Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81573 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Verika Astriana Kartika
"Tablet cepat hancur adalah tablet yang cepat hancur di rongga mulut dalam waktu satu menit. Pemakaian tablet cepat hancur biasanya digunakan pada pasien pedriatri dan geriatri yang sulit menelan obat. Untuk memformulasikan tablet cepat hancur dibutuhkan eksipien superdisintegran. Telah diteliti bahwa kompleks polielektrolit kitosan-xanthan (KPKX) memiliki daya mengembang yang baik sehingga dapat digunakan sebagai superdisintegran.
Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasi tablet cepat hancur menggunakan KPKX sebagai superdisintegran. KPKX dibuat pada pH 4-5 dengan mencampurkan larutan kitosan (1,0% b/v) dan xanthan gum (1,0% b/v) dengan perbandingan 1:1; 3:1; dan 6:1. KPKX ini kemudian dikarakterisasi fisik, kimia, dan fungsional meliputi bentuk dan morfologi partikel, spektrum inframerah dan uji daya mengembang.
Serbuk KPKX memiliki permukaan yang kasar dan solid. Spektrum inframerah menunjukkan gugus baru pada bilangan gelombang 1539,25 cm-1 yang memperlihatkan adanya gugus amida hasil reaksi antara gugus –NH3+ dari kitosan dan gugus –COO- dari xanthan gum.
Uji daya mengembang KPKX menunjukkan indeks mengembang pada pH 6,8 sebesar 253,31% dalam 2 jam. Setelah itu, KPKX diformulasikan menjadi tablet cepat hancur dengan kadar 5% yang menggunakan zat aktif diltiazem HCl dengan metode kempa langsung. Tablet yang dihasilkan dievaluasi kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan waktu pembasahannya.
Evaluasi tablet cepat hancur menunjukkan bahwa formula 3 yang mengandung KPKX 6:1 sebagai superdisintegran menghasilkan waktu hancur yang paling singkat, yaitu 44,00 detik dan memiliki kekerasan 4,59 kP serta keregasan 0,71%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa KPKX dapat digunakan sebagai superdisintegran dalam tablet cepat hancur dengan konsentrasi 5%.

Fast Disintegrating Tablet (FDTs) is a tablet which rapidly disintegrate in the mouth within one minute. This tablets are usually used for pediatric and geriatric patients with difficulty in swallowing medicine. Superdisintegrant excipients are required to formulate FDTs. It has been observed that the chitosan-xanthan polyelectrolyte complexes (CXPC) possess high swelling characteristic, hence it can be applied as a superdisintegrant.
The aim of this study was to formulate FDTs utilizing CXPC as the superdisintegrant. CXPC was prepared on pH 4-5 by mixing chitosan solution (1.0% w/v) and xanthan gum (1.0% w/v) in ratio 1:1, 3:1, and 6:1. The physical, chemical, and functional properties of CXPC were characterized, includes its morphology, infrared spectrum, and swelling index.
CXPC powder has a rough surface. The spectrum infrared showed a new shift at 1539.25 cm-1, indicating amide group as result of the reaction between -NH3+ group of chitosan and -COO- groups of xanthan gum.
The swelling studies of CXPC showed 253.31% weight increase in medium pH 6.8 at within 2 hours. CXPC was then utilized as superdisintegrant in FDTs with 5% CXPC, using diltiazem HCl as an active substance by direct compression method. FDTs were evaluated, includes its hardness, friability, disintegration time, and wetting time.
Evaluation of FDTs showed that formula 3 containing KPKX 6:1 as superdisintegrant produce the fastest disintegration time (44.00 seconds), hardness of 4.59 kP, and friability 0.71%. Based on the results, CXPC can be used as a superdisintegrant excipients with the concentration 5% in the formula of fast disintegrating tablets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindi Irsan Artomo
"Tablet Cepat Hancur (TCH) adalah sediaan tablet yang didesain untuk segera hancur di rongga mulut tanpa bantuan air maupun dikunyah sehingga dibutuhkan eksipien yang mudah hancur atau larut dengan adanya air. Saat ini, TCH dibuat dengan menggunakan superdisintegran dari bahan-bahan impor. Padahal banyak eksipien yang terdapat di Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah maltodekstrin DE 10-15.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan maltodekstrin suksinat (MDS) dari maltodekstrin DE 10-15 dan mengetahui karakteristiknya sebagai eksipien penghancur yang digunakan dalam formula TCH. MDS merupakan maltodekstrin DE 10-15 yang termodifikasi melalui proses suksinilasi dengan asam suksinat anhidrida dalam medium berair. MDS kemudian dikarakterisasi dan diformulasi menjadi lima formula TCH dengan verapamil HCl sebagai model obat. TCH yang dibuat melalui metode granulasi kering kemudian dievaluasi.
Hasil karakterisasi menunjukkan MDS memiliki derajat subtitusi sebesar 0,1772, kelarutan sebesar 1:21 bagian dalam akuades, dan mampu mengembang dua kali lebih baik dibandingkan maltodekstrin DE 10-15. Hasil evaluasi TCH menunjukkan bahwa formula 3 yang dibuat dengan menggunakan MDS sebagai eksipien penghancur pada konsentrasi 15% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula 3 memiliki kekerasan 3,71 Kp, keregasan 0,98%, waktu hancur in vitro 71,2 detik, waktu pembasahan 37,2 detik, dan verapamil HCl terdisolusi sebesar 96,91% dalam waktu 10 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa MDS sangat potensial untuk digunakan sebagai eksipien penghancur pada TCH.

Fast Disintegration Tablet (FDT) are tablet dosage forms which disintegrate in the patient’s mouth rapidly without water needed or chewed, so FDT’s need an excipient that easily disintegrated or soluble with the presence of water. Nowadays, FDT was made of superdisintegrant from import commodities. Besides there were many excipients in Indonesia that have potential to be developed, one of those was maltodextrin DE 10-15.
The aim of this research was to produce maltodextrin succinate (MDS) from maltodextrin DE 10-15 and find out its characteristics as tablet disintegrant to be applied in FDT’s formulas. MDS are maltodextrin DE 10-15 that has been through modification by succinylation using succinic anhydride in aqueous medium. MDS was characterized and then formulated into five FDT’s formulas using verapamil HCL as drug model. FDT that has been produced by dry granulation method was evaluated.
The results showed that MDS has 0.1772 degree of substitution, solubility was 1:21 portion in aquadest, and capable to swell two times better than maltodextrin DE 10-15. The results from FDT’s evaluation shows that formula 3 that has been produced using MDS as tablet disintegrant at 15% of concentration had the best characteristics as FDT. Formula 3 exhibited 3.71 Kp of hardness, 0.98% of friability, 71.2 seconds of in vitro disintegration time, 37.2 seconds of wetting time, and 96.91% verapamil HCl dissoluted in 10 minutes. This results shows that MDS was very potential to be used as disintegrant in FDT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Padma Hartmaya
"Pirfenidon digunakan untuk pengobatan fibrosis paru idiopatik dengan dosis besar, 801 mg – 2403 mg per hari. Penggunaan tablet konvensional merupakan permasalahan bagi individu dengan disfagia terutama pada obat dengan dosis besar. Oleh sebab itu, pengembangan tablet cepat hancur (TCH) yang dirancang untuk segera hancur di dalam rongga mulut menjadi alternatif tablet konvensional yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh TCH pirfenidon dengan metode kempa langsung serta menganalisis pengaruh konsentrasi croscarmellose sodium (CCS) terhadap waktu hancur. TCH pirfenidon dibuat menggunakan metode kempa langsung menjadi 3 formula dengan variasi konsentrasi CCS adalah 2% (F1), 5% (F2), dan 10% (F3). Evaluasi dilakukan sebelum dan setelah pengempaan tablet meliputi uji sifat alir, penampilan fisik tablet, keseragaman ukuran, keragaman bobot, kekerasan, keregasan, disintegrasi, waktu pembasahan, disolusi, dan uji stabilitas selama 1 bulan. Pengujian massa tablet ketiga formula menunjukkan sifat alir yang baik dan seluruh TCH yang dihasilkan dari ketiga formula memberikan hasil evaluasi yang memenuhi persyaratan TCH. Namun, TCH terpilih adalah F3 karena memiliki waktu hancur dan waktu pembasahan tercepat berturut-turut yaitu 36,27 ± 0,41 detik dan 59,00 ± 2,75 detik, serta jumlah obat terdisolusi yang paling besar (100,03 ± 0,00%) dalam waktu 30 menit. Selain itu, TCH F3 menunjukkan stabilitas yang baik selama penyimpanan 1 bulan pada suhu 30 ± 2°C maupun 40 ± 2°C. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa TCH F3 yang diperoleh menggunakan metode kempa langsung merupakan formula terpilih yang memenuhi persyaratan FDT paling baik.

Pirfenidone is used in large doses for the treatment of idiopathic pulmonary fibrosis, 801 mg – 2403 mg per day. The use of conventional tablets is a problem for individuals with dysphagia, especially in large doses of drugs. Therefore, the development of fast disintegrating tablets (FDT) which are designed to disintegrate in the oral cavity is a suitable alternative to conventional tablets. The purposed of this study were to obtain FDT pirfenidone by direct compression method and to analyzed the effect of croscarmellose sodium (CCS) concentration on disintegration time. FDT pirfenidone was prepared using direct compression method into 3 formula with various CCS concentration, 2% (F1), 5% (F2), and 10% (F3). Evaluations were carried out before and after tablet compression including flow properties test, physical appearance, size uniformity, weight diversity, hardness, friability, disintegration time, wetting time, dissolution, and stability test. The tablet mass of the three formula showed good flow properties and all of the FDT produced from the three formulas gave evaluation results that met the requirements of FDT. However, the selected FDT was F3 because it had the fastest disintegration and wetting times, respectively 36.27 ± 0.41 seconds and 59.00 ± 2.75 seconds, and the largest amount of drug dissolution (100.03 ± 0,00%) within 30 minutes. In addition, FDT F3 showed good stability during storage for 1 month at a temperature of 30±2°C or 40±2°C. Therefore, it can be concluded that FDT F3 obtained by direct compression method is the selected formula that met the best FDT requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilastuti Rahayu
"Telah dilakuka penelitian tentang penggunaan Aerosil dalam formulasi sediaan tablet. Penambahan 2% b/b Aerosil ternyata dapat menurunkan waktu hancur yang optimal terhadap formulasi tablet Antalgin. Pengaruh penambahan 2% b/b Aerosil pada formulasi tablet Antalgin menurunkan wantu hancur kurang lebih 47,5 %, pada formulasi tablet Vioform menurunkan waktu hancur kurang lebih 49,0 % pada formulasi tablet vitamin C menurunkan wantu hancur kurang lebih 42,9% sedangkan pada formulasi tablet Tr_sulfa hanya menurunkan wanuhancur 16,1%"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1977
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Febrina
"Superdisintegran merupakan eksipien yang ditambahkan untuk membantu pecahnya tablet. Partikel obat yang telah terdisintegrasi akan terdisolusi. Disolusi merupakan proses dimana bahan obat menjadi terlarut pada medium pelarut. Sebelum dipasarkan, sebuah obat baru harus melakukan uji disolusi terbanding untuk melihat kemiripan profil disolusi dengan tablet inovator.
Penelitian ini mempunyai tujuan melihat pengaruh superdisintegran dalam tablet terhadap laju disolusinya serta melakukan uji disolusi terbanding terhadap tablet inovator. Pada penelitian ini tablet dibuat dengan metode granulasi basah.
Pengujian disolusi dilakukan menggunakan alat tipe 2 dengan medium dapar fosfat pH 5,8 dengan volume 900ml pada suhu 37 ± 0,5°C dengan kecepatan pengadukan 50 rpm dan sampel diambil pada menit ke 60. Sedangkan pengujian disolusi terbanding menggunakan alat tipe 2, dengan 3 medium yaitu pH 1,2; pH 4,5; dan pH 6,8 dengan volume 900 ml pada suhu 37 ± 0,5°C dengan kecepatan pengadukan 50 rpm. Sampel diambil pada waktu 10, 15, 30, 45, dan 60 menit.
Perbandingan profil disolusi dihitung menggunakan parameter different factor (f1) dan similarity factor (f2). Hasil pelepasan obat F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 101,70±4,12%; 102,81±3,64%; dan 105,04±2,46%. Nilai f2 dan f1 pada pH 1,2 pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 28,32% dan 32,67%; 36,99% dan 17,05%; 39,36% dan 16,80%. Nilai f1 dan f2 pada pH 4,5 pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 46,03% dan 12,37%; 50,87% dan 10,42%; 47,17% dan 12,16%. Nilai f1 dan f2 pada pH 6,8 pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 58,96% dan 5,27%; 67,02% dan 3,65%; 77,42% dan 2,01%. Pada uji disolusi, F3 mempunyai pelepasan obat yang paling besar disusul F2, dan F1. Dan dari ketiga formula tersebut dinyatakan bahwa ketiganya tidak mempunyai profil disolusi yang mirip dengan tablet inovator.

Superdisintegrant are excipient which added to help disintegrated tablet. Drug particles that have disintegrated will be dissolved. Dissolution is a process a drug substance will be dissolved in the solvent medium. A new drug must fullfill a dissolutin comparison test to see the similarities of profile dissolution with innovator tablet.
The purpose of this research was to investigat the effect of addition of superdisintegrant to the dissolution rate and do dissolution test comparison using parameters f1 and f2. In this research, tablets were made by wet granulation method.
The dissolution test were performed using apparatus type 2, in pH 5,8 buffer phosphate, using 900 ml of dissolution medium at a temperatur 37 ± 0,5°C and a agitation rate of 50 rpm and sample was taken at 60 minutes. While the dissolution comparison tester were performed using apparatus type 2, with 3 medium, which is pH 1,2 buffer HCl, pH 4,5 buffer sitrat, and pH 6,8 buffer phosphate, employing 900 ml of dissolution medium at a temperatur 37 ± 0,5°C and a agitation rate of 50 rpm and samples were taken at 10, 15, 30, 45, 60 minutes.
Comparison between dissolution profiles were calculated using difference factor (f1) and similarity factor (f2). The result of drug release of F1, F2, and F3 was 101,70±4,12%; 102,81±3,64%; and 105,04±2,46%. The values of f1 and f2 from F1, F2, F3 in pH 1,2 respectively are 28,32% and 32,67%; 36,99% and 17,05%; 39,36% and 16,80%. The values of f1 and f2 from F1, F2, F3 in pH 4,5 respectively are 46,03% and 12,37%; 50,87% and 10,42%; 47,17% and 12,16%. The values of f1 and f2 from F1, F2, F3 in pH 6,8 respectively are 58,96% and 5,27%; 67,02% and 3,65%; 77,42% and 2,01%. In dissolution test, F3 has the greatest drug release, followed by F2 and F1. The result showed that there were no formula which have similar dissolution profile with innovator tablet.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masuko Tri Sutandio
"Tablet salut enterik merupakan tablet salut yang menggunakan eksipien yang tidak larut dalam asam tapi larut dalam basa. Penelitian ini bertujuan mempreparasi protein kedelai dengan ftalat dan suksinat yang diaplikasikan sebagai bahan penyalut enterik, dengan model obat asetosal. Protein kedelai (PK) disubtitusi dengan ftalat anhidrida sebanyak 200% dan suksinat anhidrida sebanyak 250% dalam suasana basa. PKFtS memiliki derajat subtitusi ftalat sebesar 11,59 ±0,50 dan suksinat sebesar 68,85 ±0,38. Daya mengembang PK pada HCl pH 1,2 yaitu sebesar 160,91 ± 0,64 % dan daya mengembang PKFtS yaitu sebesar 113,81 ± 0,67 %. Daya larut pada PK, PKFt, dan PKFtS tidak memiliki perbedaan yang begitu berarti. Evaluasi tablet enterik memiliki penampilan umum berupa tablet bikonfeks berwarna coklat dengan kenaikan bobot sebesar 2,24% pada F1, coklat kekuningan dengan kenaikan bobot sebesar 2,02% pada F2 dan putih dengan kenaikan bobot sebesar 1,40% pada F3. Evaluasi pelepasan obat pada F1, F2, dan F3 tidak memenuhi persyaratan tablet enterik selama dua jam pada HCl 1,2 yaitu masing - masing sebesar 98,87 ± 0,65 %, 92,40 ± 0,90 %, dan 95,98 ± 3,44 %. Pada evaluasi waktu hancur yang dibandingkan dengan tablet inti, tablet salut memiliki waktu hancur yang sedikit lebih lama. Dapat disimpulkan bahwa PKFtS masih belum dapat digunakan sebagai eksipien tablet enterik.

Enteric coated tablet is a coated tablet consist of an excipient that is insoluble in acid but soluble in alkaline. This research purpose is to prepare the soybean protein with phthalate and succinate which applied for enteric tablet excipient, with aspirin as a drug model. Soybean protein is subtitued with 200% anhidride phthalate and 250% anhidride succinate with base condition. PKFtS have a subtitution degree of phtalate is 11,594 ±0,499 and succinate is 68,851 ±0,376. Swelling index of PK on HCl pH 1,2 is 160,91 ± 0,64 % and swelling index of PKFtS is 113,81 ± 0,67 %. Solubility of PK, PKFt, dan PKFtS did not have significant different. Evaluation of enteric tablet has the general appearance bikonfeks brown tablets with the increase in weight of 2.24% in F1, yellowish brown with the increase in weight of 2.02% in F2 and white with the increase in weight of 1,40% in F3. Drug release test of F1, F2, and F3 did not fullfil enteric tablet requirement for 2 hours on HCl pH 1,2 is each 98,87 ± 0,65 %, 92,40 ± 0,90 %, and 95,98 ± 3,44 %. The disintegration test of coated tablet was compared with core tablet. These tablet have longer disintegration time from the core tablet. It can be concluded that PKFtS can not be used yet as an enteric tablet exicipient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Mariyam
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang potensial untuk digunakan sebagai eksipien farmasi karena sifatnya yang biodegradabel dan tidak toksik. Penggunaan kitosan sebagai pembawa obat terbatas karena sifat kelarutannya yang hanya larut dalam asam. Untuk meningkatkan kelarutannya, dalam penelitian ini dilakukan modifikasi kimia terhadap kitosan menggunakan anhidrida suksinat. Kitosan suksinat yang diperoleh digunakan sebagai matriks pada sediaan tablet enterik dengan menggunakan natrium diklofenak sebagai model obat. Derajat substitusi kitosan suksinat yang diperoleh sebesar 3,65 mol/gram. Kitosan suksinat dapat larut dalam medium basa (pH ≥6,8) sehingga terbukti bahwa sintesis yang dilakukan memperluas kelarutan kitosan. Formulasi tablet natrium diklofenak dengan matriks kombinasi kitosan suksinat dan HPMCP (3,5 : 1) serta perbandingan jumlah zat aktif dengan polimer = 1:3, memenuhi persyaratan tablet enterik dan dapat digunakan untuk sediaan lepas lambat selama 32 jam.

ABSTRACT
Chitosan is a potential natural polymer for application as a pharmaceutical excipient due to its biodegradable and not toxic characteristics. However, the use of chitosan as drug carriers is limited due to its solubility properties. In this study, chitosan succinate (CS) was synthesized from chitosan using succinic anhydride to improve the solubility. Then, CS was used as matrix in enteric tablet using diclofenac sodium as a model drug. The degree of substitution of CS was 3,65 mol / gram. The solubility study showed that CS could be dissolved in alkaline medium (pH ≥ 6,8). So, these study revealed that CS could increase the solubility of chitosan. The in vitro release study showed that the enteric tablet of F5 formulation could retarded drug release up to 32 hours. The enteric tablet of F5 was formulated using CS: HPMCP (3,5:1) matrix, which was 3 fold amount of drug. The result suggested that the formula have the potential to be applied as enteric and sustained release tablet. "
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S963
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Widya
"Pada proses pembuatan tablet, akan t1mbul penyimpangan-penympangan dari ketentuan atau spesifikas1 yang sudah d1tetapkan, misalnya ketentuan mengenai bobot suatu tablet. Penyimpangan ini memang tidak dapat dihindarkan, maka farmakope memperbolehkan hal itu hingga batas-batas tertentu.
Skripsi ini akan membahas suatu cara yang memanfaatkan statist1k untuk mengetahui penyimpangen-penyimpangan yang terjadi pada pencetakan tablet. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat diketahu1 dari tablet-tablet yang dihasllkan oleh suatu mesin pencetak tablet.
Dar1 hasil-hasil analisa, dapat disimpulkan apakah mesin masih baik atau sudah harus diperbaharui; apakah proses masih terkendali atau sudah tidak terkendali. Berdasarkan data-data sebelumnya dapat diramalkan hasl1 produksi berikutnya dari mesin yang bersangkutan. Penelitian-penelitian semacam ini sangat berguna bagi industri Farmasi,
terutama bidang pengenda1ian dan pengawasan mutu."
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1979
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofuan Salim
"Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan Hidroksi propil metil sellulose (HPMC) dan Polyvinyl pyrrolidone (POVIDONE / PVP ) sebagai bahan pengikat pada formula tablet Ethambutol dosis tinggi. Penggunaan H.P.M.C. dengan kadar 3% menghasilkan kekerasan tablet yang paling baik (6,0 ± 0,3 Kg/cm2) , penurunan atau penambahan dari kadar tersebut akan mengurangi kekerasan tablet tersebut.
Sedangkan penggunaan P.V.P. dengan kadar 4% dan 5% menghasilkan kekerasan tablet yang baik sekali yaitu 8,5 Kg / cm2 dan 9,5 Kg/cm2.
Pengaruh dari kedua macam zat pengikat ini dengan variasi kadarnya terhadap waktu hancur tablet tidak terlihat atau tidak memberikan pengaruh yang berarti."
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1979
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Helin Permanasari
"Zat aktif dengan titik leleh rendah akan mengalami kesulitan dalam pencetakan, karena panas yang dihasilkan dari kompresi meyebabkan zat leleh dan lengket pada punch. Seperti halnya pada tablet gemfibrozil yang mempunyai titik leleh 58-61° C. Telah dilakukan percobaan pembuatan tablet gemfibrozil dengan menggunakan pharmasorb 5% dan 10% serta talk 1% dan 6%, selain bahan pembantu lainnya. Temyata diperoleh tablet yang sudah tidak lengket. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tablet dengan konsentrasi pharmasorb 10%, talk 6%; pharmasorb 10%, talk 1%; pharmasorb 5%, talk 6% dan pharmasorb 5%, talk 1%. Pemeriksaan sudut istirahat dan kecepatan alir setelah dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dua pihak dengan student test a = 0,05 temyata perbedaaimya tidak berarti, sedangkan untuk pemeriksaan bobot jenis perbedaaimya berarti. Hal inilah yang menyebabkan tegadinya pemisahan atas segregasi dari granul waktu pencetakan, sehingga bobotnya bertambah pada formula n dan IV, konsentrasi talk 1%. Pengaruh pharmasorb dan talk terhadap pemeriksaan sifat fisik tablet memberikan hasil yang berbeda pada tiap konsentrasi yang digunakan. Pada keseragaman bobot penggunaan talk 1% atau 6% dan pharmasorb 5% atau 10% menghasilkan tablet yang memenuhi syarat keseragaman bobot. Tapi pada menit kedelapan waktu pencetakan, bobot tablet bertambah untuk tablet dengan konsentrasi talk 1%, pharmasorb 10%, dengan persen penyimpangannya 5,53%. Waktu hancur dan disolusi tablet dengan konsentrasi pharmasorb 10% lebih cepat hancur dan larut dibanding tablet dengan konsentrasi pharmasorb 5%.

The experiment had been done experimental tablet producing of gemfibrozil with using pharmasorb 5% and 10% also talk 1% and 6%, and others excipients. In fact to be obtained tablet that has not been sticking, but can not differentiated of its stickness. To examine time ready forming to the four formulas in fact to be obtained angle of pause and free flow rate with not in significant different with student t test a=0,05, while for examine density with sigmficant different. This is the cause that occuring the division or segregation of granules in time or forming, so its weight increase in the basis of 11 and IV formula, talk concentration 1%. The influence of pharmasorb and talk toward physical properties of tablet that gives different matter in every concentration to be used, fri the homogenity weight to be used talk 1% or 6% and pharmasorb 5% or 10% to be resulted tablet that has sufficient homogenity. Mean while at the eight minute time forming, the weight of the tablet increases and for tablet that has talk concentration of 1%, pharmasorb of 10% with standart deviation 5,53%. Desmtegration rate of time and dissolution rate of"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>