Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arie Valdano T.
"Dewasa ini, otentikasi berbasis password telah digunakan berbagai situs penyedia layanan berbasis web. Hal ini disebabkan kemudahan yang diberikan layanan Single Sign On (SSO) untuk memberikan akses ke berbagai aplikasi web melalui satu kali otentikasi password. Namun, layanan SSO memiliki kerentanan terhadap serangan password guessing, terutama serangan brute force dan dictionary attack. Penerapan protokol login berupa protokol Pinkas-Sander (PS), protokol van Oorchot-Stubblebine (VS) dan Password Guessing Resistant Protocol (PGRP) pada layanan SSO bertujuan untuk menyediakan layanan otentikasi berbasis password yang aman dan terpercaya bagi pengguna. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan beberapa aspek, seperti keamanan (security), keberdayagunaan (usability) dan konsumsi sumber daya komputasi.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa protokol PGRP mendukung tiga aspek tersebut dengan baik. Protokol PGRP hanya memunculkan tiga kali CAPTCHA saat pengguna melakukan login secara benar menggunakan tiga akun berbeda, sedangkan protokol PS dan protokol VS memunculkan CAPTCHA sebanyak 30 kali. Selain itu, protokol PGRP menghasilkan utilisasi memory server otentikasi lebih kecil dibandingkan protokol PS dan protokol VS. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata dari protokol PS memiliki selisih nilai utilisasi memory sebesar 226,1 kB ? 706,35 kB lebih kecil dibandingkan protokol PS dan protokol VS. Dengan demikian, protokol PGRP direkomendasikan untuk diterapkan pada layanan SSO.

Nowadays, password based authentication have been used by various web service provider. It is due to the convenience of Single Sign On (SSO) service to permit a user to access into multiple web applications through password authentication at once. However, password based authentication prone to password guessing attacks, especially brute force and dictionary attack. The implementation of login protocol as PS protocol, VS protocol and Password Guessing Resistant Protocol (PGRP) in SSO service aim to provide a secured and trustworthy password based authentication service for legitimated users. It will be considered based on several aspect including security, usability and computation resource consumption.
The experiment's result show that PGRP is able to support the three aspect of SSO service. PGRP protocol only challenged CAPTCHA three times when user use three different account, whereas PS protocol and VS protocol challenged CAPTCHA 30 times. In addition, PGRP protocol result memory utilization of authentication server less than protocol PS and protocol VS. It was showed by average value of memory utilization about 226.1 kB to 706.35 kB less than PS protocol and VS protocol. Thus, PGRP protocol is recommended to be implemented on SSO service.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fathur Rizki
"Dalam suatu jaringan komputer, dibutuhkan sistem keamanan untuk mencegah adanya akses dari pihak yang tidak diinginkan. Firewall dirancang untuk meningkatkan keamanan jaringan dengan mengontrol dan mengawasi tiap arus paket data yang mengalir pada suatu jaringan. Saat ini telah banyak berkembang firewall yang berbasis sumber terbuka (open source) seperti pfSense, ClearOS dan IPFire. Untuk setiap sistem firewall yang berbeda tentunya memiliki kinerja yang berbeda. Kinerja ini dapat dievaluasi dengan melakukan serangan keamanan jaringan seperti scanning, denial of service, dan password attacks terhadap firewall yang bersangkutan. Hasil serangan ini akan dikumpulkan untuk dianalisis membentuk suatu perbandingan kinerja antar firewall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pfSense memiliki kemampuan deteksi terbaik di antara ketiga firewall dengan persentase deteksi 100% untuk port scanning attacks, 25% untuk denial of service attacks dan 50% untuk password attacks. Pada urutan kedua yaitu IPFire dengan kemampuan deteksi 100% untuk port scanning attacks, 0% untuk denial of service attacks, dan 50% untuk password attacks. Dan pada urutan ketiga yaitu ClearOS dengan kemampuan deteksi 75% untuk port scanning attacks, 25% untuk denial of service attacks, dan 0% untuk password attacks. Untuk tingkat presisi, ClearOS memiliki presisi deteksi terbaik dengan persentase presisi 100% untuk port scanning attacks dan 100% untuk denial of service attacks. Pada urutan kedua yaitu IPFire dengan persentase presisi 95,334 % untuk port scanning attacks dan 83,617% untuk password attacks. Dan pada urutan ketiga yaitu pfSense dengan persentase presisi 67,307% untuk port scanning attacks, 100% untuk denial of service attacks, dan 46,488% untuk password attacks. Kendati demikian, firewall pfSense direkomendasikan di antara ketiga firewall yang diteliti dikarenakan kemampuan deteksinya yang terbaik, memiliki kelemahan yang paling sedikit, dan memiliki banyak opsi untuk modifikasi konfigurasi yang tersedia dibandingkan firewall ClearOS dan IPFire.

In a computer network, a security system is needed to prevent access from unwanted parties. Firewalls are designed to improve network security by controlling and supervising each packet of data flowing in a network. Currently there are many open source-based firewalls such as pfSense, ClearOS and IPFire. For every different firewall system, it certainly has a different performance. This performance can be evaluated by performing network security attacks such as scanning, denial of service, and password attacks against the firewall. The results of this attack will be collected to be analyzed to form a performance comparison between firewalls.
The results showed that pfSense had the best detection capability among the three firewalls with 100% detection capability for port scanning attacks, 25% for denial of service attacks and 50% for password attacks. In the second place, IPFire with 100% detection capability for port scanning attacks, 0% for denial of service attacks and 50% for password attacks. And in the third place is ClearOS with 75% detection capability for port scanning attacks, 25% for denial of service attacks, and 0% for password attacks. For precision, ClearOS had the best detection precision percentage with 100% precision for port scanning attacks and 100% for denial of service attacks. In the second place, IPfire with a precision percentage of 95.334% for port scanning attacks and 83.617% for password attacks. And in the third place is pfSense with a precision percentage of 67.307% for port scanning attacks, 100% for denial of service attacks, and 46.488% for password attacks. However, the pfSense firewall is recommended among the three firewalls because of it had best detection capabilities, had the fewest weaknesses, and had more options for configuration modification available compared to ClearOS and IPFire firewalls.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inu Laksito Wibowo
"Sistem kripto (data encryption) dengan kunci publik, mempunyai keunggulan dalam pengaturan kunci dibanding dengan sistem kripto yang konvensional. Pada sistem kripto konvensional, suatu jaringan komputer dengan n riser dibutuhkan n(n-1)2 kunci, sedangkan pada sistem kripto dengan kunci publik ini hanya dibutuhkan n kunci. Di samping mempunyai keunggulan pada pengaturan kunci, sistem kripto dengan kunci publik ini menjamin keaslian pesan yang dikirimkan oleh seorang user. Sistem kripto dengan kunci publik ini dapat pula diaplikasikan untuk pembuatan skema pemeriksaan keaslian password. Salah satu keunggulan skema pemeriksaan keaslian password dengan dasar sistem ini mampu mempertahankan keamanan sistem walaupun berkas yang berisi password-password user berhasil diketahui. Salah satu alasannya adalah derajat kesulitan untuk menurunkan password-password yang sebenarnya relatif tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Juniardi
"Keamanan informasi menjadi perhatian utama dalam era digitalisasi saat ini. Salah satu aspek penting dari keamanan informasi adalah perlindungan terhadap kata sandi. Pengumpulan kata sandi yang sering digunakan oleh penyerang dalam upayanya untuk meretas masuk ke dalam sebuah akun atau sistem memiliki peran yang sangat penting dalam memahami kelemahan sebuah sistem. Oleh karena itu, metode pengumpulan kata sandi yang efektif menjadi sangat penting dalam upaya melindungi sistem serta informasi dari sebuah serangan. Pada tesis ini bertujuan untuk mengembangkan metode pengumpulan kata sandi yang menggunakan honeypot cowrie dan mengacu kepada pedoman NIST SP 800-63b. Pedoman NIST SP 800-63b merupakan pedoman yang dikembangkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) yang memberikan panduan praktis dalam hal kebijakan dan prosedur keamanan kata sandi. Honeypot cowrie merupakan sebuah sistem open source yang dapat dikustomisasi dan diperluas sesuai kebutuhan pengguna. Honeypot cowrie dirancang untuk menarik penyerang dan memantau aktivitas penyerang tersebut, termasuk upaya pembobolan terhadap sebuah kata sandi. Oleh karena itu, honeypot memiliki peranan yang penting untuk mempelajari teknik dan pola serangan yang digunakan oleh penyerang serta dilakukan identifikasi terhadap celah keamanan yang perlu diperbaiki. Pada penelitian kali ini, eksperimen dibagi kedalam dua tahapan, tahap pertama dengan menggunakan konfigurasi bawaan dan tahap kedua dilakukan penyesuaian konfigurasi honeypot cowrie dengan dilakukan variasi terhadap nama pengguna serta kata sandi yang digunakan oleh penyerang menggunakan pedoman NIST SP 800-63b . Hasil dari eksperimen dilakukan perbandingan untuk mengetahui efektivitas dari honeypot cowrie tersebut dalam melakukan pengumpulan kata sandi dengan indikator pengukuran yang berupa jumlah login attempt, username, password, serta password complexity. Dari hasil eksperimen didapati login attempt tahap 1 sebanyak 3364 dan tahap 2 sebanyak 7341, username tahap 1 sebanyak 776 dan tahap 2 sebanyak 904, password tahap 1 sebanyak 1341 dan tahap 2 sebanyak 2101, password complexity tahap 1 sebanyak 546 dan tahap 2 sebanyak 766. Dari data yang didapatkan tersebut, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan indikator login attempt sebesar 118,2%, indikator username sebesar 16,49%, indikator password sebesar 56,70%, serta peningkatan indikator password complexity sebesar 40,29%.

Information security is a major concern in the current era of digitization. One important aspect of information security is the protection of passwords. The collection of passwords frequently used by attackers in their attempts to breach an account or system plays a crucial role in understanding the weaknesses of a system. Therefore, an effective method of collecting passwords becomes highly important in the effort to protect systems and information from attacks. This thesis aims to develop a password collection method that utilizes the honeypot Cowrie and references the NIST SP 800-63b guidelines. The NIST SP 800-63b guidelines, developed by the National Institute of Standards and Technology (NIST), provide practical guidance on password security policies and procedures.Cowrie honeypot is an open-source system that can be customized and expanded according to user needs. Cowrie honeypot is designed to attract attackers and monitor their activities, including attempts to crack a password. Thus, honeypots play an important role in studying the techniques and patterns of attacks used by attackers and identifying security vulnerabilities that need to be addressed. In this research, the experiments are divided into two stages: the first stage using the default configuration, and the second stage involving adjustments to the Cowrie honeypot configuration by varying the usernames and passwords used by attackers following the NIST SP 800-63b guidelines. The results of the experiments are compared to determine the effectiveness of the Cowrie honeypot in password collection using measurement indicators such as the number of login attempts, usernames, passwords, and password complexity. The experiment results showed that there were 3364 login attempts in stage 1 and 7341 in stage 2, 776 usernames in stage 1 and 904 in stage 2, 1341 passwords in stage 1 and 2101 in stage 2, and 546 password complexity indicators in stage 1 and 766 in stage 2. These findings indicate an increase of 118.2% in the login attempt indicator, 16.49% in the username indicator, 56.70% in the password indicator, and a 40.29% increase in the password complexity indicator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Al Fikri
"Di era saat ini, kepemilikan terhadap informasi strategis dan kemampuan untuk mengelola informasi tersebut secara efektif telah menjadi suatu keunggulan yang signifikan. Berkaca dari pengalaman mengenai serangan terhadap komunikasi strategis di Indonesia diantaranya penyadapan percakapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui jaringan Selular dan penyadapan rumah dinas Presiden Jokowi, kemudian Indonesia menaruh perhatian lebih terhadap keamanan pada sektor ini. Perangkat X adalah salah satu alat komunikasi strategis rahasia yang digunakan di Indonesia. Penggunaan perangkat ini digagas oleh Instansi XYZ. Hingga tahun 2020, telah terdapat 1.284-unit Perangkat X yang digunakan secara luas oleh TNI, POLRI, dan instansi lain yang bersifat strategis di Indonesia. Dalam selang 5 tahun operasional, Instansi XYZ telah melakukan kajian terhadap keamanan algoritma yang digunakan dalam Perangkat X, namun di satu sisi belum pernah dilakukan kajian terhadap keamanan protokol otentikasi dan komunikasi dari perangkat tersebut. Pada peneitian ini dilakukan analisis keamanan protokol komunikasi suara dan otentikasi Perangkat X dengan pendekatan verifikasi formal menggunakan Scyther Tool untuk melengkapi kajian keamanan Perangkat X sebagai salah satu perangkat komunikasi strategis rahasia di Indonesia. Analisis berfokus pada aspek jaminan kerahasiaan informasi dan otentikasi dengan empat kriteria yaitu secrecy, aliveness, synchronization, dan agreement. Hasil percobaan menunjukkan bahwa protokol otentikasi dan komunikasi suara Perangkat X dinilai telah menenuhi kriteria secrecy untuk informasi rahasia yang ditransmisikan namun belum memenuhi kriteria aliveness, synchronization, dan agreement pada beberapa entitas yang terlibat dalam protokol tersebut. Sehingga, protokol otentikasi dan komunikasi suara Perangkat X dapat dikatakan aman berdasarkan aspek kerahasiaan informasi, namun belum aman dilihat dari aspek otentikasi.

In the current era, the ownership of strategic information and the ability to effectively manage it has become a significant advantage. Reflecting on the experience of attacks on strategic communications in Indonesia, including the tapping of President Susilo Bambang Yudhoyono's conversation through the Cellular network and the tapping of President Jokowi's official residence, therefore Indonesia pays more attention to security in this sector. Device X is one of the secret strategic communication tools used in Indonesia. The XYZ Agency initiated the use of this device. Until 2020, there have been 1,284 X Device units widely used by the Army, Police Officer, and other strategic agencies in Indonesia. In 5 years of operation, the XYZ Agency has researched the algorithm security used in Device X, but on the one hand, there has never been a study of the security regarding the authentication and communication protocols of this device. This research aims to make a security analysis of voice communication and authentication protocols of Device X. The research was implemented using Scyther Tool as a formal verification approach. The analysis focuses on aspects of guaranteeing the confidentiality of information and authentication with four criteria, namely secrecy, aliveness, synchronization, and agreement. The experimental results show that the authentication and voice communication protocol of Device X is considered to have satisfied the secrecy criteria for transmitted confidential information but does not satisfy the criteria of aliveness, synchronization, and agreement on several entities involved in the protocol. Thus, the authentication and voice communication protocol of Device X can be claimed to be provably secure based on the confidentiality aspect of information but is not from the authentication aspect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Febita
"Banyak pihak yang berusaha memanfaatkan kerentanan dari jaringan WLAN sehingga dibutuhkan suatu WIDS yang user friendly dapat mendeteksi adanya serangan dalam jaringan ini. Implementasi WIDS menggunakan Kismet sebagai aplikasi WIDS, Sagan sebagai penghubung Kismet dengan Snorby, dan Snorby sebagai frontend. Metode pengujian menggunakan functionality test untuk spoofed AP, brute force WPS, dan de-authentication flood dan response time untuk de-authentication flood saja. Pengujian de-authentication flood akan dilakukan 10 kali untuk membandingkan nilai alert, frame, dan response time berdasarkan banyaknya serangan dan peletakan sensor terhadap penyerang.
Untuk penyerang1 pada banyaknya serangan, pada 1, 2, dan 3 serangan, rata-rata alert adalah 12 alert, 3,8 alert, dan 2,3 alert, persentase false negative frame deotentikasi yang mengacu kepada 1 serangan adalah 28,43% (2 serangan) dan 44,47% (3 serangan), dan response time adalah 0,015 detik, 0,056 detik, dan 0,087 detik. Untuk peletakan sensor, pada ruang yang sama (ruang 1), ruang yang berbeda 1 ruangan (ruang 2), dan ruang yang berbeda 2 ruangan (ruang 3) dari penyerang, rata-rata alert-nya adalah 10,6 alert, 7,9 alert, dan 7,8 alert, persentase false negative frame de-otentikasi yang mengacu kepada frame de-otentikasi yang terdeteksi pada ruang 1 adalah 72,48% dan 77,17%, dan rata-rata response time adalah 0,018 detik, 0,046 detik, dan 0,111 detik.
Seiring bertambahnya serangan dan semakin banyak dinding pembatas, alert penyerang1 semakin sedikit, dan false negative frame de-otentikasi dan response time penyerang1 semakin banyak. Oleh karena itu, banyaknya trafik dan peletakan sensor berpengaruh terhadap kinerja WIDS. WIDS dapat bekerja optimal jika berada dalam 1 ruangan dengan AP yang ingin dimonitor dan tidak terlalu banyak trafik. Hal ini untuk menghindari adanya interferensi dan terlalu banyaknya frame yang lalu lalang di udara.

Many people that try to exploit the vulnerability of WLAN so it is needed a user friendly WIDS that can detect attacks in these networks. WIDS implementation is using Kismet as WIDS application, Sagan which connects Kismet and Snorby, and Snorby as a frontend. Method of testing for functionality test is using spoofed AP, WPS brute force, and de-authentication flood and the response time for the de-authentication flood. De-authentication flood testing will be performed 10 times to compare the value of alerts, frames, and response time based on the number of attacks and the laying of the sensor against the attacker.
For attacker1 on the number of attacks, at 1, 2, and 3 attacks, the average alert is 12 alerts, 3,8 alerts, and 2,3 alerts, the percentage of de-authentication frame false negative that refers to 1 attack is 28,43 % (2 attacks) and 44,47% (3 attacks), and response time is 0,015 seconds, 0,056 seconds and 0,087 seconds. For sensor placement, in the same room (room 1), a different 1 room (room 2), and different 2 rooms (room 3) from the attacker, the average alert is 10,6 alert, 7, 9 alerts, and 7,8 alerts, the percentage of de-authentication frame false negative are referring to the de-authentication frame that are detected in the room 1 is 72,48% and 77,17%, and the average response time is 0,018 seconds, 0,046 seconds and 0,111 seconds.
As we get more and more attacks and the dividing wall, the less alert from attacker1, and de-authentication frames's false negative and response time from attacker1 is bigger than before. Therefore, the amount of traffic and the placement of the sensors affect the performance of WIDS. WIDS can work optimally if it is in a room with the AP would like to be monitored and not too much traffic. This is to avoid interference and that too many frames passing through the air.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42956
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andro Harjanto
"Manajemen Layanan TI (ITSM) memainkan peran penting dalam mengelola lingkungan yang berkelanjutan dengan menyediakan pendekatan terstruktur untuk mengelola layanan TI, menyelarasinya dengan tujuan bisnis, dan memastikan keamanan siber yang kuat. Horangi, sebuah startup perangkat lunak keamanan siber yang didirikan pada tahun 2016, menyadari pentingnya ITSM dan telah menginisiasi rencana untuk menerapkan kerangka kerja guna membentuk pedoman dan dasar yang kokoh, terutama karena tim TI baru saja dibentuk pada tahun 2021. Penelitian ini berfokus pada pengelolaan alur kerja Incident dan Service Request karena merupakan tugas yang paling dasar dan penting. ITIL 4, versi terbaru dari kerangka kerja ITIL, dianggap cocok karena pengakuan dan penggunaannya yang luas, selaras dengan tren manajemen TI saat ini seperti Agile dan DevOps. Model Continual Service Improvement dan Service Value Chain akan digunakan untuk menciptakan pedoman dan rekomendasi, dengan tujuan mengidentifikasi kelemahan dan meningkatkan proses yang ada. Model-model ini dipilih karena kemampuannya dalam menyediakan standardisasi, konsistensi, dan pendekatan holistik terhadap kepatuhan peraturan, sambil juga memungkinkan perbaikan berkelanjutan untuk beradaptasi dengan lanskap TI yang selalu berubah. Pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi perusahaan, studi literatur dari penelitian sebelumnya serta buku pedoman membantu dalam melakukan kajian kondisi layanan saat ini dan mencari peningkatan. Hasil dari penelitian ini berupa rekomendasi dan fondasi dalam pembentukan panduan serta alur kerja pada area Incident and Service Request Management. Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak bisa dilakukan sampai implementasi rekomendasi sehingga disarankan pada penelitian terkait adalah bisa sampai dengan proses implementasi agar dapat mendapatkan hasil evaluasi yang lebih optimal.

IT Service Management (ITSM) plays a crucial role in managing a sustainable environment by providing a structured approach to managing IT services, aligning them with business objectives, and ensuring robust cybersecurity. Horangi, a cybersecurity software startup founded in 2016, recognizes the importance of ITSM and has initiated plans to implement a framework to establish solid guidelines and foundations, especially since the IT team was recently formed in 2021. This research focuses on the management of Incident and Service Request workflows as they are among the most fundamental and critical tasks. ITIL 4, the latest version of the ITIL framework, is considered suitable due to its widespread recognition and usage, aligning with current IT management trends such as Agile and DevOps. The models of Continual Service Improvement and Service Value Chain will be utilized to create guidelines and recommendations, aiming to identify weaknesses and enhance the current processes. These models are chosen for their ability to provide standardization, consistency, and a holistic approach to regulatory compliance, while also enabling continuous improvement to adapt to the ever-changing IT landscape. Data collection through interviews, company documentation, literature review from previous research, and guidebooks will assist in assessing the current service conditions and seeking improvements. The outcomes of this research will provide recommendations and a foundation for developing guidelines and workflows in Incident and Service Request Management. The limitation of this research is that it could not be carried out until the implementation of recommendations, therefore it is suggested that future related research should include the implementation process to obtain more optimal evaluation results."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Sulistyowati
"Tren digitalisasi yang semakin meningkat pada situasi pandemi Covid-19 saat ini telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat baik individu maupun organisasi dan mengubah perilaku konvensional menjadi digital. Era digital menawarkan berbagai kemudahan, namun disisi lain terdapat tantangan berupa ancaman siber yang mempengaruhi keamanan siber suatu negara. Dalam rangka meningkatkan keamanan siber secara lebih efektif dan efisien pada salah satu Instansi Pemerintah di Indonesia, Pusat Data dan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang merupakan salah satu unsur pendukung di Badan XYZ menjadi obyek penelitian dalam rencana implementasi pengukuran kematangan keamanan siber. Berdasarkan kondisi saat ini, dapat diketahui bahwa implementasi pengelolaan keamanan TIK belum diterapkan secara optimal. Mengacu hal tersebut, maka dibutuhkan kerangka kerja keamanan secara komprehensif yang akan membantu dalam pengelolaan TIK secara lebih aman dalam mengantisipasi adanya ancaman siber yang semakin meningkat. Dalam penelitian ini, akan melakukan perancangan kerangka kerja kematangan keamanan siber dengan melakukan integrasi berdasarkan kerangka kerja, standar NIST CSF, ISO 27002 dan COBIT 2019. Hasil dari penelitian ini diantaranya: Kerangka kerja (framework) kematangan keamanan siber yang dihasilkan terdiri dari 201 aktivitas yang dapat diimplementasikan oleh organisasi, dan terbagi dalam 38 kategori pada framework kematangan keamanan siber. Selain itu, distribusi aktivitas dalam framework terdiri dari 21.56% berasal dari NIST CSF Model, 14.59% berasal dari ISO 27002, dan 63.85% berasal dari COBIT 2019 Model. Melalui konsep kerangka kerja kematangan keamanan siber yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan instrumen tingkat kematangan keamanan siber dan sandi secara organisasi.

The increasing trend of digitization in the current Covid-19 pandemic situation has affected the lifestyles of both individuals and organizations and changed conventional behavior to digital. The digital era offers various conveniences, but on the other hand, there are challenges in the form of cyber threats that affect the cybersecurity of a country. To improve cybersecurity more effectively and efficiently at one of the Government Agencies in Indonesia, the Center for Data and Information and Communication Technology (ICT), one of the XYZ Agency’s supporting elements, is the research object in implementing cybersecurity maturity. Based on current conditions, it can be seen that the implementation of ICT security management has not been implemented optimally. A comprehensive security framework is needed that will assist in managing ICT more securely in anticipating the increasing cyber threats. This research/ will design a cybersecurity maturity framework by integrating based on the framework, the NIST CSF standard, ISO 27002, and COBIT 2019. The results of this study include: The resulting cybersecurity maturity framework consists of 201 activities that can be implemented by the organization/ and is divided into 38 categories in the cybersecurity maturity framework. In addition, the distribution of activities in the frameworks consists of 21.56% derived from the NIST CSF Model, 14.59% comes from ISO 27002, and 63.85% comes from the COBIT 2019 Model. Through the concept of cybersecurity maturity framework produced, it is hoped that it becomes an input for preparing an organizational cybersecurity maturity level instrument. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardianto
"Perkembangan aplikasi dewasa ini sudah demikian kompleks sehingga telah mencakup aspek dominan dalam kehidupan manusia. Semakin tingginya tingkat ketergantungan manusia dengan sistem komputasi membutuhkan perlindungan yang semakin user profiles akan akses terhadap sistem tersebut. Perkembangan aplikasi yang beragam sangat meyulitkan seseorang untuk menjaga kerahasiaan dari sistem keamanan yang dikembangkan untuk beragam aplikasi tersebut.
Akses kepada suatu aplikasi ke depan dikembangan dalam satu sistem kunci tunggal dimana seseorang hanya mempunyai satu metode akses terhadap beragam aplikasi yang digunakannnya kemudian dikenal sebagai Single Sign-On. Dengan demikian tingkat kesulitan seseorang dalam melakukan akses keamanan menjadi berkurang karena hanya mencakup satu kali akses dan aplikasi yang dibutuhkan akan dapat digunakan. User profiles akan merupakan sebuah trend dimana segala aplikasi akan berkembang sesuai dengan kebutuhan seseorang. Seseorang akan mempunyai kecenderungan yang berbeda satu dengan yang lainnya melalui karakter fisiknya. Perbedaan karakteristik seseorang kemudian dalam perkembangannya digunakan sebagai alat bantu suatu sistem keamanan yang berdasarkan karakteristik fisik manusia kemudian dikenal sebagai biometric security. Dalam perkembangannya keystroke dynamics security mejadi pilihan alternatif yang kemudian dikembangkan menjadi salah satu metode akses keamanan karena faktor keamanan berdasarkan personal rhythm seseorang dalam mengetikkan sesuatu pada keyboard.
Kombinasi Single Sign-On dengan sistem keamanan biometric keystroke dynamics akan menjadi salah satu trend menarik kedepan untuk dikembangkan terutama dalam web based application Berta menjadi sistem keamanan biometric alternatif selain retina, finger print maupun pendekatan lainnya dan telah menjadi alternatif security gateway dari beragam aplikasi yang semakin berkembang dewasa ini.

Application development nowadays has become complex and significantly influence human being in many aspects and also has become dominant in its existence. The high level of dependent factor to computer based application by human as the applications that help running their life, require security access is as simple as it get without reduce security level. Even though the application is more complex, security access has to be drive easier for personal that access those application.
Single access to many application in the term of security has very useful to maintain of his or her capabilities that cannot keep many password of access. This method is known as Single Sign-On. Human never has identical personality characteristic to each other. User relationship of application is always the same in the different manner. The different of personal characteristic derive the security approachment, known as biometric security. This technology has many advantage feature security of access level based on personal characteristic. Keystrokes dynamic is one of those alternatives. The characteristic rhythm of keystroke as user enter password can be use as option to secure their application. The growth of Internet as World Wide Web service, provide user with the most convenient way to get information also and get involved with this technology.
Combination of Single Sign-On and keystroke dynamics at web service offer great feature to improve security factor of such application backend that use nowadays and also this technology still currently open wide to be developed in the future at many platform of information technology system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyril Nugrahutama Kurnaman
"Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk dan pengguna internet terbesar keempat di dunia membuat kemungkinan serangan siber semakin besar. Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan banyak potensi serangan siber yang dapat terjadi, perusahaan harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang kualitas keamanan infrastruktur teknologi informasi (TI) yang dimilikinya. Penelitian ini mengevaluasi kualitas keamanan infrastruktur TI yang dimiliki PT XYZ saat ini dan membandingkannya dengan kualitas keamanan infrastruktur TI yang diharapkan PT XYZ menggunakan perluasan model kematangan keamanan siber yaitu Cybersecurity Capability Maturity Model (C2M2). Peneliti mengadopsi 10 (sepuluh) domain C2M2 dan 2 (dua) domain lain yang bersumber dari Center for Internet Security (CIS) Controls sehingga jumlah domain yang diuji pada model konseptual adalah 12 domain. Perluasan model ini menyesuaikan dengan kondisi dalam masa pandemi COVID-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah in-depth interview dan kuesioner self-evaluation assessment. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan gap analysis dan importance-performance analysis. Berdasarkan hasil penelitian, 10 domain C2M2 dan 2 domain CIS yang diujikan terhadap PT XYZ memiliki gaps pada Maturity Indicator Level (MIL) di masing-masing domain. Hampir seluruh domain yang diujikan berada di kuadran A pada matriks importance-performance analysis dimana tingkat kinerja rendah namun tingkat kepentingan tinggi. Skala prioritas dibuat agar PT XYZ dapat fokus memperbaiki domain yang memiliki selisih gaps besar dan tingkat kepentingan tinggi. Prioritas I atau prioritas utama domain yang harus segera dibenahi oleh PT XYZ adalah asset, change, and configuration management (ACM); identity and access management (IAM); dan event and incident response, continuity of operations (IR). Kemudian, prioritas II yaitu domain threat and vulnerability management (TVM). Lalu, prioritas III yaitu domain risk management (RM) dan situational awareness (SA). Kemudian, prioritas IV yaitu domain workforce management (WM) dan data protection (PR). Lalu, prioritas V yaitu domain information sharing and communications (ISC) dan cybersecurity program management (CPM). Terakhir, prioritas VI yaitu domain supply chain and dependencies management (EDM). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas keamanan infrastruktur TI di PT XYZ belum mampu mengatasi risiko keamanan yang ada sehingga membutuhkan banyak perbaikan dan perlu dievaluasi secara menyeluruh.

Indonesia is a country with the fourth largest population and internet users in the world, making the possibility of cyberattacks even greater. Therefore, in considering the many potential cyberattacks that can occur, companies must have a deep understanding of the security quality of their information technology (IT) infrastructure. This research evaluates the security quality of PT XYZ's current IT infrastructure and compares it with the quality of IT infrastructure security expected by PT XYZ using a framework’s expansion of Cybersecurity Capability Maturity Model (C2M2). The researcher adopted 10 (ten) C2M2 domains and 2 (two) other domains sourced from the Center for Internet Security (CIS) Controls so that the number of domains tested in the conceptual model is 12 domains. The expansion of this model adapts to conditions during the COVID-19 pandemic. The methods used in this research are in-depth interviews and self-evaluation assessment questionnaires. The data is then processed and analyzed using gap analysis and importance-performance analysis. Based on the research results, 10 C2M2 domains and 2 CIS domains tested against PT XYZ have gaps in the Maturity Indicator Level (MIL) in each domain. Almost all of the tested domains are in quadrant A in the importance-performance analysis matrix where the level of performance is low but the level of importance is high. The priority scale is made so that PT XYZ can focus on improving domains that have large gaps and high levels of importance. Priority I or the main priority domains that must be addressed by PT XYZ are asset, change, and configuration management (ACM); identity and access management (IAM); and event and incident response, continuity of operations (IR). Then, priority II is the threat and vulnerability management (TVM) domain. Then, priority III is the domain of risk management (RM) and situational awareness (SA). Then, priority IV is the domain of workforce management (WM) and data protection (PR). Then, priority V is the domain of information sharing and communications (ISC) and cybersecurity program management (CPM). Finally, priority VI is the supply chain and dependencies management (EDM) domain. This shows that the overall security quality of PT XYZ’s IT infrastructure has not been able to overcome the existing security risks so that it requires a lot of improvements and needs to be evaluated thoroughly. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>