Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yurizka Sabrina
"Memberikan pelayanan medis terbaik dimana pasien dapat mendapatkan pelayanan cepat, tepat dan nyaman. Serta fasilitas, sistem pelayanan rumah sakit mengikuti perkembangan teknologi terbaru sebagai faktor kebutuhan. Jenis Penelitian Kualitatif. Arah penelitian mengenai kelayakan pengadaan alat CT Scan dianalisa dari beberapa aspek seperti Hukum, Pasar, Teknis Teknologi, Manajemen Organisasi, Keuangan. Dari kelima aspek dianalisis apakah dapat memenuhi terselenggaranya pengadaan alat.
Hasil analisa didapatkan kelayakan pengadaan alat CT Scan. Dari kelima aspek didapatkan pengadaan alat CT Scan RS Hermina Palembang layak untuk diadakan. Pada pelaksanaannya, analisa ini dapat membantu untuk membuat perencanaan yang baik, guna mendukung kegiatan rumah sakit, agar bisa berjalan tepat sasaran.

Providing good services where patients get services quickly, accurately and comfortably during treatment. And facilities, hospital services system to keep track of the latest technology as a factor requirement. It is a qualititative research. Focus on using regarding the feasibility of CT Scan equipment procurement analyzed from several aspects such as Law, Markets, Technologies Technical, Organizational Management, Financial. The five aspects analyzed whether can meet the procurement implementation.
The study result indicate that Feasibility analysis results obtained CT Scan equipment procurement. The fifth aspect of the procurement of CT scans obtained Hermina Hospital Palembang deserves to be held. In practice, this analysis can help to make a good plan, in order to support the activities of the hospital."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian
"CT scan dapat memberikan penderajatan (staging) dari suatu keganasan di sinus secara lebih baik. CT akan memperlihatkan dengan jelas batas-batas invasi tumor ke orbita dan retroorbita, lamina kribrosa, atap etmoid, planum sfenoid dan dapat
dipakai sebagai modalitas untuk menilai basis kranii dan perluasan ke intrakranial 7. Demikian jugs terhadap tumor-tumor ganas yang dilakukan pengobatan dengan radioterapi 8,9,10. Oleh sebab itu CT scan merupakan sumber informasi penting
bagi ahli bedah, dan menjadi suatu pemeriksaan yang dominan untuk penilaian pra dan pasca bedah.
Di Bagian THT FKUI/ RSCM Jakarta, CT scan telah cukup lama dipakai sebagai alat penunjang diagnostik tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Berdasarkan-hal tersebut di atas, dan ditunjang dengan cukup banyaknya materi yang dapat diteliti, membuat penulis tertarik untuk mengemukakan peranan CT scan dalam menunjang
diagnosis dan penatalaksanaan terhadap tumor ganas hidung dan sinus paranasal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Ferdinan Manuel
"X-ray computed tomography (CT) has been playing an important role in current medical practice for diagnostic procedure. Beside its delicate technology, the 'hidden' software of CT image reconstruction has contributed almost half of total cost of a CT-scanner unit. Since Algebraic Reconstruction Technique (ART) is a basic to understand an iterative method of CT image reconstruction algortihm, and since it is difficult to find a clear description of fan beam ART algorithm in university literatures, it is important to develop an own algorithm and to begin a basic systematic research of this iterative method. After a long term of trial and error work, the research had succeded in developing an ART algorithm for third generation CT image reconstruction. By comparing the result of the research with more popular technique like Filtered Back Projection (FBP), the algorithm has been proved applicable to reconstruct a low dimension object matrix (32x32 and 64x64). By the resulted computer program, then basically a simple and low cost third generation CT-scanner can be designed for medical physics or biomedical imaging research. Finding a way of shortening the massive number of iterations process then, will be able to open the possibility of using the software for higher object matrix dimensions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21394
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ristania Nodya
"Computed Tomography (CT) Scanner merupakan alat pencitraan diagnostik yang memberikan informasi citra medis untuk menunjang pengobatan pasien, namun tanpa disadari pemanfaatan radiasinya dapat menimbulkan efek negatif pada organ sensitif sekitar. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dosis organ sensitif (mata, tiroid, dan payudara) menggunakan fantom Rando pada CT Scanner area thorax. Untuk memudahkan penelitian ini, TLD rod 100 digunakan sebagai dosimeter, dimana kV dan pitch dijadikan sebagai variasi parameter penelitian. Hasil menunjukkan bahwa nilai paparan dosis tertinggi pada tiap kualitas berkas berturut-turut dari 80, 120, dan 140 kV yaitu payudara kanan (1,72±0,34 mGy), tiroid kanan (6,25±0,16 mGy), dan payudara kiri (10,78±0,76 mGy). Pada variasi pitch nilai paparan dosis tertinggi secara berturut-turut dari 4, 6, dan 8 yaitu payudara kiri (6,19±0,02 mGy), tiroid kanan (6,25±0,16 mGy), dan payudara kanan (5,08±0,85 mGy). Dapat disimpulkan bahwa nilai dosis payudara pada CT Thorax lebih tinggi dibandingkan dengan mamografi, namun keduanya tidak melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan International Commission on Radiological Protection (ICRP) yaitu 5 Gy.

Computed Tomography (CT) Scanner is an instrument of medical imaging using radiation to support treatment for patient, but the radiation may give a negative effect around sensitive organs. The research meant to measure dose for sensitive organs at thorax area (eyes, thyroid, and breast) using CT Scanner with rando phantom as an object. To ease this experiment, TLD rod 100 used as dosimetry, which kV and pitch as a parameter variation. The result showed that the highest dose for kV variation upon each sequent beam quality from 80, 120, and 140 kV are right breast (1,72±0,34 mGy), right thyroid (6,25±0,16 mGy), and left breast (10,78±0,76 mGy). Towards pitch variation the highest exposure dose value in sequently from 4, 6, and 8 are left breast (6,19±0,02 mGy), right thyroid (6,25±0,16 mGy), and right breast (5,08±0,85 mGy). As a conclusion, the dose on breast from CT Thorax is higher than the one from mammography but both are bellow dose value limit from International Commission on Radiological Protection (ICRP) which is 5 Gy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Bagus Ngurah Nuartha
"Strok atau penyakit peredaran darah otak dapat dijumpai pada semua golongan usia, namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun (76). Penulis memberanikan diri melakukan penelitian dengan tujuan untuk menilai taraf ketepatan diagnosis secara klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) pada kasus strok non-hemoragik dengan meneliti tingkat korelasi antara gambaran CT dan gambaran klinis.
Pengetahuan mengenai taraf ketepatan pembuktian klinis terhadap strok non-hemoragik yang dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter yang bekerja di daerah terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang sangat terbatas. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan mempunyai dampak positif terhadap masyarakat umumnya dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan medis khususnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsun
"Perkiraan nilai dosis yang diterima pasien ( CTDI ) yang langsung ditampilkan pada monitor CT setiap selesai pemeriksaan akan diketahui ketepatan nilainya dengan pengukuran langsung menggunakan pencil ion chamber dan pengukuran tidak langsung menggunakan TLD (Thermolumescence Dosimeter ) yang ditempatkan pada objek phantom dan dibandingkan dengan nilai dosis referensi yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan mendapatkan informasi nilai dosis yang sebenarnya.
Analisis variasi parameter kV, mAs, dan pitch untuk menentukan berapa rentang nilai parameter optimum untuk mendapatkan nilai dosis pasien (CTDI/mAs) yang minimum namun tidak mengesampingkan kualitas pencitraan hasil CT. Scan yang baik guna menunjang diagnosa, pengukuran langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan fantom kepala dan perut.
Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan TLD (Thermolumescence Dosimeter ) pada menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda dengan pengukuran langsung dengan menggunakan pencil ion chamber, dapat ditunjukkan dengan hubungan sifat kelinearan antara pitch dan dosis (CTDI/mAs).

An estimation dose (CTDI) received by the patient which is directly displayed on the CT monitor on every examination will be able to known it?s precisien by direct measurement using pencil ion chamber and the indirect measurement using TLD placed on the object (phantom) and compared with the value of dose reference, so the real dose rate will be known.
The variant analysis of kV, mAs and pitch parameters to justify the range of optimal parameter value, it is used to get the minimum patient dose rate (CTDI/mAs) while the image quality for supporting the diagnose still on the right value, directly or not directly using head and abdomen phantom.
Indirect measurement using TLD show unsignificant result if compared with the ion chamber. This value is shown by a relative variant parameter using stright pitch and dose ( CTDI/mAs).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21548
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emidatul Manzil
"[ABSTRAK
Dosimetri CT scan dapat dilakukan dengan menggunakan konsep CTDI, Monte
Carlo, atau dengan pengukuran langsung dalam fantom fisis. Pengukuran
langsung menggunakan thermoluminescent dosimeter (TLD) merupakan prosedur
yang rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Saat ini sudah tersedia film
radiochromic yang dapat digunakan di radiologi. Pada penelitian ini dilakukan
pengukuran distribusi dosis radiasi dalam fantom Rando menggunakan film
Gafchromic XR-QA2 dan TLD. Film Gafchromic XR-QA2 dan TLD dikalibrasi
di CT scanner Siemens Sensation 64. Pengukuran distribusi dosis dengan film
dilakukan pada faktor pitch 0.8, 1.0, dan 1.4. Film Gafchromic XR-QA2
disisipkan diantara slab 22-23 (Film A), 23-24 (Film B), dan slab 24-25 (Film C).
Pengukuran distribusi dosis dengan TLD dilakukan dalam slab nomor 23 dengan
faktor pitch 1.4. Film Gafchromic XR-QA2 yang telah dieksposi dipindai dengan
flatbed scanner Epson Perfection V700 Photo. Dosis serap tulang belakang pada
Film A, Film B, dan Film C yang dieksposi dengan faktor pitch 1.4 secara
berturut-turut adalah 2.0 mGy, 1.9 mGy, dan 2.2 mGy. Berdasarkan profil dosis,
rata-rata dosis serap pada film yang dieksposi dengan faktor pitch 1.0 dan 1.4
secara berturut-turut adalah 8% dan 24% lebih tinggi dibanding rata-rata dosis
serap pada film yang dieksposi dengan faktor pitch 0.8. Rentang dosis hasil
pengukuran dengan TLD adalah (1.9 ± 0.1) – (2.3 ± 0.2) mGy dan rentang dosis
hasil pengukuran dengan film Gafchromic XR-QA2 adalah 1.8 – 2.3 mGy dengan
perbedaan maksimum 10.6%. Perbedaan tersebut masih berada dalam rentang
keakurasian TLD yaitu < 15%. Berdasarkan hasil tersebut, film Gafchromic XRQA2
dapat digunakan untuk pengukuran dosis CT scan selanjutnya.

ABSTRACT
Computed tomography (CT) dosimetry can be approached by using CTDI
method, Monte Carlo computer technique, and direct measurement within
physical phantom. Direct measurement using thermoluminescent dosimeters
(TLDs) is a laborious procedure. Radiochromic film for radiology application was
available. In this study, dose distribution within adult anthropomorphic physical
phantom was measured using TLD and Gafchromic XR-QA2 film. TLD and
Gafchromic XR-QA2 film was calibrated on CT scanner Siemens Sensation 64.
Gafchromic XR-QA2 film was sandwiched between slab Rando phantom number
22-23 (Film A), 23-24 (Film B), and 24-25 (Film C). Pitch factor 0.8, 1.0, and 1.4
were used. TLDs were placed at the holes in the slab number 23 of
anthropomorphic phantom. TLDs were scanned using pitch factor 1.4. After
exposure, Gafchromic XR-QA2 film was digitized using Epson Perfection V700
Photo flatbed scanner. Absorbed dose at vertebra on Film A, Film B, and Film C
which exposed by using pitch 1.4 respectively were 2.0 mGy, 1.9 mGy, and 2.2
mGy. Based on dose profile, average dose of XR-QA2 film which exposed by
using pitch 1.0 and 1.4 respectively were 8% and 24% higher than average dose of
XR-QA2 film which exposed by pitch 0.8. TLDs dose range were (1.9 ± 0.1) –
(2.3 ± 0.2) mGy and Gafchromic XR-QA2 film dose range were 1.8 – 2.3 mGy
with maximum difference 10.6%. The difference is still within the range of TLD
accuracy, < 15%. Based on this result, Gafchromic XR-QA2 film can be used to
measure CT dose, Computed tomography (CT) dosimetry can be approached by using CTDI
method, Monte Carlo computer technique, and direct measurement within
physical phantom. Direct measurement using thermoluminescent dosimeters
(TLDs) is a laborious procedure. Radiochromic film for radiology application was
available. In this study, dose distribution within adult anthropomorphic physical
phantom was measured using TLD and Gafchromic XR-QA2 film. TLD and
Gafchromic XR-QA2 film was calibrated on CT scanner Siemens Sensation 64.
Gafchromic XR-QA2 film was sandwiched between slab Rando phantom number
22-23 (Film A), 23-24 (Film B), and 24-25 (Film C). Pitch factor 0.8, 1.0, and 1.4
were used. TLDs were placed at the holes in the slab number 23 of
anthropomorphic phantom. TLDs were scanned using pitch factor 1.4. After
exposure, Gafchromic XR-QA2 film was digitized using Epson Perfection V700
Photo flatbed scanner. Absorbed dose at vertebra on Film A, Film B, and Film C
which exposed by using pitch 1.4 respectively were 2.0 mGy, 1.9 mGy, and 2.2
mGy. Based on dose profile, average dose of XR-QA2 film which exposed by
using pitch 1.0 and 1.4 respectively were 8% and 24% higher than average dose of
XR-QA2 film which exposed by pitch 0.8. TLDs dose range were (1.9 ± 0.1) –
(2.3 ± 0.2) mGy and Gafchromic XR-QA2 film dose range were 1.8 – 2.3 mGy
with maximum difference 10.6%. The difference is still within the range of TLD
accuracy, < 15%. Based on this result, Gafchromic XR-QA2 film can be used to
measure CT dose]"
2015
T43863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biddulth
"Pendahuluan : Insidensi pembesaran kelenjar prostat mencapai 50% pada pria berusia 50 tahun keatas. Berbagai modalitas pemeriksaan radiologi memiliki sensitifitas yang berbedabeda dalam estimasi volume kelenjar prostat. Modalitas yang paling tersedia di Indonesia pada layanan kesehatan adalah USG transabdominal dan Computed tomography scan (CT scan).
Tujuan : Menilai korelasi modalitas USG transabdominal dan CT scan dalam estimasi ukuran volume kelenjar prostat.
Metode : Studi korelasi dilakukan pada pasien pria berusia diatas 50 tahun keatas yang menjalani pemeriksaan CT scan whole abdomen dan dilakukan pengukuran volume kelenjar prostat dengan USG transabdominal. Setiap dimensi ukuran kelenjar prostat dan volume merupakan data numerik terdistribusi tidak normal, sehingga digunakan uji Spearman.
Hasil : Dari 23 subjek penelitian, didapatkan korelasi dimensi panjang (r=0,53, p=0,01), dimensi lebar (r=0,81, p=0,00), dan dimensi tinggi (r=0,64, p=0,001) yang signifikan. Untuk korelasi volume kelenjar prostat (r=0,80, p=0,000) didapatkan signifikan.
Kesimpulan : Terdapat korelasi yang signifikan pada setiap ukuran dimensi kelenjar prostat dan volume yang didapatkan.

Introduction : Prostate gland enlargement incidence about 50% in male population age 50 years and above. There are so many radiology modalities with difference sensitifity in estimating prostate volume. The most available modalities in Indonesian health care services are transabdominal sonography and computed tomography scan (CT scan).
Objective : Assessing correlation in both modalities in evaluating prostate volume measurement.
Methods : Correlation study was done in male ages 50 years and above underwent whole abdominal CT scan and prostate gland were measured by transabdominal sonography. Both numeric data were abnormal distribution, so Spearman test was done.
Results : There are significant correlation either between length (r=0,53, p=0,01), wide (r=0,81, p=0,00), and height dimensions (r=0,64, p=0,001) or volume measurement (r=0,80, p=0,000) in 23 subjects.
Conclusions : Significant correlation either in each prostate dimension or prostate volume measurement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Permatasari Putri
"Salah satu besaran yang digunakan pada uji performa sistem pencitraan ialah detective quantum efficiency (DQE). DQE merupakan ukuran fraksi signal-to-noise ratio (SNR) kuantum dari insiden kuanta yang direkam oleh citra pada sistem pencitraan. Pengukuran DQE menggunakan pengukuran modulation transfer function (MTF) dan noise power spectrum (NPS). Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan perangkat lunak yang dapat melakukan perhitungan DQE dari citra computed tomography (CT). Perancangan dilakukan menggunakan bahasa pemrograman Python. Nilai MTF divalidasi menggunakan SPICE-CT, sedangkan NPS divalidasi menggunakan ImQuest. Citra yang digunakan merupakan citra fantom Catphan 600 modul CTP528 untuk perhitungan MTF dan CTP486 untuk perhitungan NPS. Perhitungan DQE mengacu pada acuan IEC 62220-1. Penelitian ini berhasil mengembangkan perangkat lunak untuk pengukuran MTF, NPS dan DQE, akan tetapi perhitungan DQE masih belum dapat divalidasi karena belum tersedia perangkat lunak yang dapat dijadikan referensi. Hasil pengukuran MTF menunjukkan nilai yang serupa dengan SPICE-CT (D = 10%). Begitu pula dengan NPS mendapatkan validasi yang baik (D = 6%). Meskipun tingkat validitas DQE belum dapat ditentukan dengan pasti, perangkat lunak yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengukuran parameter Fourier dengan potensi akurasi yang tinggi.

One of the metrics used for performance testing of an imaging system is detective quantum efficiency (DQE). DQE is a measure of the quantum signal-to-noise ratio (SNR) fraction of the incident quanta recorded on typical image produced by the imaging system. DQE calculation includes modulation transfer function (MTF) and noise power spectrum (NPS) measurements. This research was conducted to produce a software for DQE calculation from computed tomography (CT) images. The software was written in Python programming language. The MTF results ​​were validated using SPICE-CT and NPS results were validated using ImQuest. Images of Catphan 600 phantom were used as data input; CTP528 module for the MTF calculation and CTP486 for the NPS calculation. The DQE was computed according to IEC 62220-1 protocols. This work has succesfully produced a software to compute MTF, NPS dan DQE, but the DQE calculation still need to be validated according to the proper reference software. The MTF results were close to the measurements on SPICE-CT (D = 10%). The NPS results were also well validated (D = 6%). This software offers high accuracy on the Fourier metrics calculation if data input for the DQE module is very well determined.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adhitya Latief
"ABSTRAK
Pendahuluan : Perkembangan teknologi telah menghasilkan model 3-dimensi berdasarkan data CT-Scan yang mampu menyajikan data lebih informatif. Karena dapat menghasilkan bentuk seperti anatomi tubuh, maka model 3-dimensi dijadikan acuan dalam bidang rekonstruksi mandibula menggantikan peran CT-Scan.
Tujuan Penelitian: Membandingkan hasil pengukuran tebal dan tingginya symphisis mandibula pada model 3 dimensi terhadap data CT-Scan sehingga diketahui tingkat akurasinya.
Material dan Metode : 8 data CT-Scan Maksilofasial Pasien dalam bentuk DICOM (Digital Imaging and Communication for Medicine) dengan mandibula bebas defek atau hanya sebagian, dengan gigi geligi telah erupsi penuh dilakukan analisa dan pengukuran dengan piranti lunak OSIRIX pada komputer, kemudian dibuatkan 8 Model 3-Dimensi berdasarkan data DICOM dengan menggunakan mesin printing FDM (Fused Deposition Modelling) untuk dilakukan analisa dan pengukuran menggunakan kaliper digital.
Hasil : Tebal dan Tinggi Symphisis Mandibula hasil pengukuran model 3-Dimensi dan data CT-Scan berbeda, terdapat deviasi ukuran lebih kecil pada model 3 Dimensi, Nilai akurasi model 3-dimensi yang dihasilkan mesin FDM sebesar 98% dari data aslinya.
Kesimpulan : Perbandingan pengukuran ketebalan dan ketinggian tulang symphisis mandibula pada model 3 Dimensi terhadap CT-Scan memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik namun secara klinis dapat digunakan sebagai alternatif sebagai acuan rekonstruksi mandibula.

ABSTRACT
Introduction : the emerging technologies has invented 3-dimensional model based on CT-Scan data that able to present better information. Because of the similiarity to anatomy, 3-Dimensional model became guidance for mandible reconstruction, replacing the role of CT-Scan imaging.
Objective : To compare the measurements of mandibular symphisis height and thickness using 3 Dimensional model to CT-Scan data and be able to define the accuracy level of it.
Materials and Methods : 8 CT-Scan maxillofacial data in form of DICOM (Digital Imaging and Communication for Medicine) were analyzed and measured using OSIRIX software on computer, continued with production of 8 3-Dimensional model based on DICOM data using printing FDM (Fused Deposition Modelling) machine, model then analyzed and measured using digital caliper.
Result : The thickness and height of mandible symphisis from 3 dimensional model measurement compared with CT-Scan are different. Smaller deviation were measured in 3 dimensional model, the accuracy level of 3 Dimensional model made from FDM printing machine is 98% from original data.
Conclussion : The measurement comparison of mandibular symphisis height and thickness using 3 Dimensional model to CT-Scan data is statistically different but clinically 3 dimensional model could be used as alternative as mandibular reconstruction guidance.
"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>