Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200878 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riantino Henri Setiawan
"Didalam menjalankan tugasnya, teknisi penerbangan sering kekurangan data mengenai kondisi mesinnya. Melihat kondisi ini, kami mengembangkan, merancang dan menganalisa kinerja sistem pemeliharaan dan smart monitoring peralatan bandara. Obyeknya adalah Modul Power Supply dan DC-DC conventer di Mesin X-ray. arsitekturnya berdasarkan client-server menggunakan protokol TCP / IP dan HTTP. Raspberry Pi berfungsi sebagai mini web server, database dan access point.
Arduino Mega2560 sebagai client difungsikan menerima data suhu, tegangan Alernate Current (AC) dan Direct Current (DC). Arduino Ethernet Shield berfungsi sebagai jembatan pengiriman data ke database Mysql di Raspberry Pi menggunakan kabel UTP. Koneksi antara Raspberry Pi dengan perangkat Android secara Wireless Local Area Network. Pengembangan perangkat lunaknya sesuai tahapan System Development Life Cycle (SDLC) mengggunakan metode prototype. Data sensor ditampilkan di aplikasi Android mobile.
Dari hasil pengujian, intergrasi TCP/IP dan HTTP antar perangkat bisa berjalan baik, Hasil data sensor yang ditampilkan di aplikasi android rata rata dibawah 1 % setelah dikalibrasi, Pengujian aplikasinya menggunakan metode black box dan masih diketemukan kekurangan yang perlu disempurnakan. Untuk penilaian Quality Of Experience (QoE) respondennya berjumlah 20 orang teknisi penerbangan. Mean Opinion Score (MOS) aplikasinya untuk performa 72%, kepuasan tampilan User Interface 42 % dan 81% responden menyetujui sistem ini mempermudah dan bermanfaatkan sebagai solusi permasalahan teknis penerbangan dilapangan.

In performing their duties, the aviation engineer is often a lack of data regarding the condition of the engine. Seeing this condition, we develop, design and analyze the performance of system maintenance and smart monitoring equipment airport. The object is a module Power Supply and DC-DC conventer in the X-ray machine. based on client-server architecture using TCP / IP and HTTP. Raspberry Pi serves as a mini web server, database and access point.
Arduino Mega2560 functioned as a client receives the data of temperature, voltage Alernate Current (AC) and Direct Current (DC). Arduino Ethernet Shield serves as a bridge sending data to Mysql database in the Raspberry Pi using UTP cable. Connection between the Raspberry Pi with Android devices in Wireless Local Area Network. Phases of the software development using System Development System Life Cycle (SDLC) with the prototype method. Sensor data is displayed in the Android mobile apps.
From the test results, integration of TCP / IP and HTTP can work well across devices, sensor data results are displayed in android application average below 1% after calibration, testing applications using black box and still found deficiencies that need to be refined. For the assessment of Quality Of Experience (QoE) respondents totaled 20 aviation engineer. Mean Opinion Score (MOS) for application performance 72%, satisfaction display User Interface 42% and 81% of respondents agreed and bermanfaatkan system facilitates the solution of technical problems flying field.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Muhammad Reza
"ABSTRAK
Lampu PJU bertenaga surya sering sekali ditemukan dalam keadaan tidak berfungsi. Penyebab tidak berfungsinya lampu PJU tersebut antara lain disebabkan oleh kerusakan dari komponen atau hilangnya komponen akibat pencurian. Di samping itu, penanganan dari lampu yang tidak berfungsi tidak bisa dilakukan sesegera mungkin karena tidak adanya sistem pemantau lampu secara langsung. Sistem Wireless Sensor Network WSN adalah solusi untuk memantau lampu PJU secara langsung. WSN adalah sistem jaringan sensor yang digunakan untuk memantau kondisi fisis secara langsung dari jarak jauh. Node-node WSN yang terdiri dari sensor-sensor saling terhubung dalam satu jaringan secara nirkabel. Data yang dikumpulkan untuk memonitor lampu PJU tenaga surya antara lain daya keluaran modul PV; tegangan dan State of Charge baterai; arus pada beban. Dengan adanya sistem pemantau lampu PJU dari jarak jauh, kondisi masing-masing lampu PJU bisa dimonitor secara langsung sehingga maintenance bisa dilakukan sesegera mungkin. Dalam penelitian ini, sistem WSN pemantau lampu PJU bertenaga surya yang didesain menggunakan WiFi untuk berkomunikasi. Node dari sistem WSN yang didesain terdiri atas Arduino Uno, sensor arus dan modul ESP8266-01. Data yang dikumpulkan oleh node akan dikirimkan ke sebuah API webserver bernama ThingSpeak. ThingSpeak akan menyajikan data yang diunggah dalam bentuk grafik. Penelitian ini juga membahas percobaan-percobaan untuk mempelajari jarak komunikasi dan kinerja dari sistem WSN ini.

ABSTRACT
Broken solar street lights are really often found. The main causes of the broken street lights are damaged or robbed components. In addition, the maintenance cannot be done immediately because there is no real time street light monitoring system. A Wireless Sensor Network WSN System is a solution to monitor the actual street light condition. A WSN is a sensor network system that is used to sense actual physical conditions remotely. The WSN Nodes that consist of sensors are connected in the network wirelessly to collect and send the data to be processed later. The data that is needed in order to monitor solar street lights are the output power of the PV module the open circuit voltage and the state of charge the battery the load current. Using a remote solar street light monitoring system, the condition of each solar street light can be monitored so the maintenance can be done immediately if a fault happens. In this research, the designed WSN for solar street light monitoring system uses WiFi for communication. The node of this WSN system consists of an Arduino Uno board, two current sensors and an ESP8266 01 module. The data which is collected by the node are sent to an API webserver called ThingSpeak. ThingSpeak will display the data in graph. This research includes some experiments to study the maximum distance of the communication and the performance of this WSN systems."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi
"Di Indonesia, sistem deteksi kapal asing diperlukan karena maraknya pencurian ikan oleh kapal-kapal asing. Dengan sistem tersebut, kapal-kapal asing yang memasuki wilayah perairan Indonesia akan lebih mudah diketahui dan dicegah. Pada penelitian sebelumnya, sistem deteksi kapal sudah dapat mendeteksi kapal dengan parameter estimasi kecepatan kapal, arah kapal, dan posisi kooordinat kapal setelah meninggalkan wilayah pengawasan JSN. Penelitian sebelumnya menggunakan asumsi kondisi empat buah sensor yang tidak bergerak. Dalam tulisan ini, penulis memperhitungkan node sensor bergerak. Node sensor yang bergerak didasarkan kondisi laut yang tidak tenang. Sensor yang bergerak akan memengaruhi besarnya nilai jarak antar sensor. Perubahan nilai tersebut diakibatkan oleh kondisi sensor yang terpengaruh oleh kondisi air yang bergelombang akibat faktor lingkungan. Besar nilai pergerakan node sensor didapat dengan mengkonversi hasil keluaran analog dari akselerometer pada sumbu x dan sumbu y ke satuan perpindahan. Pada sistem deteksi kapal ini, didapat nilai estimasi arah kapal, kecepatan laju kapal, dan posisi kooordinat kapal setelah meninggalkan wilayah pengawasan JSN. Penelitian ini menghasilkan persentase keberhasilan terbaik pada pengambilan data bernilai 99,73% untuk pendeteksian estimasi arah kapal, 62,59% untuk pendeteksian estimasi kecepatan kapal, 63,69% untuk pendeteksian estimasi koordinat x, dan 62,59% untuk pendeteksian estimasi koordinat y. Selain itu, didapat nilai korelasi positif/searah untuk pergerakan setiap pasang node sensor di perairan.

In Indonesia, a foreign vessel detection system is needed because of the widespread theft of fish by foreign vessels. With this system, foreign ships entering Indonesian waters will be more easily identified and prevented. In previous studies, the ship detection system was able to detect ships with estimated parameters of ship speed, vessel direction, and vessel coordinate position after leaving the JSN surveillance area. Previous studies used the assumption of the condition of four sensors that do not move. In this paper, the author considers moving sensor nodes. The moving sensor nodes are based on uneasy sea conditions. A moving sensor will affect the value of the distance between the sensors. The change in value is caused by the condition of the sensor which is affected by the surging water conditions due to environmental factors. The value of the movement of the sensor node is obtained by converting the analog output from the accelerometer on the x axis and y axis to the displacement unit. In this ship detection system, the estimated value of the ship's direction, the speed of the ship, and the coordinate position of the ship after leaving the JSN surveillance area. This study produces the best percentage of success in taking data worth 99.73% for the detection of ship direction estimates, 62.59% for the detection of ship speed estimates, 63.69% for the detection of x coordinate estimates, and 62.59% for the detection of y coordinate estimates. In addition, a positive correlation value is obtained for the movement of each sensor node pair in the waters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Wireless Sensor Networks (WSNs) terdiri dari sejumlah besar sensor nodes, dan digunakan untuk berbagai aplikasi seperti pemantauan gedung, pengendalian lingkungan, pemantauan kehidupan habitat liar, deteksi kebakaran hutan, otomatisasi industri, militer, keamanan, dan kesehatan. Setiap sensor node memerlukan sistem operasi (SO) yang dapat mengontrol hardware, menyediakan abstraksi hardware untuk aplikasi perangkat lunak, dan mengisi kesenjangan antara aplikasi dan hardware. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan SO untuk WSNs dan percobaan dari portcontikiOS untuk MSP430 mikrokontroler yang sangat populer di platform hardware untuk WSNs. Peneliti memulai dengan menghadirkan isu utama yaitu desain SO untuk WSNs. Lalu, peneliti memeriksa beberapa sistem operasi populer untuk WSNs, termasuk TinyOS, ContikiOS, dan LiteOS. Akhirnya peneliti menyajikan sebuah percobaan dari port ContikiOS untuk MSP430 mikrokontroler.

Abstract
Wireless Sensor Networks (WSNs) consist of a large number of sensor nodes, and are used for various applications such as building monitoring, environment control, wild-life habitat monitoring, forest fire detection, industry automation, military, security, and health-care. Each sensor node needs an operating system (OS) that can control the hardware, provide hardware abstraction to application software, and fill in the gap between applications and the underlying hardware. In this paper, researchers present OS for WSNs and an experiment of porting contikiOS to MSP430 microcontroller which is very popular in many hardware platforms for WSNs. Researchers begin by presenting the major issues for the design of OS for WSNs. Then, researchers examine some popular operating systems for WSNs including TinyOS, ContikiOS, and LiteOS. Finally, researchers present an experiment of porting ContikiOS to MSP430 microcontroller."
[Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Thai Nguyen University of Information and Communication Technology, Vietnam], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Rakmatullah
"Indonesia merupakan negara dengan komposisi lautan yang sangat luas dibandingkan dengan daratannya, oleh karena itu Indonesia dikenal dengan negara kepulauan dan maritim. Optimalisasi pengawasan wilayah laut pun perlu dilakukan. Penelitian ini melakukan simulasi deteksi kapal menggunakan teknologi jaringan sensor nirkabel JSN menggunakan teknik Fast Fourier Transform FFT untuk mendeteksi gelombang kapal pada sensor dan melakukan proses deteksi kapal dengan centralized based system. Centralized based system ini dilakukan secara tersentral pada perangkat lunak Processing tanpa adanya proses inisialisasi pada node-node sensor. Proses deteksi ini menghasilkan data berupa kecepatan kapal yang melewati node sensor, arah datangnya kapal, koordinat sumbu x, dan koordinat sumbu y kapal. Selain itu penelitian ini mendapat data lain berupa bentuk spektrum gelombang air akibat adanya kapal dan spektrum gelombang air laut.
Hasil penelitian presentase keberhasilan deteksi kapal bernilai 98.7 terhadap variasi jarak sensor dan 98 terhadap variasi kecepatan kapal, arah kapal 98.8, koordinat sumbu x kapal 96, dan koordinat sumbu y kapal 99.6. Spektrum frekuensi gelombang air akibat adanya kapal memiliki frekuensi kerja pada 2.5 Hz dan frekuensi kerja gelombang laut pada 1.25 Hz. Sistem tersentral ini memiliki kelebihan pada pengiriman data dari Arduino yang dapat dilihat dari nilai memori 18 dan dynamic memory 68 dari nilai maksimum.

Indonesia is a country with a vast ocean composition compared to its mainland, therefore Indonesia is known as an archipelago and maritime nation. Optimizing the supervision of marine areas also needs to be done. This research simulates ship detection using wireless sensor network technology JSN using Fast Fourier Transform FFT technique to detect ship wave on sensor and perform ship detection process with centralized based system. This detection process produces data in the form of velocity of the ship passing through the sensor node, the direction of the ship, the x axis coordinates, and the coordinates of the ship 39 s y axis.
The result of this research is the percentage of ship detection success is 98.7 to variation of sensor distance and 98 to velocity variation, ship direction 98.8, 96 x ship axis coordinate and 99.6 ship y axis coordinate. The wave frequency spectrum of water due to the ship frequency at 2.5 Hz and the working frequency of sea waves at 1.25 Hz. This system has advantages in sending data from Arduino which can be seen from the memory value of 18 and dynamic memory 68 of the maximum value.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldwin Akbar Hermanudin
"Saat ini terdapat beberapa protokol pada Application Layer yang berjalan di sistem Internet of Things. Protocol seperti MQTT, CoAP, XMPP, dan DDS memiliki arsitektur dan kinerja yang berbeda-beda. Pada jaringan sensor nirkabel yang memiliki daya rendah, bandwidth rendah dan reliabilitas yang terbatas lebih cocok menggunakan CoAP. Namun, CoAP menderita skalabilitas yang buruk jika dibandingkan dengan MQTT. Oleh sebab itu penelitian skripsi ini fokus pada implementasi CoAP Broker yang memungkinkan CoAP menggunakan arsitektur yang serupa dengan MQTT.
Penelitian ini mengimplementasi Access Gateway dan beberapa skenario skalabilitas, meliputi skenario pemantauan sensor dan pengedalian aktuator pada peternakan ayam yang memiliki kandang ayam lebih dari satu. Hasil dari penelitian ini menunjukan keberhasilan mengimplementasi CoAP Broker beserta dengan skenario yang disebutkan dengan hasil evaluasi kinerja menunjukan latency yang belum menunjukan congestion saat menangani 130 permintaan per detik dan error-rate yang baik dengan nilai yang sangat rendah antara 0.01 - 0.04.

Currently there are several Application Layer protocols running in Internet of Things system. Protocols such as MQTT, CoAP, XMPP, and DDS have different architectures and performance. For wireless sensor networks operating in low power, low bandwidth and with limited reliability, is more suitable to use CoAP. However, CoAP suffers from scalability problem which make it inferior to MQTT architecture. Therefore this research focuses on CoAP Broker implementation which enables MQTT like architecture to be implemented in CoAP.
This research aims to implement Access Gateway and several scalability scenarios, involving sensor monitoring scenarios and actuator controls on chicken farms that have more than one chicken coop. The results of this research shows the success of implementing CoAP Broker along with the mentioned scenarios with performance evaluation results show the latency which has not indicate any congestion when handling 130 requests per second and good error rate with very low value between 0.01 0.04.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Beberapa tahun terakhir, muncul teknologi telekomunikasi baru yang disebut 3G. Secara umum, penggunaan 3G di Indonesia belum meluas dan merata. Melihat perkembangan penggunaan 3G di Indonesia tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap adopsi 3G pada masyarakat Indonesia dengan mengambil populasi mahasiswa Universitas Indonesia. Pola adopsi 3G dapat diteliti berdasarkan beberapa model adopsi teknologi yang ada. Peneliti memilih Sarker?s and Wells? Framework sebagai dasar hipotesis penelitian karena model-model adaptasi teknologi yang lain seperti Technology Acceptance Model dan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology dinilai hanya menggambarkan teknologi secara umum sehingga kurang mempertimbangkan faktor-faktor khusus sehubungan dengan sifat dari 3G. Peneliti menyusun kuesioner tentang adopsi 3G dari model SEM yang dibangun berdasarkan Sarker?s and Wells? Framework, kemudian menyebarkannya pada sampel mahasiswa Universitas Indonesia. Proses penyusunan model sampai interpretasi hasil perhitungan dilakukan dengan Structural Equation Modeling. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa saat ini framework milik Sarker dan Wells yang digunakan untuk menggambarkan adopsi perangkat mobile tidak cocok diterapkan pada adopsi teknologi 3G di Indonesia dengan populasi mahasiswa Universitas Indonesia."
[Fakultas llmu Komputer UI, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ipang Prasojo
"ABSTRAK
Tesis ini adalah analisa konsumsi energi jaringan sensor nirkabel pada metode penyebaran yang berbeda dan protokol routing yang berbeda. Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) muncul dengan banyak aplikasi, karena kemajuan komunikasi nirkabel dalam skala besar. Jaringan ini digunakan untuk melayani aplikasi objek tunggal, dengan persyaratan optimasi tinggi seperti penghematan daya. Masalah desain JSN adalah kompleksitas tinggi, dan membutuhkan metodologi yang kuat, termasuk dukungan simulasi. Pada tesis ini menggunakan NS2 sebagai program simulasi untuk model pengujian konsumsi energi. Pada tesis ini dibandingkan konsumsi energi pada tiga metode penyebaran yang berbeda dari JSN. Metode penyebaran ini mengacu pada topologi penyebaran. Dalam simulasi ini, disebarkan JSN dengan topologi grid, array, dan Random. Simulasi ini menggunakan jumlah node yang berbeda dari JSN untuk menunjukkan skalabilitasnya. Serta menggunakan AODV dan DSR sebagai protokol routing dan CBR sebagai lalu-lintas paket data. Setelah itu, membandingkan konsumsi energi yang dikonsumsi oleh jaringan tersebut. Berdasarkan hasil simulasi, topologi penyebaran random dengan protokol routing DSR adalah topologi terendah dengan konsumsi energinya 7.02% dibanding grid-DSR 7,34% dan array-DSR 7,99%, array-AODV 18,64% dibanding grid-AODV 27,30% dan random-AODV 31,71%. Kombinasi topologi penyebaran random dengan protokol routing DSR konsumsi energinya paling sedikit.

ABSTRACT
This thesis is analysis of energy consumption the wireless sensor network at different deployment methods and different routing protocol. Wireless Sensor Networks (WSN) is emerging with many applications, because of the advances in large scale wireless communications. These networks are deployed to serve single objective application, with high optimization requirements such as power saving. The WSN design problem is of high complexity, and requires robust methodologies, including simulation support. This tesis uses NS2 as simulation program for the energy consumption testing model. In this tesis compare the energy consumption on three different deployment methods of WSN. These deployment methods refer to topology deployment. In this simulation, deployed WSN on grid, array, and random topology. This simulation uses a different numbers of WSN nodes for showing the scalability. And using AODV and DSR as routing protocol and CBR as the data packet traffic. After that, compare the energy consumption that consume by that network. Based on simulation result, the random deployment topology with DSR routing protocol is the topology of the lowest energy consumption of 7.02% than grid-DSR 7.34% and array-DSR 7.99%; array-AODV 18.64%, grid-AODV 27.30% and random-AODV 31.71%. The combination of random deployment topology with DSR routing protocol energy consumption at least."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Bachtiar
"Wireless Sensor Network (WSN) adalah jaringan yang terdiri dari kumpulan node sensor berukuran kecil yang berfungsi untuk memantau dan mengirimkan data ke base station (BS). WSN menawarkan berbagai keunggulan seperti biaya yang rendah dan instalasi yang mudah. Namun, keterbatasan energi pada setiap node sensor menyebabkan masa operasionalnya menjadi terbatas. Keterbatasan ini semakin signifikan pada aplikasi di lingkungan yang sulit dijangkau karena penggantian atau pengisian ulang energi tidak dapat dilakukan dengan mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan efisiensi energi untuk memastikan WSN dapat beroperasi secara optimal dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini mengusulkan protokol clustering dan routing menggunakan algoritma tuna swarm optimization dan hybrid multi-hop routing (TSO-HMR) untuk mengoptimalkan efisiensi energi dan memperpanjang network lifetime. Algoritma tuna swarm optimization (TSO) digunakan untuk mengoptimalkan klaster jaringan dengan mengevaluasi rata-rata dan standar deviasi jarak antara node sensor dan pusat klasternya sehingga jarak komunikasi dalam klaster berkurang dan konsumsi energi menjadi lebih efisien. Sementara itu, pemilihan cluster head (CH) dilakukan secara adaptif dengan mengevaluasi energi residu node sensor, jarak ke base station (BS), dan jarak node sensor dalam klaster. Skema hybrid multi-hop routing dirancang untuk memilih jalur komunikasi yang optimal untuk mengurangi energi yang dikonsumsi dalam proses komunikasi antara CH dan BS dengan CH dapat mengirimkan data langsung ke BS atau melalui CH lain yang bertindak sebagai relay dengan memenuhi persyaratan seperi energi residu tersisa, jarak antara relay dengan BS dan CH, serta jarak antara CH dengan BS. Hasil simulasi menunjukkan bahwa TSO-HMR meningkatkan efisiensi energi secara signifikan, yaitu dengan meningkatnya network lifetime sebesar 94.1% dibandingkan penelitian sebelumnya, yaitu tuna swarm optimization and fuzzy logic control (TSFC). Penelitian ini menunjukkan potensi TSO-HMR sebagai solusi yang andal untuk mengatasi keterbatasan energi dalam WSN, khususnya pada aplikasi yang membutuhkan kinerja jaringan dengan masa operasional yang panjang.

Wireless Sensor Network (WSN) consists of numerous small-scale sensor nodes deployed to monitor environmental parameters and transmit data to a base station (BS). Despite their advantages, including cost-effectiveness and ease of deployment, WSNs face a critical limitation in the form of constrained energy resources at each sensor node, which significantly affects the operational lifetime of the network. This limitation becomes particularly challenging in inaccessible environments, where replacing or recharging batteries is impractical. Consequently, optimizing energy consumption is paramount to ensure prolonged and reliable network operation. This study introduces a novel clustering and routing protocol, termed tuna swarm optimization and hybrid multi-hop routing (TSO-HMR), designed to enhance energy efficiency and extend network lifetime. The tuna swarm optimization (TSO) algorithm is employed to optimize cluster formation by minimizing the average and standard deviation of distances between nodes and their respective cluster centers. This approach improves the compactness of cluster structures, reducing intra-cluster communication distances and energy consumption. Furthermore, the selection of cluster heads (CHs) is performed adaptively using a fitness function that evaluates three critical parameters: the residual energy of sensor nodes, their distances to the BS, and the intra-cluster distances. To further reduce energy consumption during data transmission, a hybrid multi-hop routing scheme is incorporated. This scheme enables CHs to transmit data either directly to the BS or through other CHs acting as relays. The relay selection process is governed by multiple criteria, including residual energy, the distance between the relay and both the BS and transmitting CH, as well as the distance between the transmitting CH and the BS. This dual-mode routing mechanism ensures optimal energy utilization across the network. Simulation results demonstrate that the TSO-HMR protocol achieves substantial improvements in energy efficiency, with a 94.1% increase in network lifetime compared to the baseline protocol, tuna swarm optimization and fuzzy logic control (TSFC). This research highlights the potential of TSO-HMR as a robust solution for addressing energy constraints in WSNs, particularly in scenarios demanding prolonged operational performance. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aradea Haikal Ikhwan
"k Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Wireless Sensor Networks (WSN) terdiri dari node sensor yang tersebar dalam area monitoring untuk mengumpulkan dan mengirimkan data. Namun, keterbatasan energi pada node sensor menjadi tantangan utama dalam memperpanjang network lifetime. Ketergantungan pada baterai sebagai sumber daya menyebabkan node sensor mudah mengalami kehabisan energi, yang pada akhirnya memengaruhi kinerja jaringan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang efektif untuk mengurangi konsumsi energi dan menyeimbangkan distribusi beban dalam jaringan sensor. Penelitian ini mengusulkan protokol Single-Hop Clustering Routing berbasis Tuna Swarm Optimization (TSO) dan Gravitational Search Algorithm (GSA). Algoritma TSO digunakan untuk membentuk cluster secara optimal dengan meminimalkan jarak komunikasi antar node dalam cluster, sedangkan GSA diterapkan untuk memilih cluster head (CH) berdasarkan faktor-faktor seperti residual energy, jarak ke base station (BS), dan jarak intracluster. Hasil simulasi menunjukkan bahwa algoritma TSO-GSA mampu meningkatkan efisiensi energi dan memperpanjang lifetime jaringan secara signifikan dibandingkan protokol referensi TSO-FC. Pada skenario utama dengan 100 node dalam area 150 × 150 m², TSO-GSA mencatat peningkatan lifetime jaringan sebesar 24.03% pada LND (1615 round dibandingkan 1302 round oleh TSO-FC). Namun, sebagai trade-off, FND pada TSO-GSA terjadi lebih awal, yaitu pada round ke-444 dibandingkan round ke-902 pada TSO-FC. Di sisi lain, protokol ini mampu mempertahankan energi residu yang lebih tinggi, mencapai peningkatan sebesar 17,22% pada round ke-800 dibandingkan TSO-FC. Selain itu, algoritma TSO-GSA menunjukkan adaptabilitas yang baik terhadap perubahan kompleksitas jaringan, dengan peningkatan LND sebesar 26,7% dalam lingkungan dengan 200 node. Dalam hal performa komunikasi, protokol ini juga meningkatkan jumlah total data yang diterima BS sebesar 12,5% dibandingkan TSO-FC. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa protokol TSO-GSA dapat menjadi solusi efektif untuk mengoptimalkan efisiensi energi dan memperpanjang lifetime jaringan dalam WSN.

Wireless Sensor Networks (WSN) consist of sensor nodes distributed in a monitoring area to collect and transmit data. However, the limited energy of sensor nodes is a major challenge in extending network lifetime. Dependence on batteries as a power source causes sensor nodes to easily run out of energy, which ultimately affects network performance. Therefore, an effective approach is needed to reduce energy consumption and balance load distribution in sensor networks. This research proposes a Single-Hop Clustering Routing protocol based on Tuna Swarm Optimization (TSO) and Gravitational Search Algorithm (GSA). The TSO algorithm is used to form clusters optimally by minimizing the communication distance between nodes in the cluster, while GSA is applied to select the cluster head (CH) based on factors such as residual energy, distance to the base station (BS), and intracluster distance. Simulation results show that the TSO-GSA algorithm is able to significantly improve energy efficiency and extend network lifetime compared to the reference protocol TSO-FC. In the main scenario with 100 nodes in a 150 × 150 m² area, TSO-GSA recorded a 24.03% increase in network lifetime on LND (1615 rounds compared to 1302 rounds by TSO-FC). However, as a trade-off, FND in TSO-GSA occurs earlier, at 444th round compared to 902nd round in TSO-FC. On the other hand, this protocol is able to maintain higher residual energy, achieving an improvement of 17.22% in the 800th round compared to TSO-FC. Moreover, the TSO-GSA algorithm shows good adaptability to changes in network complexity, with a 26.7% improvement in LND in a 200-node environment. In terms of communication performance, the protocol also increases the total amount of data received by the BS by 12.5% compared to TSO-FC. With these advantages, this study concludes that the TSO-GSA protocol can be an effective solution to optimize energy efficiency and extend network lifetime in WSNs. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>