Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177300 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indartono Sosro W.
"Telah dilakukan penelitian mengenai keragaman burung penyedia layanan ekosistem (frugivor dan nektarivor) dan hubungannya dengan vegetasi di tepi kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, Sumatera pada pertengahan Juni 2012 sampai September 2012. Sensus burung dilakukan dengan menggunakan metode Point Count (titik), sedangkan pengambilan data vegetasi dilakukuan dengan metode Point Center Quarter (PCQ) di habitat hutan dan kebun.
Hasil Penelitian menunjukkan jumlah jenis burung penyedia layanan ekosistem yang ditemukan sebanyak 50 jenis burung. Perkebunan (n=38) memiliki jumlah jenis yang lebih tinggi dibandingkan hutan (n= 36). Nilai indeks keragaman burung penyedia layanan ekosistem di habitat kebun (H’= 2,89) lebih tinggi dibandingkan hutan (H’= 2,70).
Namun demikian, hasil analisis uji t indeks keanekaragaman jenis burung penyedia layanan ekosistem menunjukkan tidak ada perbedaan secara nyata keragaman antara habitat hutan dan kebun (0,562 pada P<0,05). Terdapat 11 jenis tumbuhan berbuah dan berbunga yang berasosiasi positif dengan kehadiran burung penyedia layanan ekosistem di dua habitat tersebut.

A study of bird diversity as provider of ecosystem service (frugivor and nektarivor) and the relationship with vegetation at the forest edge of Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung, Sumatra, was conducted during mid-June to September 2012. Bird survey was carried out using Point Count method, whereas vegetation data was collected using Point Center Quartered (PCQ) method in forest and garden habitat.
The results showed that, there were 50 bird species as provider of ecosystem service. The total bird species recorded in the garden (n=38) was higher than in the forest (n=36). Bird diversity index value of provider of ecosystem services in the garden (H’= 2,89) was higher than in the forest (H' = 2,70).
However, the bird diversity between forest and garden habitats was not significantly different (0,562 at P <0,05). There were 11 species plants which associated with bird species in the forest and garden habitat.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Avifah
"Studi mengenai keragaman burung penyedia jasa ekosistem telah dilakukan pada dua tipe habitat yaitu kawasan perkebunan dan kawasan tepi hutan Suaka Margasatwa Cikepuh (SM Cikepuh). Studi dilakukan pada bulan Maret 2016. Metode yang digunakan adalah point count dalam transek sejauh 1 km yang dibuat masing-masing ke arah hutan dan ke arah perkebunan dengan jarak antar titik 200 m. Total titik yang digunakan yaitu 30 titik. Hasil penelitian menunjukan terdapat 37 jenis burung penyedia jasa ekosistem yang terdapat di hutan dan perkebunan. Komposisi jenis burung penyedia jasa ekosistem di kedua habitat secara umum berbeda. Jenis yang mendominasi di kedua habitat yaitu jenis Pycnonotus aurigaster. Hasil korelasi Spearman menunjukan di habitat hutan terdapat korelasi antara jumlah jenis burung Pycnonotus aurigaster dengan jumlah tumbuhan Microcos tomentosa (Sig 2-tailed 0,028 P < 0,05). Diketahui bahwa Pycnonotus aurigaster merupakan agen penyebar biji dari Microcos tomentosa. Jenis burung yang berpeluang sebagai agen penyerbuk di perkebunan jati maupun kelapa yaitu Nectarinia jugularis.

A study on bird diversity as ecosystem services provider was conducted on two types of habitat namely agriculture and forest edge Suaka Margasatwa Cikepuh (SM Cikepuh) on March 2016. The method used in this study was point count within 1 km transects that made toward the forest edge and the agriculture by 200 m distance between point, respectively. Thirty points were used. The result showed that there were 37 species of bird ecosystem services provider lived in forest edge and agriculture. The composition of bird species ecosystem services provider both in forest edge and agriculture was generally different. Dominant species in both habitat was Pycnonotus aurigaster. Spearman correlation showed that there was correlation between Pycnonotus aurigaster with Microcos tomentosa in the edge forest (Sig. 2-tailed 0,028 P < 0,05). The Pycnonotus aurigaster was known as agent seed dispersal at Microcos tomentosa. Bird species that was likely had a role as pollinators in agriculture was Nectarinia jugularis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diny Hartiningtias
"Penelitian fenologi dan struktur komunitas Dipterocarpaceae di Stasiun Penelitian Way Canguk (SPWC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2012. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola fenologi dan struktur komunitas Dipterocarpceae di SPWC, serta mengetahui besar pengaruh pola fenologi terhadap struktur komunitas Dipterocarpceae di SPWC. Pengamatan fenologi dilakukan secara visual dengan binokular setiap awal bulan oleh Wildlife Conservation Society - Indonesia Program (WCS-IP) sejak Februari 1998. Pengamatan stuktur komunitas dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak. Pola fenologi digambarkan dalam bentuk diagram, sedangkan stuktur komunitas dalam bentuk tabel dan peta. Hasil penelitian menunjukkan pola musim berbunga Dipterocarpceae di SPWC adalah subannual, berbeda dengan pola musim berbunga di Kalimantan, Semenanjung Malaysia, dan Sumatra bagian utara. Dipterocarpaceae di SPWC didominasi oleh genus Dipterocarpus. Pola mu ...

Research about phenology and community structure of Dipterocarpaceae in Way Canguk Research Station (WCRS) had been conducted on July to October 2012. The research aimed to acknowledge phenological pattern and community structure of Dipterocarpaceae in WCRS and also the effect of phenological pattern to community structure of Dipterocarpaceae in WCRS. Phenological observation of blooming, fruiting, and appearance of new leaves was conducted visually by binocular at every early moth by Wildlife Conservation Society - Indonesia Program (WCS-IP) since February 1998. The observation of community structure was conducted with transect line, while the observation of community structure was conducted with table and map. The results showed that the phenological pattern of blooming is subannual, Dipterocarpaceae is dominated by genus Dipterocarpus, and blooming pattern did not affect community structure of Dipterocarpaceae"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Ramadhan
"Kelelawar buah famili Pteropodidae telah dikenal sebagai agen penyerbuk bunga dan penyebar biji berbagai spesies tumbuhan di kawasan tropis. Peran kelelawar buah sebagai penyerbuk bunga dan penyebar biji termasuk sebagai jasa layanan ekosistem yang berfungsi menjaga keseimbangan dan kelestarian ekosistem. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui asosiasi antara kehadiran kelelawar buah dengan tumbuhan di tepi kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung selama bulan Juni--September 2012. Lokasi penelitian terdiri atas lahan perkebunan warga dan hutan. Kelelawar buah diperangkap menggunakan jala kabut (mist-net) pada pukul 18.00--22.00 WIB. Analisis vegetasi dilaksanakan menggunakan metode Point-centered Quarter (PCQ). Asosiasi kehadiran kelelawar buah dengan tumbuhan diuji dengan chi-square (2). Berdasarkan hasil penelitian telah didapat total 11 spesies kelelawar buah selama 195 jam pemerangkapan dan 79 spesies tumbuhan di hutan dan kebun. Hasil uji 2 menunjukkan adanya asosiasi antara spesies kelelawar buah dengan tumbuhan di hutan maupun kebun. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa jasa layanan ekosistem oleh kelelawar buah terhadap tumbuhan tetap berlangsung baik di hutan maupun kebun.

Fruit bats of the Pteropodidae family were known as pollinator and seed disperser to some plant species in tropical region. The roles of fruit bats in the ecosystem service are as pollinator and seed disperser that preserve ecosystem balance and conservation. This research was carried out to determine the association between the presence of fruit bats and plants on edge of Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung during June to September 2012. Study sites consisted of cultivated area and forest site. Fruit bats were caught using mist net from 18.00 to 22.00 WIB. Vegetation analysis was done using Point-centered Quarter (PCQ) method. Association between the fruit bats presence and plants was tested using the chisquare (2) method. The results showed that there were 11 species of fruit bats recorded during 195 hours of capture and 79 plant species recorded from cultivated area and forest. The 2 test show an existing association between the presence of fruit bats and the plants form the forest and cultivated area. The result showed that the ecosystem service provided by the fruit bats for the plants suggested a positive influence for the forest and the cultivated area."
Depok: fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruliawati
"Studi mengenai respons burung terhadap efek tepi telah dilakukan pada tiga tipe habitat yaitu kawasan hutan, kawasan agrisilvikultur dan kawasan tepi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Studi dilakukan pada bulan Agustus--September 2014 dan Maret--April 2015 di ketiga tipe habitat yang terletak di desa Sumberejo dan Pemerihan, Lampung Barat. Metode yang digunakan adalah point count dalam transek sejauh 1 km yang dibuat masing-masing ke arah hutan dan kebun dengan jarak antar titik yaitu 200 m. Hasil Cluster Analysis menghasilkan 8 kelompok dengan komposisi yang berbeda Secara umum, komunitas burung di TNBBS didominasi oleh spesialis tepi (ST). Sebanyak 30 jenis burung merespon positif terhadap keberadaan tepi dan didominasi oleh jenis dari suku Pycnonotidae. Namun, analisis berdasarkan tipe tepi menunjukkan bahwa komunitas burung TNBBS merespon negatif terhadap keberadaan jalan. Faktor vegetasi seperti komposisi vegetasi dan bukaan kanopi, serta tingkat intensitas gangguan diduga memengaruhi komposisi burung yang terdapat di kawasan tersebut. Struktur vegetasi yang lebih kompleks pada kawasan tepi berpotensi sebagai penyedia sumberdaya yang lebih beragam bagi komunitas burung. Namun, gangguan seperti aktivitas kendaraan dan perubahan lahan dapat berpengaruh terhadap ketidakhadiran jenis yang membutuhkan area yang lebih luas seperti Enggang gading dan Kuau raja. Kajian mengenai efek tepi terhadap burung diperlukan untuk menunjang manajemen konservasi biodiversitas di kawasan tepi TNBBS.

A study on bird community response to edge effect along the Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP) was conducted on August--September 2014 and March--April 2015 in three types of habitat: forest, agriculture and edge at Pemerihan and Sumberejo villages, West Lampung. The aim of the study was to determine the bird composition based on the habitat type and edge type. The bird survey was carried out using point count method in 1 km transect that established in both forest and agriculture area in those districts. Each transect composed of six point counts at 200 m intervals. By using Cluster Analysis, eight cluster represented each response of bird species to edge type and habitat type. The result showed, in general, edge area in BBSNP has the highest number of bird species than the other type of habitat. Thirty species was classified as edge species and dominated by species from Pycnonotidae. There were no number of birds in cluster which has high abundance in edge area with road as its edge type. The disturbance intensity and vegetation are the most important factors that affected the presence of bird in each habitat with different type of edge. Vegetation complexity along edge, as a combination between forest and agriculture, provides more resource for birds. Despite the benefit, the presence of road and habitat encroachment along the edge may probably responsible to the absence of forest-dependent species such as Helmeted hornbill and Great argus. More research on edge response on birds may support the better the management system of edge area around BBSNP, West Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Afifah
"ABSTRAK
Pembukaan lahan merupakan salah satu permasalahan yang dialami beberapa habitat hutan tropis di Indonesia, salah satunya terletak di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Burung merupakan salah satu hewan yang dapat digunakan sebagai hewan indikator karena burung relative mudah dijumpai pada berbagai habitat dan mampu menempati berbagai tipe habitat dan relung. Burung memiliki tipe feeding guild yang beragam, salah satunya adalah burung insektivora. Burung insektivora dapat tergabung ke dalam sebuah kelompok pencari makan yang di dalamnya terdapat beberapa jenis berbeda atau biasa disebut mixed-species foraging flock. Metode survey burung yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode titik-hitung dan ad-libitum. Survey burung dilakukan pada tiga transek sepanjang 1 km, yang terletak pada habitat hutan dan kebun, dan melewati tiga desa: Sumberejo, Pemerihan Bawah, dan Pemerihan Atas. Sebanyak 23 kelompok burung yang ditemukan merupakan mixed-flock. Mixed-flock yang terdapat di kebunyaitu 14 kelompokdanhutan 9 kelompok. Sebanyak 14 kelompok ditemukan pada transek Sumbererjo, 2 kelompok pada transek Pemerihan Bawah, dan 7 kelompok pada transek Pemerihan Atas. Terdapat asosiasi antara Cipoh jantung (Aegithina viridissima) dan Jingjing batu (Hemipus hirundinaceus) dengan nilai Xhit 87,1>Xtab 3,84 (dk=1; p < 0,05). Potensi pembentukan mixed-flock terdapat di kawasan tepi TNBBS. Komposisi tipe pengambilan pakan gleaner, sallier, probe, searcher.

ABSTRACT
Land clearings is one of the problems that occur in most tropical forest habitat in Indonesia, one of them occur at Bukit Barisan National Park, Lampung. Birds considered as an environmental indicator because they are easily found and able to occupy different type of niche and habitats. Birds have diverse food preferences called as feeding guilds, one of them is insectivorous birds. Insectivorous birds from different species can banda foraging group called as mixed-species foraging flock. The methods used to survey the birds is point-count and ad-libitum method to examine birds species. We conduct birds survey on three transects along 1 km, that located in both plantation and forest and thru three village: Sumberejo, Pemerihan Bawah, and Pemerihan Atas. 23 groups of mixed-species were found during the survey. 14 of them located at plantation habitat and while the other 9 located at the forest habitat. 14 groups found in Sumberejo transect, 2 groups found in Pemerihan Bawah transect, and 7 group found in Pemerihan Atas transect. Association occured between the green Iora Aegithina viridissima and black-winged flycatcher-shrike Hemipus hirundinaceus with the value of Xcount (87,1) is greater than Xtab (3,84) (df=1; p < 0,05). Formation potential of mixed-species flocking mostly occured at the edge of BBNP. Composition of foraging guild are, gleaner, sallier, prober, and searcher.
"
2014
S61072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Marthy
"ABSTRAK
Komposisi kelompok mitra spesies burung di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, telah diteliti bulan Juni - Nopember 1997. Pengumpulan data dilakukan dengan metode ad-libitum untuk kelompok mitra spesies burung, dan metode point count untuk kepadatan jenis burung. Penelitian ini mencatat 119 spesies burung terdapat di lokasi penelitian, 111 spesies burung tercatat dengan mempergunakan metode point count. Terdapat 78 spesies burung yang bergabung dalam kelompok mitra spesies, 64% diantaranya adalah burung pemakan serangga. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan bergabung dalam kelompok mitra spesies burung, anggota memperoleh beberapa manfaat, seperti meningkatnya efisiensi dalam pencarian pakan. Terdapat tiga tipe kelompok mitra spesies burung di lokasi penelitian, dan setiap tipe memiliki spesies inti yang berbeda. Kompetisi antara individu dari setiap jenis berkurang karena jumlah individu yang bergabung kecil, sedangkan kompetisi antara jenis berkurang dengan adanya perbedaan pada kelompok fungsional dan varian strata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Anggraeni
"Stasiun Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah yang berada di bagian selatan Pulau Sumatera. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan di kawasan tersebut belum banyak mengeksplorasi keragaman tumbuhan termasuk tumbuhan paku dan likofit. Tujuan penelitian yang telah dilakukan adalah mengetahui dan menjelaskan keragaman tumbuhan paku dan likofit di stasiun penelitian Way Canguk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stasiun Penelitian Way Canguk memiliki 60 jenis tumbuhan paku dan 4 jenis likofit. Keragaman tersebut didominasi oleh suku Polypodiaceae dan Pteridaceae. Kunci identifikasi dan deskripsi jenis disajikan.

Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP), is a lowland tropical forest lies in southtern part of Sumatra. There were few botanical research conducted in this area, which includes research on diversity of ferns and lycophytes. This research was conducted to describe diversity of ferns and lycophytes in Way Canguk Research Station. Specimens were collected from several accessible location. Sixty species of ferns and four species of lycophytes have been recorded during this research. Most of the specimens were dominated by species of Polypodiaceae and Pteridaceae. Identification key to species and species description are provided.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Amalia
"Penelitian Karakteristik Habitat dan Tingkat Simpanan Karbon Pada Hutan Dataran Rendah Dipterocarpaceae di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah dilakukan pada bulan Juni 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter habitat yang mempengaruhi pertumbuhan Dipterocarpaceae, mengetahui habitus pertumbuhan semai hingga pohon dan pengaruhnya terhadap tingkat simpanan karbon Dipterocarpaceae, serta peran Dipterocarpaceae dalam menentukan besaran nilai simpanan karbon seluruh vegetasi pada hutan dataran rendah Dipterocarpaceae di TNBBS. Pengamatan Karakter habitat dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan tumbuh Dipterocarpaceae pada hutan tidak terbakar dan pasca terbakar. Pengamatan Simpanan karbon dilakukan dengan mengukur diameter pohon setinggi dada. Hasil penelitian menunjukkan intensitas cahaya yang lebih banyak, serasah yang tebal, dan liana yang sedikit, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Dipterocarpaceae. Faktor-faktor tersebut mendukung lingkungan tumbuh bagi habitus semai, pancang, tiang, dan pohon Dipterocarpaceae. Habitus pohon Dipterocarpaceae yang pada umumnya memiliki DBH besar mampu meningkatkan nilai simpanan karbon hutan Dipterocarpaceae Di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

Habitat characteristics and the level of Carbon stocks in Lowland Dipterocarp forest in The Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park was conducted in June 2013. The study aims to determine the habitat characteristics that affect growth Dipterocarpaceae, knowing habitus up a tree seedling growth and its effect on the level of carbon savings dipterocarp and dipterocarp role in determining the amount of the value of carbon storage in forest vegetation throughout lowland dipterocarp in TNBBS. Character habitat observations made by direct observation of environmental factors on the growth dipterocarp not burn and burned forests. Observations of carbon Deposits made by measuring the diameter at breast height of trees. The results showed that more of the light intensity, litter is thick, and a minimum of liana, are factors that influence the growth Dipterocarpaceae. These factors support the habitus growing environment for seedlings, saplings, poles, and Dipterocarpaceae trees. Habitus dipterocarp trees , which generally have a large DBH able to increase carbon storage in Dipterocarp forest Way Canguk, Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandey, B.N.
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 2012
590 PAN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>