Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225694 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miftakhuddiniyah
"Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Prevalens diare di Indonesia berdasarkan SDKI 2007 adalah 14 % . Insidens diare cenderung naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/ 1000 penduduk, sampai dengan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya diare yang belum tertangani dengan baik di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan kejadian diare pada anak usia 6-59 bulan di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data SDKI Tahun 2007 dengan sampel sebanyak 11.627 anak. Analisis multivariat menggunakan logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pemberian ASI terhadap kejadian diare dipengaruhi oleh status ekonomi dan berinteraksi dengan kebiasaan membuang tinja anak terkecil. Hal ini berarti bahwa efek pemberian ASI terhadap kejadian diare bervariasi, tergantung pada kebiasaan membuang tinja anak terkecil. Pada anak yang tidak ASI (proxi ASI eksklusif) dan yang ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak terkecil ke jamban, tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian diare dengan PR=1,05 (95 % CI : 0,89-1.24). Pada anak yang tidak mendapat ASI (proxi ASI eksklusif) dan ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak terkecil ke tempat selain jamban,terdapat hubungan yang bermakna terhadap diare dengan PR=1,72 (95 % CI : 1,50-1,97). Pada anak yang mendapat ASI (proxi ASI eksklusif) dan ibunya mempunyai kebiasaan membuang tinja anak ke tempat selain jamban, didapatkan hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare dengan PR=1,31 (95 % CI : 1,09-1,58). Oleh karenanya usaha untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak dan membuang tinja anak dengan benar akan membantu menurunkan terjadinya diare pada anak.

countries such as Indonesia. Prevalence of diarrhea in Indonesia by IDHS 2007 was 14,0%. The trend incidence of diarrhea to go up from year to year. In 2000 IR diarrhea 301/1000 population, until 2010 to 411/1000 population. This is possible because many risk factors that affect the occurrence of diarrhea that has not been handled properly in society.
This study aims to determine the association of breastfeeding with diarrhea in children aged 6-59 months in Indonesia. The study was conducted with a crosssectional design using data IDHS 2007 with sample 11.627 children. Multivariate analysis using logistic regression.
The results showed that association of breastfeeding on diarrhea is influenced by economic status and interact with the habit of throwing feces smallest child. That means, the effect of breastfeeding on diarrhea varies, depending on the habit of throwing feces smallest child. Children who are not breastfeed (exclusive breastfeeding proxy) and the mother had a habit of throwing feces smallest child to the toilet, there was no significant association with diarrhea, PR=1,05 (95% CI : 0,89-1,24). Children who are not breastfeed (exclusive breastfeeding proxy) and his mother had a habit of throwing feces smallest child to a place other than latrines, there was a significant association of diarrhea with PR=1,72 (95% CI : 1,50-1.97).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Karnila
"Pendahuluan: Pemberian ASI ekslusif direkomendasikan hingga anak berusia 6 bulan. Kurangnya pemberian ASI ekslusif merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas bayi dan anak. Berbagai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif diantaranya depresi, inisiasi menyusui dini, wilayah tempat tinggal, status bekerja dan status pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan depresi postpartum dengan pemberian ASI ekslusif pada anak 0-5 bulan di Indonesia berdasarkan data SDKI 2017.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS yang melahirkan anak terakhir berumur 0-5 bulan berjumlah 1.266. Analisis data menggunakan regresi logistik untuk mengetahui prevalen odd rasio. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval) CI 95%.
Hasil: Dari 1.266 responden diperoleh prevalensi depresi postpartum 10,2%, pemberian ASI ekslusif 67,1%. Hasil analisis menunjukan responden yang depresi berpeluang 0,762 kali (CI 95% 0,506 – 1,148) untuk tidak memberikan ASI ekslusif setelah dikontrol variabel inisiasi menyusui dini, status bekerja dan status pernikahan.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan depresi postpartum dengan pemberian ASI ekslusif. Namun terdapat hubungan variabel lainnya dengan pemberian ASI ekslusif diantaranya variabel inisiasi menyusui dini, status bekerja dan status pernikahan.
Kata kunci: Depresi postpartum, ASI ekslusif, regresi logistik, SDKI, Indonesia

Background: Exclusive breastfeeding is recommended for children up to 6 months old. Lack of exclusive breastfeeding is a risk factor for infant and child morbidity and mortality. Various factors that influence exclusive breastfeeding include depression, early breastfeeding initiation, place of residence, work status and marital status. This study aims to determine the association between postpartum depression with exclusive breastfeeding for children 0-5 months in Indonesia based on Indonesian Demographic Health Survey 2017.
Methods: Design study was cross-sectional and data was obtained from Indonesian Demographic Health Survey 2017. Sample was women childbearing age who gave birth to last child aged 0-5 months, total 1.266 respondents. Data were analysed using logistic regression to determine the prevalence odds ratio. Significant level was assessed by confident interval (CI) 95%.
Results: From 1.266 respondents, the prevalence of postpartum depression was 10.2%, exclusive breastfeeding was 67.1%. The results of the analysis showed that depressed respondents had an odd 0.762 (95% CI 0.506 - 1.148) to not give exclusive breastfeeding after being controlled by early breastfeeding initiation, work status and marital status.
Conclusion: There was no association between postpartum depression with exclusive breastfeeding. But there was a association between other variables with exclusive breastfeeding including variable early breastfeeding initiation, work status and marital status.
Key words: Postpartum depression, exclusive breastfeeding, logistic regression, IDHS, Indonesia
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Zahra Lydia Cross
"ASI eksklusif terbukti menjadi makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya selama 6 bulan pertama. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia perlu menjadi perhatian mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat mengancam pertumbuhan, kesehatan, hingga menyebabkan kematian bayi jika tidak ASI eksklusif. Berbagai faktor ditemukan menjadi penentu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014-2015 yang memiliki sampel anak usia 6-23 bulan sebanyak 1550 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif hingga usia minimal 5 bulan adalah sebesar 24,9%. Analisis bivariat menemukan beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, berat badan lahir, tempat persalinan, penolong persalinan, dan kunjungan ANC. Faktor status pekerjaan, status perkawinan, paritas, pengetahuan terkait ASI eksklusif, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan kunjungan PNC ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini. Hasil analisis multivariat menemukan usia ibu sebagai faktor dominan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan OR 2,13. Penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi praktik menyusui pada usia reproduktif dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2,1 kali lebih tinggi.

Exclusive breastfeeding (EBF) is proven to be the best food a mother can give to her child during the first 6 months. The low prevalence of EBF in Indonesia needs to be a concern given the many health risk of not breastfeeding exclusively, such as delayed growth, threatened health, and infant mortality. Various factors were found to be determinants in the practice of exclusive breastfeeding. This study was conducted to identify the dominant factor associated with 6-month EBF among children aged 6-23 months in Indonesia. The design used in this study is cross-sectional using IFLS-5 2014-2015 as a secondary data with a sample of 1550 children aged 6-23 months. Data were analyzed using chi square test dan multiple logistic regression test. The result found the prevalence of 5-month EBF was 24,9%. Bivariate analysis found several factors that were significantly related to EBF, which are maternal age, maternal education, birth weight, place of delivery, birth attendant, and ANC visits. The factors of employment status, marital status, parity, knowledge related to EBF, gender, area of residence, and PNC visits were not found to be significantly related to EBF practice in this study. The result of multivariate analysis showed maternal age as the dominant factor of EBF practice in mothers with children aged 6-23 months in Indonesia with an OR of 2,13. This study shows that optimizing breastfeeding practices at reproductive age can increase the success of 6-month EBF up to 2,1 times."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Fahlevi
"Salah satu penyebab tingginya tingkal kematian bayi dan banyaknya balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia adalah terkait dengan praktek pemberian ASI yang dilakukan. Scpcrti bclum adanya kesadaran akan pentingnya pemberian ASI secara eksklusifl pemberian kolostrum, pemberian MP-ASI yang tidak tepat, kualitas gizi dari ASI itu sendiri, dan lain-lain.
Untuk mengamati permasalahan tersebut, maka tesis ini khusus akan mempelajari tentang risiko penghentian pemberian ASI pada balita berdasarkan faktor-faktor sosial, ekonomi dan demograii pada tiga walayah pengamatan, yaitu Indonesia, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang pengaruh masing-masing karakteristik pengamatan tcrhadap risiko pcnghcntian pemberian ASI pada balita. Metode yang digunakan adalah dengan tabulasi silang untuk analisis desk1iptii§ dan Regresi Cox untuk analisis inferensialnya.
Hasilnya secara umum menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka pengaruhnya semakin besar tcrhadap risiko penghentian pemberian ASI, begitu juga dengan status ekonomi rumahtangga. Sedangkan umur ibu saat melahirkan menunjukkan pola bahwa semakin muda ibu saat melahirkan maka kecenderungan untuk mengalami risiko penghentian pemberian ASI juga semakin besar. Dilihat dari status bekezja ibu, maka ibu yang mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengalami risiko penghcntian pernberian ASI adalah ibu yang bekeqja di luar rumah, teruzama jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekenja. Sedangkan untuk urutan anak, maka bayi yang merupakan anak ttmggal cenderung lebih cepat mengalami penghentian pemberian ASI. Kernudian dari vaxiabel keberadaan famili lain dalam rllmahiangga, temyata ada atau tidak adanya famili Iain dalam rumahtangga tidak rnenunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap risiko penghentian pemberian ASI pada balita.

One of the causes of high infant mortality rate and high malnutrition rate in Indonesia is breastfeeding (Air Susu lbu) activity. The causes are such as no awareness of the importance of breastfeeding exclusively, colostrums giving activity, inappropriate MP-ASI, the nutrition's quality of breastfeeding, and others.
To observe the problems, this thesis will describe and learn risk of termination on breastfeeding. The case is based on social factor, economic factor and demographic factor on three regions; there are Indonesia, DKI Jakarta and West Nusa Tenggara. The aim of this research is to give description about the influence of each characteristic into the risk of termination on breastfeeding. The research's methods are cross-tabulation for descriptive analysis and Cox regression for inference analysis.
The research's result is about education level. The higher mother's education and household economic status influences higher risk of breastfeeding termination. Based on the mother's age of birth, the yotmger mother influences higher risk of termination on breastfeeding. Based on mother's working status, compared by housewife, the mother works outside of home affects the higher risk of termination on breastfeeding. Based on order of child, single baby is tendency to higher risk of termination on breastfeeding. Based on relative families in the household variable, there is no significant correlation on the risk of breastfeeding.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34250
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shelvi Novianita
"Sejak tahun 2001 WHO menyarankan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. WHO menargetkan cakupan ASI eksklusif 50% untuk tahun 2025 dan 60% untuk tahun 2030. Indonesia berhasil melakukan percepatan target dengan cakupan ASI eksklusif 66,1% pada tahun 2020. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Data survey serta penelitian-penelitian dari internasional ataupun nasional menunjukkan bahwa prevalensi ASI eksklusif di perkotaan lebih rendah dibandingkan di perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah perkotaan Indonesia. Studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder SDKI 2017 pada 2.384 ibu dengan bayi berusia 6-24 bulan. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi ibu dengan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 1.221 (51,2%), sementara ibu yang tidak ASI eksklusif 6 bulan 1.163 (48,8%). Pekerjaan ibu, paritas dan IMD memiliki hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah perkotaan Indonesia (p<0,05). IMD (p=0,001; OR=3,147; 95% CI= 2,572–3,852) merupakan faktor dominan diantara faktor-faktor tersebut. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah perkotaan Indonesia adalah pekerjaan ibu, paritas dan IMD. Disarankan agar pemerintah dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program yang berkaitan dengan pemberian edukasi dan pendampingan menyusui agar proporsi ASI eksklusif 6 bulan di wilayah perkotaan meningkat.

Since 2001 WHO recommends exclusive breastfeeding for 6 months. WHO targets exclusive breastfeeding coverage of 50% for 2025 and 60% for 2030. Indonesia has succeeded in accelerating the target with exclusive breastfeeding coverage of 66.1% in 2020. Many factors affect the success of exclusive breastfeeding. Survey data and researches from international or national show that the prevalence of exclusive breastfeeding in urban areas is lower than in rural areas. This study aims to analyze the factors associated with exclusive breastfeeding for 6 months in urban areas of Indonesia. This cross-sectional study used secondary data from the 2017 IDHS on 2,384 mothers with infants aged 6-24 months. Bivariate analysis using chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The research results found that the proportion of mothers with exclusive breastfeeding for 6 months was 1,221 (51.2%), while mothers who were not exclusively breastfed for 6 months were 1,163 (48.8%). Maternal occupation, parity and IMD had a significant relationship with exclusive breastfeeding for 6 months in urban areas of Indonesia (p<0.05). IMD (p=0.001; OR=3.147; 95% CI=2.572-3.852) was the dominant factor among these factors. It can be concluded that the factors associated with exclusive breastfeeding for 6 months in urban areas of Indonesia are maternal occupation, parity and IMD. It is suggested that the government can monitor and evaluate programs related to the provision of education and breastfeeding assistance so that the proportion of exclusive breastfeeding for 6 months in urban areas increases."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Muchtar Nasir
"Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian sakit pada bayi umur 0 ndash; 6 bulan, salah satunya pemberian ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI terhadap riwayat sakit pada bayi umur 0-6 bulan. Sampel sebanyak 5.017 ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan pada survei klaster Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Analisis menggunakan regresi Cox yang dimodifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi bayi umur 0-6 bulan yang mendapat ASI esklusif sebesar 30,24, prevalensi bayi sakit umur 0-6 bulan sebesar 18,24%, prevalensi bayi sakit pada ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif sebesar 19,57, sedangkan prevalensi bayi sakit pada ibu yang memberikan ASI eksklusif sebesar 15,16%. Rasio prevalensi kasar bayi sakit umur 0-6 bulan antara bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 1,29 (95% CI 1,13-1,48), dan rasio prevalensi bayi sakit umur 0-6 bulan antara bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif setelah dikontrol variabel pendidikan ibu sebesar 1,29 (95% CI 1,05-1,41).
Kesimpulan: Bayi umur 0-6 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif memiliki risiko sakit sebesar 1,29 kali dibandingkan bayi umur 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif, setelah dikontrol oleh variabel pendidikan ibu.

Many factors are associated with illness of infant aged 0-6 months. The objective of this study is to see the association between exclusive breastfeeding and illness of infants aged 0-6 months. Sample of 5.017 infant aged 0-6 months are selected from Basic Health Research in 2013, and analyzed using modified Cox regression model.
Results showed the prevalence of infants who are exclusively breastfed was 30,24%, the prevalence of illness of infants aged 0 6 months was 18,24%, the prevalence of illness among non exclusive breastfeeding infants was 19,57%, the prevalence of illness among exclusive breastfeeding infants was 15,16. Crude prevalence ratio PR of illness among non exclusive breastfeeding compared with PR of illness among exclusive breastfeeding infants was 1,29 (95% CI 1,13 1,48), and PR of illness among non exclusive breastfeeding compared with PR of illness among exclusive breastfeeding infants adjusted by mother's education level was 1,29 (95% CI 1,05 1,41).
Conclusions: Infants aged 0-6 months who are not exclusively breastfed have 1,29 times higher risk of getting illness compared with 0-6 months old who receive exclusive breastfeeding, adjusted by mother's education level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Aulia Fitri
"Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati, namun menjadi penyebab utama kematian balita di dunia, terutama pada usia kurang dari dua tahun. Pada tahun 2015, konsentrasi pneumonia berada di sepuluh negara dan Indonesia menjadi salah satunya. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 dengan rancangan penelitian cross-sectional yang bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan gejala pneumonia pada Baduta usia 0-23 bulan di Indonesia dikontrol dengan variabel kovariat (usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status imunisasi dasar, pemberian vitamin A, pendidikan ibu, status bekerja ibu, status ekonomi, bahan bakar memasak, ART perokok dalam rumah, tipe tempat tinggal) dengan analisis multivariat regresi logistik model faktor risiko. Hasil penelitian ini, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta yang tidak diberi ASI eksklusif memiliki risiko 13 kali lebih besar untuk menderita gejala pneumonia dibandingkan Baduta yang diberi ASI eksklusif, setelah dikontrol dengan usia Baduta, efek modifikasi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A, dan efek modifikasi tidak diberi ASI eksklusif dengan pemberian vitamin A.

Pneumonia is a preventable and treatable disease, but it is a major cause of infant mortality in the world, especially in child under two aged. In 2015, the concentration of pneumonia was in ten countries and Indonesia became one of them. This study is a secondary data analysis of the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey with a cross-sectional study design that aims to determine the effect of exclusive breastfeeding with symptoms of pneumonia in Indonesia among under two children aged 0-23 months controlled by covariate variables (age, sex, birth weight , basic immunization status, vitamin A, mother’s education, maternal working status, economic status, cooking fuel, household member smoker, and type of residents) with a multivariate logistic regression of risk factor model analysis. Results of this study, OR= 12,72 (95% CI= 2,69 – 60,09), Baduta who were not given exclusive breastfeeding had a 13 times greater risk of pneumonia symptoms than those who were given exclusive breastfeeding, after being controlled by the age of Baduta, the effect of exclusive breastfeeding by giving vitamin A, and the effect of modification not given exclusive breastfeeding with vitamin A."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Aghnianuri
"Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan Ibu dan anak. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi merupakan salah satu cara efektif agar dapat menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Cakupan ASI eksklusif berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 37,3%, hal tersebut belum memenuhi minimal 50% dari target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 3.623 yang terdiri dari ibu berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 6-23 bulan terakhir. Analisis data berupa analisis bivariabel dengan metode chi-square dan analisis multivariabel dengan metode regresi logistik berganda. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, berat lahir bayi, metode persalinan, tempat persalinan, IMD, frekuensi kunjungan ANC, dan konseling ASI saat PNC. Faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif adalah berat bayi lahir, dimana bayi yang lahir dengan berat <2500 gram 1.62 kali lebih berisiko untuk tidak diberikan ASI eksklusif dibandingkan yang memiliki berat ≥2500 gram (OR 1,52;95%CI: 1,02-1,60), serta konseling ASI, dimana  ibu yang tidak memperoleh konseling ASI saat PNC secara signifikan berisiko 1.50 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan memperoleh konseling ASI saat PNC, setelah dikontrol oleh variabel lainnya (OR 1.50; 95%CI: 1.17-1.92).  Diperlukan konseling ASI yang adekuat sejak masa kehamilan kepada ibu serta penambahan jumlah konselor laktasi sebagai upaya peningkatan capaianpemberian ASI Eksklusif.

The infant mortality rate was an indicator of the success of maternal and child health programs. Giving exclusive breast milk to babies is one effective way to reduce the infant mortality rate in Indonesia. Exclusive breastfeeding coverage based on Riskesdas 2018 is 37.3%. This number does not meet the minimum 50% of the national target. This study aims to determine the factors that influence exclusive breastfeeding for Six months in children aged 6-23 months on the island of Java. This research uses secondary data from the 2018 Riskesdas with a cross-sectional design. The research sample was 3,623 consist of mothers aged 15-49 years who had children aged 6-23 months. Data analysis took the form of bivariable analysis using the chi-square method and multivariable analysis using the multiple logistic regression method. Factors that influence exclusive breastfeeding for six months are the mother's age, mother's education, parity, baby's birth weight, delivery method, place of birth, IEB, frequency of ANC visits, and breastfeeding counseling during PNC. The most influential factor in giving exclusive breastfeeding is the birth weight of the baby, where babies born weighing <2500 grams are 1.62 times more likely to not be given exclusive breastfeeding than those weighing ≥2500 grams (OR 1,52;95%CI: 1,02-1,60), as well as breastfeeding counseling, where mothers who did not receive breastfeeding counseling during PNC had a significantly 1.50 times greater risk of not providing exclusive breastfeeding for six months compared to receiving breastfeeding counseling during PNC, after controlling for other variables (OR 1.50; 95%CI: 1.17 – 1.92).  Adequate breastfeeding counseling is needed from the time of pregnancy to mothers as well as increasing the number of lactation counselors as a support to improve rates of exclusive breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Cahyono
"Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membentuk sumber daya rnanusia sejak dini diantaranya adalah melalui pembcrian Air Susu Ibu (ASI) sesegera mungkin setelah kelahiran sena melanjutkannya secara cksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Disebutkan dalam laporan SDKI 2002 bahwa pelaksanaan kedua hal telsebut masih relatif rendah. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah rnempelajari pengaruh faktor demograEs ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal) dan layanan kesehatan (pemeriksazm kehamilan, penolong persalinan, ternpatme1ahirkan)terhadap pemberian ASI dini dan ASI eksklusif diantara ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan.
Dalam aspek pemberian ASI dini, pemeriksaan kehamilan dan penolong persalinan dipandang sebagai faktor terpenting yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI dini disamping faktor lain seperti umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dan tempat melahirkan. Sedangkan dalam aspek pemberian ASI eksklusif, faktor yang dipanclang terpenting adalah pcmberian ASI dini, pemcriksaan kehamilan dan pekerjaan, Sumber data yang digunakan clalam penelitian ini adalah SDKI 2007, dengan sampel penelitian sejumlah 2.137 bayi usia 0-6 bulan. Adapun metode analisis yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan regresi logistik biner.
Hasil penelitian menunjuldcan bahwa pemeriksaan kehamilan secara teratur dan penolong persalinan medis justru berhubungan ucgatif dengan pemberian ASI dini. Untuk faktor lain didapati kecenderungan membexikan ASI dini lebih besar untuk mereka yang memiliki karalctedstik umur 20-35 tahun atau 36-49 tahun, memiliki 2 atau lebih anak lahir hidup, berpendidikan rendah, bekegia dan tinggal di perdesaan. Sedangkan dalam aspek pemberian ASI eksklusiii dilakukannya menyusui dini dan ibu tidak bekexja diluar rumah berhubungan positif dengan pemberian ASI eksklusif, sedangkan untuk pemeriksaan kehamilan secam teratur seperti halnya temuan dalam permulaan menyusu, justru berhubungan negatif dengan pelaksanaan ASI eksklusif.
Selanjutnya untuk faktor lain didapati ibu umur 20-35 tahun atau 36-49 tahun, berpendidikan SD atau SLTP keatas, penolong persalinan medis, melahirkan di fasilitas kesehatan pemcrintah atau swasta tidak memberikan pengaruh positif signifkan terhadap pelaksanaan ASI eksklusifl Sedangkan dari sisi paritas dan tempat tinggal, walaupun perbedaan yang signifikan hanya berlaku pada beberapa kelompok individu, ibu dengan 2 atau lebih anak lahir hidup dan tinggal di perdcsaan memiliki prevalensi ASI eksklusif yang lcbih baik. Kelemahan dari pcnelilian ini adalah pemberian ASI dini dan ekslusif dipcroleh secara verbal atau tidak melalui pengamatan.

Early development of human resouces can be achieved by practicing early breastfeeding during the neonatal period and exclusive breastfeeding until six month It was reported in IDHS 2002 that prevalence of both practices remained low. The purpose of this research were to investigate the influence of demographic factors (age, parity, education, working status, place of residence) and health care factors (antenatal care, attendant of delivery, place of delivery) toward early as well as exclusive breastfeeding among mother having a baby 0-6 month.
In this research, antenatal care and attendant of delivery were considered as the most important factors affecting practice of early breastfeeding beside other factors such as age, parity, education, working status and place of residence. For practice of exclusive breastfeeding, factors such as early breastfeeding, antenatal care and working status were considered as the most important factor. The data used in this research was Indonesia Demographic and Health Survey 2007, with sample size of 2.137 infant 0-»6 month. Descriptive analysis and logistic regression were used to examine the association.
Result of the analysis showed that routine antenatal care and skilled birth attendant had negative effect toward early breastfeeding. The practice of early breastfeeding were high among those women who were 20-35 and 36-49 years of age, had at least 2 child, low level of education, worked outside home and lived in rural areas. For practice of exclusive breastfeeding, factors of early breastfeeding as well as mother not working had positive effect, while routine antenatal care like its influence to breast milk initiation had negative effect to exclusive breastfeeding.
Following factors such as mother who were 20-35 and 36-49 years of age, level of education at least primary school, skilled attendant of delivery, place of delivery either in the government or private facilities, did not have positive significant effect to exclusive breastfeeding among mothers. Those who lived in the rural and had at least two children had relatively high prevalence of practice of exclusive breastfeeding. Among the weal<.ness of this research was the fact that both practice of early and exclusive breastfeeding were measured verbally.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34370
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lestari
"Skripsi ini membahas faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, terkait bahwa berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 terjadi penurunan persentase pemberian ASI eksklusif (32%) dibandingkan dengan SDKI tahun 2002-2003 (40%). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menyarankan agar banyak pihak bekerja sama dalam upaya meningkatan pemberian ASI eksklusif, yaitu dengan cara membina dan melatih petugas kesehatan dalam memberi penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif kepada ibu, terutama yang berpendidikan rendah dan ibu berusia kurang dari 35 tahun, dimana produksi ASI lebih banyak dibandingkan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>