Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riara Novita
"Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, galangan kapal menjadi salah satu industri yang sangat strategis dan potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal inilah yang menjadikan persaingan antar galangan kapal di Indonesia semakin meningkat. Untuk dapat bersaing, setiap galangan harus meningkatkan kualitas pelayanannya, yang salah satunya dapat dilakukan dengan menghasilkan estimasi durasi pemeliharaan yang lebih akurat. Pada penelitian sebelumnya, telah dihasilkan model estimasi dengan menggunakan CART (Classification And Regression Tree). Akan tetapi, estimasi yang dihasilkan tidak begitu akurat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model estimasi tersebut dengan menggunakan nACDT (Numerical Ant Colony Decision Tree), yaitu suatu metode induksi decision tree dengan algoritma ant colony, untuk menghasilkan estimasi yang lebih akurat. Berdasarkan hasil estimasi yang didapatkan, diketahui bahwa estimasi yang dihasilkan nACDT lebih akurat dibandingkan CART.

As the largest archipelago in the world, shipyards became one of the most strategic and potential industries to be developed in Indonesia. It makes the competition among shipyards in Indonesia has increased. To compete with the others, each shipyard must improve its service quality, one of which can be done by generating an estimated duration of maintenance with higher accuracy. In the previous study, estimation model have been produced by using CART (Classification And Regression Tree). However, its estimates are not very accurate. Therefore, this study aims to develop the previous estimation model by using nACDT (Numerical Ant Colony Decision Tree), a method where decision tree is induced by ant colony algorithm, in order to produce estimates with higher accuracy. Based on the results obtained, it is known that the estimates resulted by nACDT are more accurate than CART
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hidayat Putra
"Meningkatnya jumlah armada kapal nasional tentunya mempengaruhi peningkatan kebutuhan akan pengedokkan kapal, namun hal ini belum diimbangi dengan pengembangan sarana fasilitas dok kapal di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu perlunya pengembangan sarana fasilitas dok yang efisien dan handal diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada skripsi ini penulis menganalisa kecepatan operasional floating dock atau dok apung kapasitas 13.000 TLC.
Tujuannya untuk membuktikan keunggulan jenis dok ini sebagai jalan keluar pengembangan fasilitas dok untuk galangan kapal di Indonesia. Untuk membandingkan kecepatan operasional dari dok apung dengan jenis dok lain maka dalam dalam penulisan tugas akhir ini, dok kolam dipilih sebagai dok pembanding untuk kemudian dianalisa waktu operasionalnya dan kapal berkapasitas 17.500 DWT diasumsikan sebagai kapal yang melakukan pengedokkan.

The increasing number of national ships fleet will certainly affect the increasing needs of docking ship, but this has not been matched by the development of ships docking facility in the country to meet those needs. For that reason, the need for the development of reliable docking facilities is needed to overcome those problems. In this project, the authors analyze the operational speed of a floating dry dock with 13.000 TLC.
The goal is to prove the superiority of this kind of docking facility as a way out development dock to shipyards in Indonesia. To compare the operational speed of the floating dock with other types of docking facility in the writing of this final essay, graving dock is chosen as a comparison for later the operational time is to be analyzed and vessel with a capacity of 17.500 DWT is assumed as a vessel which do a periodical docking.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Gede Putra Surya Widana
"Dock kolam merupakan salah satu fasilitas pengedokan kapal. Kondisi dok harus dalam keadaan baik dan aman ketika beroperasi. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai perancangan pintu graving dock. Pintu graving dock yang ada pada saat ini di Indonesia adalah pintu dock yang sudah tua sehingga kondisi pintu dock tersebut tidak berada dalam kondisi optimal untuk dilakukan operasional. Oleh karena itu, diperlukan perancangan pintu graving dock untuk mengganti pintu dock yang sudah ada. Bentuk dan implementasi hasil dari perancangan adalah pergerakan pintu dok yang optimal, sesuai dengaan fungsi nya dan kemudahan untuk melakukan perawatan dan perbaiakan pintu dock akibat dari genangan air laut.

Graving Dock is one of the ship docking facility. The Condition of Graving Dock should be in good condition and safety when in operation. The Issues which examined in this research are about Dock Gate Design for Graving Dock. Gate Graving Dock tat exist in Indoenesia is the gate graving docks are old so that the condition of the Gate graving dock are not in optimal condition to do operations. Therfore, it is necessary to design Gate Graving Dock are durable and do not require great attention from the owner of the shipyard to perform repairs or improvements to the Dock Gate. The form and implementation of the result of the design is the optimal movement of the dock gate, according its functionality and ease of performing maintenance and repair dock gate due to stagnat sweater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riara Novita
"Pemeliharaan kapal merupakan salah satu kegiatan galangan yang mengalami peningkatan seiring dengan jumlah transportasi laut nasional yang terus meningkat. Namun, peningkatan ini tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas galangan nasional sehingga menjadikan estimasi durasi pemeliharaan kapal sebagai suatu hal yang sangat penting bagi galangan. Penelitian ini menggunakan salah satu metode data mining, yaitu CART (Classification and Regression Tree) untuk mengestimasi durasi pemeliharaan yang dibatasi pada pekerjaan di atas dok saja atau yang dikenal dengan istilah dry docking. Dengan menggunakan volume pekerjaan dry docking sebagai input dalam melakukan estimasi durasi, didapatkanlah 4 kelas durasi dry docking dengan model linier dan kriteria pekerjaan yang berbeda. Model linier ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi durasi dry docking berdasarkan kriteria pekerjaannya.

Maintenance is one of the shipbuilding activities that have increased in line with the rising of national marine transportation. However, this increase isn't offset by an increase in the national shipbuilding capacity, thus making an estimate of ship maintenance duration as a very important for the shipyard. This research uses one of data mining method, namely CART (Classification and Regression Tree) to estimate the duration of maintenance that is limited to dock works or which is known as dry docking. By using the volume of dock works as an input to estimate the duration, there are 4 classes of dry docking duration obtained with the different linear model and job criteria for each class. These linear models can then be used to estimate the duration of dry docking based on its job criteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1999
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Rismauli
"Dok apung merupakan sebuah struktur yang dibangun sebagai tempat dilakukannya reparasi kapal. Dok apung banyak diminati oleh pemilik kapal karena dapat mengerjakan reparasi dan pemeliharaan untuk bagian baik diatas maupun dibawah air. Sebagai salah satu alat niaga galangan, tingginya pekerjaan yang dilakukan oleh dok apung terlebih dalam proses docking- undocking tentu harus mengutamakan aspek keselamatannya karena memiliki banyak risiko besar yang dapat mempengaruhi dok apung secara operasional maupun teknis. Sebagai langkah untuk mencegah atau mengurangi posibilitas terjadinya patah pada dok apung akibat beban kerja yang besar, perlu dilakukan penilaian risiko keselamatan. Metode yang digunakan untuk menganalisa risiko keselamatan dari dok apung, penulis menggunakan Metode Formal Safety Assessment (FSA). Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian risiko, memberikan pilihan pengendalian risiko, menghitung biaya dan memberikan rekomendasi pengendalian risiko. Sumber terbesar dari patahnya dok apung yaitu penipisan ketebalan pelat dan kelebihan beban dan diidentifikasi cara pengendalian risikonya dengan bantuan Fault Tree Analysis (FTA) yang menghasilkan 4 butir opsi pengendalian risiko beserta perhitungan biayanya. Dari setiap pengendalian risiko didapatkan total sembilan rekomendasi pengendalian risiko besera estimasi biayanya.

Floating dock is a structure built as a place for ship repairs to be carried out. Floating docks are in great demand by ship owners because they can carry out repairs and maintenance for parts both above and below water. As one of the shipyard's trading tools, the high work done by the floating dock, especially in the docking-undocking process, of course, must prioritize the safety aspect because it has many big risks that can affect the floating dock operationally and technically. In some cases, unfortunately, fractures occur in floating docks which are certainly dangerous like what happened in Jayakerta IV floating dock. So to reduce the risk of such event, a risk assessment is carried out and produce several recommendation to control the hazard. The method used to analyze safety risks from floating docks, the authors use the Formal Safety Assessment (FSA) method. The biggest sources of floating dock fractures are plate thickness thinning and overload and ways to control the risks are identified with the help of Fault Tree Analysis (FTA) which produces 4 risk control options along with cost calculations. From each risk control, a total of nine risk control recommendations along with estimated costs are obtained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ditra Novara
"Penggunaan gawai oleh mahasiswa terus mengalami perkembangan. Sistem pembelajaran yang berubah drastis akibat pandemi Covid-19 mengharuskan para mahasiswa untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan gawainya sehingga berisiko mengalami gejala sindrom mata kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan durasi penggunaan gawai dengan gejala sindrom mata kering pada mahasiswa rumpun ilmu kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian melibatkan 237 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia sebagai sampel penelitian yang dipilih melalui urposive sampling. Instrumen penelitian adalah Kuesioner Penggunaan Gadget dan kuesioner Ocular Surface Disease Index. Sebanyak 54,9% responden memiliki durasi penggunaan gawai yang tinggi. Prevalensi gejala sindrom mata kering ditemukan pada 149 responden (62,9%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel durasi penggunaan gawai dengan gejala sindrom mata kering pada mahasiswa rumpun ilmu kesehatan (p <0,001). Simpulan penelitian ini adalah semakin tinggi durasi penggunaan gawai, maka semakin tinggi pula gejala sindrom mata kering yang dialami penderita. Mahasiswa sebagai kelompok yang rentan terpapar penggunaan gawai dengan waktu yang cukup lama perlu memberi perhatian lebih terhadap kemungkinan timbulnya masalah penglihatan, termasuk sindrom mata kering.

The use of gadgets among university students continues to grow. The learning system that has drastically changed due to the Covid-19 pandemic requires students to spend more time with their gadgets, putting them at risk of experiencing symptoms of dry eye syndrome. This study aims to determine the relationship between the duration of gadget usage and symptoms of dry eye syndrome in health sciences cluster students. This study is a quantitative study with a crosssectional design. The research sample was selected using purposive sampling with a total of 237 Health Sciences Cluster Students of Universitas Indonesia. The research instruments were the Kuesioner Penggunaan Gadget and the Ocular Surface Disease Index questionnaire. A total of 54.9% of respondents had a high duration of device use. The prevalence of dry eye syndrome symptoms was found in 149 respondents (62.9%). The results of the analysis showed that there was a significant relationship between the variable duration of gadget and symptoms of dry eye syndrome in health sciences cluster students (p <0.001). In summary, the higher the duration of device use, the higher the symptoms of dry eye syndrome experienced by patients. Students as a vulnerable group exposed to the use of gadgets for a long time need to pay more attention to the possibility of vision problems, including dry eye syndrome."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemanfaatan lahan kering di Kecamatan Gedangsari dimanfaatkan sebagai penghasil tanaman pangan dan palawija dengan pola tanam tumpang sari. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara ketinggian wilayah dengan produktivitas hasil pertanian dan wilayah pemanfaatan lahan kering yang dapat dioptimalkan untuk peningkatan usaha tani. Daerah penelitian terletak di Kecamatan Gedangsari meliputi ketinggian antara 100 ? 700 mdpl dengan unit analisis per 100 meter setiap ketinggian untuk pengambilan sampel. Metode penelitian adalah kuantitatif dengan analisis deskriptif, analisis spasial dan analisis statistik menggunakan korelasi pearson product moment untuk hubungan ketinggian dengan variabel penelitian. Adapun hasil penelitian ini adalah semakin tinggi tempat maka produktivitas pertanian semakin menurun dan pola tanam yang diterapkan monokultur. Komoditas pertanian yang dapat diunggulkan yaitu kacang tanah. Hasil produktivitas pertanian yang rendah, dipengaruhi oleh faktor fisik, jarak ibukota kecamatan, dan belum optimalnya pemanfaatan lahan kering dengan teknik yang dilakukan petani masih sangat sederhana dan orientasi hasil panen untuk keperluan sehari-hari. Wilayah yang dapat dioptimalkan meliputi ketinggian < 300 mdpl dengan kemiringan lereng < 15 %.

Abstract
The utilization of dry land in Gedangsari Sub District is used to produce flood plant and crops with intercropping pattern. The purpose of this research is to discover the relation between elevations and farm productivity also the dry land area that can be optimized to increase farming. Dry land has low fertility, steep slope, low depth and located in mountainous and hilly area. The area of this research is 100-700 meters above sea at Gedangsari Sub District with analysis 100 meters for each elevation level for sample. The method of this research is quantitative with analysis descriptive, spatial, and statistic using Person Product Moment to discover the relation of elevation and several research variables. The result of this research is that in the higher place, the farming productivity is decreasing and the farmers prefer to apply monoculture agriculture. The result of productivity is very low for dry land agriculture, besides the influence of physical factors, and distance from capital sub district it is also affected by the utilization that is still not fully optimized and the simple technique that is being used by the farmers with the orientation of daily needs. The area that can be optimized is located less than 300 meters above sea level with slope under 15%."
Universitas Indonesia, 2012
S1808
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Darwin Gozali
"Tujuan: Menilai efektifitas dan efek samping fluorometolon (full) 0,1% dalam penatalaksanaan dry eye tipe defisiensi akuos
Metode: Penelitian ini merupakan studi uji Minis prospektif, randomisasi dan tersamar ganda di sebuah panti wredha. Sebanyak 35 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini merupakan dry eye defisiensi akuos tipe non-Sjogren. Subjek diacak ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok I mendapatkan fluorometolon 0,1% dan kelompok 2 mendapatkan hidroksipropil metilselulosa 0,3% (kontrol). Penilaian efektifitas berdasarkan skor gejala, tes Schirmer tanpa anestesi, fluorescein break up time (FBUT), pewarnaan fluoresein dan sensitivitas kornea dilakukan pada hari 0, 14 dan 28. Pemeriksaan derajat metaplasia skuamosa dilakukan 2 kali yaitu pada hari 0 dan 28. Penilaian efek samping dilihat dari tekanan intraokular dan katarak. Analisis statistik dilakukan di dalam dan antar kelompok.
Hasil: Kedua kelompok mengalami perbaikan gejala, tanda klinis dan derajat metaplasia yang bermakna dari data dasar. Namun tidak didapatkan perbaikan bermakna antara hari 14 dan 28 pada kelompok kontrol. Hasil tes Schirmer dan FBUT lebih baik secara bermakna di kelompok fluorometolon dibanding kelompok kontrol pada hari 14 dan 28. Perbaikan pewarnaan fluoresein lebih berkurang secara bermakna pada kelompok fluorometolon dibanding kelompok kontrol pada hari 28. Skor gejala, sensitivitas kornea dan perbaikan derajat metaplasia tidak berbeda bermakna antar kelompok namun cenderung lebih balk pada kelompok fluorometolon. Efek samping berupa rasa Iengket dan gatal pada ke dua kelompok tidak berbeda bermakna. Tekanan intraokular cenderung stabil dan tidak didapatkan progresifitas katarak selama penelitian.
Kesimpulan: Fluorometolon 0,1% topikal memberikan perbaikan gejala dan tanda Minis yang bermakna pada dry eye defisiensi akuos tipe non-Sjogren.

Purpose: To evaluate the effectiveness and safety of fluorometholone (fml) 0.1% in non-Surgery dry eye syndrome.
Methods: A prospective, randomized, double-masked, clinical trial was conducted in a nursing home. Thirty-five non-Sjogren dry 'eye subjects were included in the study. The subjects were randomized into two groups. Group 1 subjects received fluorometholone 0.1% and group 2 received hydroxypropyl methylcellulose (control). The eye symptom severity score, Schirmer test without anesthesia values, fluorescein break up time (FBUT), fluoresecein staining scores and corneal sensitivity were evaluated before treatment, 14 and 28 days after start the treatment. The degree of squamous metaplasia was evaluated before treatment and day 28. Intraocular pressure, cataract formation and other side effects were recorded to evaluate the safety in both groups. Statistical analyses were performed within and between groups.
Results: Both groups had significant differences compared with their baseline measurements in all of the parameters. However, subjects in the control group showed no significantly improvements between day 14 and day 30. There were no significant differences between groups on symptom severity score and corneal sensitivity on day 14 and 28. The degree of squamous metaplasia was not significantly different between groups on day 28. The FML group had significantly better Schirmer test value and FBUT on days 14 and 28 compared to control group. The fml group subjects also had significantly lower fluorescein staining on days 28. The side effects detected in fml group were sticky and itchy, comparable to control group. Intraocular pressure was stable and no progression of cataract formation.
Conclusion: Topical fluorometholone 0.1% had a clearly beneficial effect both on subjective and objective clinical parameters of non-Sjogren dry eye patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arian Aditya Adi Nugroho
"Latar Belakang: Dry eye (DE) menjadi salah satu masalah kesehatan terbanyak yang dilaporkan di lingkungan kantor. Studi sebelumnya telah melaporkan sebesar 1 dari 3 pekerja perkantoran mengalami DE. Gejala DE dapat memengaruhi kenyamatan mata dan menurunkan kualitas hidup, yang selanjutnya dapat memperburuk produktivitas kerja dan menimbulkan beban ekonomi akibat perawatan medis dan menurunnya performa pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan gejala DE pada pekerja perkantoran dan pekerja lapangan di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang untuk menilai gejala DE pada pekerja perkantoran dan penebang tebu dengan menggunakan kuesioner Ocular Surface Disease Index (OSDI) versi Bahasa Indonesia. Penelitian ini juga menilai faktor risiko yang berperan pada terjadinya DE. Hasil: Sebanyak 268 subjek penelitian (142 pekerja kantoran dan 126 penebang tebu) diikutsertakan dalam analisis data. Lebih dari setengah (56.3%) pekerja mengalami gejala DE (OSDI >12). Prevalensi DE lebih besar pada pekerja perkantoran (37.7%) dibandingkan penebang tebu (18.7%) (OR 3.74, IK 95% 2.25, 6.23). Faktor yang mempengaruhi terjadinya DE antara lain usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, durasi jam kerja, status merokok, penggunaan lensa kontak, penyakit sistemik dan durasi menggunakan gadget. Hasil analisis multivariat menunjukan usia merupakan faktor yang paling memengaruhi terjadinya DE (p < 0.001). Kesimpulan: Penebang tebu memiliki risiko tiga kali lebih rendah untuk mengalami DE dibandingkan pekerja perkantoran. Hal ini disebabkan adanya pengaruh lingkungan pada pekerja perkantoran yang dapat meningkatkan risiko terjadinya DE. Kata Kunci: Dry Eye; Mata Kering; OSDI; Risiko Pekerjaan; Pekerja Perkantoran; Penebang Tebu.

Background: Dry eye (DE) is one of the most common health problems in the office environment. Previous study has reported that 1 out of 3 office workers experienced DE. The symptoms of DE may affect eye health and reduce the quality of life, which in turn decrease work productivity and cause an economic burden due to medical treatment and decreased worker performance. This study aimed to compare the severity of DE in office workers and field workers in Indonesia. Methods: This study was a cross-sectional observational study to assess the severity of DE in office workers and sugarcane loggers using the Indonesian version of the Ocular Surface Disease Index (OSDI) questionnaire. This study also assessed the risk factors that play a role in the occurrence of DE. Results: A total of 268 research subjects (142 office workers and 126 sugarcane loggers) were included in the data analysis. More than half (56.3%) of workers experienced DE symptoms (OSDI >12). The prevalence of DE was higher among office workers (37.7%) than sugarcane loggers (18.7%) (OR 3.74, 95% CI 2.25, 6.23). Factors that influence the occurrence of DE included age, gender, type of work, duration of working hours, smoking status, use of contact lenses, systemic diseases and duration of using gadgets. The results of multivariate analysis indicated that age was the most influencing factor for ED (p < 0.001). Conclusion: Sugarcane loggers have three times less risk of presenting DE symptoms than office workers. It is due to environmental influences on office workers which might increase the risk of DE. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>