Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arsi Widiandari
"Penelitian ini berfokus pada fenomena shoushika atau penurunan jumlah kelahiran anak yang terjadi di Jepang dengan melihat sudut pandang besarnya pengeluaran yang dibutuhkan untuk membesarkan anak. Penelitian ini mengambil sumber data dari beberapa data statistik yang sebelumnya telah diterbitkan oleh pemerintah Jepang, seperti Family Income and Expenditure Survey dan National Institute of Population and Social Security Research.
Masyarakat Jepang saat ini umumnya menunda untuk memiliki anak dan memilih untuk memiliki anak dengan jumlah yang sedikit, hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang menurunnya jumlah kelahiran. Penelitian ini menunjukkan bahwa biaya yang tinggi dalam membesarkan anak dan pendidikannya adalah salah satu alasan menurunnya jumlah kelahiran.

The focus of this study is the shoushika phenomenon or decrease in the number of births that occurred in Japan from the perspective economic household in raising children. The research data was collected from several sources of statistical data published by the Japanese government, Family Income and Expenditure Survey, and National Institute of Population and Social Security Research.
Recently the delay of childbearing of young married couple is said to reason of fertility decline. The high cost of children is said to be one of the causes of this delay. This study show that the high cost of educating and raising children is one of the causes of fertility decline in Japan.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jemima Cassandra Suryatenggara
"ABSTRAK
Salah satu industri rekreasi terbesar di Jepang terletak pada industri rekreasi hobi yaitu pada industri budaya popular Jepang atau yang biasa disebut Japanese popular culture yang telah berhasil menarik perhatian masyarakat internasional Berbagai jenis budaya populer Jepang ini dapat dinikmati oleh konsumen di Jepang maupun di luar Jepang melalui berbagai macam media mulai dari media cetak radio televisi CD DVD hingga yang terkini yaitu melalui internet Salah satu dari beberapa jenis situs yang populer di internet adalah situs video sharing Di Jepang situs video sharing yang populer sejak beberapa tahun terakhir adalah situs Nico Nico Douga Penulis ingin meneliti apa yang ada di balik situs Nico Nico Douga selain sebagai sarana rekreasi Bagaimana jika sarana rekreasi ini tidak lagi hanya menjadi upaya revitalisasi tubuh dan jiwa dengan cara ldquo menjauh rdquo sementara dari aktivitas rutin dalam kehidupan sehari hari namun justru menjadi ldquo realitas baru rdquo tempat ldquo melarikan diri rdquo dari kehidupan sehari hari Dengan pertanyaan tersebut penulis berharap dapat menemukan dan menganalisis fenomena hyperreality di Jepang diamati melalui situs Nico Nico Douga

ABSTRACT
One of the largest leisure industries in Japan lies in the hobby industry which is Japanese popular culture industry that has managed to attract the attention of the international people Various types of Japanese popular culture can be enjoyed by consumers in Japan and outside Japan through varieties of media ranging from print radio television CD DVD and the latest is through the internet One of the few types of sites that are popular on the internet is video sharing site In Japan a popular video sharing site since the last few years is Nico Nico Douga The author would like to examine what is behind Nico Nico Douga that makes it more than a recreation What if the recreational vehicle is no longer just an attempt at revitalizing the body and soul to ldquo be away for a while from routine activities in daily life but it becomes a new reality to escape from everyday life With this question the author hope to find and analyze the phenomenon of hyperreality in Japan observed through Nico Nico Douga "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranny Rastati
"Jepang merupakan salah satu bangsa yang mengenal budaya pemberian yang disebut zoutou bunka. Ada berbagai kesempatan untuk saling tukar-menukar pemberian salah satunya adalah pada saat ulang tahun, khususnya ulang tahun anak-anak. Salah satu elemen penting dalam budaya pemberian adalah seni membungkus hadiah yang disebut rappingu. Selain kertas dan pita, warna memegang peranan penting dalam seni membungkus hadiah.
Warna dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu warna maskulin dan feminin. Warna maskulin diperuntukkan bagi anak laki-laki, sedangkan warna feminin diperuntukkan bagi anak perempuan. Adanya pembedaan warna menjadi warna maskulin dan feminin ditentukan oleh konvensi sosial yang diwariskan secara turun-temurun. Warna pun memiliki dua buah makna, yaitu makna simbolis yang dekat dengan alam dan warna psikologis yang merupakan asosiasi psikologis yang ditentukan oleh kesepakatan masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengutamakan kedalaman pemahaman terhadap hubungan antar konsep yang diuraikan secara deskriptif analisis. Sumber data yang dipakai berasal dari buku Quick and Easy Enchanting Gifts Wrapping tahun 2004 oleh Yoshiko Hase dan buku Rappingu to Ka-do tahun 2007 oleh Marie Takeda.
Berdasarkan analisis yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat menimbulkan pembedaan penggunaan warna pada hadiah ulang tahun anak-anak. Selain itu, makna yang dikandung dalam warna pun dapat digunakan untuk menyampaikan rasa dari si pemberi kepada si penerima.

Japanese is one of the nation that having the knowledge of gift and giving culture that it called zoutou bunka. There are many occasion for gift and giving in Japan, one of them is birthday, especially children's birthday. One of the important element in Japanese gift and giving culture is the art of wrapping gifts that called rappingu. Besides paper and ribbon, color is one of the important elements for the art of wrapping gifts.
Color can be classified as two, that is masculine color and feminine color. Masculine colors are for boys and feminine colors are for girls. The differences definite by social consensus generation by generation. Color have two meanings, that is symbolical meaning, is the similarity color with the nature, and psychological meaning, is psychological association by society consensus.
This is a study that using a descriptive analysis method. This method describes the facts then continued to analyze the data. The source of data from Quick and Easy Enchanting Gifts Wrapping year 2004 by Yoshiko Hase and Rappingu to Ka-do year 2007 by Marie Takeda.
After analyzing the data it can conclude that sex can emerge the differences of using colors in children birthday gifts. Also, the color meaning can be using to deliver feel from a giver to a receiver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13885
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Felicidad
"Skripsi ini membahas fungsi pembagian peran suami istri berdasarkan gender dalam rumah tangga pada masa pertumbuhan ekonomi pesat 1955-1973. Penulis memilih masa ini sebagai masalah penelitian karena pada masa itulah pembagian peran dalam rumah tangga menyebar di masyarakat Jepang. Pembagian peran yang dimaksud adalah suami sebagai pencari nafkah dan istri sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembagian peran suami istri dalam rumah tangga bersifat fungsional terhadap manajemen ala Jepang yang diterapkan dalam perusahaan Jepang. Manajemen ala Jepang tersebut menopang pertumbuhan ekonomi pada saat itu.

The focus of this study is division of labor by gender in Japanese family between husband and wife during the period of rapid economic growth (1955-1973). One of the factors of rapid economic growth was the Japanese management system. The meaning of division of labor in this mini thesis is husband goes to works as employee and wife works as homemaker. The data were collected by literature study. The purpose of this study is to analyze the function of divison of labor at home to the Japanese management system and how this division of labor correlated with rapid economic growth"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi Tripratiwi
"Skripsi ini membahas tentang mono no aware, sebagai salah satu ciri khas pemikiran Kokugaku di Jepang. Mono no aware adalah bentuk ekspresi manusia yang terdalam. Secara harafiah, mono no aware berarti tergugah oleh sesuatu. Kokugaku sendiri merupakan sebuah pergerakan yang dilakukan oleh para cendikiawan Kokugaku (Kokugakusha) yang menolak pengaruh pemikiran asing ke Jepang dan mencari pemikiran Jepang yang sebenarnya. Dalam pencarian bagaimana Jepang yang asli, para Kokugakusha mencari lebih dalam tentang masa Jepang sebelum masuknya pengaruh asing dengan kodōron atau teori purbakala melalui penelaahan karya-karya sastra klasik Jepang. Penelitian dengan cara seperti ini dilakukan oleh Motoori Norinaga dan lain-lain.

This thesis discusses mono no aware, as one characteristic of Kokugaku ideas in Japan. Mono no aware is the deepest form of human expression. Literally, mono no aware means moved by something. Kokugaku itself is a movement by the Kokugaku's scholars (Kokugakusha) that resist the influence of foreign ideas to Japan and search for real Japanese ideas. In the searching of how is the real Japan, the Kokugakusha looked deeper into era of Japan before the foreign influences by using kodōron or ancient way theory through the study of ancient works of classical Japanese literature. This kind of research is done by Motoori Norinaga and others."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yofiandhy Dwi Indrayana
"Skripsi ini membahas makna-makna jenis homekotoba dalam bahasa Jepang. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan penggunaan homekotoba dalam kehidupan sehari-hari yang ditemukan dalam drama Hanawake no Yon Shimai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami perbedaan antar jenis-jenis penggunaan homekotoba tersebut sehingga dapat membantu penutur asing bahasa Jepang dalam berkomunikasi dengan penutur jati bahasa Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis homekotoba dapat dilihat melalui komponen makna, implikasi, dan untuk siapa homekotoba tersebut diucapkan. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif berdasarkan teori dan ditulis dengan metode penulisan deskriptif analisis.

The purpose of this research is to make a significance definition on homekotoba’s types. This research analyze the difference of these types by comparing in their daily usage which is found in the drama called Hanawake no Yon Shimai so that foreigners who learns Japanese can have a clear understanding in these homekotoba. The result of this research is showing that the types of homekotoba can be seen in their meaning component, implication, and who’s the recipient of that homekotoba. This is a qualitative research that written in analytic description method."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Yulihana
"Penelitian ini menganalisis bentuk direktif bahasa Jepang langsung dan tidak langsung yang terjadi di perusahaan Jepang, yang diamati dari drama Hanzawa Naoki secara kualitatif yang didasari oleh tindak tutur tidak langsung Searle, batasan dari skala ketidaklangsungan Takahashi, dan dihubungkan dengan konsep Ie dan unsur-unsur sosial yang terkandung di dalamnya. Hasil menunjukkan bahwa pada perusahaan Jepang, direktif langsung lebih banyak digunakan daripada direktif tidak langsung. Akan tetapi karena dilatari oleh sistem sosial Ie, seorang subordinat tidak seperti superior, tidak memiliki bermacam pilihan pola direktif langsung untuk digunakan terhadap superior.

The focus of this study is Japanese directive forms, both direct and indirect that take place in workplaces in Japan, observed qualitatively from Japanese drama Hanzawa Naoki using Searle’s indirect speech act as the main reference, Takahashi's indirectness scale, and the concept of Ieincludes social norms consist in the concept of Ie. The result shows that in workplace in Japan direct directive is used more frequent than indirect directive. However, because of the social system of Ie, a subordinate cannot be like an superior, he/she doesn't have any direct directive form option except Ie kudasai to be expressed to his/her superior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Carolina Marion
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai fenomena penggunaan yakushokumeishoo dan keigo sebagai bagian dari kerangka honorifics yang dilihat dengan konsep power distance dalam komunikasi di perusahaan Jepang. Keigo yang dimaksud adalah penuturan bahasa sopan, atau bahasa hormat, sedangkan honorifics adalah dalam arti luas, merupakan suatu sistem komunikasi bahasa yang bermakna sopan, hormat dan merendahkan diri. Penulis membatasi penelitian pada pembahasan mengenai fenomena penggunaan Yakushokumeishoo dan Keigo sebagai bagian dari kerangka honorifics yang dilihat dengan konsep power distance dalam komunikasi di perusahaan Jepang, oleh karyawan perusahaan Jepang di daerah Kansai, Jepang.
Dari kuisioner dan wawancara didapatkan hasil bahwa bentuk sapaan yang digunakan oleh karyawan terhadap atasan ketika berkomunikasi di dalam perusahaan adalah bentuk panggilan jabatan, nama keluarga+san. Dari hasil ini menunjukkan bahwa di Jepang sudah mulai terjadi perubahan terhadap penggunaan bentuk sapaan terhadap atasan, dari sebelumnya adalah panggilan jabatan, sekarang muncul panggilan biasa yaitu “-san”. Bentuk panggilan ini tidak berpengaruh terhadap jauh dekatnya jarak emosional dari bawahan terhadap atasan. Karyawan Jepang bisa menyampaikan pendapat dan ketidaksetujuan meskipun menggunakan panggilan jabatan. Sebaliknya ada pula responden yang menggunakan bentuk panggilan biasa yaitu nama keluarga+san namun mereka tidak bisa menyampaikan pendapat atau ketidaksetujuan terhadap atasan.

ABSTRACT
In this study, the authors will discuss about the phenomenon of the use of yakushokumeishoo and keigo, as part of the framework of honorifics that are seen with the concept of power distance in communications in the Japanese company. Keigo is a polite form in Japanese. And honorifics is in a broader sense, is a system of communication language which means polite, respectful and humble themselves. Authors restrict the discussion of research on the phenomenon of use of yakushokumeishoo and keigo as part of the framework of honorifics are seen with the concept of power distance in communication in Japanese companies, by employees of Japanese companies in the Kansai region, Japan. From questionnaires and interviews showed that the shape of address forms used by the employee to the superior when communicating in the office is address forms related with position, last name + san. This result shows that Japan have started a change to the use of address forms to the superior, from address forms related with position, now appear normal call is "-san". The shape of this address forms has no effect on emotional distance from subordinates to superiors. Japanese employees can express their opinions and disagreements despite using address forms which related with position. Instead there are also respondents who use form of the surname + san, but they could not express an opinion or disagreement to superiors."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosi Meidina
"Upacara kematian merupakan sebuah ritual yang tidak dapat dihiraukan pelaksanaannya dalam setiap bangsa, termasuk Jepang. Sejak zaman Edo, upacara kematian di Jepang mengalami berbagai perkembangan Ide dari pembentukan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan upacara kematian (sougisha 葬儀社 そうぎしゃ) muncul karena banyaknya permintaan untuk menyewa atribut dan mengatur perpindahan atau transportasi jenazah. Landasan teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu pengertian komodifikasi menurut Bagdikian. Pengertian komodifikasi tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk menganalisis proses komodifikasi yang terjadi pada upacara kematian di Jepang. Keseluruhan proses penanganan jenazah pada masa sekarang dilakukan oleh pengusaha sougisha. Upacara kematian mengalami profesionalisasi dan formalisasi yang sehingga tekanan dari proses tersebut telah mengubahnya sebuah komoditas.

Funeral ceremony is a ritual which implementation cannot be ignored in every country, including Japan. Since the era of Edo, Japanese funeral ceremony has experienced many developments. The idea of creating Japanese funeral companies emerged because of there were high demands to rent the attributes of funeral ceremony and to arrange the transportation of the deceased. In this thesis, writer uses the definition of commodification stated by Bagdikian as the basic in analyzing the commodification process that Japanese funeral has experienced. The whole process of taking care of the deceased in recent years has been done by the Japanese funeral company. Japanese funeral has been changed by the profesionalization and formalization into a commodity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13794
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Bayuningsih
"Skripsi ini berfokus pada bousouzoku dalam masyarakat Jepang yang merupakan suatu istilah yang ditujukan untuk orang-orang yang mengendarai kendaraan secara kebut-kebutan dan melanggar rambu-rambu lalu lintas. Anggota dari bousouzoku adalah para pelajar sekolah menengah yang sebagian besar di antaranya adalah mereka yang dikeluarkan dari sekolah (Sato, 1991).
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif analistis dengan melihat data kepustakaan yang dianalisis menggunakan teori youth subculture. Youth subculture atau subkultur pemuda merupakan kebudayaan cabang yang memiliki norma khas, yang berbeda dari masyarakat dominan.
Dari analisis kepustakaan diperoleh bahwa bousouzoku merupakan orang-orang yang mempunyai ketertarikan sama akan kendaraan bermotor yang kemudian diwujudkan melalui modifikasi kendaran tersebut serta melakukan aktivitas mereka sebagai anggota bousouzoku untuk menunjukkan eksistensi mereka yang membuat mereka digolongkan sebagai suatu bentuk youth subculture.

This thesis focused of bousouzoku in Japanese society which a term that pointed for people who ride vehicle quickly and break the traffic rule. The members of bousouzoku were students of high school that many of them were drop out from the school (Sato, 1991).
The method which used in this thesis was descriptive analysis method by seen literature data which analyzed by youth subculture theory. Youth subculture was a branch culture which had a specific norm, that different from dominant culture.
From literature analyzed had gotten that bousouzoku were people who had a same interest with vehicle which had showed by vehicle modification and made their activity as a member of bousouzoku for showing their existence that made them had classed as a form of youth subculture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13936
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>