Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Trisnawati
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan untuk mendapatkan sumber energi baru terbarukan. Namun teknologi ini tergolong mahal, sehingga penelitian pun banyak diarahkan untuk menjadikan teknologi ini lebih efisien, ekonomis dan berkelanjutan. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji coba MFC dual chamber dengan substrat air limbah tempe. Namun, disain ini kurang efektif dan efisien disebabkan penggunaan membran yang kurang kompatibel dengan air limbah. Oleh karena itu dikembangkan disain reaktor tunggal yang disebut Single Chamber Microbial Fuel Cell.
Penelitian ini difokuskan untuk evaluasi kinerja sistem Single Chamber MFC menggunakan model limbah tempe sebagai inokulum dan substrat pada tahap start-up, serta sebagai sumber inokulum pada studi dengan susbtrat tunggal glukosa. Aspek kajian meliputi kinetika dan efisiensi MFC yang terdiri dari efisiensi Coulomb dan efisiensi energi pada variasi hambatan eksternal.
Data eksperimen berhasil dimodelkan menurut persamaan kinetika Monod, dengan konstanta kinetika PMax 0,033 mW/ m2 dan 0,021 mW/m2 serta nilai Ks 124 mg/L dan 64 mg/L untuk hambatan eksternal berturut-turut 100 dan 1000 Ohm. Efisiensi Coulomb tertinggi diperoleh pada hambatan 100 Ohm, sebesar 9,50% untuk proses start-up dan 0,39% dengan substrat tunggal glukosa. Sementara efisiensi energi maksimum sebesar 0,001% pada hambatan 100 Ohm.

Microbial Fuel Cell (MFC) is a technology developed to obtain new sources of renewable energy. But the technology is quite expensive; so many researches were directed to make this technology more efficient, economical and sustainable. Previous studies have been conducted with dual chamber MFC using tempeh wastewater as substrate. However, this design was less effective and efficient due to the use of membrane that was less compatible with the waste water. Therefore, in this study we developed a single reactor design called Single Chamber Microbial Fuel Cell.
This study focused on evaluating the performance of a single chamber MFC using model tempeh waste as inoculum and the substrate for startup stage, as well as the source of inoculum in study with single susbtrat, that was glucose. Aspects of the study include the kinetics and efficiency of MFC, which consists of Coulombic efficiency and energy efficiency on the external resistance variations.
Experimental data successfully modeled by Monod kinetics equation, with the kinetic constant PMax 0.033 mW/m2 and 0.021 mW/m2 and Ks value of 124 mg / L and 64 mg / L for external resistances 100 and 1000 Ohm, respectively. The highest value of Coulombic efficiency obtained at 100 Ohm resistance, amounting to 9.50% for the start-up and 0.39% with single substrate glucose. While the maximum energy efficiency of 0.001% at 100 Ohm resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Kristin
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia yang terus meningkat telah memicu dilakukannya berbagai riset ke arah teknologi inovatif yang lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan untuk memproduksi energi listrik. Salah satu teknologi alternatif yang bisa dikembangkan adalah Microbial Fuel Cell (MFC) yang berbasis prinsip bioelektrokimia dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk memecah substrat sehingga menghasilkan energi listrik.
Pada penelitian kali ini dikaji pengaruh variasi volume limbah yang digunakan dan variasi luas permukaan. Reaktor MFC yang memiliki volume limbah 2000 mL menghasilkan listrik yang lebih tinggi dibandingkan MFC dengan volume limbah 500 mL yaitu sebesar 3,03 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang lebih rendah, yaitu 0,14%. Reaktor MFC dengan nilai luas permukaan elektroda tertinggi, yaitu sebesar 92 cm2 menghasilkan densitas daya yang paling tinggi yaitu 0,02 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang paling rendah, yaitu 0,07 %, dan pada perhitungan efisiensi Coulombic, konfigurasi paralel pada reaktor MFC mendapatkan nilai yang paling tinggi, yaitu 0,06%.
Penggunaan limbah cair industri tempe dapat menghasilkan listrik dalam sistem MFC sekaligus dapat mengurangi kadar COD dalam limbah. Riset lebih lanjut dalam sistem MFC dan pemanfaatan limbah cair industri tempe sebagai substrat dalam sistem MFC dapat mereduksi biaya operasi sistem MFC, sekaligus menjadikan MFC sebagai teknologi penghasil listrik yang ekonomis, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Electrical energy demand in Indonesia has sparked a growing range of research done in the direction of innovative technologies that are more effective, efficient and environmentally friendly to produce electrical energy. One of the alternative technologies that could be developed is a Microbial Fuel Cell (MFC) based on the principle of bioelectrochemical by utilizing microorganisms to break down the substrate to produce electrical energy.
In the present study examined the influence of variations in the volume of waste that is used and variation of the surface area of the electrode. MFC reactor with a volume of 2000 mL has generated higher electricity than the MFC with 500 mL volume, which is 3.03 mW/m2, but with a lower efficiency Columbic, 0.14%. MFC reactors with the highest value of the electrode surface area, which is equal to 92 cm2 produces the highest power density is 0.020 mW/m2, but with the lowest efficiency Coulumbic, namely 0.07%, and in the Coulombic efficiency calculations, a parallel configuration in MFC reactors get the highest value, which is 0.06%.
The use of tempe industrial wastewater can produce electricity in the MFC system can simultaneously reduce COD levels in the effluent. Further research in the MFC system and utilization of tempe industrial wastewater as a substrate in MFC system can reduce operating costs of MFC system, as well as making electricity-producing technology that is economical, environmentally friendly and sustainable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Enggar Fiasti
"Ketersediaan energi menjadi kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia, namun saat ini produksi energi masih bergantung pada konsumsi bahan bakar fosil. Meningkatnya permintaan energi yang disertai dengan menipisnya cadangan bahan bakar fosil, menyebabkan ketertarikan untuk mencari sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satunya melalui penggunaan sistem berbasis biologis, yaitu Microalgae-Microbial fuel cell (MmFC). Microalgae-microbial Fuel Cell (MmFC) merupakan perangkat biokimia yang memanfaatkan,proses fotosintesis mikroalga untuk mengubah energi matahari menjadi listrik melalui reaksi metabolisme simultan dengan bakteri. Bakteri yang digunakan pada sistem ini dapat berupa kultur murni ataupun kultur campuran yang berasal dari limbah. Berangkat dari kondisi tersebut maka terdapat 2 optimasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu optimasi jenis bakteri (bakteri indigenous limbah tempe dan bakteri Acetobacter aceti) dan optimasi waktu inkubasi limbah tempe (0 hari, 3 hari, 7 hari, dan 14 hari). Kinerja MmFC pada optimasi jenis bakteri ditinjau berdasarkan power density, sedangkan pada optimasi waktu inkubasi limbah tempe ditinjau berdasarkan power density dan bioremediasi limbah (%penurunan BOD dan COD). Hasil optimasi jenis bakteri, menunjukkan bahwa bakteri indigenous limbah tempe memberikan nilai power density lebih besar daripada bakteri A. aceti (PDmaks = 812,746 mW/m2; PDrata-rata = 438,310 mW/m2). Sementara itu, hasil optimasi waktu inkubasi limbah tempe, menunjukkan bahwa inkubasi limbah tempe selama 14 hari merupakan waktu inkubasi yang paling optimal ( PDmaks = 1146,876 mW/m2; PDrata-rata = 583,491 mW/m2; %penurunan COD = 46,011%; %penurunan BOD = 47,172%)

The availability of energy is an essential need for human life, but currently, energy production still depends on the consumption of fossil fuels. The increasing energy demand, accompanied by the decrease of fossil fuel reserves, has caused interest in finding sustainable and environmentally friendly renewable energy sources. One of them is through the use of a biological-based system, namely Microalgae-Microbial fuel cell (MmFC).Microalgae-microbial Fuel Cell (MmFC) is a biochemical device that utilizes the photosynthetic process of microalgae to convert solar energy into electricity through simultaneous metabolic reactions with bacteria. The bacteria used in this system can be pure cultures or mixed cultures from waste. Based on these conditions, there are 2 optimizations carried out in this research, namely optimization of the type of bacteria (indigenous bacteria of tempeh waste and Acetobacter aceti bacteria) and optimization of incubation time of tempeh waste (0 days, 3 days, 7 days, and 14 days). The performance of MmFC on the optimization of bacterial species was reviewed based on the power density, while the optimization of incubation time for tempeh waste was reviewed based on the power density and waste bioremediation (% decrease in BOD and COD). The results of the optimization of the type of bacteria showed that the indigenous bacteria of tempeh waste showed a power density value greater than that of A. aceti bacteria (PDmax = 812.746 mW/m2; PDaverage = 438.310 mW/m2). Meanwhile, the optimization results of tempeh waste incubation time showed that incubation of tempeh waste for 14 days was the most optimal incubation time (PDmax = 1146.876 mW/m2; PD average = 583,491 mW/m2; % decrease in BOD = 46.011%; % decrease in COD = 47.172%)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Hendrawan
"Penggunaan bahan bakar fosil pada saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi segala jenis kendaraan bermotor dan sudah menjadi ketergantungan bagi kendaraan bermotor tersebut. Sampai saat ini, sudah ditemukan berbagai jenis bahan bakar alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak BBM , dan salah satu bahan bakar alternatif tersebut adalah bioetanol. Bioetanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan BBM. Namun untuk penggunaannya secara komersial pada saat ini, bioetanol masih digunakan sebagai bahan bakar campuran bensin, dengan menggunakan perbandingan tertentu. Bioetanol yang biasa digunakan dalam pencampuran dengan bensin adalah bioetanol anhidrat dengan kadar air 0,1.
Pencampuran antara bietanol dengan bensin dimaksudkan agar nilai oktan dari BBM dapat meningkat dan juga menghasilkan pembakaran yang lebih bersih dikarenakan bietanol lebih kaya kandungan oksigen dibanding BBM. Selain permasalahan pada perbandingan campuran kedua bahan bakar tersebut, sifat dari masing-masing zat yang berbeda ini mengakibatkan sulitnya pencampuran kedua jenis bahan bakar ini sehingga menghasilkan nilai COV Coefficient of Variation yang lebih tinggi daripada bensin murni dan berakibat pada performa motor bakar itu sendiri. Penambahan zat aditif Oxygenate Cycloheptanol dimaksudkan agar pada kedua campuran bahan bakar tersebut akan dihasilkan nilai COV yang kecil sehingga dapat meningkatkan performa dari motor bakar.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bioetanol dengan kadar 96 bioetanol hidrat. Pencampuran bahan bakar dengan perbandingan E5h, E10h, dan E15h dengan zat aditif Oxygenate Cycloheptanol yang nantinya hasil performa akan dibandingkan dengan bahan bahan bakar bensin murni E0 dan pada campuran E5h, E10h, dan E15h non zat aditif Oxygenate Cycloheptanol. Untuk menguji performa motor, dilakukan uji statis menggunakan dynamometer test. Dari penelitian menunjukkan performa bahan bakar mengalami peningkatan dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan E5h, E10h, dan E15h non zat aditif Oxygenate Cycloheptanol.

Currently, the use of fossil fuel has become essential and dependency of all vehicles. Now it has been found various types of alternative fuel as the substitute for gasoline ndash one of them is bioethanol. Bioethanol has higher octane number than gasoline. However, bioethanol, as for commercial use right now, is still used as fuel blended gasoline with a specific comparison. The bioethanol that is commonly used is anhydrous bioethanol with 0.1 water content.
The bioethanol gasoline blend is intended to increase octane number in gasoline and produce cleaner combustion due to the high oxygen content of bioethanol. Besides the comparison problem of the blended fuel, the characteristics of each different substance result in the blending difficulty. Therefore, it produces higher COV Coefficient of Variation values than pure gasoline and effects the motor performance itself. Adding Oxygenate Cycloheptanol fuel additive is intended to could produce smaller COV values, so it could increase the motor performance.
In this study, the writer used hydrous bioethanol 96. The performance result of the mixture between ratio E5h, E10h, and E15h with Oxygenate Cycloheptanol fuel additive will be compared with pure gasoline E0 added with E5h, E10h, and E15h Oxygenate Cycloheptanol fuel non additive. The motor performance tests were measured using dynamometer test. The experimental results proved that the fuel performance has increased and the fuel consumption is less if it is compared with E5h, E10h, and E15h Oxygenate Cycloheptanol fuel non additive.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avia Rizki Noordiany
"Parameter COD dan TDS merupakan dua parameter yang nilainya paling tinggi pada limbah susu yaitu dengan kisaran 1.000-8.000 mg/L untuk COD dan 1.000-4.000 mg/L untuk TDS. Penelitian ini dilakukan untuk menurunkan kedua nilai parameter tersebut menggunakan bioreaktor Microbial Fuel Cell (MFC) yaitu merupakan sebuah teknologi alternatif pengolahan limbah yang dapat mendegradasi kandungan organik limbah serta menghasilkan energi listrik secara langsung tanpa membutuhkan konversi dan untuk melihat potensi limbah susu secara teoritis dalam menghasilkan energi listrik Penelitian dilakukan selama 2 bulan dengan membuat reaktor. MFC skala laboratorium dengan jenis single chamber tanpa membran berukuran 16/L dengan dimensi 40/20/20 cm Terdapat penambahan bakteri Escherichia coli untuk meningkatkan degradasi kandungan organik limbah. Penelitian yang dilakukan secara batch ini menunjukkan efisiensi penurunan COD sebesar 51 pada waktu tinggal 13 hari sedangkan TDS mengalami peningkatan karena adanya penambahan larutan elektrolit. Dengan konsentrasi COD influen sebesar 3.853 mg/L penurunan rata rata COD dari total yang tersisihkan adalah 7.7 setiap harinya Limbah susu ini memiliki potensi untuk dijadikan substrat dalam reaktor MFC karena secara teoritis dapat menghasilkan arus maksimum sebesar 340 mA dengan efisiensi Coulomb sebesar 13 Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian lain yang menggunakan limbah domestik sebagai substrat.

COD and TDS are two parameters that have the highest value in dairy wastewater with a COD ranging between 1.000 and 8.000 mg/L and a TDS ranging between 1.000 and 4.000 mg/L. The aim of this study is to reduce the value of these parameters by using a Microbial Fuel Cell (MFC) bioreactor an alternative wastewater treatment technology that can degrade the organic content of the wastewater and produce electrical energy directly without the need of conversion and to see theoretically the dairy wastewater potential in power generation Research is done for 2 months by creating a laboratory scale MFC reactor with single chamber type without a membrane and has reactor volume of 16/L with dimensions of 40/20/20 cm. There is an addition of Escherichia coli bacteria to increase the degradation of the organic content of the wastewater Research which carried out in batch shows COD removal efficiency of 51 at the HRT of 13 days while TDS has increased due to the addition of an electrolyte solution As influent COD concentration is 3.853 mg/L the average decrease of the total excluded COD was 7.7 per day Therefore dairy wastewater has the potential to be used as a substrate in MFC reactor because theoretically it can produce a maximum current of 340 mA with Coulomb efficiency of 13. These result is greater than other research that use domestic wastewater as a substrate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Widya Ariani
"Energi alternatif yang berkesinambungan dan terbarukan serta berpotensi menjadi bahan bakar adalah biomassa. Biomassa cangkang kakao dipilih karena ketersediannya yang melimpah di Indonesia dan memiliki nilai kalor dan volatile matter yang cukup tinggi. Pembakaran volatile matter dari biomassa akan meminimalkan emisi CO daripada metode pembakaran langsung pada fasa padatan. Kompor Top-Lit Up Draft (TLUD) Gasifier dirancang menggunakan dua buah blower masing-masing untuk udara primer untuk devolatilisasi dan udara sekunder untuk menyempurnakan pembakaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi laju kedua udara terhadap optimasi hasil pembakaran meliputi suhu api, emisi CO dan efisiensi termal. Pembakaran mendekati stoikiometrik didapatkan pada rasio 3,00 yang menghasilkan suhu api rata-rata tertinggi 543,67oC. Emisi CO terendah didapatkan pada rasio 3,0 sebesar 61,857 ppm. Efisiensi termal tertinggi pada rasio 2,0 sebesar 21,25%.
Pengaruh total udara yang semakin tinggi akan memaksimalkan pencampuran sehingga reaksi pembakaran menuju sempurna dan emisi CO yang dihasilkan rendah. Namun fluktuasi juga dapat terjadi pada laju alir udara yang besar sehingga emisi CO dapat tinggi. Pembentukan jelaga akibat kekurangan udara sekunder memperkuat radiasi dalam kompor. Efisiensi termal yang tinggi dipengaruhi besar oleh radiasi dari dalam kompor.

Another sustainable and renewable alternative energy sources for fuel is biomass. Cocoa pod husk (CPH) is one of biomass that available in Indonesia in huge quantity. CPH has high calorific value and high volatile matter content so it is potential to be fuel source. Burning of volatile matter from biomass will minimize CO emission inspite of burning the solid phase directly. The Top-Lit Up Draft Gasifier Stove was designed with two blowers that will supply primary air as devolatilization air and secondary air as combustion air.
This research is proposed to measure the optimization of stove combustion using CPH pellets under variation of air flow rate affection, including flame temperature, CO emission, and thermal efficiency. The result is, the near-stoichiometric combustion is reached at ratio 3.00 which resulted highest mean flame temperature at 543.67 oC. The lowest CO emission is obtained at ratio 3.0 as 61.86 ppm. The highest thermal efficiency is obtained through ratio 2,0 at 21.25%.
Effect of increasing the total air flow rate will maximize the mixing of air so that combustion goes to complete and CO emission will be lower. Beside that, fluctuation also can exists in higher air flow rate so CO emission will be higher. The formation of soot that is caused by leak of secondary air will strengthen the radiation inside the stove. The higher thermal efficiency is affected by radiation inside the stove.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizki
"Pada penelitian terdahulu Candida hawaiiana CR015, yang ditumbuhkan pada medium Yeast Malt-extract Broth (YMB), telah dimanfaatkan sebagai komponen penyusun pollen substitute lokal untuk lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sumber karbon berupa sukrosa (gula pasir) dan sumber nitrogen berupa urea pada medium air kelapa terhadap jumlah biomassa khamir C. hawaiiana CR015. Hasil produksi biomassa terbaik yang diperoleh dibandingkan dengan hasil produksi biomassa pada medium YMB. Variasi konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 2,5% (b/v) dan 5% (b/v) dan variasi konsentrasi urea yang digunakan adalah 0,1% (v/v); 0,2% (v/v); dan 0,3% (v/v). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa dan urea diinokulasikan dengan inokulum sebanyak 108 cfu/ml berumur 20 jam dan fermentasi dilakukan dengan pengocokan 80 rpm selama 28 jam pada suhu 30oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sumber karbon berupa sukrosa dan sumber nitrogen berupa urea memengaruhi jumlah biomassa Khamir C. hawaiiana CR015 yang dihasilkan (p<0,05). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa 5% (b/v) dan urea 0,3% (v/v) menghasilkan biomassa terbesar rata-rata, yaitu 0,646 g/100 ml, dan lebih tinggi dibandingkan biomassa rata-rata yang dihasilkan medium YMB, yaitu 0,52 g/100 ml (p<0,05).

In the previous study, Candida hawaiiana CR015, from Yeast Malt-extract Broth (YMB) medium, has been used as a component of local pollen substitute for honey bee Apis cerana. The aims of this study were to know the effect of the addition of sucrose as carbon source and urea as nitrogen source in coconut water medium to biomass production of C. hawaiiana CR015. Best biomass yield obtained was compared to the result of biomass production of C. hawaiiana CR015 in YMB medium. Variation in the concentrations of sucrose used were 2.5% (w/v) and 5% (w/v) and concentrations of urea were 0.1% (v/v), 0.2% (v/v), and 0.3% (v/v). Coconut water medium in addition of sucrose and urea were inoculated with 20th-hour inoculum of 108 cfu/ml and incubated at 30oC with shaking of 80 rpm for 28 hours. The results showed that addition of sucrose and urea influenced biomass production of C. hawaiiana CR015 (p<0.05). Coconut water medium with addition of sucrose 5% (w/v) and urea 0.3% (v/v) showed higest biomass production (0.646 g/100 ml), and it was higher than biomass production in YMB medium (0.52 g/100 ml) (p<0.05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Indrianto
"Keterbatasan bahan bakar minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber energi alternatif. Dan yang paling memungkinkan untuk Indonesia adalah energi bioetanol yang dapat diperoleh dari tebu, gandum, umbi dan jagung. Tanaman tersebut dapat tumbuh subur karena iklim tropis indonesia, namun masih rendahnya teknologi dan belum diproduksinya secara masal membuat produk bioetanol terkesan mahal. Olehkarenanya diperlukan teknologi sederhana yang dapat memproduksi etanol berkadar rendah (low grade ethanol) menjadi tinggi, yaitu dengan destilasi. Dalam penelitian ini memanfaatkan hasil destilasi (distillate) alkohol berkadar rendah sebagai bahan bakar tambahan pada genset berbahan bakar bensin. Digunakan injeksi distillate sebesar 10%, 20% dan 30% setelah kaburator sebelum ruang bakar, kemudian diukur prestasinya untuk dibandingkan dan dianalisa pengaruh yang terjadi.

The limited oil resource forces humans to seek for alternative energy sources. The most possible alternative for Indonesia is through the bioethanol energy from sugar canes, wheats, roots, and corns. Those plants are fertile to be grown in Indonesian tropical climate, however the low technology and absence of massal production make the high cost for bioethanol production. Therefore, it needs simple technology for producing the low grade ethanol into the high grade, such as by distillation. This research uses the distillate of low grade alcohol as additional fuel on gasoline genset. It was used the istillate injection in the amount of 10%, 20% and 30% after the carburator before the combustion chamber, then the performance was measured to be compared and analyzed on the occuring affects. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S893
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusli Munzir
"Pada penelitian terdahulu, Candida hawaiiana CR015 yang ditumbuhkan pada medium Yeast Malt-extract broth (YMB) digunakan sebagai komponen penyusun pollen substitute bagi lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi limbah nanas dan diamonium hidrogen fosfat [(NH4)2HPO4] terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Biomassa diproduksi menggunakan medium dengan variasi konsentrasi limbah nanas 1:1 dan 2:1 (limbah nanas:air) (b:v) serta sumber nitrogen berupa (NH4)2HPO4 dengan variasi konsentrasi 0,1% (b/v), 0,2% (b/v), dan 0,3% (b/v). Produksi biomassa pada medium limbah nanas terbaik dibandingkan dengan produksi pada medium YMB. Produksi biomassa dilakukan dengan inkubasi selama 28 jam pada kecepatan pengocokan 80 rpm dan menggunakan inokulum berumur 20 jam sebanyak 10%. Hasil uji ANOVA memperlihatkan bahwa konsentrasi limbah nanas dan (NH4)2HPO4 memengaruhi produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa kering C. hawaiiana CR015 paling banyak dihasilkan pada medium limbah nanas dengan konsentrasi limbah:air sebesar (2:1) yang ditambahkan (NH4)2HPO4 sebesar 0,2% (b/v). Medium perlakuan terbaik menghasilkan biomassa dengan berat rata-rata 0,990 g/100 ml, lebih besar dibandingkan dengan medium YMB, yaitu 0,755 g/100 ml.

Candida hawaiiana CR015 that had been grown on Yeast Malt-extract Broth (YMB) medium has been used as a component of the pollen substitute for honey bee Apis cerana. The study aims to determine the effect of carbon source (pineapple waste) and nitrogen source (diammonium hydrogen phosphate [(NH4)2HPO4]) in pineapple waste medium on the production of C. hawaiiana CR015 biomass. Medium with various concentrations of pineapple waste 1:1 and 2:1 (pineapple waste:water) (w:v), (NH4)2HPO4 0.1% (w/v), 0.2% (w/v), and 0.3% (w/v) were used in this study. Biomass production in the best pineapple waste medium compared to YMB medium. Candida hawaiiana CR015 was incubated for 28 hours with shaking speed of 80 rpm and using 10% (v/v) inoculum (age 20 hours). ANOVA test showed that the concentration of pineapple waste and (NH4)2HPO4 influence the C. hawaiiana CR015 biomass production. The results showed that the highest yield of dry biomass was produced from 2:1 pineapple waste medium + (NH4)2HPO4 0.2% (w/v). Pineapple waste medium (2:1) + (NH4)2HPO4 0.2% (w/v) produce 0.990 g/100 ml dry biomass. The results are higher than the results obtained in YMB medium, 0.755 g/100 ml medium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Wahyu Prasetyo
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta berdasarkan potensi sampah organik Pasar Induk Kramat Jati dan dari aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis, dengan potensi sampah organik di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 40.763 ton/tahun, dapat dihasilkan potensi biogas sebesar 5.656.040 m3/tahun, dan potensi gas biometan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta sebesar 2.381.680 m3/tahun, dengan potensi pengurangan emisi karbon sebesar 2.927,89 tCO2/tahun. Sedangkan berdasakan analisis kelayakan keuangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 6.313.952.701,-, Payback period sebesar 7,49 tahun, dan nilai IRR sebesar 13,02%, maka dapat dikatakan pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta layak untuk dilaksanakan.

This research aimed to analyze the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel based on the organic waste potential at Pasar Induk Kramat Jati, its environment and the economy aspects. The findings demonstrate that, from 40,763 tons/year organic waste at Pasar Induk Kramat Jati, one can generate 5,656,040 m3/year biogas potential, and 2,381,680 m3/year biomethane gas that can be used as transjakarta bus fuel, with carbon emission reduction of 2.927,89 tCO2 per year. While from financial feasibility analysis, it results NPV as much as Rp. 6.313.952.701,-,with 7,49 year payback period and 13,02% IRR. It can be concluded that the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel is highly feasible to implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T40897
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>