dalam penelitian ini tepat diberikan pada remaja yang mengalami kecemasan sosial tinggi.

ABSTRACT
Anxiety is a natural response to real or imaginative threat. The fact is moderate anxiety can motivate a person to learn new things, yet excessive and high anxiety makes adolescents feel anxious, agitated and disturbed by the circumstance which has no control. Social anxiety makes aperson avoid social interactions, thus it can influence to the daily activities and manifested in the school refusal behavior. High social anxiety will cause physical reactions from the evaluation of environmental performance was accompanied by fear of something and the desire to avoid stress triggering situation. Social anxiety caused by cognitive distortions regarding neutral social situations but it is consider to be threatening. Therefore, to reduce social anxiety, cognitive distortions of the individual need to changed into a more favorable thoughts. Psychological interventions that emphasize the conversion of cognition as essential matters is a cognitive-behavioral modification. This research is using a single subject A-B design and involve one sample, a 13 years old female adolescent. The sample attend cognitive-behavior modification intervention which consist of 6 sessions with 90-180 minutes/session. Based on measurements using questionnaires before and after the intervention has been done, the result show a changed of subject mindset to situations that trigger anxiety more flexible than before. This study concluded that the cognitive-behavioral modification interventions that arranged in this study was appropriate given to adolescents who have high social anxiety."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Masalah-masalah anak di usia sekolah cukup beragam. Salah satu masalah yang berkaitan dengan sekolah di usia ini adalah menolak sekolah (school refusal). Menurut Mash & Wolfe (1999), perilaku menolak sekolah umumnya terjadi pada anak perempuan dan laki-laki dengan usia antara 5-6 tahun dan 10-11 tahun dimana di usia ini anak-anak memasuki sekolah baru. Adapun pengertian dari school refusal mengacu pada kesulitan penyesuaian diri anak terhadap situasi maupun tuntutan di sekolah (Kahn & Nursten dalam Weiner, 1982).
Perilaku menolak sekolah (school refusal) tidak dapat dibiarkan begitu saja mengingat sekolah merupakan faktor penting dalam perkembangan anak. Menurut Fremont (2003), adanya perilaku menolak sekolah secara signifikan memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang pada kehidupan sosial, emosi, dan perkembangan pendidikan pada anak-anak. Dengan demikian, diperlukan penanganan yang cepat dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab dari school refusal.
Penelitian ini penelitian kualitatif mengenai psikodinamika terjadinya school refusal pada anak usia sekolah berdasarkan wawancara dan observasi terhadap anak, orangtua serta guru. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak menolak sekolah (school refusal) dan bagaimana dinamika yang terjadi antara faktor-faktor tersebut. Diharapkan dengan mengetahui penyebabnya, penanganan terhadap masalah school refusal dapat lebih efektif dan efisien.
Peneliti mendatangi beberapa sekolah untuk mendapatkan data mengenai anak yang memiliki kesamaan dengan karakteristik school refusal. Adapun karakteristik anak yang mengalami school refusal antara lain mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian meminta pulang, pergi ke sekolah dengan menangis dan menempel terus pada figur yang dekat dengan anak, dan adanya keluhan-keluhan fisik seperti pusing, sakit perut, mual dan sebagainya (Piliang, 2004). Setelah itu, peneliti melakukan wawancara yang ditunjang dengan observasi terhadap guru, orangtua dan anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadi school refusal cukup beragam pada masing-masing anak dimana faktor keluarga terutama pola asuh, lingkungan sekolah dan kepribadian anak itu sendiri saling mempengaruhi. Berdasarkan hasil analisis dari kedua subjek, persamaan dari kedua subyek yang diteliti adalah faktor memasuki sekolah baru yang menuntut anak untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan baru. Memasuki sekolah baru bagi sebagian anak membutuhkan penyesuaian yang lebih lama mengingat di sekolah baru terdapat guru dan teman-teman yang berbeda, kurikulum serta metode yang berbeda juga tuntutan yang berbeda."
[Depok;;, ]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debi Oktarini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program intervensi individual dengan pendekatan kognitif perilaku dapat menurunkan kecemasan sosial pada seorang remaja berusia 12 tahun. Program intervensi pada penelitian ini disusun berdasarkan pada tiga level tujuan intervensi dengan pendekatan kognitif perilaku yang diungkapkan oleh Stallard (2005), yang terdiri dari sesi psikoedukasi (hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku), sesi identifikasi reaksi fisik yang menyertai emosi dan mempelajari keterampilan untuk mengatasi reaksi fisik tersebut, identifikasi pikiran disfungsional, menantang pikiran disfungsional, strategi mengatasi pikiran disfungsional, serta sesi praktik berbicara di depan kelas. Kecemasan sosial diukur sebelum dan sesudah pemberian program intervensi dengan menggunakan alat ukur Social Anxiety Scale for Adolescent yang dikembangkan oleh La Greca dan Lopez (1998). Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa program intervensi individual dengan pendekatan kognitif-perilaku efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan sosial pada subjek.

This study aims to know whether individual intervention program with cognitive behavioral approach can reduce social anxiety level for a 12 years old adolescent. This program was arranged based on three level purposes of cognitive behavioral intervention approach stated by Stallard (2005). It is consists of psychoeducational session (linkage between our thinking, feeling, and behavior), identification of body respons as a sign of emotion and practice the skill to cope with it, identification of dysfunctional thought, challenge it and practice the skill to cope with it, and last is perform in front of the class. The social anxiety were measured before and after the program was applied using Social Anxiety Scale for Adolescent developed by La Greca and Lopez (1998). Based on the data obtained, it can be concluded that individual intervention program with cognitive behavioral approach is effective to reduce the social anxiety on a subject."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T38902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeria Allen Friskila
"ABSTRAK
Perilaku sehat pada anak usia sekolah harus diperkenalkan sejak dini agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang sehat. Keluarga memiliki peran dan fungsi penting tempat anak usia sekolah bertumbuh dan berkembang membentuk perilaku. Tujuan penelitian ini untuk menguraikan secara mendalam makna peran dan fungsi keluarga dalam meningkatkan perilaku sehat pada anak usia sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah studi fenomenologi deskriftif. Hasil penelitian didapatkan tujuh tema, yaitu pengetahuan keluarga tentang perilaku sehat, ragam perilaku sehat pada anak usia sekolah, upaya pembiasaan perilaku sehat, ragam sumber informasi dalam mengoptimalkan perilaku sehat, keterbatasan dalam menerapkan perilaku sehat, harapan keluarga, dan pembiasaan perilaku sehat. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi keperawatan yaitu untuk pengembangan ilmu keperawatan keluarga khususnya perilaku keluarga yang menjadi contoh anak berperilaku sehat.

ABSTRACT
Healthy behaviors in school age children should be introduced early in order to become the next generation a healthy nation. The family has an important role and function of a school age children grow and develop shaping behavior. The purpose of this study to describe in depth the meaning of the role and function of the family in promoting healthy behaviors in school age children. The method used is descriptive phenomenological study. The result showed seven themes, namely family knowledge about healthy behaviors, types of health behavior in school age children, efforts habituation healthy behaviors, types of resources in optimizing healthy behaviors, limitations in implementing healthy behavior, family expectations, and habituation healthy behaviors. The results of this study have implications for nursing is to the development of nursing science communities, especially the behavior of the family is an example of a healthy child behaves."
2017
T47301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>