Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33895 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esty Hayuningtyas
"Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari makanan sebagai media untuk bertahan hidup. Di masa kini, makanan telah menjadi sebuah fenomena tersendiri yang menarik perhatian manusia, bukan sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, namun ada sebuah makna yang tersembunyi di balik makanan. Salah satu makna yang tersembunyi di dalam makanan dapat digali melalui kajian seni dan estetika. Ternyata, ada sebuah makna yang dapat menjadikan makna sebagai sebuah seni. Hal ini dapat dicapai melalui apresiasi estetik yang melibatkan fungsi persepsi dan penggalian makna oleh manusia itu sendiri. Apresiasi estetik pada makanan harus melalui proses konsumsi yang melibatkan kerja seluruh persepsi tanpa terpisahkan atau disebut dengan aesthetic engagement. Status seni pada makanan bagi Berleant melibatkan sebuah pengalaman estetik yang mengedepankan isu sosial dan proses pemaknaan kontekstual yang terwujud melalui pengalaman makan yang dihayati.

Food cannot be separated from human‟s life as a media to survive. In present time, food has become a phenomena that interests people, not only as to relieve hunger, but there‟s also a hidden meaning beyond food itself. One of meanings that is hidden beyond the food can be cultivated through perspective of aesthetics and art. Evidently, there‟s a meaning that can make food as an art form. This can be achieved through aesthetic appreciation that involves the function of perception and meaning cultivation by human himself. Aesthetic appreciation on food must go through the process of consumption that involves the work of whole perception comprehensively or can be known as aesthetic engagement. The art status on food for Berleant requires a social aesthetic experience and a process of contextual meaning that can be formed through the activities of intimacy eating."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S53017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribalow, Harold U.
New York: Twayne, 1945
822.914 RIB a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Leeming, Glenda
London: Published for the British Council, 1972
822.914 LEE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bender, Arnold E.
New York: Oxford University Press, 1995
R 641.03 BEN d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Bender, Arnold E.
London: Butterworth, 1990
R 641.03 BEN d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Arnold, Alvin L.
Canada: John Wiley & Sons, 1993
R 333.330 4 ARN a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Trilling, Lionel
New York: Meridian Books, 1955
928.42 TRI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Lingga Rachman
"Seni merupakan salah satu ruang bagi manusia dimana ia bisa berkreasi dan mengekspresikan dirinya. Sebagai manusia yang kritis, memiliki kemampuan untuk berkreasi dengan bekalan ide-ide dan sifat keunikan. Proses tersebut merujuk pada suatu konsep tentang kebaruan, yaitu originalitas. Sebagai konsep, originalitas membekali manusia dengan dorongan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Namun pada seni, originalitas tidak hanya bisa dilihat sebagai sebentuk konsep, tapi juga konteks dimana ia dapat mempengaruhi bentuk apresiasi seseorang terhadap suatu objek seni. Era modern yang telah bergerak mempengaruhi zaman, telah mengubah seni yang original dan autentik pudar, sehingga bagi seorang Walter Benjamin, seni telah kehilangan aura. Seni modern tidak hanya bermuatan estetis tetapi juga politis serta ekonomis, sehingga menjadikan seni tidak lagi diapresiasi sebagai suatu substansi keindahan, melainkan sebagai komoditas. Dalam hal ini, seni yang telah kehilangan auranya tersebut bisa tetap diapresiasi meski ia berdiri tanpa bekalan originalitas yang berupa konteks pada karya, karena karya seni terlahir dengan muatan-muatan ide mengenai keindahan bernuansa artistic sehingga bisa tetap berdiri tanpa harus menggali konteks originalitas. Melihat hal tersebut, originalitas yang telah pudar dari proses kreasi dan pada konsep seni telah berganti menjadi rumusan inovasi yang masih tetap mengusung semangat kebaruan.

Art is a space men can used to create and express themselves. As critical human being, men are capable to create things based on the ideas and uniqueness. The process itself leads to a concept of originality. As a concept originality gave men the force to create something based on new ideas. Yet in art, originality not only stands as a concept, but as a context as well which affecting the way of appreciation of a man to an object. Modernity has made the art lost its authenticity and sense of originality, and to Walter Benjamin, its aura. Modern arts are not always aesthetical, but political and economical at some points, which made the modern arts cannot be perceived or taking appreciations as a substance of beauty, but instead as commodities. In a way, the art which no longer has its aura still available for appreciations even without the originality as a context on the work of art. An art existed with its ideas of beauty and artistic being so without digging the context of originality the art still available for appreciation. The basic concept of originality, in this case, has turned to a new conceptual form of innovation whereas the ideas of ?new? is there as well."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1534
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Nalenan, 1942-
Jakarta: Gunung Agung, 1981
320.092 NAL a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arnold, Thurman Wesley
New Haven Yale University Press 1937,
330 ARN f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>