Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153273 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Nur Oktafia
"Penelitian mengenai emotional intelligence telah banyak dilakukan khususnya pada remaja ( misalnya Bracket & Katulak, 2006). Sayangnya, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan emotional intelligence dan prestasi akademik pada siswa SMA yang dikhususkan berdasarkan jurusan mereka di sekolah. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa tingkat emotional intelligence remaja, menentukan hasil prestasi akademik mereka (Nasir & Masru, 2010; Nasir & Munaf, 2011).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran, perbedaan serta hubungan antara emotional intelligence dan prestasi akademik pada siswa SMA kelas XI jurusan IPA dan jurusan IPS, serta untuk melihat perbedaan gender dalam emotional intelligence dan prestasi akademik. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif, pada 236 orang siswa SMAN 71. Untuk alat ukur emotional intelligence, digunakan Self-Report Emotional Intelligence Scale (SREIS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara emotional intelligence dengan prestasi akademik pada siswa SMA pada jurusan IPA maupun IPS. Pada emotional intelligence tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan baik pada jurusan IPA maupun IPS. Sedangkan pada prestasi akademik, secara signifikan siswa perempuan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.baik pada jurusan IPA maupun IPS, dimana siswa perempuan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.

Research about emotional intelligence has been done especially among adolescents (look for example Bracket & Katulak, 2006). Unfortunately, until now there has been no research about the relationship between emotional intelligence and academic achievement among high school students. Several studies have described that the level of emotional intelligence in adolescents determines their achievement performance (Nasir & Masru, 2010; Nasir & Munaf, 2011).
This research aims to find the relationship between emotional intelligence and academic achievement among the high school students, and to determine whether or not there is gender difference in emotional intelligence and academic achievement. Using quantitative approach, 236 high school student from SMA 71 participated in this study. For emotional intelligence measurement, the Self- Report Emotional Intelligence Scale (SREIS) was used.
The result shows that there is no significant correlation between emotional intelligence and academic achievement. For the gender difference, there is no significant difference between male and female students on emotional intelligence, both among science major students and social major students. But significant differences on academic achievement were found between male students and female students academic score, both among science major students and social major students with females have higher scores.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rosita
"Emotional Eating atau perilaku makan emosional merupakan perilaku meningkatkan konsumsi makanan sebagai respon terhadap emosi-emosi negatif, di mana emotional eating memiliki sifat obesogenic yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dan obesitas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, ditemukan peningkatan angka kegemukan dan obesitas pada remaja setiap tahunnya, dengan angka prevalensi tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku emotional eating dengan indeks massa tubuh remaja, menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 50 remaja berusia 15-18 tahun di SMA Charitas Jakarta.
Hasil diperoleh responden sebagian besar terdiri dari perempuan 54, berusia 16 tahun 52, serta berasal dari siswa kelas XI jurusan IPA 34 dan IPS 24, sebagian besar responden memiliki IMT/U dengan kategori normal 68, dan responden yang memiliki perilaku makan dengan kecenderungan emotional eating cukup tinggi 48. Variabel emotional eating dengan indeks massa tubuh siswa menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan p = 0,145; = 0,05.
Dapat disimpulkan melalui penelitian ini bahwa emotional eating tidak memiliki pengaruh yang dominan terhadap kondisi indeks massa tubuh siswa SMA Charitas Jakarta.

Emotional Eating is a behavior of increasing food consumption in response to negative emotions, where emotional eating has obesogenic traits that contribute to weight gain and obesity. Based on Riskesdas year of 2013,in each year has been found an increase in overweight and obesity rate in adolescents, with the highest prevalence rate in the province of DKI Jakarta.
This study aims to determine the relationship between emotional eating behavior with adolescent body mass index, using cross sectional design with a sample of 50 adolescents aged 15 18 years in Charitas Senior High School Jakarta.
The results of the study were mostly female 54, 16 years old 52, and came from grade XI students in science 34 and IPS 24 , most of them had BMI Age with normal category 68, and respondents who had eating behavior with emotional eating tendency was quite high 48. The emotional eating variable with student body mass index showed no significant relationship p 0,145 0,05.
It can be concluded through this research that emotional eating does not have a dominant influence on the body mass index condition of Charitas Senior High School Jakarta students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniva Az Zahra
"Prestasi akademik sebagai salah satu prediktor kesuksesan siswa di sekolah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Konstruk yang menjelaskan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi prestasi akademik ini adalah school well being, dikembangkan oleh Konu & Rimpelä (2002). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara school well-being dengan prestasi akademik bagi siswa berbakat akademik. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI SMA program akselerasi di Jakarta. Sebanyak 52 siswa menjadi sampel penelitian ini. Penelitian dilakukan menggunakan kuisioner untuk mengukur school well-being siswa dan tes prestasi akademik yang menggunakan soal Ujian Akhir Nasional pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa school well-being memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Hasil analisis tambahan, menunjukkan bahwa dimensi having memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi akademik pada siswa berbakat akademik. Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan perbedaan yang signifikan pada prestasi akademik siswa berdasarkan latar belakang pendidikan ibu. Ditemukan pula perbedaan yang tidak signifikan antara school well-being dengan jenis kelamin, school well-being dengan latar belakang pendidikan orang tua, prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin, dan prestasi akademik berdasarkan latar belakang pendidikan ayah.

Academic achievement is predictor of student success in school, affected by internal and external factor. One construct that describes internal and external factor that affects academic achievement is a school well being by Konu & Rimpelä (2002). This research was conducted to examine the relationship between school well-being of academic achievement for students with academic gifted. The research was conducted on the students of class XI Acceleration Program in high school. Total sample comprised 52 students.
Result indicated that school well-being has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In comparison, it was found thas just only having dimension of school well-being that has a significant positive correlation with academic achievement in academic gifted students. In addition, there was a significant difference in the academic achievement of students based on maternal education. Moreover, there are no significant differences between the school wellbeing by gender, school well-being based on parental education, academic achievement by gender, and academic achievement based on father's education.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Mukti
2004
S3355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara manajemen waktu, locus of control, dan prestasi akademik pada siswa SMA. Prestasi akademik merupakan merupakan hal yang penting pada siswa SMA sebagai bahan evaluasi performa mereka di akademik. Evaluasi tersebut membantu siswa untuk mengetahui pekerjaan yang tepat di masa depan. Penelitian ini dilakukan ke 66 siswa SMA. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Time Management Behavior Scale (TMBS) untuk mengukur manajemen waktu, Levenson Multidimensional Locus of Control Scale (LMLoC) untuk mengukur locus of control, dan nilai rata-rata rapor untuk mengukur prestasi akademik. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi kepercayaan siswa bahwa konsekuensi yang mereka terima disebabkan oleh orang lain, maka semakin rendah prestasi akademik siswa. Lebih lanjut, semakin tinggi kepercayaan siswa bahwa konsekuensi yang mereka terima disebabkan oleh faktor kebetulan, keberuntungan atau takdir, maka prestasi akademiknya semakin rendah.

This study was conducted to examine the relationship between time management, locus of control and academic achievement. Academic achievement is important to senior high school students as an evaluation of their perform. That evaluation help students knowing the right job for them in the future. 66 students participated in this study. Time management measured with Time Management Behavior Scale (TMBS), locus of control measured with Levenson Multidimensional Locus of Control Scale (LMLoC) and academic achievement measured with report card grades. The result of this study is the higher student’s trust that the consequences they received were caused by other people, the lower student’s academic achievement. Furthermore, the higher student’s trust that the consequences they received were caused by fate, luck, chance, the lower student’s academic achievement"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Mustika
"ABSTRAK
Prestasi akademik merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Maliawan (1998), tanggung jawab berhubungan secara positif signifikan
dengan prestasi. Hasil penelitian Cobb (dalam Wentzel 1993) juga menunjukkan bahwa
tanggung tanggung jawab memiliki pengaruh terhadap prestasi. Tindakan yang bertanggung
jawab berkembang dari rasa tanggung jawab. Menurut Stern (2008) rasa tanggung jawab
berkembang lebih kuat jika siswa berada dalam lingkungan yang sesuai. Maka, dapat
diasumsikan akan terdapat perbedaan rasa tanggung jawab pada siswa yang berada dalam
lingkungan yang sesuai dan tidak sesuai. Kesesuaian kepribadian individu dengan karakteristik
lingkunganya disebut Holland (dalam Donohue, 2006) sebagai congruence dan ketidaksesuaian
sebagai incongruence. Konsep kesesuaian tersebut penting bagi siswa kelas XI yang menghadapi
penjurusan di SMA. Menurut Sphokane, et al. (2000) masih sedikit penelitian mengenai
lingkungan pendidikan dan karakter siswa. Sepengetahuan peneliti, di Indonesia juga belum
pernah ada penelitian mengenai tanggung jawab dan congruence. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian untuk mengetahui apakah secara kuantitatif terdapat perbedaan rasa
tanggung jawab pada siswa kelas XI yang memiliki congruence dan incongruence. Rasa
tanggung jawab diukur menggunakan alat ukur tanggung jawab yang disusun berdasarkan teori
Sukiat (1993) dan pengukuran minat dilakukan dengan menggunakan alat tes Self Directed
Search (SDS) Holland. Congruence dan incongruence ditentukan dengan mencocokkan hasil tes
minat subjek dengan jurusannya. Partisipan dalam penelitiaan ini berjumlah 118 orang siswa
kelas XI SMA N 81 Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean
rasa tanggung jawab yang signifikan pada siswa kelas XI yang memiliki congruence dan
incongruence (t = -3.139; p = 0.002, signifikan pada LoS 0.05).

Abstract
Academic achievement is important for a student. Based on research that was conducted by
Maliawan (1998), responsibility has positive significant with achievement. Cobb (in Wentzel
1993) is also showed that the sole responsibility to have an influence on achievement.
Responsible action develops from a sense of responsibility. According to Stern (2008) sense of
responsibility grow stronger if the student is in a suitable environment. Thus, we can assume that
there will be differences in the sense of responsibility between students who are in a suitable
environment and are not. Suitability of individual personality characteristics toward the
environment, (Holland in Donohue, 2006), has a congruence and incongruence as
incompatibility. The concept of fitness is important for students who face a majoring subject in
XI class of high school. According Sphokane, et al. (2000) there still a little research on the
educational environment and character of the students. Researcher's knowledge, in Indonesia has
not been any research on the responsibility and congruence. Therefore, the researchers conducted
a study to determine whether there are quantitative differences in the sense of responsibility to
the class XI student who has a congruence and incongruence. Sense of responsibility was
measured by using a measuring instrument which is based on responsibility which is applied by
Sukiat theory (1993) and the measurement of interest is done by using the assay Self Directed
Search (SDS) Holland. Congruence and incongruence are determined by comparing test results
with their major interest in the subject. Participants in this research consist of 118 class XI
student of SMA N 81 Jakarta. The results of this research indicate that there are differences mean
a significant sense of responsibility in class XI students who have a congruence and
incongruence."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Hendrawan
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh sistem zonasi sekolah terhadap pola perjalanan (jarak dan waktu tempuh). Sistem zonasi sekolah merupakan upaya pemerintah untuk membatasi jarak dan waktu tempuh siswa ke sekolah. Pengolahan data dilakukan dalam penelitian melalui analisis statistik dan sistem informasi geografis. Data yang digunakan berupa data profil siswa di SMA 1 Karawang, SMA 3 Karawang dan SMA 5 Karawang tahun ajaran 2019-2020 untuk kelas X, XI dan XII. Data ini diperoleh dari sekolah dan kuesioner online. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik (uji normalitas dan deskriptif) dan analisis jaringan atau network analysis. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sistem zonasi tidak dapat menyatakan bahwa perubahan jarak dan waktu tempuh terjadi secara signifikan dan tidak berdistribusi normal karena angka signifikansinya < 0,05. Oleh karena itu, penjelasan mengenai perbedaan standar deviasi diperlukan untuk memperkuat argumentasi bahwa terdapat perubahan jarak dan waktu tempuh sebelum dan sesudah penerapan zonasi sekolah. Hasil analisis menyatakan bahwa penerapan zonasi mengubah jarak dan waktu tempuh siswa ke sekolah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata dan simpangan baku (jarak dan waktu tempuh) siswa kelas X yang lebih kecil dari siswa kelas XI dan kelas XII dengan angka 8,55 km dan 15,76 menit serta nilai simpangan baku 7,447 dan 10,99 .

This study was conducted to determine the effect of the school zoning system on travel patterns (distance and travel time). The school zoning system is an attempt by the government to limit the distance and travel time of students to school. Data processing is carried out in research through statistical analysis and geographic information systems. The data used is in the form of student profile data at SMA 1 Karawang, SMA 3 Karawang and SMA 5 Karawang for the 2019-2020 academic year for grades X, XI and XII. This data was obtained from schools and online questionnaires. The analytical methods used are statistical tests (normality and descriptive tests) and network analysis or network analysis. The results of the normality test indicate that the zoning system cannot state that changes in distance and travel time occur significantly and are not normally distributed because the significance number is <0.05. Therefore, an explanation of the difference in standard deviation is needed to strengthen the argument that there are changes in distance and travel time before and after the implementation of school zoning. The results of the analysis state that the application of zoning changes the distance and travel time of students to school. This can be seen from the average value and standard deviation (distance and travel time) of class X students which are smaller than students of class XI and class XII with numbers 8.55 km and 15.76 minutes and standard deviation values ​​of 7.447 and 10.99 ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brahmanditha Ardian Mahatma
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan self-efficacy dengan prestasi akademik. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Self-efficacy merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Bandura, 1997). Menurut KBBI, prestasi akademik adalah hasil pencapaian seseorang yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar di sekolah atau perguruan tinggi yang biasanya ditunjukan dengan nilai angka atau simbol. Kecerdasan emosi diukur menggunakan Emotional Intelligence Inventory (EII) dan self-efficacy diukur menggunakan College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). Penelitian ini dilakukan pada 178 mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2012, 2013, 2014, dan 2015. Data penelitian diolah menggunakan teknik statistik Pearson Correlation & Multiple Correlation.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan prestasi akademik, self-efficacy dengan prestasi akademik, maupun kecerdasan emosi dan self-efficacy secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada seluruh sivitas akademik terutama psikologi pendidikan, untuk mempertimbangkan aspek kecerdasan emosi dan self-efficacy demi pencapaian prestasi akademik mahasiswa yang lebih baik.

This study aimed to examine the relationship between emotional intelligence and self-efficacy with academic achievement. Emotional intelligence is the ability to recognize our own feelings and the feelings of others, motivating and managing emotions well in ourselves and in relationships with others (Goleman, 1999). Self-efficacy is the belief that one has the ability to organize and carry out actions in achieving a particular goal (Bandura, 1997). According KBBI, academic achievement is the achievement of an individual derived from teaching and learning activities in schools or colleges that usually indicated by the value of numbers or symbols. Emotional intelligence was measured using the Emotional Intelligence Inventory (EII) and self-efficacy was measured using the College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). This study was conducted on 178 students of the University of Indonesia class of 2012, 2013, 2014, and 2015. Data were analyzed using statistical techniques Pearson Correlation and Multiple Correlation.
The results showed that there is a positive and significant relationship between emotional intelligence and academic achievement, self-efficacy with academic achievement, as well as emotional intelligence and self-efficacy together have a positive and significant relationship with achievement. The results of this study can be input to all academic faculty primarily educational psychology, to consider aspects of emotional intelligence and self-efficacy for the sake of academic achievement of students better.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Eva Mayangsari
"Skripsi ini membahas mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar (Studi Kasus Siswa Kelas III SMA Yappenda Tanjung Priok, Jakarta Utara) dengan metode analisis eksplanatif dan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan komponen - komponen kecerdasan emosional dengan prestasi belajar yang tercermin pada prestasi akademik siswa kelas III SMA Yappenda . Penelitian ini juga memaparkan seberapa besar tingkat kecerdasan emosional siswa di sekolah dalam menunjang prestasi belajarnya berdasarkan isian kuesioner dan data lainnya yaitu berupa rapot. Dengan tingkat kecerdasan emosional yang berbeda akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pula. Berdasarkan hal ini, perlu adanya penyusunan rencana yang efektif dari sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa agar prestasi belajar di SMA Yappenda semakin meningkat.

This thesis discuss about The Relation of Emotional Intelligence with Learning Achievement (Students Grade III in Yappenda North Jakarta Highschool) with explanatory analysis methods and quantitative approach. This study describes how the relationship between components of emotional intelligence and learning achievement students Grade III in Yappenda North Jakarta Highschool. This study also describes the extent of emotional intelligence of students in School to support academic achievement based on questionnaires and other data it is rapot. With different levels of emotional intelligence it will be produce a different learning achivement to. It takes some effective planning in school to improve the emotional intelligence of students that learning achivement is increasing for future."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan literasi sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia. Metode dan desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan pretest-postest control group design. Subjek penelitiannya adalah kels XI di kabupaten Subang Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia secara signifikan mampu meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan literasi sains siswa. Peningkatan penguasaan konsep siswa dengan nilai N-Gain 0.50 (kategori sedang) untuk kelas eksperimen dan 0,30 (kategori sedang) untuk kelas kontrol. Penaingkatan kemampuan literasi sains siswa dengan nilai N-Gain 0,45 (kategori sedang) untuk kelas eksperimen dan 0,30 (kategori sedang) untuk kelas kontrol."
JURPEND 14:1 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>