Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185637 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Helmi Dadang Ardiansyah
"ABSTRAK
Karaketeristik didih alir R-290 menjadi hal yang penting untuk diteliti setelah R-22 mulai dibatasi, karakteristik ini pertukaran kalor, penurunan tekanan, dan pola aliran yang diharapkan dapat menggantikan posisi R-22 dengan R-290 sebagai media pendingin berbahan refrijeran alami. Dalam percobaan aliran didih R-290 dan R-22 sebagai pembanding dilakukan dalam pipa konvensional yang masih banyak digunakan dalam industri dan sistem pendingin rumah tangga. Variasi fluks kalor dari 5.09 kW/m2 sampai 19.03 kW/m2, fluks massa dari 339.74 kg/m2.s sampai 751.74 kg/m2.s dan temperatur saturasi 5.59 oC sampai 18.12 oC untuk R-22 dan sedangkan R-290 dari 114.91 kg/m2.s sampai 637.63 kg/m2.s dan temperatur saturasi dari 4.77 oC sampai 16.45 oC dengan fluks kalor yang sama dengan R-22. Hasil yang didapat adalah penurunan tekanan dipengaruhi oleh fluks kalor, fluks massa dan temperatur saturasi serta R-290 mempunyai penurunan tekanan lebih rendah dibanding R-22. Sedangkan untuk perpindahan kalor, variasi fluks massa menunjukkan tidak ada perubahan baik untuk R-22 dan R-290. Persamaan prediksi Lokhart-Martinelli (1949) hasil yang paling baik untuk penurunan tekanan eksperimen. Kandlikar (1990) mempunyai prediksi paling baik untuk R-22. Untuk pola aliran dibandingkan antara observasi langsung dengan prediksi pola aliran dari Wojtan et al (2005) dan Wang et al (1997).

ABSTRACT
The characteristic of flow boiling R-290 is very important immediately to observeinstead of R-22 was limited, there are such as heat transfer, pressure drop flow boiling and flow pattern that are hoped can change R-22 into R-290 as natular refrigeration. The experiment of flow boiling R-290 and R-22 as comparable was conducted in conventional channel which was used industry. Variation of heat flux was strarted from 5.09 kW/m2to 19.03 kW/m2, Mass flux was 339.74 kg/m2.s to 751.74 kg/m2.s and saturation temperature was 5.59 oC to 18.12 oC for R-22 and R-290 was 114.91 kg/m2.s to 637.63 kg/m2.s and saturation temperatur was4.77 oC to 16.45 oC within heat flux sas big as R-22. The result given interesting value to deeply observation later. Pressure drop was depended by heat flux, mass flux and saturation temperatur and The experiment admitted that R-290 has pressure drop lower than R-22. Mass flux lower slightly changed on heat transfer coefficient for R-22 and R-290. Lokhart-Martinelli (1949) given good prediction on pressure drop data experiment and Kandlikar (1990) has smaller error for prediction of heat transfer flow boiling. This paper presented comparation of flow pattern form Wojtan et al (2005) and Wang et al (1997)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Syafei Agustian
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang perbandingan koefisien perpindahan kalor aliran
dua fasa dari hasil percobaan dengan hasil prediksi dari korelasi yang terdapat
pada literatur. Percobaan dilakukan pada kondisi perpindahan panas konveksi
didih pada kanal mini horizontal dengan refrigeran R-22. Test section terbuat dari
pipa stainless steel dengan diameter dalam 3 mm, panjang 1000 mm dan
dipanaskan secara merata di sepanjang pipa tersebut dengan heat flux divariasikan
antara 5 kW/m2 sampai dengan 15 kW/m2. Dalam penelitian ini menggunakan
korelasi Chen (1963), korelasi Gungor-Winterton (1986) dan korelsi Zhang et al.
(2004). Selanjutnya koefisien perpindahan kalor dari tiap korelasi dihitung dan
dibandingkan mean deviation dan average deviation-nya terhadap hasil percobaan
untuk mengetahui penyimpangan pada setiap korelasi. Koefisien perpindahan
kalor yang diperoleh dengan menggunakan korelasi Chen memiliki mean dan
average deviaion lebih rendah dibandingkan dengan korelasi lain. Nilai koefisien
perpindahan kalor dipengaruhi oleh heat flux yang diberikan, dimana semakin
besar heat flux yang diberikan maka semakin besar pula nilai koefisien
perpindahan kalornya.

ABSTRACT
This study discusses the comparison of two phase flow heat transfer coefficient of
the experimental results with predicted results from the correlation found in the
literature. Experiments were performed on the convective boiling heat transfer in
horizontal minichannel with R-22. The test section was made of stainless steel
tube with inner diameter of 3 mm, length of 1000 mm and it is uniformly heated
along the tube with heat flux was varied from 5 kW/m2 up to 15 kW/m2. In this
studi using Chen?s correlation (1963), Gungor-Winterton?s correlation (1986) and
Zhang?s correlation (2004). Furthermore, the heat transfer coefficient from each
correlation was calculated and compared with the mean deviation and average
deviation of the experimental results to determine deviations in each correlations.
Heat transfer coefficients obtained by using Chen?s correlation has a mean and
average deviation lower than other correlations. The value of heat transfer
coefficient is affected by the heat flux was given, where the higher value of heat
flux given will result the higher value of heat transfer coefficient."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1798
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sambas Prasetya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai koefisien perpindahan kalor aliran evaporasi dua
fasa refrigrant R-22 pada kanal mini horizontal. Dimana flux kalor yang diberikan
pada test section besarnya dapat divariasikan mulai dari 5 kW/m2 s/d 15 kW/m2.
Untuk bagian test section terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter dalam 3
mm, diameter luar 5 mm dan panjang 1000 mm yang diberikan flux kalor yang
seragam disepanjang pipa tersebut dengan mengalirkan arus listirk dan
memberikan insulasi pada bagian luar test section untuk meminimalisasi kalor
yang terbuang kelingkungan. Begitu pula dengan t emperatur saturasi divariasikan
-5°C,0°C,5°C dan 10°C. Untuk memperoleh besarnya nilai koefisien perpindahan
kalor aliran dua fasa dilakukan dengan melakukan percobaan dan
membandingkan hasilnya dengan menggunakan simulasi perhitungan dengan
program MATLAB, dimana nantinya diperoleh nilai koefisien perpindahan kalor
hasil pengukuran, perhitungan dengan menggunakan korelasi Chen. Pada aliran
dua fasa, kualitas massa uap memiliki pengaruh yang tidak signifikan pada
koefisien perpindahan kalor pada daerah kualitas rendah akan tetapi memiliki
pengaruh yang signifikan pada daerah kualitas yang tinggi. Kenaikan koefisien
perpindahan kalor dipengaruhi oleh heat flux yang diberikan. Dimana semakin
besar heat flux yang diberikan maka koef isien perpindahan kalornya akan semakin
besar pula.

ABSTRACT
This minithesis discuss about heat transfer coefficient of evaporation two phase
flow in horizontal minichannel with refrigerant R -22. Heat flux given to the test
section can be varied from 5 kW/m2 up to 15 kW/m2. The test section was made of
stainless steel tuve with inner diameter of 3 mm, outer diameter of 5 mm and
length 1000 mm which was heated uniformly along the tuve by applying an
electric current and outside of the test section was insulated well to prevent heat
loss to surrounding environment. And also with saturation temperature from
0°C,5°C dan 10°C. To obtain two phase flow heat transfer coefficients were used
simulation of calculation using MATLAB, which later, the value of heat transfer
coefficient obtained were measurent and calculation were used Chen correlation.
In Two-phase flow, mass vapour quality had insignificant effect in the lower
quality región, but had significant effect in the higher quality región to heat
transfer coefficient.. Increasing of heat transfer coefficient ere effected by
addition of heat flux given in certain value. Higher heat flux given will result in
higher value of heat transfer coefficient.."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1789
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kisna Dewangga
"Studi ini membahas tentang koefisien perpindahan kalor pada kanal mini dengan refrigeran R-22. Tujuannya adalah untuk mengetahui karakteristik koefisien perpindahan kalor pada kanal mini dan deviasi nilai koefisien perpindahan kalor antara hasil perhitungan data eksperimen terhadap hasil perhitungan korelasi dan hasil simulasi.
Pengujian dilakukan dengan kondisi operasi : heat flux yang diberikan antara 5 kW/m² s/d 80 kW/m², mass flux divariasikan 50 s/d 600 kg/m².s, dan temperatur saturasi antara -5°C, 0°C, 5°C dan 10°C. Sedangkan untuk bagian test section terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter dalam 3 mm, diameter luar 5 mm dan panjang 1000 mm.
Dalam studi ini digunakan tiga metode untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan kalor. Sehingga akan didapat tiga hasil yaitu hasil perhitungan data eksperimen, perhitungan korelasi, dan hasil simulasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program MATLAB dan simulasi dengan program FLUENT.
Analisa dari hasil perhitungan didapatkan bahwa semakin besar heat flux dan mass flux yang diberikan maka nilai koefisien perpindahan kalor akan semakin besar pula. Deviasi terkecil diperoleh pada penggunaan perhitungan korelasi dibandingkan dengan penggunaan simulasi.

This study discusses the heat transfer coefficient in minichannel with refrigerant R-22. The aim is to investigate the characteristics of heat transfer coefficient on minichannel and the deviation coefficient of heat transfer between the calculation results of experimental data on the results of the correlation calculation and simulation results.
The experiment was running based on the following conditions : heat flux given between 5 kW/m² to 80 kW/m2, mass flux was varied 50 to 600 kW/m²s, and saturation temperature between -5°C, 0°C, 5°C and 10°C. As for the test section is made of stainless steel pipe with inner diameter 3 mm, outer diameter 5 mm and length 1000 mm.
In this study we used three methods to get the value of the coefficient of heat transfer. So that will be obtained three results, those are the calculation results of experimental data, the correlation calculation, and simulation results. The calculation is accomplished by using the MATLAB program and the simulation with FLUENT program.
Analysis of the calculation result is obtained that the greater the heat flux and mass flux is given, the greater value of the heat transfer coefficient. The smallest deviation was obtained at the use of correlation calculation compared with the use of simulation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50920
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Giant Hermawan
"Skripsi ini membahas mengenai koefisien perpindahan kalor aliran evaporasi dua fasa refrigrant propan (R-290) pada kanal mini horizontal. Dimana flux kalor yang diberikan pada test section besarnya dapat divariasikan mulai dari 5 kW/m² s/d 40 kW/m². Untuk bagian test section terbuat dari pipa stainless steel dengan diameter dalam 3 mm, diameter luar 5 mm dan panjang 1000 mm yang diberikan flux kalor yang seragam disepanjang pipa tersebut dengan mengalirkan arus listirk dan memberikan insulasi pada bagian luar test section untuk meminimalisasi kalor yang terbuang kelingkungan. Begitu pula dengan besarnya mass flux refrigeran yang dialirkan pada kanal horizontal tersebut divariasikan mulai dari 50 s/d 600 kg/m².s dan temperatur saturasi divariasikan -5°C, 0°C, 5°C dan 10°C.
Untuk memperoleh besarnya nilai koefisien perpindahan kalor aliran dua fasa dilakukan dengan menggunakan simulasi perhitungan dengan program MATLAB dan simulsai dengan program FLUENT, dimana nantinya diperoleh nilai koefisien perpindahan kalor hasil pengukuran, perhitungan baik menggunakan korelasi chen dan Gungor-Winterton dan juga nilai koefisien perpindahan kalor aliran dua fasa hasil dari simulasi Fluent. Pada aliran dua fasa, kualitas massa uap memiliki pengaruh yang tidak signifikan pada koefisien perpindahan kalor pada daerah kualitas rendah akan tetapi memiliki pengaruh yang signifikan pada daerah kualitas yang tinggi.
Koefisien perpindahan kalor yang didapat dengan menggunakan korelasi Chen memiliki mean dan average deviasi yang lebih rendah dibandingkan dengan korelasi Gungor-Winterton dan hasil simulasi fluent terhadap nilai pengukuran. Kenaikan koefisien perpindahan kalor dipengaruhi oleh heat flux dan mass flux yang diberikan.Dimana semakin besar heat flux dan mass flux yang diberikan maka koefisien perpindahan kalornya akan semakin besar pula.

This minithesis discuss about heat transfer coefficient of evaporation two phase flow in horizontal mini channel with refrigerant propane (R-290), Heat flux given to the test section can be varied from 5 kW/m² up to 40 kW/m². The test section was made of stainless steel tube with inner diameter of 3 mm, outer diameter of 5 mm and a length 1000 mm which was heated uniformly along the tube by applying an electric current, and outside of the test section was insulated well to prevent heat loss to surrounding environment. And also, mass flux of refrigerant were varied from 50 up to 600 kg/m²s with variation of saturation temperature from -5°C, 0°C, 5°C and 10°C.
To obtain two phase flow heat transfer coefficients were used simulation of calculation using MATLAB program and simulation using FLUENT program, which later, the value of heat transfer coefficient obtained were measurement, calculation which used Chen or Gungor-Winterton correlation, and simulation of FLUENT. Mass vapour quality had insignificant effect in the lower quality region and had significant effect in the higher quality region to heat transfer coefficient.
Heat transfer coefficients obtained using Chen correlation had lower mean and average deviation than Gungor Winterton correlation and from FLUENT simulation toward the value of heat transfer coefficient from measurement. Incrasing or decreasing of heat transfer coefficient were effected by addition of heat flux and mass flux given in certain value. Higher heat flux or mass flux given will result in higher value of heat transfer coefficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Muhammad Afriandi
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik penurunan tekanan pada aliran evaporasi dua fasa dengan refrigeran propana (R-290) dan isobutana (R-600a) di kanal mini horizontal. Kondisi pengujian menggunakan berbagai variasi pengujian yaitu fuks kalor (q), fluks massa (G) dan nilai temperatur saturasi dengan
menggunakan test section yang terbuat dari pipa stainless steel berdiameter dalam 3m(mm) dengan panjang 1 (m). Refrigeran yang mengalir dipanaskan secara merata dinsepanjang pipa test section. Pada kondisi fluks kalor (q) yang sama, semakin besar nilai fluks massa (G), maka kualitas massa uap (x) yang terjadi akan lebih kecil di
setiap titik percobaan dan penurunan tekanan akibat faktor gesek akan semakin besar. Pada kondisi kualitas uap (x) rendah, penurunan tekanan karena adanya faktor gesek,mlebih dominan disebabkan oleh perubahan nilai densitas rata-rata fluida (􀟩̅)ndibandingkan dengan perubahan viskositas rata-ratanya (μ􀴥). Penggunaan kanal mini
mengakibakan nilai deviasi rata-rata terhadap teori model aliran homogeneous, korelasi Martinelli-Nelson (1948) dan Chisholm-Baroczy (1968) menjadi sangat besar.

Abstract
The purpose of this experiment is to obtain the pressure drop characteristic of two phasenboiling flow in horizontal mini channel for Propane (R-290) and Isobutane (R-600a). The experimental condition used various number of experiment variation which consist of heat flux (q), mass flux (G) and saturation temperature using a test section which is made from stainless steel with 3 (mm) inner diameter and 1 (meter) length. The refrigerant is being heated along side in the mini channel. On a same heat flux (q) condition, the higher mass flux (G) obtained, mass quality of vapor (x) will be much lower on each point of experiment and the pressure drop will be even higher due to friction factor. In low mass quality of vapor (x), the pressure drop
which caused by the friction factor dominantly affected by changes of average fluid density value (􀟩̅) and changes of its average viscosity (μ􀴥). The use of a mini channel resulted in an average deviation value of the theory of homogeneous flow model, Martinelli-Nelson correlation (1948) and Chisholm-Baroczy (1968) becomes very large."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1506
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alamzuar Nurdin
"Aliran dua fase adalah bagian dari aliran multi fase yang dibedakan berdasarkan pada aliran fasenya (likuid - gas; solid - likuid; gas - solid), arah aliran dan posisi pipa (vertikal, horizontal dan miring). Penelitian eksperimen disini adalah untuk mendapatkan pola aliran konveksi paksa pada pipa horizontal khusus aliran dua fase yang berasal dari satu komponen.
Berdasarkan daya heater yang bervariasi (342 watt sampai dengan 2070 watt) dan kapasitas aliran yang bervariasi 30 1/jam dan 60 1/jam, didih nukleat mulai terjadi pada laju aliran 30 1/jam dengan daya heater 2070 watt.
Dari pengamatan pada pipa transparan dapat dilihat adanya pola aliran tertentu, yaitu aliran peralihan berupa kantung gas dan aliran sumbat likuid. Dari analisa perhitungan kualitas uap (xi) yang tercapai adalah 0,086; 0,102; 0,11; 0,116 , sedangkan fraksi hampa (a) yang tercapai adalah 0,879; 0,885; 0,888; 0,889. Dengan menggunakan diagram Taitle dan Dukler dapat dibuktikan aliran adalah aliran kantung gas dan aliran sumbat likuid.

Two-phase flow is a part of multi-phase flow that is distinguished according to its flow phases (liquid-gas, solid-liquid and gas-solid), flow directions (concurrent and countercurrent) and pipe positions (vertical, horizontal or inclined). The objectives of this research were to obtain the configuration of the internal forced convection flow in horizontal pipe particularly two-phase flow from one component.
The experiment was conducted at variable heater power (342 Watt until 2070 Watt) and the variable capacity of water flow were 30 l/hr and 60 l/hr. Boiling happened at flow rate of 30 l/hr and heater power was 2070 Watt.
The research was conducted by using transparent pipe and could be seen a certain pattern flow were intermittent flow like plug flow and slug flow. By calculation analysis the result showed that the quality of gas mass flow (x1) were 0.086;0.102;0.11;0.116. The void fraction (a) were 0.879 ; 0.885 ; 0,888 ; 0.889. By using Taitel and Dukler diagram could be proved that the flow were plug flow and slug flow.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah H.
"Pada penelitian ini akan dipaparkan sebuah model penyelesaian secara numerik menggunakan MATLAB R2009a pada sebuah microchannel heat exchanger type evaporator, diameter hidrolik 1.46 mm dengan desain fin-louvered dan memiliki header. Microchannel heat exchanger merupakan salah satu teknologi terkini pada AC (Air Conditioning) yang mampu memberikan kinerja dan daya perpindahan kalor yang sangat besar. Model persamaan numerik yang digunakan merupakan persamaan yang telah digunakan pada penelitian penelitian sebelumnya dan akan diterapkan pada microchannel heat exchanger untuk menghitung besarnya nilai heat transfer coefficient yang menggunakan fluida refrijeran berupa propane ( ). Simulasi ini akan melakukan variable pada laju aliran massa refijeran dan diperoleh bahwa besarnya laju aliran massa fluida refrijeran akan berbanding lurus dengan besarnya heat transfer coefficient pada microchannel heat exchanger. Besarnya heat transfer coefficient pada laju aliran massa fluida refijeran 0.005 kg/s, 0.01 kg/s dan 0.02 kg/s berturut turut nilai heat transfer coefficient mencapai 335.7 ? 4059.4 W/m2 K, 335.6 ? 4020.6 W/m2 K, 335.3 ? 3965.9 W/m2 K. Adapun kualitas fluida refrijeran yang dihasilkan pada laju aliran massa refijeran tersebut adalah berturut turut 0.2664 ? 0.7571, 0.2653 ? 0.7560, 0.2647 ? 0.7541. Untuk laju aliran massa fluida refijeran yang sama pula diperoleh bahwa hubungan wall temperature akan berbanding terbalik.

In this research will be explain a numerical modeling use MATLAB R2009a in a microchannel heat exchanger type evaporator, hydraulic diameter 1.46 mm with fin-louvered design and with header. Microchannel heat exchanger was a recent technology in AC (Air Conditioning) that had high performance and high heat transfer. Numerical modeling used previous equations in last research and will be applied in microchannel heat exchanger to calculate heat transfer coefficient that used refrigeration fluid was propane ( ). This simulation will apply variable in refrigeration fluid mass flow and the result explain that refrigeration fluid mass flow is directly proportional with heat transfer coefficient pada microchannel heat exchanger. Heat transfer coefficient in refrigeration fluid mass refijeran 0.005 kg/s, 0.01 kg/s dan 0.02 kg/s berturut turut nilai heat transfer coefficient mencapai 335.7 ? 4059.4 W/m2 K, 335.6 ? 4020.6 W/m2 K, 335.3 ? 3965.9 W/m2 K and the quality of outlet condition are respectively 0.2664 ? 0.7571, 0.2653 ? 0.7560, 0.2647 ? 0.7541. For the same condition, the result relate inversely proportional with wall temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Randy Wicaksono
"Sistem pendinginan konvesional pada piranti elektronik dengan menggunakan fan sudah tidak efektif dan memadai untuk diaplikasikan sekarang ini. Miniaturisasi produk dengan performa kinerja yang semakin canggih menyebabkan diperlukannya sistem pendingin baru yang mempunyai efisiensi termal yang tinggi dan juga hemat energi. Jet sintetik dapat dijadikan sistem pendinginan baru berdasar input massa netto nol tetapi momentum tidak nol. Dalam penelitian ini dua buah membran jet sintetik dengan tipe aliran silang (Cross-Flow) diuji dan dianalisa untuk membandingkan karakteristik efek pendinginan yang masing-masing membran digetarkan dengan menggunakan variasi gelombang sinusoidal dan square. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode komputasi dan eksperimental. Pada tahap komputasional penelitian ini menggunakan software CFD Fluent dengan model turbulensi k-w SST dengan elemen meshing Quad tipe Pave. Pada tahapan eksperimen, digunakan 2 function generator untuk menggerakkan membran dengan menggunakan variasi fungsi frekuensi Sinusoidal dan Square untuk 5 prototype uji pada masing-masing percobaan serta tiga frekuensi osilasi yaitu 80 Hz, 120 Hz, dan 160 Hz serta heat flux konstan 10 W/m2,25 W/m2, dan 50 W/m2 pada amplitudo tetap 0.002 m/s. Penelitian menggunakan jet sintetik ber-tipe aliran silang bertujuan untuk memperbaiki serta mengoptimumkan proses pendinginan jet sintetik akibat adanya confinement effect atau efek sekam dimana panas yang dibuang akan terakumulasi kembali pada cavity dari jet sintetik sehingga pendinginan pada heatsink terhenti. Pada riset kali ini akan dilihat seberapa lama waktu optimum pendinginan jet sintetik ber-tipe aliran silang serta frekuensi osilasi ter-optimum dalam proses pendinginan heat sink.

Current advancement of micro electronic devices have made the conventional fan-based cooling is no longer effective and applicable. Miniaturization with higher performance of electronic products causes the need for a new cooling system that has high thermal efficiency and low energy consumption. Synthetic jet which is based on zero netto mass input but non zero momentum is a new approach utilized for cooling system. The synthetic air jet was generated by vibrating membranes which pushed out the air from the cavity through the exit nozzles with oscillatory motion. The main purpose of this synthetic jet was to create vortices pair to come out from nozzle which will accelerate the heat transfer process occurring at the heat sink. This research investigated the forced cooling characterization of a cross flow synthetic jet using double membrane actuator with two different variations of sinusoidal and square wave and was conducted both in computational as well as also experimental stage. Computational stage was conducted by a commercial CFD software of Fluent® with a turbulence model k- ω SST with meshing elements quad type pave, while in the experimental work the function generators was used to drive the membranes with the variation of sinusoidal and square wave in three oscillation frequencies i.e 80 Hz, 120 Hz, and 160 Hz at fixed amplitude of 0.002 m/s for condition of constant heat flux for 10 W/m2,25 W/m2, dan 50 W/m2. The main purpose of this research is to improve and optimizing the process of synthetic jet cooling by suppressing the confinement effect. The confinement effect phenomena, which commonly occurs an impinging synthetic jet flow, causes the hot air is sucked back and will accumulate into the cavity of synthetic jet actuator and will reduce the cooling effect. The experimental results show significant effect of the reduction of the confinement effect phenomena by using the cross flow synthetic jet. The best heat transfer rate hence the optimum cooling effect was obtained at a lower oscillation frequency; in this study at sinusoidal 120 Hz - square 80 Hz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahlul Halli
"Penanganan beban thermal pada dunia industri sangat diperlukan. Sistem alat penukar kalor bisa dikembangkan pada sisi fluida yang digunakan dan desain pipa yang digunakan. Respon dalam bidang thermal adalah maraknya kembali perhatian akan pentingnya alat penukar kalor (heat exchanger). Sebuah alat penukar kalor yang baik harus ditunjang oleh koefesien perpindahan panas yang baik. Koefesien perpindahan panas sendiri di pengaruhi oleh bilangan Reynolds. Dalam penelitian ini, dilakukan rancang bangun sebuah alat penukar kalor tipe double pipe dengan variasi pada pipa air panas, dimana pada pipa luar adalah pipa baja karbon memiliki koefisien perpindahan kalor konduksi 54 W/m.K dan memiliki dimensi panjang pipa 1 m, diameter luar (Ø out) 88.6 mm, dan diameter. dalam (Ø in) 85 mm dan pipa dalam adalah pipa baja karbon memiliki koefisien perpindahan kalor konduksi 54 W/m.K dan memiliki dimensi panjang pipa 1.2 m, diameter luar (Ø out) 30 mm, dan diameter dalam (Ø in) 28 mm. Bedasarkan pengujian didapatkan grafik kenaikan nilai koefisien perpindahan kalor sebanding dengan kenaikan bilangan Reynolds. Profil kotak memiliki nilai koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan profil bulat. Pada perbedaan jenis aliran sangat berpengaruh terhadap nilai koefisien perpindahan kalor profil bulat, sedangkan pada profil kotak tidak begitu terlihat perbedaannya.

Handling of thermal load on the industrial world is indispensable. Heat exchanger system can be developed on the side of the fluid used and the design of pipe used. Response in the thermal field is widespread concern about the importance of reheat exchanger (heat exchanger). A good heat exchanger must be supported by a good heat transfer coefficient. Heat transfer coefficient itself is influenced by the Reynolds number. In this study, carried out design and construction of an appliance type double pipe heat exchanger with a variation on the hot water pipes, where the outer pipe is carbon steel pipe has a conduction heat transfer coefficient of 54 W / mK and has dimensions of 1 m length of pipe, outer diameter (Ø out) 88.6 mm, and diameter in (Ø in) 85 mm and pipe in carbon steel pipe is a conduction heat transfer coefficient of 54 W / mK and has dimensions of 1.2 m length of pipe, outer diameter (Ø out) 30 mm, and diameter in (Ø in) 28 mm. Based on the obtained testing the graph increases the heat transfer coefficient is proportional to the increase in Reynolds number. Profiles box has a heat transfer coefficient values are higher if compared to the rounded profile. In different types of flow greatly affect the heat transfer coefficient value rounded profile, whereas the profile box is not so pronounced.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1699
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>