Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danny Surya
"Cacingan merupakan masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak. Pengetahuan mengenai pencegahan berperan penting dalam menanggulangi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan guru sekolah dasar (SD) mengenai cacingan. Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2011 terhadap 67 orang guru SD yang diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai pencegahan infeksi A. lumbricoides, T. trichiura dan O. vermicularis. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan guru yang mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah 12 orang (17,9%), cukup 21 orang (31,3%), dan kurang 34 orang (50,7%). Setelah penyuluhan, guru dengan tingkat pengetahuan baik adalah 39 orang (58,2%), cukup 24 orang (35,8%), dan kurang 4 orang (6,0%). Sebelum penyuluhan, pertanyaan yang paling banyak tidak dimengerti responden adalah kapan waktu memberikan obat cacing (hanya 6% yang menjawab benar). Berdasarkan uji marginal homogeneity didapatkan perbedaan bermakna (p<0,01) pada tingkat pengetahuan guru sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan. Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan guru SD mengenai pencegahan cacingan.

Helminthiasis is a popular health problem in Indonesia especially in children. Knowledge on helminthiasis prevention has a great role in overcoming the disease. The purpose of this research is to know the effectivity of health education in increasing knowledge level of elementary school teacher on helminthiasis. This research uses experimental design and pre-post study method. Data collection is done in Jakarta on October 12th, 2011 by asking 67 elementary school teachers to fill a before and after questionnaire. The questionnaire consists of five questions about helminthiasis prevention, including ascariasis, trichuriasis, and oxyuriasis. From the result, knowledge level of respondent before health education are as follow: 17,9% good, 31,3% average, and 50,7% poor. After health education, the knowledge level are as follow: 58,2% good, 35,8% average, and 6,0% poor. Before health education, the question least understood by the respondent is when to give medication to a person with helminthiasis (only 6,0% answers right). Based on marginal homogeneity test, there is a siginificant difference (p<0,01) on the knowledge level before and after health education. It is concluded that health education is effective in increasing knowledge level of elementary school teacher on helminthiasis prevention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prissilia Prasetyo
"Trikuriasis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh T.trichiura. Pengetahuan mengenai siklus hidup T.trichiura berperan penting dalam upaya pencegahan trikuriasis khususnya pada anak-anak. Guru erat kaitannya dengan pendidikan sehingga dapat diperbantukan dalam upaya pencegahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai siklus hidup T.trichiura. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan design pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan cara pengisian kuesioner. Kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan berisi lima buah pertanyaan mengenai morfologi dan siklus hidup T.trichiura. Semua guru yang hadir pada penyuluhan dijadikan subyek penelitian (total population). Dari penelitian ini diketahui bahwa sebelum penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 18 orang (26,9%), cukup 21 orang (31,3%), dan kurang 28 orang (41,8%). Setelah penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 31 orang (46,3%), cukup 20 orang (29,9%), dan kurang 16 orang (23,9%). Berdasarkan uji marginal homogeneity, didapatkan nilai p<0,01 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden sebelum dan setelah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai T.trichiura.

Trichuriasis is an infectious disease caused by T.trichiura. The acknowledgement about life cycle of T.trichiura is important to prevent trichuriasis. The objective of this research is to know the effectiveness of health promotion towards the improvement of elementary teachers’ knowledge about T.trichiura. Method of this research is quasi experimental with pre-post study design. The data was collected in Jakarta at October 12th, 2011 by giving questionnaires to the respondents. The questionnaires given before and after the promotion were about the morphology and life cycle of T.trichiura. Total population method was applied to pick out the samples whereas all of the elementary school teachers who came to the health promotion were pick out as the samples. The results of this research shows: before the health promotion, 18 respondents (26,9%) had good knowledge level, 21 respondents (31,3%) fair, and 28 respondents (41,8%) poor. After the promotion, 31 respondents (46,3%) had good knowledge level, 20 respondents (29,9%) fair, and 16 respondents (23,9%) poor. According to marginal homogeneity test, there was a significant difference (p<0,01) between the respondents’ knowledge before and after the health promotion. To summarize, the health promotion is an effective method to improve elementary teachers’ knowledge in Jakarta about T.trichiura."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian Mulya Santausa
"Prevalensi enterobiasis tinggi pada murid SD. Melalui penyuluhan terhadap guru SD, informasi mengenai enterobiasis diharapkan lebih mudah disampaikan kepada murid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan guru SD sebelum dan sesudah penyuluhan. Penelitian dilakukan di Jakarta dengan mengundang perwakilan guru SD Jakarta ke acara penyuluhan. Desain penelitian adalah eksperimental dengan intervensi penyuluhan kesehatan mengenai enterobiasis. Semua guru yang hadir saat penyuluhan dijadikan subyek penelitian. Pengambilan data menggunakan kuesioner berisi pertanyaan mengenai siklus hidup, patogenesis, gejala, penularan, dan pencegahan enterobiasis yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan. Jumlah responden 67 orang, 31,3% laki-laki dan 68,7% perempuan. Sebelum penyuluhan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 47,8%, cukup 35,8%, dan baik 16,4%. Sesudah penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 83,6%, cukup 13,4%, dan kurang 3%. Dari uji marginal homogeneity didapatkan nilai p<0,01 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan guru SD sebelum dan sesudah penyuluhan. Jika ditinjau per nomor, uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan bermakna pada semua skor jawaban kecuali pertanyaan mengenai gejala enterobiasis (p=0,083). Hal tersebut disebabkan sebelum penyuluhan 95,5% responden telah menjawab pertanyaan tersebut dengan benar dan menjadi 100% setelah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru SD mengenai enterobiasis

The prevalence of enterobiasis is high among elementary school students. Through providing health education to the teachers, information can be more easily delivered to the students. Our study was aimed to assess the difference between knowledge level of enterobiasis among elementary school teachers before and after health education. This experimental study was held in Jakarta by inviting representatives of elementary school teachers in Jakarta to follow health education about enterobiasis. The teachers (n=67), 31,3% male and 68,7% female, completed pre-test and post-test questionnaire consisting of questions about life cycle, pathogenesis, symptoms, transmission, and prevention of enterobiasis. Prior to health education, there were 47,8% respondents with poor knowledge level, 35,8% average, and 16,4% good. After health education, there were 83,6% respondents with good knowledge level, 13,4% average, and 3% poor. Based on marginal homogeneity test, the difference is significant (p<0,01). If we assess the score of each number before and after health education, Wilcoxon test shows significant difference in all numbers, except question about enterobiasis symptoms (p=0,083). It is because 95,5% respondents had already answered the question correctly before health education, and became 100% after health education. In conclusion, health education effectively improves knowledge level of enterobiasis among elementary school teachers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar P. Susilaradeya
"Di Indonesia, cacingan merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak balita dan anak usia sekolah dasar. Program pengendalian cacingan berbasis sekolah diidentifikasi sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif dalam masalah biaya. Tujuan penelitian ini adalah menilai tingkat pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai pencegahan cacingan dan hubungannya dengan karakteristik demografi.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada bulan Oktober 2011 dan sejumlah 90 guru dijadikan subjek penelitian (total sampling). Tingkat pengetahuan dan data demografik diperoleh melalui wawancara. Tingkat pengetahuan dinilai dengan kuesioner yang terdiri atas lima pertanyaan mengenai pencegahan cacingan. Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 lalu dianalisis dengan uji chi-square dan kolmogorov-smirnov. Didapatkan guru yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebesar 17,4% sedang sebesar 36%, dan kurang sebesar 40,6%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pencegahan cacingan tidak berhubungan dengan jenis kelamin, kelompok umur, sumber informasi, pengalaman cacingan dan tingkat pendidikan. Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan guru mengenai pencegahan cacingan masih kurang dan tidak berhubungan dengan karakteristik demografi.

Soil-transmitted helminthiasis is still a health problem found in children under 5 years old and elementary school students. Soil-transmitted helminthiasisschool based control programs wasidentificated as one of the most cost-effective health intervention. The aim of this study was to evaluate elementary school teachers’ knowledge on prevention of soil-transmitted helminthiasis and the association with demographic characteristics.
This cross-sectional study was conducted in October 2011. The subject of this study was 90 children (total sampling). Knowledge and demographic data was obtained by interview. Knowledge was assessed using a 5 item questionnaire regarding prevention of soil transmitted helminthiasis. The data were processed by SPSS program ver. 11.5 and analyzed by chi-square and kolmogorov-smirnov test. About 17,4% teachers had good knowledge, 36% teachers had average knowledge and 40,6% teachers had poor knowledge.
The results showed that knowledge was not associated with gender, age, information source, experience, and education. In conclusion, knowledge of elementary shool teachers on prevention of soil-transmitted helminthiasis was still poor and it was not associated with demographic characteristics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satya Nugraha
"Trikuriasis merupakan penyakit akibat infeksi Trichuris trichiura yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah padat penduduk bersanitasi buruk. Pencegahan penyakit ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejalanya. Untuk memperoleh tingkat pengetahuan yang baik, dapat diberikan penyuluhan mengenai trikuriasis dan perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kecacingan terhadap peningkatan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai gejala trikuriasis pada tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental (pre-post sudy) dan melibatkan 67 responden yang dipilih dengan total sampling. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan menggunakan kuesioner mengenai gejala trikuriasis sebelum dan sesudah penyuluhan. Responden terdiri atas 21 orang (31,3%) laki-laki dan 46 orang (68,7%) perempuan dan minimal berpendidikan SMA. Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan, jumlah guru yang bertingkat pengetahuan baik sebanyak 6 orang (9,0%), cukup sebanyak 9 orang (13,4%) dan kurang sebanyak 52 orang (77,6%). Setelah penyuluhan guru dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 16 orang (23,9%), tingkat pengetahuan cukup menjadi 23 orang (34,3%) dan tingkat pengetahuan kurang menjadi 28 orang (41,8%). Uji marginal homogeneity memberikan nilai p <0.001 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru SD mengenai gejala trikuriasis.

Trichuriasis is infectious disease caused by Trichuris trichiura and become public health problem in densely-populated and bad sanitation areas. Prevention of trichuriasis is influenced by people’s konwledge level about the symptoms. To obtain good level of knowledge, health promotion can be given and need to be evaluated. The research purpose is determining effectiveness of health promotion to increase elementary school teachers’ knowledge about symptoms of trichuriasis in Jakarta, 2011. The study used experimental design (pre-post study) and included 67 respondents (total sampling). Data is collected on October 12th, 2011 using questionnaire about symptoms of trichuriasis before and after the health promotion. Respondents consisted of 21 men (31.3%) and 46 women (68.7%) and at least high school graduated. The results show before health promotion, 6 people (9.0%) with good knowledge level, 9 people (13.4%) in adequate level and 52 people (77.6%) in poor level. After health promotion, 16 people (23.9%) in good knowledge level, 23 people (34.3%) in adequate level and 28 people (41.8%) in poor level. Marginal homogeneity test gives p-value <0.001 which means there is significant difference between knowledge before and after health promotion. Conclusively, health promotion is effective for increasing elementary school teachers’ knowledge about symptoms of trichuriasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vionnie Violetta T.
"Askariasis adalah infeksi cacing yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Pengetahuan masyarakat mengenai gejala askariasis penting untuk diketahui agar masyarakat dapat mengenalinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan guru Sekolah Dasar (SD) yang banyak berinteraksi dengan anak-anak. Penelitian dilakukan di Jakarta dengan desain eksperimental jenis pre-post study. Pengambilan data dilakukan pada 12 Oktober 2011. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner berisi pertanyaan mengenai gejala askariasis sebelum dan sesudah penyuluhan. Semua guru SD yang hadir dijadikan subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan jumlah guru yang hadir adalah 21 orang laki-laki (31,3%) dan 46 orang perempuan (68,7%). Sebelum penyuluhan, 7 orang (10,4%) memiliki skor baik, 9 orang (13,4%) memiliki skor cukup, dan 51 orang (76,1%) memiliki skor kurang. Pertanyaan yang paling tidak dimengerti responden sebelum penyuluhan adalah tentang pengaruh jumlah cacing yang banyak pada usus (hanya 3% responden yang memperoleh nilai sempurna). Setelah penyuluhan, responden dengan pengetahuan baik berjumlah 19 orang (28,4%), pengetahuan cukup berjumlah 26 orang (38,8%), dan pengetahuan kurang berjumlah 22 orang (32,8%). Terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p < 0,01; uji marginal homogeneity). Disimpulkan penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan guru SD mengenai gejala askariasis.

Ascariasis is a popular infection found in children. Knowledge of its infection symptoms becomes important to detect this case. This research analyzes the effect of health education towards elementary school teachers’ knowledge about symptoms of ascariasis as they often interact with children. Research is conducted at Jakarta with experimental design (pre-post study) on October 12th, 2011. Data is collected by using questionnaires about symptoms of ascariasis before and after education. All elementary school teachers who attended the education is the sample of this research. From 21 male (31.3%) and 46 female (68.7%) respondents, before education 7 (10.4%) have good scores, 9 (13.4%) have average scores, and 51 (76.1%) have poor scores. Question with lowest score before education is about the effect of large amount of A. lumbricoides in intestines (only 3% respondents answer correctly). After education, there are 19 (28.4%) with good scores, 26 (38.8%) with average scores, and 22 with poor scores (32.8%). There is a significant difference in elementary school teachers’ knowledge before and after education (p < 0,01; marginal homogeneity test). It is concluded that health education is an effective media to increase elementary school teachers’ knowledge of symptoms of ascariasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Abigail Wulandari
"Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah (soil-transmitted helminthes/STH) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Trichuris trichiura merupakan kelompok utama STH yang menginfeksi anak usia SD. Data tahun 2010 menunjukkan 48,1% murid SD di Jakarta pernah mengalami trikuriasis. Pemberantasan cacing berbasis sekolah merupakan cara yang efektif untuk mengurangi prevalensi cacingan, termasuk trikuriasis. Guru memegang peran besar dalam hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai gejala dan pencegahan trikuriasis dengan karakteristik demografi guru SD di Jakarta, sehingga dapat ditemukan metode edukasi yang paling tepat.
Desain penelitian ini adalah cross sectional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada para guru SD di Jakarta pada tahun 2011. Jawaban yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik mengenai gejala dan pencegahan trikuriasis dimiliki oleh 10,5% responden, 14,0% responden berpengetahuan sedang, dan 75,6% kurang. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sumber informasi dan pengalaman cacingan.

Infection of soil-transmitted helminthes (STH) is one of major health problems in Indonesia. Trichuris trichiura is a major group that infected elementary school age children. In the year 2010, 48,1% pupils in Jakarta have ever had infected by T. trichiura. School based deworming is an effective way to decrease the prevalency of trichuriasis. Teachers play a big role in this program. The objective of this research is to find if there is a relationship between the level of knowledge about trichuriasis symptoms and preventions and demographical characteristic of elementary school teacher in Jakarta, that we can find the most effective way to educate the teachers.
This research is using survey method with cross sectional approach. The samples of this research are elementary school teachers in Jakarta on 2011. The datas were analyzed by SPSS using Kolmogorov-Smirnov test.
The outcome shows that the knowledge about symptoms and preventions of trichuriasis is good in 10,5% of samples, adequate in 14,0% of samples, and low in 74,5% of samples. There is no correlation between the level of knowledge about symptoms and preventions and respondent's age, gender, education level, sources of information and their experience in helmints infection.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonita Ariesti Putri
"Pengetahuan mengenai A. lumbricoides berperan penting dalam menanggulangi askariasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan responden mengenai morfologi dan siklus hidupA. lumbricoides. Penelitian dilaksanakan di Jakarta dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan cara pengisian kuesioner. Sampel penelitian merupakan Guru SD di Jakarta yang diambil dengan metode total populasi. Kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan berisi pertanyaan tentang morfologi dan siklus hidup A. lumbricoides. Jumlah total responden 67 orang dengan responden laki-laki 21 orang (31,3%) dan responden perempuan 46 orang (68,7%). Pada pengambilan data yang diperoleh sebelum penyuluhan, terlihat responden dengan tingkat pengetahuan yang tergolong baik berjumlah 4 orang (6%), cukup 7 orang (10,4%), dan kurang 56 orang (83,6%). Sesudah penyuluhan diperoleh data responden dengan pengetahuan yang tergolong baik berjumlah 39 orang (58,2%), cukup 10 orang (14,9%), dan kurang 18 orang (26,9%). Pada uji marginal homogeneity didapatkan nilai p<0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil uji sebelum dan setelah penyuluhan. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam peningkatan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai morfologi dan siklus hidup A. lumbricoides.

The acknowledgement of A. lumbricoides plays important role inpreventing ascariasis. The main objective of this research is to know the effectiveness of health promotion towards the improvement of elementary school teachers’ knowledge in Jakarta about morphology and life cycle of A. lumbricoides. This research was held in Jakarta. The data was collected on October 12th 2011 by handing out questionnaires to the respondents. Total population sampling method was applied to pick out the samples. The questionnaires given consisted of questions about the morphology and life cycle of A. lumbricoides. There are 67 respondents in total with 21 male respondents (31,3%) and 46 female respondents (68,7%). Before the health promotion was given, there were 4 good-knowledge respondents (6%), 7 fair-knowledge respondents (10,4%), and 56 poor-knowledge respondents (83,6%). After the health promotion was given there were 39 good-knowledge respodents (58,2%), 10 fair-knowledge respondents (14,9%), and 18 poor-knowledge respondents (26,9%). By using marginal homogeneity test, there was a significant difference (p<0,001) between the elementary school teachers’ knowledge before and after the health promotion was given. In conclusion, the health promotion is effective to improve knowledge about morphology and life cycle of A. Lumbricoides on elementary school teachers in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Jimmy Falmer
"Oksiuriasis atau enterobiasis merupakan suatu masalah kesehatan yang memiliki frekuensi cukup tinggi terutama pada anak-anak dan lebih banyak pada golongan ekonomi lemah. Dari suatu studi, didapatkan 3%-80% angka prevalensi pada berbagai golongan manusia. Di Jakarta, khususnya Jakarta Timur, dilaporkan bahwa kelompok usia yang terbanyak penderita enterobiasis adalah 5-9 tahun dan sebanyak 46 anak dari 85 anak menderita enterobiasis. Untuk menurunkan morbiditas oksiuriasis, guru SD, sebagai orang yang berhubungan langsung dengan anak-anak di sekolah dan memiliki peranan besar dalam kebiasaan anak, perlu diberikan edukasi mengenai Oxyuris vermicularis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai hubungan antara karakteristik guru SD di Jakarta dengan tingkat pengetahuannya mengenai O. vermicularis agar dapat menentukan cara dan sarana edukasi yang paling efektif.
Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Survei dilakukan menggunakan kuesioner pada tanggal 12 Oktober 2011. Pada penelitian ini dipilih 86 guru SD sebagai subyek penelitian. Data dianalisis dengan uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan jumlah guru SD yang memiliki pengetahuan baik 17 orang (19,7%), 27 orang (31,4%) cukup, dan 42 orang (48,8%) kurang. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, pengalaman cacingan, dan tingkat pendidikan (p>0,05).

Oxyuriasis or enterobiasis is a health problem that has a relatively high frequency, especially in children and more on the economically weak. From the study, it was found 3% -80% prevalence in different human groups. In Jakarta, East Jakarta in particular, it was reported that the largest age group of oxyuriasis patients was 5-9 years and as many as 46 children of 85 children suffering from oxyuriasis. To decrease its morbidity, elementary school teachers, as people who deal directly with children in school and have a major role in the habits of children, should be given education about Oxyuris vermicularis. The purpose of this study is to gain knowledge about the relationship between the characteristics of elementary school teachers in Jakarta with the level of knowledge about the O. vermicularis in order to determine ways and means of education are most effective.
The study design is cross-sectional. The survey was conducted using a questionnaire on October 12, 2011. In this study 86 elementary school teachers selected as research subjects. Data were analyzed by chi-square test and the Kolmogorov-Smirnov test using SPSS. The results showed the number of elementary school teachers who have a good knowledge of O. vermicularis are 17 people (19.7%), 27 people (31.4%) fairly, and 42 people (48.8%) poor. There were no significant differences between respondents' level of knowledge of O. vermicularis with age, sex, source of information, experiences worms, and educational level (p> 0.05)."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Putri
"Indonesia adalah negara beriklim tropis yang menjadi daerah endemik trikuriasis. Trikuriasis banyak menyerang anak usia sekolah karena sering kontak dengan tanah dan belum menyadari pentingnya menjaga kebersihan diri. Guru adalah orang yang paling sering berhubungan dengan anak usia sekolah sehingga memerlukan pembekalan untuk pencegahan yang baik dan benar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siklus hidup dan morfologi T. trichiura dengan karakteristik guru SD di Jakarta tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional analitik. Pengambilan data dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2012 melalui pengisian kuesioner. Kuesioner berisi lima pertanyaan tentang morfologi dan siklus hidup T. trichiura, serta diberikan kepada semua guru yang hadir (n=90). Empat kuesioner tidak terisi lengkap sehingga hanya 86 kuesioner saja yang diproses. Melalui penelitian ini diketahui bahwa 26,7% responden berpengetahuan baik, 32,6% berpengetahuan sedang, dan 40,7% berpengetahuan kurang. Berdasarkan uji Chi-square terhadap tingkat pengetahuan dengan karakteristik (umur, jenis kelamin, sumber informasi, pengalaman cacingan) serta uji Kolmogorov-Smirnov terhadap tingkat pengetahuan dengan tingkat pendidikan tidak ditemukan perbedaan bermakna (p>0,05). Dengan demikian edukasi mengenai T. trichiura dapat dilakukan pada semua guru SD secara merata tanpa memandang karakteristik.

Indonesia is a tropical country which is also an endemic area for trichuriasis. Trichuariasis infects school-age children because they often come in contact with soil and do not realize the importance of maintaining personal hygiene. Teachers have the most contact with these children so they need the proper knowledge to prevent trichuriasis. The objective of this study is to determine the relation between knowledge of T. trichiura’s morphology and life-cycle with elementary school teachers’ characteristic in Jakarta in 2011. This study used analytical cross-sectional method. Data was collected in Jakarta on October 12, 2012 by filling out questionnaire. The questionnaire contains five questions about T. trichiura’s morphology and life-cycle. It was given to all attended teachers (n=90). Four people did not fill the questionnaire completely so that those data were excluded. This study shows that 26,7% respondents had good knowledge, 32,6% had fair knowledge, dan 40,7% had poor knowledge. Based on chi-square test of the level of knowledge with teachers’ characteristic (age, sex, source of information, worm-infected experience) and Kolmogorov-Smirnov test of the level of knowledge with educational level, there is no significant differences (p>0,05). Thus education about T. trichiura can be done to all elementary-school teachers equally regardless their characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>