Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irgahayu Madhina
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tanggung jawab dan peran defender (pembela korban) dalam bullying pada siswa SD. Pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi oleh Sukiat (1993) dan pengukuran peran defender menggunakan alat ukur peran defender yang dikonstruksi oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian mengenai reaksi bystander oleh Rigby (2008), hasil penelitian mengenai alasan menjadi defender oleh Beane (2008), dan kriteria defender yang dikemukakan oleh Beane (2008). Partisipan berjumlah 135 siswa yang berasal dari dua sekolah dasar di kota Cilegon, dengan karakterisitik usia 10-12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara tanggung jawab dan peran defender dalam bullying pada siswa SD sebesar 0,532 yang signifikan pada l.o.s. 0,01 (nilai p = 0,000). Artinya, semakin tinggi tanggung jawab yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi tingkat peran defender yang dimiliki.

This study was conducted to examine the relationship between responsibility and the role of defender in bullying incidence among elementary school students. The measurement of responsibility was conducted using measuring instruments constructed by Sukiat (1993). The measurement of the role of defender was conducted using measuring instrument constructed by the researcher based on bystander reaction study result by Rigby (2008); reasons being defender study result by Beane (2008); and defender criteria set out by Beane (2008). Total participants of this study was 135 students from two elementary schools in Cilegon with age characteristic of 10-12 years. The results of this study indicate that there is a significant positive relations between responsibility and the role of defender in bullying incidence among elementary school students with 0.532 which is significant at l.o.s. 0.01 (p value = 0.000). It means that the higher the responsibility held by the students, the higher their level of defending roles."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimny Hilda Fauzia
"Studi ini meneliti hubungan antara family functioning dan respons bystander bullying pada siswa SMA. Respons bystander bullying dikategorikan menjadi tiga, yaitu defender (menolong korban), outsider (tidak melibatkan diri), dan reinforcer (mendukung pelaku). Alat ukur yang digunakan adalah Family Assessment Device (Miller, Ryan, Keitner, Bishop, & Epstein, 2000) dan Alat Ukur Respons Bystander Bullying yang merupakan modifikasi dari penelitian Gini, Pozzoli, Borghi, dan Franzoni (2008). Sampel penelitian ini adalah 101 siswa SMA di Jakarta dan Depok.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara family functioning dan respons sebagai defender. Berikutnya, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara family functioning dengan respons outsider dan reinforcer. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya sekolah melibatkan keluarga dalam upaya minimalisasi respons outsider dan reinforcer, serta mencegah bullying di sekolah.

This research aims to study the relationship between family functioning and bullying bystander response among high school students. Bullying bystander responses are categorized into three, namely defender (to help victims), outsider (not involved), and reinforcer (supporting actors). The instruments used in this research are Family Assessment Device (Miller, Ryan, Keitner, Bishop, & Epstein, 2000) and the Bullying Bystander Response Measurement Tools which is a modification of the study conducted by Gini, Pozzoli, Borghi, and Franzoni (2008). The samples are 101 high school students in Jakarta and Depok.
The result indicates that there is no significant relationship between family functioning and response as a defender. The result also shows that there is a negative and significant relationship between family functioning with outsider response and reinforcer. The implication of this study suggest to involve families in effort to minimize bystander response as outsider and reinforcer, and also to prevent bullying at school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Apriadi Darwita
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara kohesivitas kelompok pada kelompok peserta mentoring agama Islam dengan tanggung jawab siswa sma. Pengukuran kohesivitas kelompok menggunakan alat ukur group environment scale (Carron, 1985) dan pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi dari teori Sukiat (1993). Partisipan berjumlah 110 siswa yang berasal dari beberapa sma di kota Depok yang memiliki karakteristik sebagai peserta mentoring agama Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan hubungan antara tanggung jawab dengan kohesivitas kelompok peserta mentoring agama Islam pada siswa sma (r = 0.208; p = 0.042, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi kohesivitas kelompok yang dimiliki peserta mentoring agama Islam, maka semakin tinggi tanggung jawab yang dimiliki. Berdasarkan hasil tersebut, seseorang yang mengikuti mentoring agama Islam perlu meningkatkan kohesivitas kelompok sebagai salah satu pendorong yang dapat meningkatkan tanggung jawab.

This research was conducted to find relationship between group cohesiveness of Islamic mentoring participants and responsibility among high school students. Group cohesiveness was measured using a modification instrument named group environment scale (Carron, 1985) and responsibility was measured using a instrument constructed from Sukiat (1993). The participants of this research are 110 students from several high schools in Depok who have characteristic as a participant of Islamic mentoring.
The main results of this research show that responsibility positively correlated significantly with group cohesiveness of the participants Islamic mentoring among high school students (r = 0.208; p = 0.042, significant at L.o.S 0.05). That is, the higher group cohesiveness of one?s own, the higher showing responsibility. Based on these results, someone who follow Islamic mentoring needs to increase group cohesiveness, as one of constructing responsibility.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Salim
"Penelitian ini ingin melihat hubungan antara empati dengan perilaku bullying serta perilaku defending yang dilakukan oleh siswa reguler terhadap siswa dengan ASD di SMPN inklusif yang berlokasi di Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap 158 siswa reguler kelas 7 dan 8 yang memiliki teman sekelas dengan ASD. Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dua instrumen.
Empati diukur dengan Interpersonal Reactivity Index (IRI) sementara perilaku bullying dan defending diukur dengan Self Report of Behaviors in Bullying. Wawancara dengan guru dan siswa juga dilakukan untuk menambah gambaran seputar sekolah inklusi, karakteristik siswa dengan ASD di kelas, serta hubungannya dengan para siswa reguler.
Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang negatif antara empati dengan perilaku bullying (r= -0,301, p < 0,01), dan hubungan yang positif antara empati dengan perilaku defending (r= 0,554, p < 0,01). Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat empati para siswa reguler terhadap siswa dengan ASD, maka semakin rendah tingkat perilaku bullying dan semakin tinggi tingkat perilaku defending yang mereka tampilkan.

This research aims to find the correlation between empathy and bullying and defending behavior performed by regular students towards student with ASD in public inclusive middle schools located in Jakarta. The participants are 158 regular students in 7th and 8th grade who have a classmate diagnosed with ASD. Quantitative data collection was conducted using two instruments.
Empathy was measured using Interpersonal Reactivity Index (IRI), while bullying and defending behavior was measured using Self Report of Behaviors in Bullying. Interviews with teachers and students were also done in order to obtain more informations about the inclusive school, characteristics of student with ASD, and their relationship with other students.
The main results of this research show that empathy is negatively correlated with bullying behavior (r= -0,301, p < 0,01), and at the same time empathy is positively correlated with defending behavior (r= 0,554, p < 0,01). That is, the higher empathy of regular students towards student with ASD, then the lower bullying behavior and the higher defending behavior is displayed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Indira R.
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat naskah kognitif siswa-siswi SMU kelas I dari dua
sekolah yang memiliki indikasi terjadi peristiwa gencet-gencetan. Naskah kognitif
dapat mempengaruhi kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan agresif
(Huesmann, 1998) termasuk juga gencet-gencetan. Seseorang yang memiliki naskah
kognitif mengenai gencet-gencetan akan cenderung melakukan perilaku tersebut
dibandingkan yang tidak mempunyai naskah kognitif ini.
Naskah kognitif adalah skema mengenai sebuah peristiwa (Schank & Abelson;
Abelson, dalam Agoustinous & Walker, 1995), sedangkan gencet-gencetan adalah
perilaku agresif yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara
pelaku dan korban. Gencet-gencetan bisa disamakan dengan perilaku bullying karena
melibatkan perilaku agresif dan terjadinya ketidaseimbangan kekuasaan antara pelaku
dan korban.
. Naskah kognitif mengenai gencet-gencetan akan terdiri dari orang-orang
yang terlibat, urutan kejadian dan perilaku dari orang-orang yang terlibat, waktu dan
tempat peristiwa, dan aturan berperilaku yang dimiliki seseorang mengenai peristiwa
tersebut. Naskah kognitif siswa-siswi dilihat melalui kuesioner yang dikonstruk
berdasarkan hasil elisitasi dengan siswa-siswi SMU dan literatur mengenai bullying.
Subyek diambil dari dua sekolah dimana ada indikasi terjadinya peristiwa
gencet-gencetan. Kedua sekolah juga berbeda dalam jenis kelamin siswa-siswinya.
SMU P merupakan sekolah dengan siswi perempuan semua, sedangkan SMU M
merupakan sekolah dengan siswa laki-laki semua.
Dari hasil penghitungan chi-square terlihat ada beberapa perbedaan yang
signifikan antara naskah kognitif subyek-subyek dari SMU M dengan subyek dari
SMU P, perbedaan ini wajar karena mereka berasal dari lingkungan yang berbeda,
sehingga mempelajari naskah yang berbeda. Gencet-gencetan merupakan perilaku
agresif, sehingga perilaku yang terdapat di dalam naskah kebanyakan akan berupa
perilaku agresif. Bentuk perilaku agresif yang ditunjukkan oleh seseorang dipengaruhi
gendernya. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak menggunakan perilaku agresif
kontak fisik dibandingkan dengan remaja perempuan. Kedua kelompok subyek
mempunyai gender yang berbeda, sehingga ada perbedaan dalam perilaku agresif
dalam naskah mereka, hasil penghitungan menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan dalam perilaku agresif fisik, verbal, dan non-verbal. Perbedaan dalam
perilaku agresif verbal berlawanan dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
gender dan perilaku agresif dimana remaja laki-laki dan perempuan dalam banyaknya
perilaku agresif verbal yang digunakan.
Dengan mengetahui naskah kognitif para subyek, diharapkan dapat membantu
dalam program intervensi terhadap perilaku ini di sekolah-sekolah. Intervensi dapat
dilakukan dengan mengubah naskah yang mereka miliki atau menggunakan naskah
mereka sebagai panduan untuk menghentikan perilaku ini. Penggunaan naskah
sebagai panduan misalnya diketahui dalam naskah subyek SMU P gencet-gencetan
terjadi saat istirahat dan dilakukan secara berkelompok oleh siswi yang lebih senior, ada kemungkinan para subyek (saat mereka sudah mempunyai kekuasaan) akan
menggencet dengan cara tersebut, sehingga saat seorang guru melihat sekelompok
siswi senior sedang mengelilingi salah seorang siswi junior saat istirahat guru tersebut
dapat langsung menghentikan peristiwa ini karena ada kemungkinan besar sedang
terjadi gencet-gencetan."
2004
S3319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Media Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan social support dan resiliensi dengan distres psikologis pada mahasiswa di Indonesia. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa berusia 18-25 tahun. Fenomena distres psikologis pada mahasiswa disebabkan oleh banyaknya tuntutan yang dibebankan pada mahasiswa dan sulitnya mencari sumber materi perkuliahan yang akan diikuti serta padatnya jadwal perkuliahan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan social support dan resiliensi bagi mahasiswa. Meski demikian, distres psikologis pada mahasiswa masih sering terjadi dan memiliki urgensi yang tinggi untuk diperhatikan dan diatasi. Penelitian terdahulu telah menemukan adanya interaksi resiliensi dalam pengaruh dukungan sosial terhadap penurunan tingkat distres psikologis.
Tipe penelitian kuantitatif dengan menggunakan tiga skala penelitian dalam pengambilan data yaitu MSPSS mengukur social support, HSCL-25 mengukur distres psikologis, dan CD-RISC untuk resiliensi. Teknik accidental sampling dengan pengambilan data secara online sebanyak 417 responden dengan hasil bahwa social support dan resiliensi berpengaruh signifikan terhadap distres psikologis. Implikasi penelitian yakni bagi mahasiswa untuk lebih menjalin komunikasi dengan teman, keluarga dan orang di sekitar agar mendapat dukungan sosial yang baik dan akan berdampak pada ketahanan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah sehingga distres psikologis akan menurun

This study aims to determine the relationship between social support and resilience with psychological distress in Indonesian students. Respondents in this study were students aged 18-25 years. The phenomenon of psychological distress in students is caused by the many demands placed on students and the difficulty of finding the source of the subject matter to be followed and the busy lecture schedule, so that to overcome this, it requires social support and resilience to students. Even so, psychological distress in students is still common and has a high urgency to be noticed and overcome.
This type of quantitative research uses three research scales in data collection, namely MSPSS to measure social support, HSCL-25 to measure psychological distress, and CD-RISC for resilience. The accidental sampling technique used online data collection was 422 respondents with the result that social support and resilience had a significant effect on psychological distress. The research implication is for college students to better communicate with friends, family and people around them in order to get good social support and will have an impact on student resilience in facing every problem so that psychological distress will decrease
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selviana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara self-efficacy dan self-regulated learning dengan goal orientation pada siswa SMA di Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 40 Jakarta kelas XI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan iniantitatif dengan menggunakan skala goal orientation, self-efficacy dan self-regulated learning untuk mendapatkan data yang dianalisis dengan analisis diskriminan dan cross tabs eta. Analisis cross tabs eta dipakai untuk menguji korelasi antar variabel dengan variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan analsisis diskriminan dipakai untuk memprediksi responden yang ke arah performance orientation atau mastery orientation. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diuji."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, 2016
150 MS 7:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nuarita Yudhistira. author
"Bullying terjadi di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Langdon & Prable, 2008). Hasil-hasil studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian bullying di SMA.Kejadian bullying paling banyak memberikan pengaruh kepada siswa yang berperan sebagai bystander (Hazler, 1996 dalam Comitee for Children, 2005).Salah satu tipe dari bystander adalah outsider. Sementara itu, menurut Frisen dkk (2007) salah satu faktor menyebabkan seseorang melakukan tindakan bullying terhadap orang lain adalah kurangnya respek.
Penelitian ini berusaha melihat hubungan respek dan peran outsider dalam perilaku bullying pada siswa SMA.Partisipan dari penelitian ini berjumlah 178 orang yang berasal dari dua sekolah yang berbeda (sekolah negeri dan swasta). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungna negatif yang signifikan antara respek dengan peran outsider. Selain itu, juga ditemukan perbedaan mean yang signifikan pada respek antara partisipan yang tergolong outsider dan bukan outsider. Hasil yang signifikan ini dapat dijelaskan melalui komponen karakter.

Bullying happens at every level of education, from primary school to university (Langdon & Prable, 2008). The results of previous studies also shows that there is an increase of bullying incidence in high school level. The impact of bullying mostly happens to students who act as bystander (Hazler, 1996 in Comitee for Children, 2005). One of the types of bystander is outsider.Meanwhile, according to Frisen et al (2007) one of the factors causing a person to bully others is the lack of respect.
This study is aimed to look at the correlation between respect and the role of outsider in bullying behavior among high school students. Participants of this research were 178 students who came from two different schools (public and private schools). Results of this study indicate that there is a significant negative correlation between the respect to the role of outsider. In addition, this study also found a significant difference of mean of respect between the participants who had role as outsider with participants who had role as non-outsider. This significant results can be explained by the character components.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ais Nur Ardhy
"This study aims to examine the moderating effect of political ideology on the relationship of religiosity and happiness in Indonesian context. 219 students of University of Indoneisa participated in this study. Three measurements were used: Satisfaction With Life Scale (SWLS), Religious Commitment Inventory 10 (RCI 10), dan Political Ideology Scale (PIS). The main results of the study found that religiosity had a positive and significant effect on happiness (8 = 0.14, p < 0.01). Meanwhile, no significant moderartion effect was found, either in the conservative liberals (B = 0.00, p > 0.05) or in religious seculars political ideology categorization (B = 0. 00, p > 0.05). These results indicate that the higher the religiosity the higher the happiness of the individual. Meanwhile, political ideology has no significant moderation effect on the relationship of religiosity and happiness. Thus, this study did not support past studies. It might be attributed to the difference in how religiosity is operationalized and in the political situations that might cause the difference on the role of political ideology."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Mathilda Victoria
"Efek penonton terhadap perilaku manusia adalah topik yang menarik dalam bidang psikologi sosial. Eksperimen ini dilakukan untuk mereplikasi efek penonton, sebuah fenomena yang berasal dari drive theory oleh Zajonc, serta evaluation apprehension theory oleh Cottrell. Empat puluh mahasiswa dari Fakultas Human Movement and Nutrition Sciences University of Queensland secara acak dipilih untuk melakukan push-up sebanyak banyaknya dalam kondisi tanpa penonton dan dengan penonton dalam waktu 60 detik, serta menjawab kuesioner singkat setelah selesai melakukannya. Variabel dependen yang diukur dalam penelitian ini adalah performa dan evaluasi ketertekanan. Hasil menunjukkan bahwa peserta dalam kondisi dengan penonton menunjukan performa yang lebih tinggi dibanding peserta dalam kondisi tanpa penonton. Di sisi lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat ketertekanan dalam dua kondisi tersebut. Meskipun tidak ada temuan baru, penelitian ini tetap berguna untuk penelitian selanjutnya, khususnya efek penonton dalam bidang performa olahraga.

Audience effect towards human behaviour is an intriguing topic in social psychology. This experiment was conducted to replicate audience effects, a phenomenon derived from Zajonc’s drive theory and Cottrell’s evaluation apprehension theory. Fourty students from the University of Queensland’s Human Movement and Nutrition Sciences (HMNS) faculty were randomly allocated to either no audience or audience conditions and were instructed to perform the maximum number of push-ups within 60 seconds, as well as to answer a short questionnaire following the completion of the task. The dependent variables measured in the current study were task performance and evaluation apprehension. Results showed that participants in the audience condition scored higher in task performance. On the other hand, there was no significant difference between the level of evaluation apprehension in the two participant conditions. Although there are no new findings, this study remains beneficial for future research, specifically audience effects in sports-related task performance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>