Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roni Wongso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi 15 strain kapang dari lima manuskrip kuno berbahan kertas daluang asal perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) dan melakukan deskripsi morfologi kapang-kapang tersebut. Identifikasi dilakukan berdasarkan analisis sekuens daerah Internal Transcribed Spacers (ITS) rDNA dan pengamatan morfologi kapang dilakukan pada Czapek’s Dox Agar (CDA). Primer forward ITS1 dan primer reverse ITS4 digunakan untuk amplifikasi daerah ITS rDNA.
Hasil elektroforesis produk PCR menunjukkan panjang daerah ITS dari 15 strain kapang tersebut bervariasi antara 500 pb--900 pb. Sebelas strain kapang memiliki homologi ITS rDNA dengan spesies terdekat Aspergillus clavatus Desm. (1 strain), Aspergillus flavus group (1 strain), Aspergillus niger van Tieghem (1 strain), Penicillium citrinum Thom (6 strain), Penicillium janthinellum Biourge (1 strain), dan Penicillium oxalicum Currie & Thom (1 strain) dan termasuk anggota ordo Eurotiales, kelas Plectomycetes, dari filum Ascomycota. Satu strain memiliki homologi ITS rDNA dengan spesies terdekat Pseudocercospora sp. (1 strain) dan termasuk anggota ordo Capnodiales, kelas Dotthideomycetes, dari filum Ascomycota. Tiga strain kapang (Penicillium sp. FIB.PRI.6.1, Fraseriella sp. FIB.PRI.6.2, dan mycelia sterilia FIB.PRII.3) belum berhasil diidentifikasi hingga tingkat spesies.

The aims of this research were to identify 15 mould strains from five old manuscripts of daluang paper from the library of Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) and to describe their morphology. Identification was carried out based on analysis of Internal Transcribed Spacers (ITS) region of rDNA sequence. Observation of the mould’s morphology was carried out on Czapek’s Dox Agar (CDA). Forward primer ITS1 and reverse primer ITS4 were used to amplify the ITS region of rDNA. Gel electrophoresis results showed that the lengths of ITS region from 15 mould strains were on the range of 500 bp--900 bp.
Eleven strains showed ITS rDNA sequence similarities to Aspergillus clavatus Desm. (1 strain), Aspergillus flavus group (1 strain), Aspergillus niger van Tieghem (1 strain), Penicillium citrinum Thom (6 strains), Penicillium janthinellum Biourge (1 strain), Penicillium oxalicum Currie & Thom (1 strain). The strains belong to order Eurotiales, Class Plectomycetes, phylum Ascomycota. One strain showed ITS rDNA sequence similarity to Pseudocercospora sp. (1 strain). The strain belongs to order Capnodiales, class Dotthideomycetes, phylum Ascomycota. Three strains (Penicillium sp. FIB.PRI.6.1, Fraseriella sp. FIB.PRI.6.2, and mycelia sterilia FIB.PRII.3) were unable to be identified to species level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madinna Rahmadewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapang dari dua manuskrip Cina lama yang mengalami deteriorasi asal plot 1 Ruang Naskah PP-UI Depok berdasarkan data sekuens daerah internal transcribed spacers ribosomal DNA ITS rDNA . Pengambilan sampel kapang dari manuskrip dengan metode swab dan isolasi kapang dengan metode culture-dependent. Amplifikasi daerah ITS rDNA dan DNA sequencing menggunakan primer forward ITS5 dan primer reverse ITS4.
Pencarian homologi sekuens daerah ITS rDNA menggunakan program basic local alignment search tool BLAST. Pembuatan pohon filogenetik menggunakan metode Neighbor Joining, model dua parameter Kimura dan bootstrap sebanyak 1.000 kali replikasi. Lima isolat kapang terpilih diperoleh berdasarkan tipe morfologi yang berbeda dengan kapang dari manuskrip Cina lama asal plot 2, 4, 5, dan 6.
Hasil elektroforesis gel produk PCR daerah ITS rDNA menunjukkan lima strain memiliki ukuran fragmen ITS rDNA dengan kisaran 500--700 pb dan DNA sequencing menunjukkan panjang daerah ITS rDNA berkisar 579--610 pb. Lima strain UICC merupakan anggota dari dua kelas Class Eurotiomycetes dan Dothideomycetes , dua ordo Order Eurotiales dan Capnodiales serta tiga famili Family Aspergillaceae, Cladosporiaceae dan Trichocomaceae.
Strain UICC 1099 dan UICC 1102 memiliki homologi 99,4 dan 99,8 dengan type strain Aspergillus pseudodeflectus NRRL 6135T. Strain UICC 1103 memiliki homologi 99,7 dengan type strain Cladosporium colocasiae ATCC 200944 T. Strain UICC 1101 memiliki homologi 99,8 dengan type strain Penicillium coffeae NRRL 35363T. Strain UICC 1100 memiliki homologi 99,4 dengan type strain Penicillium mallochii DAOM 239917T. Lima strain UICC merupakan fungi anamorf dan bersifat xerofilik.

The objective of this study was to identify moulds isolated from two deteriorated old Chinese manuscripts from plot 1 Ruang Naskah Central Library Universitas Indonesia Depok based on sequence data of internal transcribed spacer regions of ribosomal DNA ITS rDNA . Sterile cotton swab was used to obtain samples and culture dependent method was used to isolate moulds. Forward primer ITS5 and reverse primer ITS4 were used to amplify ITS rDNA region and sequencing the DNA.
Basic Local Alignment Search Tool BLAST program was used to determine the sequence homology of ITS rDNA region. A phylogenetic tree was constructed by Neighbor Joining method with Kimura rsquo s two parameter model and bootstrap with 1,000 replicates. Five selected mould isolates were obtained based on the morphological type differences compared to moulds from old Chinese manuscripts from plot 2, 4, 5, and 6.
Gel electrophoresis showed that the fragment lengths of ITS rDNA region from five strains were on the range of 500 700 bp and DNA sequencing showed that the length variations of ITS DNA fragments were 579 to 610 bp. The five UICC strains belonged to two classes Class Eurotiomycetes and Dothideomycetes , two orders Order Eurotiales and Capnodiales and three families Family Aspergillaceae, Cladosporiaceae and Trichocomaceae.
UICC 1099 and UICC 1102 strains showed 99.4 and 99.8 homologies with their type strain Aspergillus pseudodeflectus NRRL 6135T. UICC 1103 strain has 99.7 homology with its type strain Cladosporium clocasiae ATCC 200944T. UICC 1101 strain has 99.8 homology with its type strain Penicillium coffeae NRRL 35363T. UICC 1100 strain has 99.4 homology with its type strain Penicillium mallochii DAOM 239917T. The five UICC strains are anamorphic and xerophilic fungi.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prasetia Teja
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi 16 strain kapang dari tujuh manuskrip kuno berbahan kertas Eropa dengan analisis sekuens daerah internal transcribed spacers (ITS) pada rDNA dan melakukan deskripsi morfologi terhadap kapang-kapang tersebut. Kapang tersebut berasal dari manuskrip kuno asal Keraton Kasepuhan Cirebon dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Amplifikasi daerah ITS rDNA menggunakan forward primer ITS 1 dan reverse primer ITS 4. Deskripsi morfologi dilakukan pada medium Czapek’s Dox Agar (CDA). Panjang fragmen daerah ITS berdasarkan elektroforesis gel dari kapang genus Aspergillus adalah 500--800 pb, Penicillium 500--600 pb, dan mycelia sterilia 550--800 pb. Satu strain kapang merupakan anggota filum Ascomycota, kelas Loculoascomycetes,ordo Dothideales, famili Davidielaceae, dan memiliki homologi sekuens daerah ITS dengan spesies terdekatnya, yaitu Cladosporium cladosporioides (Fresen.).
Sebanyak 13 strain merupakan anggota filum Ascomycota, kelas Plectomycetes,ordo Eurotiales, famili Trichocomaceae, dan memiliki homologi sekuens daerah ITS dengan spesies terdekatnya, yaitu Aspergillus flavus Link. (satu strain),Aspergillus oryzae Cohn. (dua strain), Aspergillus niger (dua strain), Penicillium citrinum Thom (empat strain), Penicillium griseofulvum Dreckx. (satu strain),Penicillium janthinellum Biourd (satu strain), Eurotium amstelodami L. Mangin (satu strain), dan Eurotium rubrum Jos. Konig. (satu strain). Dua strain kapang lainnya, yaitu satu strain Aspergillus sp. dan satu strain Penicillium sp. belum berhasil diidentifikasi hingga tingkat spesies.

The aim of this research was to identify 16 strains of moulds from seven old European paper manuscripts based on sequence analysis of ITS region rDNA and to describe their morphology. The moulds were isolated from old manuscripts from Keraton Kasepuhan Cirebon and the library of Faculty of Humanities University of Indonesia. ITS 1 and ITS 4 primers were used as forward and reverse primers for PCR, respectively. The mould’s morphology was examined on Czapek’s Dox Agar (CDA). The lengths of ITS region of genus Aspergillus based on gel electrophoresis were on the range of 500--800 bp, Penicillium 500--600 bp, and mycelia sterilia 550--800 bp. One strain belongs to phylum Ascomycota, class Loculoascomycetes, order Dothideales, family Davidielaceae,and showed ITS region similarity to Cladosporium cladosporioides (Fresen.).
Thirteen strains belong to phylum Ascomycota, class Plectomycetes, order Eurotiales, family Trichocomaceae, and showed ITS region similarities to Aspergillus flavus Link. (one strain), Aspergillus oryzae Cohn. (two strains),Aspergillus niger (two strains), Penicillium citrinum Thom (four strains),Penicillium griseofulvum Dreckx. (one strain), Penicillium janthinellum Biourd (one strain), Eurotium amstelodami L. Mangin (one strain), and Eurotium rubrum Jos. Konig. (one strain). One strain of Aspergillus sp. and one strain of Penicillium sp. were unable to be identified to species level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyanto
"ABSTRAK
Protease asam yang dihasilkan oleh kapang memiliki peranan penting dalam industri pangan dan farmasi. Rhizopus spp. merupakan salah satu jenis kapang yang memiliki aktivitas proteolitik dan tidak menghasilkan toksin. Kemampuan Rhizopus dalam menghasilkan enzim proteolitik bervariasi baik antar spesies maupun antar galur dalam spesies yang sama. Untuk memperoleh enzim dengan aktivitas proteolitik yang tinggi, perlu diperhatikan faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitasnya. Tingkat keasaman (pH) dan suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan aktivitas enzim proteolitik. Setiap enzim memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH lingkungan yang menyebabkan aktivitasnya maksimum. Enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme juga mempunyai suhu optimum tertentu untuk mengkatalisis suatu reaksi enzimatis.
Indonesia dikenal kaya akan keanekaragaman hayati kapang. Untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati kapang indigenous Indonesia, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi produksi protease asam ekstra selular dari Rh. microsporus v. Tiegh. var. rhizopodiformis (Cohn) Schipper & Stalpers dan Rh. microsporus v. Tiegh. var. chinensis (Saito) Schipper & Stalpers koleksi University of Indonesia Culture Collection (UICC). Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi biakan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519, 520, dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam menghasilkan enzim proteolitik, dan penentuan waktu fermentasi, pH, dan suhu optimum aktivitas proteolitik pada kapang terpilih.
Aktivitas proteolitik semi kuantitatif dari ketiga biakan dipelajari berdasarkan kemampuannya membentuk zona bening pada medium 4% (b/v) Skim Milk Agar (SMA) dengan cara pencawanan (plating) spora tunggal pada suhu ruang selama 28-29 jam. Filtrat kultur fermentasi Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang diekstraksi dari medium dedak padi digunakan untuk uji aktivitas proteolitik. Uji aktivitas proteolitik kuantitatif dari filtrat kultur dilakukan dengan mengukur jumlah tirosin yang dihasilkan dari hidrolisis substrat kasein pada suhu suhu 37°C ± 2°C selama 30 menit. Setiap labu yang berisi medium fermentasi steril diinokulasi dengan 1 ml suspensi spora Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang berisi 3,9-4,6 x(10 pangkat 5)koloni/ml. Medium fermentasi selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang (26--30°C) tanpa pengocokan. Protease kasar diekstraksi dari medium fermentasi pada 0, 24, 48, 72, 96, dan 120 jam untuk mengetahui waktu fermentasi optimum. Untuk menentukan pH optimum aktivitas proteolitik, kasein sebagai substrat enzim dilarutkan dalam larutan dapar hingga diperoleh pH 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; dan 8,0. Untuk menentukan suhu optimum aktivitas proteolitik, sampel direaksikan dengan substrat kasein 0,7% (b/v) dalam dapar glisin-HCI pH 3,0 dan dinkubasikan pada suhu 35, 40, 45, 50, dan 55°C.
Berdasarkan diameter zona bening yang terbentuk dari pertumbuhan spora tunggal pada medium SMA dapat disimpulkan bahwa Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 memiliki kemampuan menghasilkan protease lebih cepat dibandingkan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519 dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam waktu yang sama (28-29 jam). Aktivitas proteolitik Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 dengan medium fermentasi dedak padi mencapai maksimum, yaitu sebesar 0,0944 U/ml pada inkubasi selama 72 jam. Peningkatan aktivitas proteolitik yang cepat diikuti dengan penurunan pH filtrat kultur.
Enzim proteolitik dalam filtrat kultur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran pH substrat 2,0-6,0 dan memiliki dua puncak aktivitas, yaitu puncak tertinggi pada substrat kasein dengan pH 2,0-3,0 (0,0772--0,0912 U/ml) dan puncak aktivitas kedua yang lebih rendah dari puncak pertama, yaitu pada pH substrat 5,0-6,0 (0,0603-0,0649 U/ml). Enzim proteolitik dari filtrat kuitur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran suhu 35--50°C. Aktivitas proteolitik tertinggi diperoleh pada suhu 45° C.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mazytha Kinanti Rachmania
" ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh identitas spesies kapang dari dua manuskrip Cina lama yang mengalami deteriorasi asal plot 5 Ruang Naskah Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia PP-UI , Depok berdasarkan data sekuens daerah internal transcribed spacers ribosomal DNA ITS rDNA . Pengambilan sampel pada manuskrip menggunakan metode swab dengan cotton bud steril. Isolasi kapang menggunakan metode culture-dependent. Polymerase chain reaction PCR dan DNA sequencing menggunakan primer forward ITS5 dan primer reverse ITS4. Pencarian homologi sekuens daerah ITS rDNA menggunakan program basic local alignment search tool BLAST dan pembuatan pohon filogenetik menggunakan metode Neighbor Joining, model dua parameter Kimura, serta bootstrap sebanyak 1.000 kali replikasi. Penentuan spesies terdekat dan posisi taksonomi menggunakan analisis filogenetik dan didukung oleh data morfologi. Isolasi kapang menghasilkan enam isolat kapang terpilih berdasarkan tipe morfologi yang berbeda dengan kapang dari manuskrip Cina lama asal plot 1, 2, 4, dan 6 Ruang Naskah PP-UI, Depok. Berdasarkan elektroforesis gel, panjang fragmen daerah ITS rDNA dari enam isolat kapang bervariasi antara 600--700 pb. Hasil DNA sequencing lengkap menunjukkan panjang daerah ITS rDNA enam isolat berkisar 582--625 pb. Enam strain UICC merupakan anggota dari tiga kelas Dothideomycetes, Eurotiomycetes dan Sordariomycetes , tiga ordo Capnodiales, Eurotiales dan Hypocreales , dan empat famili Cladosporiaceae, Nectriaceae, Ophiocordycipitaceae, dan Pleosporaceae . Strain UICC 1107 memiliki homologi 99,32 dengan type strain Purpureocillium lilacinum sin. Paecilomyces lilacinus ATCC 10114T. Lima strain UICC tidak dapat ditentukan spesiesnya. Strain UICC 1106 adalah Cladosporium sp. dengan homologi 100 terhadap type strain Cladosporium oxysporum CBS 125991T dan Cla. tenuissimum CPC 14235T. Strain UICC 1105 adalah Curvularia sp.1 dengan homologi 93,80 dan strain UICC 1108 adalah Curvularia sp.2 dengan homologi 94,70 terhadap type strain Curvularia carica-papayae CBS 135941T. Strain UICC 1109 adalah Rectifusarium sp. dengan homologi 85,87 terhadap type strain Rectifusarium robinianum CBS 430.91T. Strain UICC 1104 adalah Sarocladium sp. dengan homologi 97,13 terhadap type strain Sarocladium bifurcatum UTHSC 05-3311T. Enam strain UICC merupakan fungi anamorf dan bersifat xerofilik.
ABSTRACT The aim of this study was to determine the species identity of moulds from two deteriorated old Chinese manuscripts from plot 5 Ruang Naskah Central Library Universitas Indonesia, Depok based on internal transcribed spacers region of ribosomal DNA ITS rDNA . Samples from the manuscripts were collected by using swab method with sterile cotton swabs. Mould isolates were obtained by culture dependent method. Polymerase chain reaction PCR and DNA sequencing were performed using forward primer ITS5 and reverse primer ITS4. Homology search of ITS rDNA sequences was carried out using basic local alignment search tool BLAST program and phylogenetic tree construction was performed using Neighbor Joining method, Kimura rsquo s two parameter model, and bootstrap 1,000 replicates. The closest species and taxonomic position were obtained by phylogenetic analysis and supported by morphological data. Six mould isolates were selected based on morphological type differences compared to mould isolates from old Chinese manuscripts from plot 1, 2, 4, and 6 Ruang Naskah Central Library UI, Depok. Based on gel electrophoresis, the lengths of ITS rDNA fragments of six mould isolates varied between 600 700 bp. Full sequence data of ITS rDNA of six isolates showed that the lengths of their ITS rDNA varied between 582 625 bp. Six UICC strains belonged to three classes Dothideomycetes, Eurotiomycetes and Sordariomycetes , three orders Capnodiales, Eurotiales and Hypocreales , and four families Cladosporiaceae, Nectriaceae, Ophiocordycipitaceae, and Pleosporaceae . UICC 1107 strain showed 99.32 homology to the type strain, Purpureocillium lilacinum syn. Paecilomyces lilacinus ATCC 10114T. Five UICC strains were not able to be determined to the species level. UICC 1106 strain was identified as Cladosporium sp., with 100 homology to the type strains, Cladosporium oxysporum CBS 125991T and Cla. tenuissimum CPC 14235T. UICC 1105 strain was identified as Curvularia sp.1, with 93.80 homology and UICC 1108 strain was identified as Curvularia sp.2, with 94.70 homology to the type strain, Curvularia carica papayae CBS 135941T. Strain UICC 1109 was identified as Rectifusarium sp., with 85.87 homology to the type strain, Rectifusarium robinianum CBS 430.91T. Strain UICC 1104 was identified as Sarocladium sp., with 97.13 homology to the type strain, Sarocladium bifurcatum UTHSC 05 3311T. Six UICC strains were anamorphic and xerophilic fungi."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66193
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismahan Umran
"ABSTRACT
Glomalean fungi are natural resources commonly found in different natural ecosystems and associated with different potential forest, agriculture, horticulture and pasture plant. Natural resource exploitation may lead to ecosystem destruction and may affect population status of these fungi.
The objective of this study is to determine the diversity of glomalean fungi and their inoculum potential in five land-use types, i.e.: forest, agroforest, "sengon" (Paraserianthes) plantation, cassava plantation and "alang-alang" (lmperata) at Kecamatan Tebo Ulu, Kecamatan Rantau Pandan, Kecamatan Muara Bungo, and Kecamatan Tebo Tengah, Bungo Tebo District, Jambi Province.
Fifteen soil samples were collected from the five land-use types at a depth of 0 - 5 cm (K1) and 5 - 15 cm (K2). The glomalean fungi spores were extracted and isolated using wet sieving-decanting technique (Gerdemann, 1971) followed by sucrose centrifugation technique (Setiadi et al., 1992)_ isolated spores were identified by using the Manual for identification of VA mycorrhizal fungi (Schenck & Perez, 1990), and diversity glomalean fungi in each land-use type was analyzed using Shannon-Wiener Index, while their inoculum potential was assessed using most probable number (MPN) following procedure of Felmann & ldczak (1994). Degree of inoculum potential of the five land-use types was analyzed using varian one-way classification (Sakai & Rohlf, 1992).
The results show that glomalean fungi population at the five land-use types varied. Among the six genera in the world, four genera of glomalean fungi i.e. (Glomus, Sclerocystls, Acaulospora, and Gigaspora) were found at all land-use types. Glomus spp. were dominant at the five land-use types. Genus of Gigaspora was only found at cassava plantation. Compared with the other land use types, number of species and spores found in cassava (9 species of glomalean fungi with 323 spores/100 g of sample) and in "alang-alang° (11 species with 318 spores/100 g of sample) were the highest at the value of diversity index (1,44) and (1,23) respectively. Spores of glomalean fungi increase gradually from undisturbed forest to degraded "alang-alang".
Results also indicate that the inoculum potential of the five land-use types are different. Compared to the other land-use types, inoculum potential of "sengon" (39,5 active propagule/cm3 soil) and cassava plantation (37,75 active propagulelcm3 soil) were the highest. The results also show that the value of inoculum potential is not always positively correlated with the abundance of spores.
Further research to determine the relationship between glomalean fungi diversity with their inoculum potential and the soil productivity is recommended. This approach can be used as an alternative strategy to improve sustainable agriculture development using microbial processes. "
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
"ABSTRAK
Penggunaan fungisida bertujuan untuk melindungi benih dari serangan cendawan patogen penyebab penyakit sehingga benih dapat disimpan lama serta memberantas cendawan penyebab penyakit pada tanaman.
Dua macam penelitian dilakukan di Laboratorium dan rumah kaca PAU IPB di Dermaga Bogor untuk mengetahui pengaruh fungisida folirfos pada beberapa konsentrasi (0,04%, 0.12% dan 0,20%) serta fungisida ridomil pada konsentrasi 1,16%, 1,54% dan 2,31%.
Penelitian pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh fungisida terhadap perkecambahan benih jagung SD II dan perkecambahan spora cendawan mikoriza arbuskula. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fungisida folirfos pada konsentrasi rendah, sedang dan tinggi tidak menghambat perkecambahan benih jagung dan perkecambahan spora Gigaspora rosea serta perkecambahan Glomus manihotis. Penggunaan ridomil menghambat perkecambahan benih jagung, tetapi tidak menghambat perkecambahan spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis.
Penelitian kedua untuk mengetahui pengaruh fungisida terhadap infeksi spora CMA pada akar tanaman jagung dan jumlah spora CMA pada tanah basah dan kering bekas pertanaman jagung dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Pengaruh fungisida dan mikoriza terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman jagung menggunakan rancangan acak lengkap (faktorial) dengan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fungisida tidak berpengaruh terhadap infeksi CMA pada akar tanaman jagung dan jumlah spora CMA pada tanah basah dan tanah kering. Kombinasi perlakuan fungisida dan spora CMA juga tidak berpengaruh terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman jagung.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan fungisida folirfos dapat diberikan pada benih jagung dan pada spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis, sedangkan fungisida ridomil tidak dapat diberikan pada benih jagung, namun dapat diberikan pada spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis.
Untuk keberadaan CMA pada tanaman jagung penggunaan fungisida tidak mempengaruhinya. Sedarigkan jumlah dan tinggi tanaman jagung tidak dipengaruhi oleh penggunaan fungisida dan mikoriza.

ABSTRACT
One of the purposes of using fungicides is to protect seeds against the attack of pathogenic fungi that cause diseases, so that seeds can be stored longer and fungi that cause disease can be eliminated.
Two experiments were performed in a green house of PAU IPB Bogor, Dermaga, to find out the influences of folirfos fungicide with low concentration (0.04%), medium concentration (0,12%) and high concentration (0,20%), and ridomil fungicide with low concentration (1,16%), medium concentration (1,54%) and high concentration (2,31%) to SD II variety of sweet corn seed germination, to the spore germination of vecsicular - arbuscular (VA) mycorrhizal fungi, Gigaspora rosea and Glomus manihofis, VA mycorrhizai fungi infection on roots, the number of VA mycorrhizal fungi spores on wet soil and dry soil, the number of leaves and the height of corn trees.
The first experiment was performed to find out the influences of folirfos fungicide and ridomil to corn seeds germination and germination of VA mycorrhizal fungi spores.
The results showed that the use of folirfos fungicide with low, medium and high concentrations did not inhibit the the germination of corn seeds, whereas ridomil fungicide with low, medium and high concentrations inhibited the germination of corn seeds. For the germination of Gigaspora rosea, folirfos fungicide with low, medium and high concentrastiens did not inhibit the germination of Gigaspora rosea, whereas ridomil fungicide with medium and high concentrations did not inhibit the germination of Gigaspora rosea either. Ridomil fungicide with low concentration (F4) was still able to increase the germination of Gigaspora rosea amounting to 64,16%, whereas for the germination of Glomus manihofis, the use folirfos and ridomil fungicide could increase the germination of Glomus manihofis spores. Ridomil fungicide with medium concentration (F5) was still able to increase the germination of Glomus manihotis spores amounting to 22,5%.
The second experiment was performed to find out the influences of folirfos fungicide to the VA mycorrhizal fungi on roots of corn trees, and the amount of VA spores on wet soil and dry soil which were previously planted with corn trees, as well as the influences of both fungicides and a mycorrhizal inoculum to the number of leaves and the height of corn trees.
The results showed that folirfos fungicide and ridomil did not influence the infection of VA mycorrhizal fungi on the roots of corn trees and the amount of VA spores on wet soil and dry soil. The combination of treatment of fungicide and VA spores did not significantly influence (p>0,05) the number of leaves and the height of corn trees, 1 can be concluded, from the fisrt experiment, that the use of folirfos fungicide with any level of concentration can be given to the seeds of corn because it did not inhibit germination, whereas ridomil fungicide with low, medium and high concentrations can not be given to the seeds of corn because it inhibit germination. As for the germination of VA mycorrhizal fungi, ridomil fungicide with low concentration (F4) can be given to Gigaspora rosea, because the spores were still able to germinate up to 64,14%.
From the second experiment I can conclude that folirfos fungicide as well as ridomil fungicide with any level of concentration can be used for corn trees containing mycorrhizal fungi, because both fungicide did not influence the existence of VA mycorrhizal fungi on the trees, the number of leaves as well the height of the corn trees.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djarwanto
"Di alam banyak ditemukan jamur pelapuk kayu yang dapat dimakan. Salah satunya adalah genus Pleuratus (jamur tiram), yang merupakan salah satu perombak utama bahan lignoselulosa di hutan tropis (Kurtzman & Zadrazil, 1982). Jamur tersebut telah diterima masyarakat sebagai sumber bahan makanan tambahan (Suprapti, 1987). Jamur tiram memiliki nilai gizi cukup baik (Crisan & Sand, 1978; Bano & Rajarathnam, 1982, dan Djarwanto & Suprapti, 1992), Selain itu, jamur P. ostrecrrrrs dapat menghambat pertumbuhan tumor pada tikus sebesar 75,3% (Chang, 1993).
Kayu akasia (Acacia mangium Willd.), damar (Agathis borneensis Warp.), dan karet (Hevecr brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tiga dari beberapa jenis kayu yang dikembangkan sebagai pohon hutan tanaman industri. Di Indonesia, limbah lignoselulosa yang merupakan produk sampingan industri kehutanan terdapat melimpah. Tanpa perlakuan terhadap limbah tersebut maka proses pelapukan secara alami akan memakan waktu yang relatif lama, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Mempertimbangkan bahwa sumber daya kayu dan jamur pelapuk banyak terdapat di Indonesia, maka terbuka peluang untuk memanfaatkannya secara bersamaan sehingga akan diperoleh nilai tambah yang lebih baik dibandingkan apabila dimanfaatkan secara terpisah atau dibiarkan begitu saja. Dengan memanfaatkan kekayaan tersebut secara bijaksana, diharapkan akan mempunyai andil dalam pelestarian sumberdaya alam dan kemungkinan terbukanya lapangan kerja Baru.
Ketahanan kayu yaitu daya tahan suatu jenis kayu terhadap beberapa faktor seperti jamur, serangga, dan binatang laut. Di daerah tropis, nilai suatu jenis kayu untuk keperluan konstruksi sangat ditentukan oleh keawetannya, karena kayu yang berkelas kuat satu, tidak akan ada artinya jika kelas awetnya rendah, sehingga kelas pakainya juga rendah.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produktivitas sembilan isolat jamur Pleurolus dalam mengkonversi limbah lignoselulosa menjadi biomasa yang dapat dimakan, dan kemampuan jamur tersebut melapukkan balok tiga jenis kayu hutan tanaman. Jenis jamur yang diteliti yaitu Pleurolus flabellalrrs Berk. & Br., P. oslrealus Jacq. ex Fr., dan P. sajor-caju (Fr) Sing., masing-masing terdiri dari tiga isolat yang diperoleh dari lapangan di Jawa Barat dan koleksi Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Untuk mengetahui pertumbuhan miselium jamur pada media agar dipergunakan Malt Extract Agar (MEA), dan Potato Dextrose Agar (PDA) dalam cawan petri.
Media produksi dibuat dari serbuk gergaji kayu akasia, damar, dan karet, masing-masing sebanyak 77,5%, ditambah dengan dedak 20%, gips 1,0%, CaCO3 1,0%, urea 0,5%, dan air suling secukupnya. Masing-masing komposisi dicampur hingga homogen dan dimasukkan ke dalam kantong plastik PVC sebanyak 450 gram, kemudian disterilkan dan diinokulasi dengan isolat jamur tersebut. Efisiensi konversi biologi (EKB) dinyatakan dalam persentase bobot tubuh buah jamur segar terhadap bobot bahan media kering, sesuai dengan penelitian Silverio el al. (1981), Royse (1985), Diable & Royse (1986), dan Madan el al. (1987).
Kemampuan jamur dalam melapukkan balok kayu diuji dengan metode Kolleflask sesuai standar DIN 52176. Sebagai pembanding digunakan Schizophyllum commune Fr. Data bobot tubuh buah, jumlah pilaus, frekuensi panen, nilai EKB dan pengurangan berat balok kayu dianalisis dengan menggunakan rancangan faktorial 3x3x3 (jenis kayu, jenis jamur dan isolat) dengan lima ulangan.
Hasilnya menunjukkan bahwa miselium jamur Pleurolus dapat tumbuh baik pada media MEA maupun PDA. Laju pertumbuhan miselium pada media agar berkisar antara 5,5-8,8 mm/hari. Laju pertumbuhan yang tinggi ditemukan pada P. ostreatus isolat II, sedangkan yang rendah pada P. flabellatus isolat II. Isolat jamur yang cepat tumbuh untuk masing-masing jenis yaitu P. flabellatus isolat III, P. ostreatus isolat I dan II, dan P. sajor-caju isolat I dan III.
Sampai umur tiga minggu setelah inokulasi, pertumbuhan miselium pada permukaan media serbuk gergaji kayu akasia paling cepat. Laju pertumbuhan miselium berturut-turut adalah P. ostreatus, diikuti P. sajor-caju, dan yang paling lambat adalah P. flabellatus. Laju pertumbuhan yang cepat adalah P. ostreatus isolat I & II, dan P. sajor-caju isolat I & III. Permulaan panen jamur tercepat adalah P. flabellatus isolat III, diikuti oleh P. flabellatus isolat II & I, dan yang paling lambat adalah P. sajor-caju isolat II. Frekuensi panen dan jumlah pileus P. flabellatus adalah paling tinggi. Frekuensi panen yang tinggi umumnya pada isolat II, sedangkan jumlah pileus isolat I umumnya paling banyak.
Kemampuan jamur Neuron's dalam mengkonversi media yang paling tinggi adalah pada kayu karet, dan yang paling rendah pada kayu damar. Produktivitas dan biokonversi yang tinggi dihasilkan oleh P. ostretus isolat I dan II, P. flabellatus isolat I, sedangkan P. sajor-caju hampir sama untuk masing-masing isolat. P. flabellatus isolat I dan II merupakan strain yang berbeda dengan isolat III, P. ostreatus isolat I adalah satu strain dengan isolat III yang berbeda dengan isolat II, sedangkan P. sajor-caju isolat I dan III memiliki strain yang berbeda dengan isolat II. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji tersebut merupakan salah satu upaya mengefisiensikan pemanfaatan sumber daya kayu yang berimplikasi pada konservasi sumber daya alam, karena biokonversi membantu mempertahankan lingkungan dari timbunan sisa bahan organik yang berlebihan, dan memberikan nilai tambah berupa biomassa jamur yang dapat dimakan.
Kemampuan P. sajor-caju melapukkan kayu rendah, sedangkan kemampuan P. ostrealus lebih tinggi. Pada umumnya ketiga jenis jamur Pleurotus isolat II dan lII lebih merusak kayu daripada isolat I. Derajat pelapukan kayu akasia oleh jamur Pleurolus tidak berbeda dengan damar, sedangkan pada kayu karet lebih tinggi. Pengurangan berat kayu yang tinggi ditemukan pada kayu karet yang diinokulasi dengan P. ostreatus isolat II dan P. flabelatus isolat III. Kemampuan jamur Pleura's dalam melapukkan contoh uji balok kayu umumnya lebih rendah dibandingkan dengan S. commune."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yura Vebliza
"Universitas Indonesia Culture collection (UICC) memiliki koleksi strain-strain Rhizopus arrhizus Fischer yang diisolaasi dari tempe dan telah diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi. Penelitian bertujuan memperoleh identitas yang akurat pada tingkat spesies dari lima strain R. arrhizus (UICC 26, UICC 36, UICC 39, UICC 55, dan UICC 121) berdasarkan data sequence daerah internal transcribed spacers ribosomal DNA dan analisis filogenetik. Amplifikasi dan sequencing daerah ITS rDNA dilakukan menggunakan primer forward ITS5 dan primer reverse ITS4. Pencarian homologi sequence dilakukan dengan program BLAST. Sequence alignment dilakukan menggunakan program Clustal X. Konstruksi pohon filogenetik dilakukan menggunakan metode neighbor joining dengan model dua parameter Kimura dan nilai bootstrap 1000 pengulangan. Karakterisasi morfologi dan fisiologi (pengujian pertumbuhan pada variasi suhu) dilakukan untuk melengkapi deskripsi strain. Panjang fragmen daerah ITS rDNA kelima strain R. arrhizus sekitar 600--700 pb.
Hasil BLAST menunjukkan kelima strain UICC memiliki homologi dengan type strain R. oryzae CBS 112.07T pada kisaran 98,9--99,8%. Pohon filogenetik menunjukkan strain UICC 36 dan strain UICC 55 berada dalam satu grup yang monofiletik dengan type strain R. oryzae CBS 112.07T dan neo type R. arrhizus NRRL 1469NT. Saat ini R. arrhizus merupakan sinonim dari R. oryzae, sehingga kedua strain tersebut diidentifikasi sebagai R. oryzae. Strain UICC 26, UICC 39, dan UICC 121 berada dalam satu grup yang monofiletik dengan type strain R. delemar CBS 120.12T, sehingga ketiga strain diidentifikasi sebagai R. delemar. Rhizopus oryzae dan R. delemar merupakan dua spesies yang berkerabat sangat dekat, sehingga secara morfologi tidak dapat dibedakan. Re-identifikasi lima strain R. arrhizus UICC secara molekuler menghasilkan identitas spesies yang berbeda menjadi R. oryzae dan R. delemar, namun karakter morfologi dan fisiologi lima strain tersebut menunjukkan karakter sebagai R. oryzae.

Universitas Indonesia Culture Collection (UICC) has collection of Rhizopus arrhizus Fischer strains, which were isolated from tempeh and were identified based on morphological and physiological characters. The aim of this study was to obtain accurate identification at species level of five strains of R. arrhizus (UICC 26, UICC 36, UICC 39, UICC 55, and UICC 121) based on internal transcribed spacers (ITS) region of ribosomal DNA (rDNA) sequence data and phylogenetic analysis. Amplification and sequencing of ITS region of rDNA were performed using forward primer ITS5 and reverse primer ITS4. Sequence homology search was performed using BLAST. Sequence alignment was carried out using Clustal X. Construction of phylogenetic tree was performed using neighbor joining method, Kimura?s two parameter model and bootstrap values of 1000 iterations. Characterization of morphological features and growth at variation of temperature were carried out to support the description of the strains. The fragment length of ITS region rDNA from five strains of R. arrhizus was about 600--700 bp.
Results of BLAST homology search of the strains showed 98.9--99.8% similarities to the type strain R. oryzae CBS 112.07T. Phylogenetic tree showed that UICC 36 and UICC 55 were clustered together in a monophyletic group with the type strain R. oryzae CBS 112.07T and neo type strain R. arrhizus NRRL 1469NT. Currently, R. arrhizus is a synonym of R. oryzae, therefore both strains were identified as R. oryzae. Strains UICC 26, UICC 39, and UICC 121 were clustered together in a monophyletic group with the type strain R. delemar CBS 120.12T, therefore they were identified as R. delemar. Rhizopus oryzae and R. delemar are very closely related species and morphologically similar. Re-identification of five strains R. arrhizus UICC based on molecular has difference of species identity as R. oryzae and R. delemar, but the five strains show similar morphological and physiological characters as R. oryzae.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>