Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Reza Al Hakim
"Penyakit respirasi termasuk penyebab kematian tertinggi di dunia. Namun prevalensinya pada pemukiman kumuh di Indonesia masih belum diketahui. Penelitian cross sectional kemudian dilakukan di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat dengan teknik cluster consecutive sampling pada 18-26 Januari 2012 untuk mengetahui prevalensi penyakit tersebut dan kaitannya dengan pengetahuan masyarakat, sebagai langkah awal intervensi pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian terhadap 104 responden berusia >18 tahun berdasarkan kuesioner: 1) Prevalensi penyakit respirasi sebanyak 5% terdiri dari asma (1,7%), pneumonia (0,2%), TB (2,2%) dan PPOK (0,9%) serta tidak ditemukannya hubungan tingkat pengetahuan dengan penyakit respirasi (p=0,342); 2) Terdapat 3,8% responden dengan tingkat pengetahuan baik, 41,3% cukup dan 54,8% kurang, berdasarkan pengetahuan terhadap penyakit respirasi. Kemudian tidak ditemukan hubungan karakteristik demografi usia (p=1,000), jenis kelamin (p=0,935) dan status pekerjaan (p=1,000) dengan tingkat pengetahuan; 3) Sumber informasi yang sering digunakan adalah televisi dan ditemukan korelasi bermakna antara jumlah sumber informasi dengan skor pengetahuan (p<0,05; r=0,278).
Dalam penelitian disimpulkan masih belum perlunya penyuluhan. Namun perlu ditinjau lebih lanjut hubungan pengetahuan terhadap konsistensi perilaku hidup sehat yang dapat mencegah penyakit respirasi. Selain itu juga perlu diketahui faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat pengetahuan, serta perlunya optimalisasi informasi kesehatan respirasi melalui televisi sebagai sumber informasi tersering yang digunakan.

Disease of the respiratory system is one of leading cause of death in the world. However there has not been report about this prevalence in slum neighborhood, especially in Indonesia. Cross-sectional study was conducted in slums area, Kelurahan Petamburan, Tanah Abang, Central Jakarta using cluster consecutive sampling technique on 18?26 January 2012 to know the prevalence of respiratory diseases and its association with level of knowledge as the early step to analyze the need of health education.
The results of research on 104 respondents aged >18 years old using questionnaire: 1) Prevalence of respiratory health problems as much as 5% consists of asthma (1,7%), pneumonia (0,2%), TB (2,2%), COPD (0,9%) and there is no association between level of knowledge and those prevalence; 2) There are 3,8% of the respondents with a good level of knowledge, 41,3% sufficient and 54,8% poor based on respiratory health problems. And the research found that there is no association between socio demographic such as age (p=1,000), gender (p=0,935), employment (p=1,000) and level of knowledge; 3) Frequently used source of information is through television and there is significant correlation between the number of sources information with knowledge about respiratory health problems (p<0,05; r=0,278).
In the study, it was concluded that health education was not yet needed. But the influence of knowledge to the healthy living behavior which can prevent respiratory disease should be analyzed. Besides factors having association with level of knowledge about respiratory health is also needed to be found, and finally it is considered that optimalization of television as the most frequently used source information is needed."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Serani Sesari
"Gangguan pada sistem respirasi adalah penyebab kematian ketiga di Indonesia. Pengetahuan mengenai kesehatan sistem respirasi berperan dalam perubahan sikap dan pandangan terhadap upaya pencegahan penyakit di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan dan penyakit respirasi dengan prevalensi masalah respirasi pada masyarakat perumahan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional, metode potong lintang. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 7-12 Mei 2012 dengan pengisian kuesioner. Sampel penelitian adalah 107 keluarga masyarakat perumahan di kelurahan Bintaro yang dipilih melalui metode consecutive sampling. Kuesioner terdiri dari kuesioner mengenai kesehatan respirasi dan kuesioner mengenai penyakit TB, asma, PPOK, infeksi paru, dan kanker paru.
Hasil penelitian ini, dengan uji chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai kesehatan respirasi dengan prevalensi masalah respirasi. Sementara untuk tingkat pengetahuan mengenai penyakit TB, asma, PPOK, infeksi paru, dan kanker paru, dengan uji chi-square didapatkan nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan penyakit TB, asma, PPOK, infeksi paru, dan kanker paru dengan prevalensi masalah respirasi.

The respiratory system disorder is the third leading cause of death in Indonesia. Knowledge about the respiratory health system plays an important role in changing the attitudes and perception towards the disease prevention in the community. The objective of this study was to determine the relationship between the level of knowledge regarding the respiratory health and diseases with the prevalence of respiratory health problem in housing society.
Design of this study is observational, cross sectional method. The data was collected in Jakarta at May 7-12th 2012 by filling out questionnaires. The samples are 107 families of housing community in Bintaro which chosen by consecutive sampling method. The questionnaire consists of set questionnaires about respiratory health and set questionnaires about TB, asthma, COPD, lung infection, and lung cancer.
The results, according to chi-square test there was a significant difference (p<0,05) between the level of knowledge about respiratory health and the prevalence of respiratory health problem. Meanwhile, according to chi-square test also, there was no significant difference (p>0,05) between the level of knowledge about TB, astma, COPD, lung infection, and lung cancer, and the prevalence of respiratory health problem."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Syarifa Yani
"Masalah kesehatan respirasi selain banyak terjadi di dunia dan Indonesia, angka mortalitasnya pun cukup tinggi. Perilaku dan keadaan sosiokenomi merupakan faktor penting yang berperan dalam kejadian masalah kesehatan respirasi. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara berbagai perilaku masyarakat di lingkungan kumuh dengan masalah kesehatan respirasi. Penelitian dilaksanakan sejak Mei 2011 - Januari 2013 di lingkungan kumuh Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat.
Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, dengan metode sampling consecutive sampling yang melibatkan 107 responden di wilayah RW 03. Pengambilan data pada bulan Januari 2011 ialah dengan metode wawancara berdasarkan kuesioner yang telah divalidasi. Data diolah dengan menggunakan SPSS ver. 11.5 for Windows, dengan menggunakan uji hipotesis x2.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa perilaku yang diuji dengan x2 menunjukkan hubungan dengan masalah kesehatan respirasi (nilai p<0,05), yaitu perilaku mengelap debu pada perabotan secara teratur dan berolahraga secara teratur. Sementara, perilaku lainnya tidak terdapat hubungan (p≥0,05).

Respiratory health problem is commonly found worldwide, including Indonesia. Besides, the mortality rate is also high. Behavior and socioeconomic condition play important role in the occurence of respiratory health problem. The goal of this research is to observe the relationship between some behaviors of people in slum dwelling and the occurence of respiratory health problem. This research was held from May 2011- January 2013 in slum area of Petamburan, Central Jakarta.
This research used the cross-sectional study design. The sampling method used is consecutive sampling, involving 107 respondents in RW 03. Data is taken on January 2011, by direct interview based on questionnaire that has been validated previously. The data is processed with SPSS ver.11.5 for Windows, using x2 test.
The result shows that some behaviors that are tested with x2 hypothetic state are indeed related with respiratory health problem (p<0,05), which are cleaning the dust on furniture and mopping regularly. The other behaviors are not related (p≥0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nada Permana
"Di dunia, Asia Tenggara, maupun di Indonesia, penyakit respirasi merupakan masalah kesehatan yang besar karena mortalitas dan morbiditas yang tinggi, terutama pada masyarakat lingkungan kumuh. Penyakit respirasi yang tetap menjadi masalah ialah PPOK, asma, tuberkulosis, dan ISPA. Kesuksesan mengurangi penyakit respirasi ditentukan oleh kebiasaan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor yang penting, yaitu sikap.Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2011 di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara responden yang berusia di atas 18 tahunmenggunakan kuesioner dan pemilihan responden dilakukan dengan cara cluster consecutive sampling. Sikap yang diteliti yakni sikap mengenai kesehatan respirasi yang terdiri dari sikap mengenai penyakit respirasi, sikap mengenai kesehatan lingkungan, dan sikap mengenai pencegahan penyakit respirasi. Dari 107 sampel, didapatkan hasil sikap yang termasuk dalam kelompok baik sebanyak 36,45% dan kelompok sedang dan buruk 63,55%. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi pada masyarakat di lingkungan kumuh (p=0,316), serta tidak terdapat hubungan antara setiap komponen sikap mengenai kesehatan respirasi terhadap masalah kesehatan respirasi.

In the world, Southeast Asia, and in Indonesia, respiratory disease is a major health problem because ofthe high mortality and morbidity, especially in slum neighborhood. Respiratory diseases which remain problems areCOPD, asthma, tuberculosis, and acute respiratory infection. The success of reducing respiratory disease is determined by one's health habits which are affected by the important factors, namely attitude. This study is an observational analytic study using cross-sectional design. Data was collected in January 2011 in Kelurahan Petamburan, District of Tanah Abang, Central Jakarta. Data retrieval is done by interviewing respondents using questionnaires and the selectionof respondentsis done by cluster consecutive sampling. The attitude toward respiratory health consisting of attitude toward respiratory diseases, attitude toward environmental health, and attitude toward prevention of respiratory disease. Of the 107samples, showed that attitude of respiratory health in the group classified as good were36.45% and group classified as moderate and bad were 63.55%. It was concluded that there is no relationship between attitude toward health respirationand respiratoryhealth problems in slum area (p=0.316), and there is no relationship between each component of the attitude toward respiratory health and respiratory health problems.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Hertrisno Firman
"ABSTRAK
Masalah kesehatan respirasi merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia Masalah tersebut meliputi tuberkulosis asma emfisema dan bronkitis kronik Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ditinjau kepuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan Selain itu diperlukan sistem pendanaan oleh asuransi kesehatan Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi masalah kesehatan respirasi di masyarakat perumahan Jakarta pada tahun 2012 dan hubungannya dengan kedua faktor tersebut Penelitian menggunakan studi cross sectional dan dilakukan di Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan Sampel penelitian adalah keluarga yang diwakili oleh kepala keluarga atau istri Sampel dipilih melalui metode consecutive sampling dengan sampel didapat sebanyak 104 orang Sumber data adalah data primer berupa kuesioner yang diisi melalui wawancara dengan variabel terikat yaitu masalah kesehatan respirasi dan variabel bebas yaitu kepuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan dan kepemilikan asuransi kesehatan Hasil penelitian berupa prevalensi masalah kesehatan respirasi sebesar 27 88 Uji Chi Square terdapat hubungan antara kepuasan dengan prevalensi p 0 001 dan kepemilikan asuransi dengan prevalensi p 0 022 Oleh karena itu perlu menurunkan angka ketidakpuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan dan memperhatikan asuransi kesehatan sebagai sistem pendanaan untuk akses terhadap fasilitas kesehatan Kata kunci masalah kesehatan respirasi kepuasan terhadap pelayanan fasilitas kesehatan kepemilikan asuransi kesehatan masyarakat perumahan Jakarta.

ABSTRACT
The problems of respiratory health are one of the problems of health in Indonesia These problems contain tuberculosis asthma emphysema and chronic bronchitis To solve them we need regardly watch about satisfaction level of health facilities services and we know the effectivity of owning health insurance This study aims to know prevalence problems of respiration health among housing society in Jakarta at 2012 and its relations with satisfaction and health insurance This study uses cross sectional design and takes place in Bintaro South Jakarta Samples in this study are a family that each represented by a husband or a wife Samples are chosen using consecutive sampling Total data collected in this study are 104 subjects Data collected by filling out a set of questionnaire using interview method Dependent variable is problem of respiratory health and independent variables are satisfaction of health facilities services and ownership of health insurance Result reveals that prevalence the problems of respiration health is 27 88 Satisfaction of health facilities services is related to prevalence the problems of respiratory health chi square p 0 001 and ownership of health insurance is related to prevalence of it chi square p 0 022 Because of that we need to decrease the number of dissatisfaction of health facilities services and deliberate health insurances as a financing system to access of health facilities Key words problems of respiration health satisfaction of health facilities services ownership of health insurances housing community Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Tryanni
"Gangguan respirasi merupakan masalah kesehatan yang perlu menjadi perhatian. Selain angka mortalitas yang tinggi, gangguan ini juga menunjukkan angka morbiditas yang tinggi. Rumah susun sendiri merupakan salah satu alternatif tempat tinggal untuk kota padat seperti Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan respirasi dengan perilaku warga rumah susun di wilayah rumah susun Jakarta. Selain itu diliat juga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, dengan demikian dapat diketahui cara modifikasi perilaku paling efektif.
Metode: Metode yang digunakkan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dimana pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran keadaan lingkungan. Penelitian ini melibatkan 120 keluarga yang tinggal di daerah rumah susun di Jakarta.
Hasil: Dari 513 penghuni rumah susun didapatkan prevalensi gangguan respirasinya adalah 44.2%. Dimana gangguan yang paling sering dialami adalah gangguan saluran nafas atas termasuk ISPA, rhinitis,sinusitis, faringitis mencapai 32.9%. Setelah itu disusul oleh TBC (7.6%) , PPOK (1.8%) dan asma (1%). Keluhan yang paling sering dialami diluar batuk adalah sesak nafas yang mencapai 4.1% . Dari hasil analisis didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara gangguan respirasi baik. Analisis juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara perilaku seseorang dengan jenis kelamin, pekerjaan serta pendidikan.
Diskusi: Perilaku dan indikator tidak menunjukkan hal yang bermakna mungkin dikarenakan analisis ini menilai hubungan perilaku respondent dan gangguan respirasi pada keluarga, padahal belum tentu semua anggota keluarga memiliki perilaku yang sama. Hal ini akhirnya kurang menggambarkan hubungan perilaku seseorang dengan gangguan respirasi yang dialaminya.

Respiratory disorder is a health problem that needs our attention. In addition to the high mortality rate, this disorder also show high morbidity number. The purpose of this study is to determine the prevalence of respiratory disorder and its relationship with human behavior in residents of flat in Jakarta. Other than that this study also looked for factor that influence a person?s behavior, thus it can be seen most efficient way to modify behavior.
Method:This study methodology is cross sectional. The data is obtanaid by quostionare filling and measurement for some indicator. This study involved 120 family that live in flats in Jakarta.
Results: Of 513 residents of the apartement the prevalence of respiratory disorder was 44.2%. Where the most often experienced disorder is upper respiratory illness, includeig upper respiratory infections, rhinitis, sinusitis, phrayngitis wich reach 32.9%. Follow by lung tuberculosis (7.6%), COPD (1.8%), and asthma (1%). The most experienced symptoms is shortness of breath (4.1%) beyond cough. From the analysis found no significant relationship between repiratory disorder and overall behavior. The analysis also showed there was no correlation between the behavior of a person with gender, occupation and education.
Discussion: Overall behavioral and each indicators do not show significant correlation may caused by this analysis assessing the relationship of respondent behavior and respiration disoreder in the family, though not necessarily all members of the family have the same behavior. It is less describes the relationship between human behavior and respiratory disorder they going through."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Lucky Indah Baskara Putri
"Penyakit kulit sering kali muncul pada komunitas padat penghuni dan prevalensi penyakit kulit masih tergolong tinggi di negara berkembang terutama di Indonesia. Di sebuah Pesantren yang terletak di Jakarta Timur, prevalensi penyakit kulit dilaporkan tinggi. Perilaku higienis diduga menjadi salah satu faktor tingginya prevalensi penyakit kulit di Pesantren tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit di Pesantren yang terletak di Jakarta Timur serta hubungannya dengan perilaku higienis murid Pesantren atau Santri. Studi cross sectional ini dilakukan terhadap 184 santri sebagai subjek dari penelitian. Kuesioner yang berkaitan dengan perilaku higienis diisi oleh Santri, selanjutnya Santri akan diperiksa status kesehatan kulitnya oleh dokter spesialis kulit.
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis kulit menunjukkan, 144 Santri 78,3 memiliki berbagai jenis penyakit kulit dengan 69 Santri di antaranya 37,5 memiliki penyakit kulit infeksius sementara 75 Santri lainnya 40,8 memiliki penyakit kulit non-infeksius. Jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong baik adalah 107 Santri 81,7 , sementara jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong kurang baik adalah 37 Santri 69,8 . Tes Chi-Square menunjukkan perbedaan yang signifikan antara prevalensi penyakit kulit infeksius dengan perilaku higienis p = 0.008 . Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara prevalensi penyakit kulit dengan perilaku higienis Santri.

Skin diseases often arise among crowded community and the prevalence of skin diseases is still high in developing country particularly in Indonesia. In a Pesantren that is situated in East Jakarta, a high prevalence of skin diseases is reported. Hygienic behavior of the individuals evidently plays a role in the prevalence of skin diseases. The objective of this research is to know the prevalence of skin diseases in a Pesantren in East Jakarta and its relation with hygienic behavior of the Pesantren students or called Santris. This cross sectional study was conducted among 184 Santris as the subjects of this research. The questionnaires regarding hygienic behavior are completed by the Santris and thereafter the Santris are examined by dermatologists.
The examination result by dermatologists reveals approximately 144 Santris 78.3 experience various kinds of skin disease 69 Santris 37.5 with infectious skin disease while the other 75 Santris 40.8 experience non infectious skin disease. The number of Santris with infectious skin disease in poor hygiene is 107 Santris 81.7 and the number of Santris with skin disease in good hygieneis 37 Santris 69.8 . Chi Square test indicates significant difference between the prevalence of skin diseases and hygienic behavior p 0.008 . Therefore, there is a relation between the prevalence of skin diseases and the Santris rsquo hygienic behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanin
"Pajanan patogen melalui gastrointestinal pada daerah kumuh lebih tinggi dibanding nonkumuh. Hal tersebut mempengaruhi produksi protein globulin yang salah satunya berperan dalam sintesis IgA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan kadar IgA pada daerah kumuh dan nonkumuh serta hubungannya dengan rasio albumin terhadap globulin. Pengukuran kadar IgA dilakukan menggunakan metode radial immunodiffusion test (RIDT), sedangkan data rasio albumin terhadap globulin didapatkan dari penelitian sebelumnya. RIDT bekerja dengan prinsip difusi radial sampel antibodi menjauhi sumur berbentuk silindris. Pada kit, terdapat anti terhadap antibodi spesifik yang akan diukur. Hasilnya berupa ikatan antibodi dengan anti-antibodi membentuk cincin dan diukur diameternya. Nilai IgA dikonversi ke dalam satuan mg/L. Hasil analisis kadar IgA menggunakan uji Mann-Whitney menemukan kadar IgA daerah kumuh lebih tinggi dibandingkan nonkumuh namun tidak bermakna secara statistik (p=0,620). Kadar IgA dan rasio albumin globulin ditransformasi menjadi variabel kategorik dan dikelompokkan menjadi 4 zona. Pada zona 3 dimana rasio albumin terhadap globulin tinggi dan kadar IgA rendah, proporsi subjek didominasi oleh penduduk daerah nonkumuh dibandingkan kumuh (47% vs. 14%). Hasil uji Chi Square menunjukkan perbedaan proporsi subjek tersebut bermakna secara statistik (p=0,041). Hubungan antara rasio albumin terhadap globulin dengan ekspresi IgA dianalisis menggunakan uji Pearson dan ditemukan adanya korelasi negatif yang bermakna secara statistik (r= -0,319 dan p= 0,048). Oleh karena itu, dapat disimpulkan tingginya tingkat pajanan patogen melalui gastrointestinal pada daerah kumuh menyebabkan produksi IgA sebagai respon imun mukosa lebih tinggi dibandingkan dengan nonkumuh. Sintesis IgA tersebut berhubungan dengan rasio albumin terhadap globulin karena globulin merupakan komponen penyusun IgA.
Pathogenic exposure in slum is higher compared to nonslum area and mainly occurs through the gastrointestinal. It will affect the rate of globulin production which used as a component to synthesize immunoglobulin A (IgA) Therefore, author is interested to investigate comparison between IgA of people living in slum and non-slum area and the relation IgA expression with albumin globulin ratio. Measurement of the IgA was done using radial immunodiffusion test (RIDT), while the data of albumin globulin ratio was obtained from the previous research. Result of IgA analysis using Mann whitney test shows that IgA level of people living in slum area is higher than non-slum area but not statistically significant (p=0.620). Data of IgA level and albumin globulin ratio was transformed into categoric form and classified into four zones. Zone 3, where the IgA level is low and albumin globulin ratio is high, the subjects proportion found in this zone are dominated by people living in non-slum area (47% vs. 14%). This result is also supported by the Chi-square test that shows a significance difference between proportion of people living in slum and non-slum area found in the zone 3. Next, relation between albumin globulin ratio to the level of IgA was analyzed using Pearson test. The result shows that there is a significant negative correlation between albumin globulin ratio and IgA level (r= -0.319 dan p= 0.048). Therefore, it can be concluded that high level of pathogenic exposure through the gastrointestinal tract in slum area will lead to an increase of IgA production resulting higher level of IgA found in the serum. This IgA production on both populations has a relation with albumin globulin ratio since globulin is one of the constituent component of IgA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rabid Yahya Putradasa
" ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut ISPA merupakan masalah kesehatan global terutama di negara berkembang seperti Indonesia, yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita.Kebiasaan merokok di sekitar balita masih banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan faktor risiko ISPA yang telah diketahui, namun peran pengetahuan ayah tentang praktik kebiasaan merokok dalam kejadian ISPA belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita.Studi ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional.Responden sebanyak 93 orang ayah balita dipilih dari posyandu Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur secara consecutive sampling. Data pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah diperoleh dari kuesioner Secondhand Tobacco Smoke Knowledge dari American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, sedangkan data kekerapan ISPA didapatkan dari adaptasi kuesioner diagnosis baku ISPA Riskesdas 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68 balita menderita ISPA dalam sebulan terakhir, terbanyak pada jenis kelamin perempuan 42 dan kelompok usia 1-2 tahun 19 . Dua-puluh lima persenayah balita memiliki pengetahuan yang tidak baik tentang praktik kebiasaan merokok, terbanyak pada subyek dengan latar belakang pendidikan S1, pekerjaan karyawan, penghasilan di atas UMR, merokok di dalam rumah, dan jumlah rokok sehari 10-20 batang. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita p=0,636 . Penelitian lanjutan diperlukan untuk mempertimbangkan faktor risiko lain dalam kejadian ISPA, antara lain crowding, suplementasi vitamin A, berat lahir, dan riwayat imunisasi.

ABSTRACT
Acute respiratory infection ARI is a global health problem especially in developing countries such as Indonesia, which becomes the leading cause of morbidity and mortality in underfive. The habbit of smoking around underfive children is still common in Indonesia and is a risk factor for ARI, yet the role of father rsquo s knowledge of smoking habbit practice in the occurrence of ARI was still unknown. The goal of this study is to investigate the association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and the prevalence of ARI in underfive children. This study is an analytical observational study with cross sectional design. 93 respondents were chosen from fathers of underfive attending integrated service post in Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta by consecutive sampling. Data on father rsquo s knowledge of smoking habbit practice was acquired with the use of Secondhand Tobacco Smoke Knowledge Questionaire adapted from American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, while formal ARI diagnosis questionnaire from Indonesian basic health survey was utilized to get the data on the prevalence of ARI in underfive. The results of the study show that 68 of underfive children contracted ARI in last one month, mostly girls 42 and with age of 1 2 years 19 . Twenty five percent of fathers of underfive had bad knowledge of smoking habbit practice, mostly one with bachelor degree, works as employee, has earning bigger than regional standard, smokes inside house, and smokes 10 20 cigarettes a day. There was no association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and prevalence of ARI in underfive p 0.636 . More studies need to be conducted to investigate other risk factors of ARI including crowding, vitamin A supplementation, newborn weight, and vaccination history. "
2016
T55736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Istri Intan Yuniari
"Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) masih tinggi pada anak sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang penting untuk penularan STH dan hubungan perilaku kesehatan dengan STH. Penelitian ini dilakukan di SDN 07 Kalibaru (Jakarta Utara) sebagai daerah kumuh dan MI Al-amin Batu Ampar (Jakarta Timur) sebagai daerah tak kumuh pada Juni hingga September 2012 dengan desain cross-sectional. Data demografi responden diperoleh dengan kuesioner. Infeksi STH dideteksi dengan teknik Kato-Kaz. Sebanyak 182 responden (Daerah kumuh=138 sampel dan Daerah tidak kumuh=44) didapatkan prevalensi STH di daerah kumuh sebesar 59,4% dan di daerah tidak kumuh sebesar 4,5%. Ketersediaan toilet di daerah kumuh memperoleh nilai OR = 0,80 (95% CI 0,31-2,10). Ketersediaan sumber air minum yang berasal bukan dari sumur di daerah kumuh kemungkinan sebesar 2,08 kali (95% CI 0,21-20,6) ditemukan infeksi STH dibandingkan dengan sumur, sedangkan di daerah tak kumuh kemungkinan sebesar 1,09 kali (95% CI 0,96-1,24) ditemukan infeksi STH dibandingkan dengan sumur. Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan mencuci tangan, kebersihan kuku, dan makan lalapan dengan infeksi STH. Infeksi STH lebih tinggi pada daerah kumuh, ketersediaan sumber air minum yang berasal bukan dari sumur berisiko terinfeksi STH, dan kebiasaan tidak memiliki hubungan bermakna dengan infeksi STH.

The infection of Soil Transmitted Helminths (STH) was high in elementary school students. The aim of this research was to know the risk factors of STH and the association between hygiene with STH. This research happened in SDN 07 Kalibaru (North Jakarta) as slums area and MI Al-amin Batu Ampar (East Jakarta) as non-slums area from June until September 2012 using cross sectional method. Demographic profile was collected by filling the questionnaire. The infection of STH was detected by Kato-Kaz method. This research includes 182 participants (slums area=138 samples, and non-slums area=44) found prevalence of STH in slums area was 59,4% and non-slums area was 4,5%. Household latrine in slums area got OR=0.80 (95% CI 0.31-2.10). Drinking water in slums area had risk 2.08 (95% CI 0.21-20.6) to find STH, meanwhile in non-slums area had risk 1.09 (95% CI 0.96-1.24) to find STH. Statistically, there was no significance association between washing hand, hygiene of nail, and eating fresh vegetables with STH infection. Infection of STH in slums area higher than in non-slums area, drinking water had risk factor for STH infection, and the hygiene among elementary school students had no significance association with STH infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>