Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144205 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wanda Ediviani
"Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat melimpah di Indonesia. Jerami padi mengandung polisakarida dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas produksi bioetanol dari sampel hidrolisat jerami padi dengan menggunakan ragi roti (ragi kering-Fermipan) dan ragi tapai (ragi padat-Sae).
Penelitian dilakukan dengan memfermentasikan sampel menggunakan kedua jenis ragi tersebut dan isolat murni khamir Saccharomyces cerevisiae sebagai kontrol. Kadar glukosa diukur menggunakan glucometer dan kadar bioetanol dianalisis menggunakan high-performance liquid chromatography. Rancangan penelitian menggunakan Split Plot Design dengan dua faktor perlakuan; pemberian ragi (R) dan waktu fermentasi (T).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis ragi pada produksi kadar bioetanol dari sampel memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata; namun perlakuan Sae menghasilkan kadar bioetanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan Fermipan; laju produksi bioetanol pada perlakuan Sae juga lebih tinggi dibandingkan dengan laju produksi bioetanol pada perlakuan Fermipan. Kesimpulan dari penelitian adalah perlakuan Sae lebih efektif dalam memproduksi bioetanol dari sampel hidrolisat jerami padi.

Rice straw is one of the most abundant agricultural waste in Indonesia. Rice straw contains polysaccharide in the form of cellulose and hemicellulose, which can be used as raw materials in the production of bioethanol. This study aims to examine the effectiveness of bioethanol production from rice straw‘s hydrolyzate using baker's yeast (dry starter - Fermipan) and tapai‘s starter (solid starter - Sae).
Research was carried out by fermenting the sample using two types of starters with a control of pure yeast Saccharomyces cerevisiae. Glucose level was measured by using glucometer and ethanol level was analyzed by using high-performance liquid chromatography. This study using Split Plot Design with two treatment factors; starter‘s inoculum (R) and time of fermentation (T).
The study shows that both types of starters has no significant difference on the bioethanol level production; however, Sae‘s treatment produced higher level of bioethanol compared to the Fermipan‘s; rate of bioethanol production at Sae‘s treatment is also higher than the rate of bioethanol production in Fermipan‘s. The conclusion of the study is Sae is more effective in producing bioethanol from rice straw hydrolyzate samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ediviani
"Efektivitas Produksi Bioetanol dari Hirolisat Jerami Padi Menggunakan Ragi Bubuk dan Ragi Padat. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat melimpah di Indonesia. Jerami padi mengandung polisakarida dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol. Penelitian bertujuan melihat efektivitas produksi bioetanol dari sampel hidrolisat jerami padi dengan menggunakan ragi roti (ragi bubuk ? F) dan ragi tapai (ragi padat ? S). Penelitian dilakukan dengan memfermentasikan sampel menggunakan kedua jenis ragi tersebut, dan isolat murni khamir Saccharomyces cerevisiae sebagai kontrol. Kadar glukosa diukur menggunakan glucometer dan kadar bioetanol dianalisis menggunakan high-performance liquid chromatography (HPLC). Penelitian menggunakan split plot design dengan dua faktor perlakuan; pemberian ragi (R) dan waktu fermentasi (T). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis ragi pada produksi kadar bioetanol dari sampel memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Namun perlakuan S menghasilkan kadar bioetanol yang lebih tinggi (5.1 g/L) dibandingkan dengan perlakuan F (4.8 g/L); laju produksi bioetanol pada perlakuan S juga lebih tinggi (1.3 g/L.j) dibandingkan dengan laju produksi bioetanol pada perlakuan F (1.2 g/L.j). Kesimpulan dari penelitian adalah penggunaan ragi Tapai lebih efektif dalam memproduksi bioetanol dari hidrolisat jerami padi.

Rice straw is one of the most abundant forms of agricultural wastes in Indonesia. Rice straw contains polysaccharide in the form of cellulose and hemicellulose, which can be used as raw materials in the production of bioethanol. This study aims to examine the effectiveness of bioethanol production from rice straw?s hydrolyzate. Research was carried out by fermenting the sample using two types of starters (Baker's yeast, known as powder starter (F); and Tapai?s starter, known as solid starter (S) with a control of pure yeast, Saccharomyces cerevisiae. Glucose levels were measured using a glucometer, and bioethanol levels were analyzed using high-performance liquid chromatography (HPLC). In this study, split plot design was used as a data analyzer with two treatment factors: starter?s inoculum (R) and time of fermentation (T). This study shows that there is no significant difference between the starters? levels of bioethanol production. However, S?s treatment produced higher levels (5,1 g/L) of bioethanol compared to F?s (4,8 g/L); the rate of bioethanol production in S?s treatment is also higher (1,3 g/L.h) than that in F?s (1,2 g/L.h). This study concludes that Tapai?s starter is more effective in producing bioethanol from rice straw?s hydrolyzate."
Universitas Indonesia, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendriq Fauzan Kusfanto
"Etanol atau bioetanol adalah senyawa alkohol berantai karbon dua yang bermanfaat sebagai pelarut organik dan antiseptik dalam dunia farmasi dan kesehatan. Selain itu etanol menjadi salah satu solusi bagi permasalahan krisis energi dunia. Bioetanol dibuat dengan fermentasi menggunakan khamir Saccharomyces cerevisiae. Proses ini mengubah rantai berkarbon enam, glukosa sebagai sumber substratnya, menjadi rantai berkarbon dua yaitu etanol. Sumber dari rantai berkarbon enam dapat diambil dari limbah biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan khamir potensial penghasil bioetanol dan mendapatkan kondisi fermentasi optimum yang dipengaruhi oleh pengadukan, suhu, detoksifikasi hidrolisat, dan konsentrasi sumber N pada media. Isolasi khamir potensial dilakukan dari lima jenis buah yang berbeda yaitu Anggur Merah, Anggur Hitam, Durian Medan, Durian Bangkok dan Durian Montong.
Dari isolat-isolat yang didapatkan, isolat DM1 yang diperoleh dari Durian Medan cukup potensial menghasilkan bioetanol, namun masih lebih rendah dari Saccharomyces cerevisiae pembanding. Hasil analisis kromatografi gas menunjukan bahwa kondisi terpilih dalam fermentasi bioetanol yaitu pada kondisi temperatur lebih rendah di bawah suhu kamar (+220C), tanpa pengadukan, menggunakan hidrolisat tanpa detoksifikasi, dengan konsentrasi amonium asetat sebagai sumber N sebesar 1%. Konsentrasi bioetanol yang dihasilkan adalah 0,241%.

Ethanol or bioethanol is a two-carbon chain alcohol compound that are useful as an organic solvent and antiseptics in pharmaceutical and health. In addition, ethanol can be one of solution to the problem of world energy crisis. Bioethanol is made by fermentation process using yeast Saccharomyces cerevisiae. The processes change the six-carbon chain, as the source of its substrate, into a two-carbon chain, namely ethanol. The source of six-carbon chain can be taken from the waste of biomass Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB), which contains cellulose, hemicellulose and lignin.
The purpose of this research was to find potential yeast producing bioethanol and to obtain optimum fermentation conditions were influenced by effect of shaking, temperature, detoxification of hydrolyzate, and concentration of N sources on media. Isolation of potential yeast was carried out from five different types of fruit, namely Red Grape, Black Grape, Durian Medan, Durian Bangkok and Durian Montong.
Among isolates, Isolate DM1 that obtained from Durian Medan was quite potential to produce bioethanol but still lower than comparator Saccharomyces cerevisiae. Results of analysis using gas chromatography showed that the selected conditions in the fermentation of bioethanol are in temperature conditions below room temperature (+220C), without shaking, using the hydrolyzate without detoxification, with 1% concentration of ammonium acetate as a source of N. The concentration of ethanol produced was 0,241%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philip Wang
"Pangan fungsional merupakan makanan dan minuman yang dapat memberikan manfaat kesehatan. Makanan fermentasi seperti tape termasuk makanan fungsional karena mengandung probiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari tape ketan hitam dan tape beras hitam serta mengisolasi probiotik yang berperan. Tape dibuat dengan memasak kedua beras dan kemudian diberi ragi tape NKL dan difermentasi hingga hari ke 3, 5, dan 7. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan cylinder plate diffusion terhadap bakteri uji Escherichia coli, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Kocuria rhizophila. Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter sedangkan total asam diukur dengan metode titrasi. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antibakteri terbesar pada filtrat tape ketan hitam dengan lama fermentasi 5 hari terhadap E. coli (16.33±1.38), P. aeruginosa (11.82±0.94), B. subtilis (13.44±1.18), S. aureus (14.14±0.67), dan K. rhizophila (15.35±1.18). Tape ketan hitam dengan lama fermentasi 5 hari memiliki nilai pH sebesar 4,935 dan persentase total asam 0,557% sedangkan nilai pH tape beras hitam sebesar 4,31 dan total asam 0,727%. Hasil aktivitas antibakteri kedua tape disebabkan oleh bakteriosin yang diproduksi oleh bakteri asam laktat. 4 isolat lactobacilli berhasil diisolasi dari air tape ketan hitam dan seluruh isolat memiliki karakteristik yang sesuai dengan ciri Lactobacillus berdasarkan identifikasi manual Cowan and Steel. Potensi isolat lactobacilli sebagai probiotik dapat diteliti lebih lanjut.

Functional food is types of food that can provide health benefits. Fermented foods such as black glutinous rice included as functional foods because they contain beneficial probiotics. This study aims to determine the antibacterial activity of fermented black glutinous rice and fermented black rice and to isolate the probiotics. Fermented black glutinous rice is made by cooking both rice and inoculated with NKL starter culture and fermented until 3, 5, and 7 days. Antibacterial activity test was carried out with cylinder plate diffusion method on Escherichia coli, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, and Kocuria rhizophila. pH measurement was done with pH meter while the total acid was measured by titration. Results showed that highest antibacterial activity was found in fermented black glutinous rice filtrate with 5 days of fermentation against E. coli (16.33±1.38), P. aeruginosa (11.82±0.94), B. subtilis (13.44±1.18), S. aureus (14.14±0.67), and K. rhizophila (15.35±1.18). Fermented black glutinous rice with 5 days of fermentation has a pH value of 4.935 and a total acid percentage of 0.557%, while fermented black rice has a pH value of 4.31 and a total acid percentage of 0.727%. The results of both fermented rices antibacterial activity were caused by bacteriocins produced by lactic acid bacteria. Four lactobacilli isolates were successfully isolated from fermented black glutinous rice water and all isolates had characteristics that matched those of lactobacillus based on the identification manual by Cowan and Steel. The potential of lactobacilli isolates as probiotics could be further investigated."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Satria Nugraha
"ABSTRAK
Sektor industri yang memproduk bahan kimia dan polimer sintetik sangat bergantung pada sumber daya fosil. Sumber daya fosil seperti minyak bumi semakin berkurang sehingga berdampak pada efektivitas biaya dan daya saing polimer. Biomassa lignoselulosa non-pangan seperti jerami padi sangat melimpah di Indonesia dan dapat digunakan sebagai pengganti sumber daya fosil untuk memproduksi prekursor petrokimia. Diketahui bahwa komponen selulosa adalah sumber utama untuk pembentukan levoglucosan LG . Karena kandungan selulosa yang tinggi, potensi jerami padi dapat diubah dengan pirolisis untuk menghasilkan bio-oil dan produk turunan menuju levoglucosan LG harus dikembangkan. Levoglucosan adalah senyawa intermediet penting karena dapat diubah menjadi prekursor bio-polimer asam adipat, bio-etanol, dll. Saat ini masih jarang penelitian yang berfokus pada rute yang menghasilkan LG melalui pirolisis. LG kemudian dapat mengalami reaksi lebih lanjut dan menghasilkan produk turunan. Untuk mendapatkan hasil tertinggi dari LG dalam bio-oil pada akhir pirolisis, suatu kondisi yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut dari LG selama pirolisis berlangsung. Faktor sumber biomassa lignoselulosa dan komposisi, suhu, dan waktu tinggal disesuaikan dengan mengatur laju alir gas N2 kemungkinan besar sangat mempengaruhi komposisi produk yang terbentuk pada akhir pirolisis. Dalam penelitian ini, fast-pyrolysis jerami padi dilakukan dalam reaktor unggun tetap 5 gram biomassa pada rentang suhu yang berbeda 450 hingga 600oC , laju alir N2 antara 1200 hingga 1582 ml / menit untuk memaksimalkan hasil LG . Untuk mengkonfirmasi konten LG pada produk pirolisis diukur dengan instrumen GC-MS. Diketahui suhu dan waktu tinggal optimum adalah 500oC dan 1.582 ml/menit untuk mendapatkan yield levoglucosan sebesar 67,64 area kromatogram GC-MS . Kata kunci: biomassa, fast-pyrolysis, levoglucosan, lignoselulosa, waktu tinggal

ABSTRACT

The industrial sectors that produce synthetic chemicals and polymers rely heavily on fossil resources. Fossil resources such as petroleum are diminishing thus impacting on the cost effectiveness and competitiveness of polymers. Non food lignocellulosic biomass such as rice straw is very abundant in Indonesia and can be used as a substitute for fossil resources to produce petrochemical precursors. It is known that cellulose component is the main source for LG formation. Due to high contain of cellulose, the potential of rice straw can be transform by pyrolysis to produce bio oils and derivative products towards levoglucosan LG should be developed. Levoglucosan is important intermediet compound as it can be convert to the precursor of bio polymer adipic acid, bio ethanol, etc. Nowadays it rsquo s still rarely research focused on this mechanism route producing LG through pyrolysis. LG then can run into a further reaction and produce derivative products. In order to obtain the highest yield of LG in bio oil at the end of pyrolysis, a condition that may inhibit the further reaction of LG during pyrolysis takes place. The factor of lignocellulosic biomass source and composition, temperature, and holding time adjusted by N2 feed most likely greatly affect the composition of the product formed at the end of pyrolysis. In this study, fast pyrolysis of rice straw was performed in fixed bed reactor 5 grams of biomass under different temperatures ranges 450 to 600 oC , N2 flow rate 1200 to 1582 ml min to maximize the yield of LG. To confirm the content of LG on the pyrolysis product was measured by GC MS instruments. The maximum yield of LG was obtained at an optimal pyrolysis temperature of 500 C, 1.35 s of holding time."
2018
T50380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Firlyannisa Pratiwi
"Padi dan tebu adalah dua hasil pertanian utama di Asia. Kedua tanaman tersebut menghasilkan sejumlah besar limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan untuk biorefinery setiap tahunnya. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi potensi kedua biomassa tersebut untuk menghasilkan senyawa organik melalui fermentasi mikroba yang dipengaruhi oleh kandungan lignin yang tinggi terkait dengan selulosa dan hemiselulosa yang terkandung. Salah satu senyawa organik yang dapat diproduksi yaitu asam suksinat. Dalam penelitian ini, asam suksinat diproduksi dengan pre-treatment asam perasetat dan alkali peroksida dengan dibantu oleh ultrasonikasi yang kemudian dilanjutkan dengan konfigurasi semi simultaneous saccharification and fermentation (SSSF) dengan menggunakan bakteri yang telah diisolasi dari rumen sapi. Pre-treatment bekerja sangat baik pada kedua jenis substrat, namun hasil terbaik terlihat pada jerami padi. Pre-treatment yang dilakukan berhasil menghilangkan 21,799% lignin yang terkandung dan meningkatkan komponen selulosa sebanyak 26,286% hanya dengan sedikit penurunan jumlah komponen hemiselulosa sekitar 6,883%. Proses fermentasi dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi inokulum (2,5; 5; 7,5; dan 10% v/v medium) dan konsentrasi ekstrak ragi dalam medium fermentasi (5, 10, dan 15 g/L). Produksi asam suksinat cenderung meningkat dengan bertambah tingginya konsentrasi inokulum dan konsentrasi ekstrak ragi dalam medium fermentasi. Dari penelitian ini, produksi asam suksinat tertinggi dari jerami padi diproduksi pada media dengan 15 g/L ekstrak ragi yang diinokulasi dengan 5% v/v medium yang menghasilkan konsentrasi, yield, dan produktivitas sebesar 3,833 g/L, 0,383 g/g, dan 0,08 g/L/jam. Sedangkan dari ampas tebu, produksi tertinggi dihasilkan dari medium yang mengandung 10 g/L ekstrak ragi dan diinokulasi dengan 10% v/v medium menghasilkan konsentrasi asam suksinat, yield, dan produktivitas sebesar 5,607 g/L, 0,561 g/g, dan 0,117 g/L/jam. Namun, berdasarkan data keseluruhan yang diperoleh, jerami padi menghasilkan produktivitas, yield, dan konsentrasi asam suksinat yang dihasikan daripada ampas tebu pada variasi yang sama dikarenakan komposisi selulosa dan hemiselulosa yang lebih tinggi.

ABSTRACT
Paddy rice and sugarcane are two of main agriculture crops in Asia. They annually produce huge amount of potential waste for the utilization of biorefinery. Several studies have been reported its potential to produce organic compounds by microbial fermentation affected by high cell wall content of lignin associated with cellulose and hemicellulose contained. One of the organic compounds is succinic acid which already utilized for wide variety of applications. In this research, succinic acid produced through ultrasonic-assisted peracetic acid and alkaline peroxide pre-treatment followed by semi-simultaneous saccharification and fermentation (SSSF) configuration which was supported by isolated bacteria from bovine rumen. Biomass pre-treatment worked very well on both typed of substrate, yet the best one on rice straw. The pre-treatment conducted successfully removed 21.799% of lignin contained and raised up 26.286% of cellulose component with only a bit reduction of hemicellulose around 6.883%. The fermentation process was done by variating the inoculum of isolated bacteria concentration (2.5; 5; 7.5; and 10% v/v medium) and yeast extract concentration (5, 10, and 15 g/L) in the medium. Succinic acid production tends to increase due to higher inoculum concentration added as well as greater concentration of yeast extract presence in fermentation medium. Based on data obtained, highest succinic acid production from rice straw was produced on medium with 15 g/L yeast extract inoculated with 5% v/v medium producing concentration, yield, and productivity of 3.833 g/L, 0.383 g/g, and 0.08 g/L/h respectively. While from sugarcane bagasse, the highest production was on medium contained 10 g/L yeast extract and inoculated with 10% v/v medium inoculum releasing succinic acid concentration, yield and productivity of 5.607 g/L, 0.561 g/g, and 0.117 g/L/h. However, based on the overall data obtained, rice straw gives higher productivity, yield, and succinic acid concentration produced rather than sugarcane bagasse in the same variation due to higher cellulose and hemicellulose composition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Syafaat
"ABSTRAK
Kampus Universitas Indonesia Depok banyak terdapat pepohonan, dimana setiap harinya banyak menghasilkan sampah daun kering. Sampah ini berpotensi untuk di transformasikan menjadi bioetanol. Sampah daun kering merupakan bahan berlignoselulosa yang terdiri dari lignin, hemiselulosa dan selulosa. Proses produksi bioetanol dari bahan lignoselulosa adalah perlakuan awal, Hidrolisis, Fermentasi dan Distilasi. Pada Penelitian ini, perlakuan awal menggunakan perendaman dengan amoniak selama 24 jam mengunakan suhu ruang. Kondisi dengan kadar etanol terbesar adalah 35 ?C selama 72 jam dengan pH 5. Adapun kondisi lingkungan tersebut dapat menghasilkan kadar etanol terbesar dengan jumlah mikroorganisme masing-masing sebesar 10 , yaitu Zymomonas Mobilis dan 10 dan Trichoderma Viride 10 , kadar etanol yang dihasilkan dengan kondisi tersebut adalah sebesar 0.7721.

ABSTRACT
University of Indonesia Depok there are many trees, where every day produce dry waste leaves. This waste has potential to be transformed into bioethanol. This raw material called as lignocellulosic material consisting of lignin, hemicellulose and cellulose. The process of bioethanol production from lignocellulosic material is pretreatment, hydrolysis, fermentation and distillation. In this study, the pretreatment used ammonia for 24 hours with room temperature. The condition with the high ethanol is 35 for 72 hours with pH 5. The conditions it can produce the high ethanol with amount of microorganisms is 10 . Zymomonas Mobilis 10 and Trichoderma Viride 10 , the ethanol produced is 0.7721 ."
2017
T48712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiem Anwar
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas campuran enzim selulase kasar dari Trichoderma reesei
dan Aspergillus niger dengan selulase A. niger
komersial dari Fluka Biochemika serta mempelajari pengaruh
ratio enzim dengan substrat terhadap unjuk kerja hidrolisis. Enzim kasar dibuat dengan cara fermentasi padat dengan
media sederhana. Satu unit aktivitas selulase kasar dari
A. niger dicampur dengan dua unit aktivitas selulase kasar dari
T. reesei. Jerami padi yang akan dihidrolisis terlebih dahulu digiling dan diayak 120?140 mesh kemudian didelignifikasi
menggunakan larutan NaOH 2% selama 6 jam pada temperatur 85oC. Hidrolisis dilakukan dalam beaker glass 300 mL
yang dilengkapi dengan pengaduk bermotor. Sampel dianalisis menggunakan metoda dintrosalicylic acid. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa peningkatan rasio enzim terhadap jerami padi dapat meningkatkan konsentrasi glukosa
yang dihasilkan baik untuk enzim komersial maupun campuran enzim kasar. Campuran enzim selulase kasar dari T.reesei dan A. niger
yang dihasilkan dari percobaan ini, dua kali lebih efektif menghidrolisis jerami padi menjadi glukosa dibandingkan dengan selulase komersial.

Abstract
The objective of this work is to compare the effectiveness of mixed crude enzyme cellulase from T. reesei and A. niger with commercial enzyme from A. niger, and to investigate effect of
enzyme to substrate ratio to performance of enzymatic hydrolysis of rice straw. The commercial enzyme from Fluka
Biochemica was used, and crude enzyme were prepared by solid fermentation with simple media. Before hydrolized,
the rice straw was grinded and sieved and then heated at 85oC with 2% sodium hydroxide for six hours. Hydrolysis was
conducted in 300 mL beaker flask equipped with mechanical stirrer. Samples were analyzed by dinitrosalicylic acid
method and measured by spectrophotometer. Both of commercial and mixed crude enzyme show that, the higher
enzyme to substrate ratio was
higher the glucose concentration obtained. However, ratio of glucose obtained to enzyme
used become smaller. The mixture of crude enzyme from T. reesesi
dan A. niger that produced in this work was two fold more effective to hydrolyze rice straw than using cellulase enzyme of A. niger
from Fluka Biochemika. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Amanda Tanoyo
"Sebagian besar komoditas di bidang pertanian menghasilkan biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku industri petrokimia. Salah satu biomassa yang melimpah di Indonesia adalah jerami padi. Jerami mengandung lignoselulosa yang cukup tinggi sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan asam adipat. Asam adipat merupakan bahan dasar petrokimia yang sering digunakan dalam pembuatan nilon-6,6.
Tujuan dari penelitian ini adalah memproduksi asam adipat dari bahan dasar jerami dengan memvariasikan komposisi katalis yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pirolisis dan catalytic cracking. Biomassa diberi pre-treatment berupa pengeringan dan pencacahan, kemudian dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis.
Berdasarkan hasil karakterisasi GC-MS, produk cair hasil pirolisis mengandung senyawa fenol(27,3%), siklopentena(14,34%), furan(15,48%), dan keton(10,01%). Sampel bio-oil diinjeksikan ke dalam reaktor katalitik dan akan bereaksi dengan katalis B2O3 dan Al2O3 membentuk senyawa asam adipat. Metode ini menghasilkan asam adipat dengan konsentrasi mencapai 33,72% dengan komposisi katalis yang terdiri dari 15% B2O3 dan 85% Al2O3.

Most commodities in agriculture produce biomass that can be used as raw material for petrochemical industry. One of the biomass is abundant in Indonesia is rice straw. Straw contains lignocellulose high enough so that it can be used as a basis for making adipic acid. Adipic acid is a petrochemical base materials are often used in the manufacture of nylon-6,6.
The aim of this study was to optimize the production of adipic acid from straw based material by varying the catalyst used. The type and composition of the catalyst can affect the value of the conversion and yield of product, making it important to know the right combination in order to produce adipic acid with maximum yield. This research used pyrolysis dan catalytic cracking method to produce adipic acid. Biomass pretreatment given in the form of drying and size reduction, then inserted into the pyrolysis reactor.
Based on the results of GC-MS characterization, liquid products of pyrolysis contains phenolic compounds (27.3%), cyclopentene (14.34%), furan (15.48%), and ketones (10.01%). Bio-oil sample is injected into a catalytic reactor and reacts with B2O3 and Al2O3 catalyst to form adipic acid compounds. This method produces adipic acid with concentration reached 33.72% with 15% B2O3 and 85% Al2O3 catalyst composition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Sumiati
"Teknologi pembuatan alat batu sudah dikenal sejak masa prasejarah, dari pembuatan yang sangat sederhana sampai dengan teknik pembuatan yang lebih maju. Kemampuan manusia prasejarah untuk memanfaatkan bahan batuan yang dijadikan alat membutuhkan seperangkat pengetahuan untuk mengelola bahan alam tersebut. Salah satu pengetahuan yang penting adalah mengetahui jenis batuan yang bisa digunakan sebagai alat. Salah satu bahan batuan yang bisa digunakan sebagai alat adalah bahan batuan obsidian. Batuan obsidian yang telah menjadi data arkeologi di temukan di Indonesia dengan lokasi dan jumlah yang terbatas. Maka dari itu artefak batu obsidian jarang ada yang membahasnya secara rinci Akan tetapi ada salah satu tempat penghasil artefak obsidian yang cukup kaya yaitu di daerah sekitar Dataran Tinggi Bandung. Daerah-daerah itu pernah di teliti oleh peneliti BeIanda yaitu Koenigswald (1931) dan Bandi (1951), akan tetapi sampai dengan sekarang belum ada penelitian di daerah tersebut baik untuk temuan artefak obsidian, maupun temuan arkeologis yang lainnya. Dengan alasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji temuan di sekitar Dataran Tinggi Bandung, khususnya artefak obsidian, mengingat artefak obsidian yang telah dikumpulkan sampai sekarang telah bertambah. Di samping belum adanya tipologi dasar untuk pengelompokkan artefak obsidian itu sendiri. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana tipologi dasar artefak obsidian di Situs Dago, dengan tujuan bisa dijadikan acuan dalam penelitian artefak obsidian di Dataran Tinggi Bandung dan di Indonesia pada umumnya. Ruang lingkup data dalam penelitian ini hanya dibatasi untuk satu daerah penelitian. Hal ini dilakukan karena cakupan wilayah yang sangat luas dan temuan yang sangat banyak. Daerah yang dijadikan penelitian adalah Situs Dago. Situs ini cukup untuk mewakili penelitian karena temuan di Situs Dago lebih banyak dan lebih baik daripada daerah lainnya. Secara keseluruhan jumlah temuan artefak obsidian berjumlah 2285 buah. Kesimpulan yang dihasilkan pada penelitian ini pada dasarnya merupakan pengembangan yang telah dilakukan oleh Koenigswald dan Bandi. Dari 2285 buah artefak obsidian yang di temukan ini di terbagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok bahan baku, alat, perkakas, dan limbah. Kelompok bahan baku yang di temukan berupa bongkahan yang berjumlah satu buah. Kelompok alat yang di temukan terbagi dalam beberapa tipe yaitu Serpih pakai, Serut, Lancipan, Gurdi, Mata panali, Pisau dan Limas. Pada Tipe Serut terbagi dalam sub tipe, yaitu Serut samping, Serut Cekung, Serut Ujung, Serut gerigi dan Serut berpunggung tinggi. Tipe Gurdi juga terbagi dalam sub tipe yaitu Gurdi bertipe dan Gurdi non tipe. Pada kelompok limbah_ terdiri dari batu pukul yang berjumlah 2 buah. Sedangkan pada kelompok limbah terbagi kedalam 3 tipe yaitu batu inti, serpih, dan serpihan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>