Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 242515 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Jekson
"Sektor industri makanan dan minuman banyak menyerap tenaga kerja, demikian juga dengan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian dalam lima tahun terakhir belum diketahui secara akurat peran investasi dalam menciptakan Nilai Tambah Bruto (NTB) dan komponen-komponennya serta Penyerapan Tenaga Kerja. Permasalahan yang akan analisis berapa besar peran investasi sektor industri makanan dan minuman dalam menciptakan 1) NTB 2) komponen-komponen NTB 3) penyerapan tenaga kerja 4) import content 5) berapa besar backward lingkage dan forward lingkage. Metode dan data diolah dengan analisis I-O 66 sektor tahun dasar 2010. Investasi di sektor industri makanan dan minuman periode 2007-2012 ratarata sebesar Rp 14.177.418,- juta, terbukti dapat memenciptakan NTB riil sebesar Rp 5.814.671,- atau NTB nominal sebesar Rp 6.242.662,- juta. Elastisitas investasi terhadap NTB sebesar 1,82, surplus usaha sebesar Rp 3.458.153,- juta, upah tenaga kerja sebesar Rp 1.962.009,- juta, pajak tak langsung sebesar Rp 385.902,- juta dan penyusutan sebesar Rp 436.598,-,- juta serta penyerapan tenaga kerja sebanyak 56.347 orang per tahun. Elastisitas penyerapan tenaga kerja sebesar 1,03. Import content di sektor bersangkutan sebesar 5,9% dan indeks daya penyebaran sektor bersangkutan sebesar 1,3 serta indeks derajat kepekaan sebesar 1 (satu) artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan cukup besar mendorong sektor hulunya dan meningkatkan pertumbuhan output sektor hilirnya. Peran investasi disektor industri makanan dan minuman berkontribusi besar terhadap pendapatan nasional dan keternakerjaan, yang berimplikasi cukup baik pada ketahanan nasional. Tetapi import content yang cukup besar bila tidak dicermati dapat memperlemah ketahanan nasional.

The sector of food and beverage industry absorb more labors and contribute to economic growth. In last five years, there were no researchs yet about the role of investment in creating gross value added (GVA) as well as labor absorption. The research question are : (1) How much rupiahs were the effect on invesment in the food and beverage industrial sector on gross value added (GVA) and its components, (2) How many labors were absorbed in the sector due to investment in this sector. The methods used in this research was I-O data analysis, 66 sectors and the year 2010 as the base year. The result shows: (1) In the periode 2007?2012 investment the sector of food and beverages created real GVA Rp 5,814,671 million per year, with elasticity 1.82. (2). Labor absorbtion due to investment in those sector were 56,347 per year, with elasticity 1.03 The role of investment in food and beverage industrial sector gave high contribution toward national income dan employment, which have good implication on national defence. While, high import content if no observed can weaken national defence."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luhur Selo Baskoro
"Penelitian ini mempelajari faktor-faktor penentu arus masuk FDI di sektor manufaktur di Indonesia, dan memusatkan perhatian pada pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap arus masuk FDI. Studi ini menggunakan data dari 19 industri di sektor manufaktur Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan 2014 dengan menggunakan metode Random Effects. Analisis empiris menunjukkan bahwa produktivitas kerja, upah, dan ekspor telah menjadi faktor signifikan yang mempengaruhi investasi asing langsung di industri ini selama periode penelitian, dimana variable-variabel ini berhubungan positif dengan masuknya FDI. Analisis lebih lanjut dengan menggunakan dummy variable juga menunjukkan bahwa arus masuk FDI di sektor ini cenderung menargetkan industri yang tidak tergolong industri padat karya. Industri jenis ini biasanya memerlukan ketrampilan tenaga kerja yang lebih tinggi dan tingkat teknologi yang lebih rumit, sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa metode alokasi FDI perusahaan asing di industri-industri tersebut cenderung meningkatkan modal dibanding mempekerjakan lebih banyak sumber daya manusia. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendasari pendekatan yang berbeda untuk meningkatkan setiap variabel berdasarkan intensitas faktor produksi industri. Untuk industri padat karya, strategi utama untuk menarik FDI adalah meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, program magang, dan sertifikasi pekerja. Pemerintah juga perlu mendorong pengembangan industri kecil melalui dukungan finansial dan teknis. Di sisi lain, peningkatan produktivitas tenaga kerja di industri bukan padat karya dapat dicapai dengan memperbaiki iklim penelitian dan pengembangan tehnologi, dan menjaga kualitas tenaga kerja melalui peraturan perlindungan kesehatan dan sosial.

This paper investigates the determinants of FDI inflow in Indonesian manufacturing sector, and focusing on the effect of labor productivity on FDI inflow. This study employs the data from 19 industries within Indonesian manufacturing sector from 2001 to 2014 using Random Effects method. The empirical analysis shows that labor productivity, wages, and export have become significant factors that affect foreign direct investment in manufacturing industries during the period of the research. These variables are positively related to FDI inflow. Further analysis using dummy variable also suggests that FDI inflow in this sector tends to target non labor intensive industries rather than labor intensive industries. Non labor intensive industries typically require higher labor skill and higher level of technology, thus creating higher labor productivity. This indicates the method of foreign firms rsquo FDI allocation in the industries which was to increase capital rather than to employ a larger number of workers. Thus, this particular finding generates different approaches to improve each variable based on production factor intensities of the industries. For the labor intensive industries, the main strategy to attract FDI is to increase labor quality through improvement in education, training, internship program, and worker certification. The government also needs to encourage the development of small industries through financial and technical supports. On the other hand, improvement in labor productivity in non labor intensive industries can be attained by improving research and development climate, and maintaining the quality of labor through health and social protection regulation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darma Rika Swaramarinda
"Tesis ini menganalisis mengenai produktivitas tenaga kerja yang dimodelkan sebagai variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu investasi asing iangsung pada sektor industri pengolahan dan variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan data panel pada sektor industri pengolahan di Indonesia. Panel data digunakan untuk 9 sub-sektor industri pada sektor industri pengolahan tahun 1993-2005. Model estimasi yang digunakan adalah random effect model. Analisis dilakukan dengan menggunakan panel data dengan random effect pada setiap subsektor industri pengolahan. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) investasi asing langsung pada industri berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja, (2) Variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan juga berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.

This paper analyze about labor productivity is modeled as dependent variable on the degree of foreign direct investment in the manufacturing industry and other variables, namely capital intensity and firm size. This research uses a panel data in the Indonesian manufacturing industry sectors. A panel data set is used for 9 subsectors of the manufacturing industry during 1993-2005. The estimation model is used random effect model. The analysis uses the panel data analysis with random effect in those sulrsectors. Results of this research are; (1) foreign direct investment in the industry have a positive impact on labor productivity. (2) other variables, namely capital intensity and finn size also have a positive impact on labor productivity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Nurcahyo Agung Wibowo
"Aglomerasi, konsentrasi spasial industri di suatu lokasi, dipercaya dapat meningkatkan produktivitas karena eksternalitas positif yang timbul darinya seperti limpahan informasi dan pengetahuan (knowledge spillover), input sharing, dan labor pooling. Penelitian ini mengkaji pengaruh aglomerasi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) terhadap produktivitas tenaga kerja. Efek aglomerasi diukur menggunakan output dan kepadatan tenaga kerja. Dengan menggunakan data panel dari 44 kota dan kabupaten di seluruh wilayah metropolitan di Indonesia dari 2009-2004, penelitian ini menunjukkan bahwa aglomerasi bersifat sebagai pedang bermata dua. Dalam hal share output, aglomerasi secara positif berkontribusi terhadap produktivitas tenaga kerja. Di sisi lain, dalam hal kepadatan tenaga kerja, aglomerasi menghasilkan dampak negatif pada produktivitas. Temuan-temuan ini mengindikasikan bahwa pemerintah harus memperluas klaster industri di daerah-daerah dengan tingkat populasi penduduk yang rendah, terutama di luar pulau Jawa, dengan menyediakan infrastruktur dasar seperti listrik, pelabuhan, dan jalan, sehingga pembangunan ini menciptakan kondisi ekonomi yang menguntungkan untuk investasi dan pengembangan industri daerah tersebut.

Agglomeration, the spatial concentration of industries in certain location, has been argued to improve productivity since it could provide positive externalities such as knowledge spillover, input sharing, and labor pooling. This paper examines the effect of large and medium manufacturing industry (LMI) agglomeration on labor productivity. Measuring the output and labor density as agglomeration effect by using 2009-2014 municipal panel data from 44 cities and regions across the metropolitan areas of Indonesia, this study shows that agglomeration is a double-edged sword. In terms of output share, agglomeration positively contributes to labor productivity. On the other hand, in terms of labor density, agglomeration results in a negative impact on productivity. These findings suggest the government should expand industrial clusters in less densely populated areas, especially outside the island of Java, by providing basic infrastructures such as electricity, ports, and roads, so that this development creates favorable economic conditions for investment and industrial development in such areas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2018
T52002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Syafitri
"Tenaga kerja merupakan penyumbang panting dalam pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi berarti peningkatan pendapatan perkapita, yang secara langsung disebabkan oleh pertumbuhan produktifitas tenaga kerja. Produktifitas tenaga kerja merupakan gambaran mutu modal manusia, karena rnenunjukkan sejumlah output yang dapat dihasilkan oleh seorang individu dalam suatu proses produksi. Menurut McConnel dan Brue (1995), produktifitas tenaga kerja didefmisikan sebagai rasio antara output yang dihasilkan oleh individu dengan jarn kerja yang digunakan untuk memperoleh upah tersebut.
Studi ini ditujukan untuk menjelaskan produktifitas tenaga kerja di sektor manufaktur dengan melihat faktor faktor penentu produktifitasnya. Dengan menggunakan data cross section pada kelompok industri besar sedang tahun 1996, hasil estirasi model pada studi ini membuktikan positifnya peran pendidikan tinggi dan menengah dalam menentukan produktifitas tenaga kerja di sektor inanufaktur, dan negatifnya peran pendidikan yang lebih rendah. Tetapi studi ini tidak dapat rnenunjukkan peran tenaga kerja wanita dalam peningkatan produktifitas. Banyaknya tenaga kerja wanita justru akan menurunkan produktifitas dan menurunkan upah yang dibayarkan industri kepada pekerja.
Studi ini memperkuat eksistensi teori human kapital Nelson-Phelps(1966), Lucas (1998) dan Aghion dan Howitt(1998). Namun studi ini juga tidak dapat membuktikan terjadinya diskriminasi upah pada tenaga kerja wanita, sebagaimana dikemukakan oleh Byron dan Takahashi (1989) maupun Hansen dan Wahlberg (1997). Hasil studi ini merekomendasikan peningkatan investasi atau alokasi dana pendidikan yang berorientasi kepada penciptaan tenaga kerja berbasis keahlian untuk menunjang produktifitas di sektor manufaktur."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Aji Ariwanto
"Produktivitas faktor total (Total Factor Productivity/TFP) dan produktivitas faktor tunggal (Single Factor Produktivity/SFP) diyakini sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat produktivitas. Masing-masing metode pengukuran memiliki keunggulan tersendiri yang tergantung pada tujuan pengukuran dan ketersediaan sumber-sumber pendukung yang diperlukan untuk melakukan pengukuran tersebut. Studi empiris menunjukkan bahwa kinerja ekonomi suatu negara dapat diukur melalui metode tersebut. Ekonomi Indonesia yang terdiri dari 11 sektor telah menunjukkan pertumbuhan yang positif dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Di antara 11 sektor tersebut terdapat beberapa sektor yang memliki kontribusi terbesar di dalam PDB nasional. Sektor-sektor tersebut antara lain sektor manufaktur, sektor pertanian dan sektor perdagangan. Namun demikian, PDB nasional juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar 11 sektor tersebut.
Salah satu faktor pendukung tingkat produktivitas suatu ekonomi adalah ketersediaan infrastruktur. Oleh karena itu, tesis ini akan menganalisis peranan infrastruktur terhadap produktivitas di sektor manufaktur di Indonesia serta menganalisis jenis infrastruktur apa yang memberikan kontribusi signifikan dalam produktivitas. Tesis ini akan mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja sebagai salah satu bentuk dari produktivitas faktor tunggal/SFP.
Untuk mengetahui sejauh mana peranan infrastruktur dalam produktivitas sektor manufaktur di Indonesia selama kurun waktu 2000-2009, pendugaan dilakukan dengan menggunakan satu set data panel yang mencakup semua provinsi. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa metode terbaik untuk mengestimasi model adalah dengan metode Efek Acak (Random Effect). Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa semua variabel yang diamati menunjukkan tanda positif walaupun beberapa variabel tidak signifikan. Analisis dalam level provinsi juga dilakukan untuk menguji apakah kondisi geografis juga berpengaruh terhadap produktivitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode 2000 hingga 2009, produktivitas tenaga kerja di sektor manufaktur di Indonesia telah menunjukkan hubungan positif dan signifikan terhadap infrastruktur. Dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas tenaga kerja di sektor manufaktur di Indonesia dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki peranan yang paling dominan dalam menentukan tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor manufaktur. Dalam tataran kebijakan, pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan dan meningkatkan ketersediaan infrastruktur di seluruh provinsi terutama yang terkait dengan sektor manufaktur. Upaya tersebut tidak hanya sebatas perbaikan dan peningkatan dalam hal kuantitas dan kualitas infrastruktur, tetapi juga meningkatkan penyediaan infrastruktur secara lebih merata. Dengan demikian, melalui efek pengganda (multiplier effect), tingkat kesejahteraan secara keseluruhan dapat ditingkatkan.

Both SFP and TFP are believed as tools to measure productivity. This means that those measurements can be used to assess economic performance. However, each measurement has its own superiority, which relies on the purposes and the availability of sources to calculate it. Indonesia’s economy which consists of 11 sectors shows a positive growth in around last 10 years. Those sectors are manufacturing sector, agriculture sector and trade sector. Among those sectors, there are several sectors having bigger share on national GDP compare to the rest. However, the magnitude of each sector share in GDP is not solely determined by the sector itself, but it also influenced by other factors.
One believed as the supporting factor is infrastructure. Therefore, this paper will examine the role of infrastructure on the productivity in manufacturing sector in Indonesia and analyze which kind of infrastructures that highly contributes to the productivity. The paper is measuring productivity labor productivity as one form of SFP. Based on the calculation, this paper excludes the TFP calculation as the productivity measurement due to unconvincing result.
To assess the role of infrastructures in productivityin the manufacturing sector in Indonesia during 2000-2009, by using a panel data set which includes all provinces, the estimation is conducted. The result shows that the best method to estimate the model is Random Effect method. Further analysis reveals that all of observed variables show a positive sign but some of those variables are insignificant. Province level analysis also conducted to examine whether geographical condition also have effect to productivity.
To sum up, the results signify that during the period of 2000 to 2009, labor productivity in manufacturing sector in Indonesia shows a positive and significant relation to infrastructures. It can be concluded that labor productivity in manufacturing sector in Indonesia is influenced by infrastructure provisions. Moreover, government of Indonesia should improve infrastructures provisions across provinces which related to manufacturing sector. Not only improvements in the quantity and quality of infrastructures, but also reduce the inequality and uneven infrastructure distribution. By improving the infrastructures related to manufacturing sector, it can increase welfare through multiplier effects not only for the labor but also for the society.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T35654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Sarino Rahmadi
"Negara Kepulauan Indonesia memerlukan alat transportasi laut (angkutan air) baik secara kuantitas maupun kualitas. Data menunjukkan bahwa investasi untuk angkutan air amat sedikit dibandingkan dengan kebutuhannya. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah: (1). Berapa besar dampak Investasi sektor perhubungan laut terhadap penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) (2). Berapa besar dampak Investasi sektor Perhubungan Laut dalam Penyerapan Tenaga Kerja (3). Berapa besar backward linkage dan forward linkage akibat investasi di sektor perhubungan laut.
Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Mengukur dan menganalisis dampak investasi sektor perhubungan laut terhadap penciptaan NTB. (2) Menghitung dan menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan investasi perhubungan laut dalam penyerapan tenaga kerja serta implikasinya pada Ketahanan Nasional (3) Menghitung dan menganalisis besarnya backward linkage dan forward linkage akibat investasi di sektor perhubungan laut. Metode yang digunakan adalah metode Input-Output dengan tahun dasar 2010, periode yang diteliti adalah data investasi perhubungan laut 2007-2012.
Hasil Menunjukkan Investasi di sektor perhubungan laut periode 2007-2012 dengan rata-rata: Rp 922.887 JT berdampak kepada: (1) NTB di sektor perhubungan laut dengan ratarata sebesar Rp 295.826 JT, dan Elastisitas NTB perhubungan laut rata-rata 0,86411 (2) Penciptaan tenaga kerja di sektor perhubungan laut dengan rata-rata 5.525 orang, Elastisitas tenaga kerja perhubungan laut rata-rata 0,69; implikasinya pada Ketahanan Nasional cukup baik karena banyak menyerap tenaga kerja (3) Forward Linkage dan Backward Linkage yang kuat pada sektor: Industri alat pengangkutan dan perbaikannya, Backward Linkage terkuat sektor Angkutan Darat: 1,295 dan Forward Linkage terbesar sektor Perdagangan: 2,652. Perhubungan laut (angkutan air) Backward Linkage: 1,215 dan Forward Linkage: 0,766.

The Indonesian archipelagic states require sea transport (water transport) both in quantity and quality. The data show that investment in water transport is very little compared to the needs. Existing problems in this study were: (1). How large is the impact of marine transportation sector investments towards the creation of Gross Value Added (NTB) (2). How large is the impact of investments in the sector of Sea of Manpower Absorption (3). How large is the backward linkage and forward linkage due to investment in marine transportation sector.
The study objectives were: (1) To Measure and analyze the impact of marine transportation sector investments towards the creation of NTB. (2) To Calculate and analyze the multiplier effects generated sea transportation investment in employment and its implications on National Security (3) To Calculate and analyze the magnitude of backward linkage and forward linkage due to investments in the marine transportation sector. The method used is the Input-Output method with the base year 2010, the period under study is a marine transportation investment data from 2007 to 2012.
Results Shows Investment in sea transportation sector with the period 2007-2012 average: Rp 922 887 Milion impact on: (1) NTB in sea transportation sector with an average of Rp 295 826 Milion, and Elasticity NTB average sea transportation 0.86411 (2) Creation of employment in the marine transportation sector, with an average of 5,525 people, the labor elasticity sea transportation average 0.69; implications on National Resilience is quite good because a lot of employment (3) Forward and Backward Linkage Linkage strong on sectors: transportation equipment industry and improvement, the strongest sector Backward Linkage Land Transportation: 1,295 and Forward Linkage biggest trade sector: 2.652. Sea transportation (water transport) Backward Linkage: 1.215 and Forward Linkage: 0.766.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenggogeni
"Peranan manusia pada industri konstruksi disetiap fase sangat besar, baik sebagai pihak yang memperkerjakan (employers) ataupun pihak yang dipekerjakan (employee), sehingga produktivitas pada pelaksanaan proyek konstruksi ditentukan juga oleh produktivitas tenaga kerja yang terlibat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja produktivitas tenaga kerja pada proyek konstruksi dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah faktor manajemen, faktor proyek, serta faktor tenaga kerja, dan faktor eksternal adalah faktor cuaca, politik, dan bencana alam. Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor kondisi kerja di proyek konstruksi yang merupakan bagian dari semua faktor yang mempengaruhi kinerja produktivitas tenaga kerja di proyek konstruksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kondisi kerja di proyek konstruksi dan mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor kondisi kerja tersebut terhadap kinerja produktivitas tenaga kerja pada tahap pelaksanaan pekerjaan struktur atas proyek konstruksi gedung di Jakarta dan sekitarnya. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada kontraktor-kontraktor di Jakarta dan sekitarnya, dimana data yang terkumpul kemudian diolah dengan analisis statistik.
Dan penelitian ini didapatkan tiga faktor kondisi kerja yang paling mempengaruhi kinerja produktivitas tenaga kerja di proyek konstruksi yaitu faktor tenaga kerja, faktor proyek, dan faktor manajemen dengan variabel-variabel penentu adalah hubungan sesama pekerja, kepadatan/kesesakan lokasi, dan keterlambatan pengiriman material dari suplier. Faktor lain yang cukup berperan dalam kinerja produktivitas tenaga kerja ini, diluar variabel penentu, didefinisikan sebagai faktor ketidakcocokkan material dengan pekerjaan. Untuk meningkatkan kinerja produktivitas pada proyek konstruksi gedung di Jakarta perlu dilakukan peningkatan kondisi kerja di proyek tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Priyanto Jayadi
"Faktor produksi sering diklasifikasikan menjadi empat, yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan. Pengklasifikasian terhadap keempat faktor produksi tersebut didasarkan atas perbedaan elstisitas penawaran parsial, karakeristik yang terkandung pada setiap faktor produksi, dan imbalan yang diterima masing-masing pemilik faktor produki. Secara historis, pembedaan ini bersesuaian dengan berkembangnya bergaining position antara tiga kelompok masyarakat, kapitalis, tuan-tuan tanah dan buruh (tenaga kerja). Kekuatan pasarlah yang kemudian menentukan berapa besar imbalan yang akan diterima masing-masing. Tenaga kerja akan mendapatkan upah, tuan tanah mendapatkan sewa tanah, pemilik modal mendapatkan tingkat bunga.
Pandangan ekonomi kapitalis terhadap tenaga kerja tidak terlepas dari konsep faktor produksi atau input. Perkembangan iklim usaha menuntut adanya penyesuaian perlakuan terhadap tenaga kerja. Pada awalnya ada kecenderungan tenaga kerja dianggap sebagai suatu faktor produksi lainnya yang memberikan kontribusi relatif tetap terhadap produksi. Pandangan ini yang menghasilkan sistem pengupahan tetap terhadap tenaga kerja sebagaimana input tanah mendapatakan sewa tetap dan modal mendapatkan bunga.
Adanya ketidakstabilan sifat dan karakter tenaga kerja, mendorong perusahaan untuk memberikan perlakuan lain terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dsb) sehingga perusahaan memandang tenaga kerja sebagai suatu investasi.
Pandangan mainstream economy terhadap permintaan tenaga kerja adalah sebagaimana permintaan terhadap faktor produksinya, dianggap sebagai permintaan turunan (derived demand), yaitu penurunan dari fungsi perusahaan. Meskipun fungsi perusahaan cukup bervariasi, meliputi memaksimumkan keuntungan, memaksimumkan penjualan atau - perilaku untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, namun maksimisasi keuntungan sering dijadikan dasar analisis dalam menentukan penggunaan tenaga kerja.
Dengan pertimbangan tersebut (maksimisasi keuntungan), dan dengan asumsi perusaha beroperasi dalam sistem pasar persaingan, maka perusahaan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja (Value Marginal Product of Labor, VMPL) VMPL menunjukkan tingkat upah maksimum yang mau dibayarkan oleh perusahaan agar keuntungan perusahaan maksimum.
Beberapa indikator yang diduga mempunyai hubungan yang erat dengan struktur upah adalah jumlah pekerja, nilai tambah, tingkat pendidikan, pasar yang akan dituju apakah domestik atau iuar negeri, serta kepemilikan perusahaan. Indikator-indikator di atas akan dianalisis menggunakan metode regresi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan masing-masing indikator dengan upah yang diterima di tiap masing-masing kelompok lapangan usaha. Lebih lanjut juga akan dianalisa mengapa struktur upah yang diterima pekerja berbeda di masing-masing kelompok usaha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisa Sudari
"Latar belakang kebudayaan merupakan salah satu faktor yang sulit diukur dalam produktivitas dimana mengetahui produktivitas sangat penting untuk mengetahui profitabilitas sebuah perusahaan. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan produktivitas pekerjaan pasangan bata ringan dan plesteran bata ringan antara tenaga kerja yang berbeda latar belakang kebudayaan suku dalam dua proyek konstruksi hotel yang berbeda dengan menggunakan metode time study.
Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja Suku X lebih produktif 17 untuk kepala tukang dan mandor 18 untuk tukang dan 10 untuk pekerja dalam produktivitas pemasangan bata ringan dibandngkan Suku Y Suku X juga lebih produktif 15 untuk mandor dan kepala tukang dan 3 untuk tukang dan knek dalam produktivitas plesteran bata ringan dibandingkan dengan Suku Y.

Labor Productivity is really important in measuring the performance and to increase its profitability One of the Culture background is one of a factor which is very difficult to be measured related to productivity where knowing productivity is very important to determine the profitability of a company. The purpose of this research is to compare the productivity of the group of labor with different cultural background the sample of this research are the labors who are working on light brick installation and light brick cement in two different hotel construction project. The method of this research is using Time Study.
The results show that the labor with variable X is 17 more productive for chief labor and co chief labor 18 for labor and 10 for worker for light brick installation labor group in comparison to Group Y However for light brick cement labor group the results show that labor with variable X is 15 more productive for chief labor and co chief labor and 3 for labor and worker also in comparison to Group Y.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>