Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melissa Astrid Wulan Ruru
"Skripsi ini mengeksplorasi bagaimana dampak demam pendidikan terlukiskan melalui pengambilan keputusan dalam pendidikan dan kehidupan pendidikan pelajar sekolah tingkat menengah. Skripsi ini juga membahas lebih dalam mengenai apa yang dimaksud dengan demam pendidikan, bagaimana demam pendidikan muncul di dalam masyarakat Korea Selatan dan pengaruh seperti apakah yang diberikan terhadap pendidikan Korea Selatan.
Berdasarkan wawancara terhadap pelajar sekolah tingkat menengah di daerah Gangnam, skripsi ini mendalami kisah mereka, minat, pandangan dan perasaan mereka terhadap kehidupan sekolah mereka setiap harinya. Penelitian ini menemukan bahwa demam pendidikan menyebabkan dampak negatif terhadap pelajar yang lebih banyak dibandingkan dampak positif. Skripsi ini juga membantu pembaca untuk mengerti lebih dalam mengenai pengaruh seperti apakah yang diberikan terhadap pelajar sekolah tingkat menengah.

This thesis explores how education fever reflected in or influence educational decision and the academic life of South Korean secondary school students. This paper also explains what education fever is, how it emerged in South Korean society and what kind of influenced did it gave to South Korean education.
Based on interviews with secondary school students attending different schools in Gangnam territory, this thesis explores their personal stories of activities, interests, point of views and feelings about their daily school life. The findings revealed that education fever brings much more of a negative influenced towards students rather than positive influences. This paper will help to understand what kind influenced that education fever brought towards students in the secondary school.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinayah Fitriany Sukma Putri
"Penelitian ini menganalisis pengaruh kolektivisme pada fenomena demam pendidikan di Korea Selatan. Kolektivisme merujuk pada kecenderungan masyarakat untuk mengutamakan kepentingan kelompok daripada individu. Pada masyarakat yang menganut budaya kolektivisme, individu cenderung memiliki konstruksi diri interdependen yang berfokus pada hubungan sosial terutama ingroup. Dalam konteks pendidikan Korea Selatan yang sangat kompetitif, kolektivisme memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pola perilaku siswa, tekanan akademik, dan norma sosial terkait pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana budaya kolektivisme diterapkan dalam masyarakat Korea Selatan dan bagaimana perannya dalam unsur-unsur fenomena pendidikan, seperti respons siswa, orang tua, masyarakat, serta sistem pendidikan yang ada. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya kolektivisme memengaruhi sekaligus mendasari sikap dan respons siswa, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan dalam fenomena demam pendidikan.

This study analyzes the influence of collectivism in the education fever phenomenon in South Korea. Collectivism refers to a society's tendency to prioritize the interests of the group over the individual. In societies that embrace a culture of collectivism, individuals tend to have interdependent self-constructions that focus on social relationships, especially the ingroup. In the highly competitive context of South Korean education, collectivism has a significant role in shaping student behavior patterns, academic pressures, and social norms related to education. This research aims to explain how the culture of collectivism in South Korean society and how it plays a role in elements of educational phenomena, such as the response of students, parents, society, and the existing education system. The author uses a qualitative method with a literature study approach. The results of this study show that collectivist culture influences and underlies the attitudes and responses of students, parents and society as a whole in the phenomenon of education fever."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Khalila Najlana
"Skripsi ini membahas perundungan di kalangan pelajar Korea Selatan dan memudarnya nilai-nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perundungan dapat terjadi di kalangan pelajar Korea dan hubungannya dengan memudarnya nilai-nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menghasilkan data berupa data deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perundungan di kalangan pelajar Korea terjadi akibat beberapa faktor, seperti faktor individu, keluarga, teman, dan pendidikan, serta berhubungan dengan memudarnya nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea, seperti harmoni, jeong, dan woori. Kesimpulan penelitian ini adalah sistem pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter seorang pelajar dan menjadi salah satu faktor utama penyebab terjadinya perundungan di kalangan pelajar Korea. Perundungan tersebut kemudian menyebabkan memudarnya nilai- nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea.

The focus of this study is the bullying culture in South Korean students and the declining collectivism values in the education institution. The purpose of this study is to know how bullying can happen in Korean students and its relation with the declining collectivism values in the education institution. This study is a qualitative research and yield descriptive data. The result of this study shows that bullying in Korean student circle happens because of several factors such as personal, family, peer group, and education factors, and there is a relation with declining collectivism values in education institution, such as harmony, jeong, and woori. The conclusion of this study is the education system has an important role in developing student’s character and become one of the most important factor causing bullying in Korean students. Later, bullying is causing the decline of collectivism values in education institution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Muftia Nur
"Jurnal ini membahas tentang fenomena education fever yang terjadi di Korea Selatan dalam drama yang berjudul Hakkyo 2013. Dengan metode deskriptif-analitik, penulis memfokuskan analisa pada gambaran fenomena education fever yang terdapat dalam drama tersebut. Hasil analisa menunjukkan fenomena education fever dalam drama Hakkyo 2013 diwakili oleh sikap dan perilaku orang tua siswa yang menunjukkan peduli mereka yang berlebihan akan pendidikan anaknya. Mereka tidak segan melibatkan diri mereka sendiri untuk mengkritik sistem pendidikan di sekolah tempat anak mereka belajar. Sedangkan dampak yang signifikan terhadap kelelahan secara fisik yang dialami siswa karena jam belajar yang terlalu panjang, dan juga orientasi siswa terhadap nilai yang bagus sebagai tanda keberhasilan mereka dalam belajar.

This paper discusses about education fever phenomenon on Korean drama titled Hakkyo 2013. It focused on the analysis of the phenomenon as shown on the drama. The results shows that education fever on this drama is represented by the behavior of Korean parents who over concern about the education of their children. They even involve their selves directly to criticize the education system at their children’s school. On the other side, the phenomenon also gives such a significant impact to the students. It shows that the students feel exhausted because of the long hour."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Shakina
"Penelitian ini membahas Gerakan 4B, salah satu gerakan feminisme digital di Korea Selatan. Nama 4B merujuk pada empat istilah dalam bahasa Korea, yaitu bihon (non-pernikahan), bichulsan (non-persalinan), biyonae (non-percintaan), dan bisekseu (non-persetubuhan). Gerakan ini muncul pada tahun 2019 yang menentang sistem sosial patriarki di Korea Selatan. Secara tradisional, budaya patriarki menempatkan perempuan pada posisi subordinat. Hal ini berdasarkan penafsiran nilai-nilai Konfusianisme dalam masyarakat Korea. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemunculan Gerakan 4B dan kaitannya dengan nilai budaya patriarki. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka dalam konteks perubahan budaya dalam masyarakat Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemunculan Gerakan 4B dilatarbelakangi ketidaksetaraan gender dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Korea meskipun telah mengalami perubahan dan dinamika akibat modernisasi. Ketidaksetaraan gender ini mengakibatkan timbulnya peristiwa pemicu Gerakan 4B yang berkaitan dengan nilai budaya patriarki berupa objektifikasi terhadap perempuan dan kekerasan terhadap perempuan.

This study discusses one of the digital feminism movements in South Korea called the 4B Movement. The name 4B refers to four terms in Korean bihon(no marriage), bichulsan(no childbirth), biyonae (no dating), and bisekseu (no sex). This movement emerged in 2019 to challenge patriarchal culture in South Korea. Traditionally, patriarchal culture places women in a subordinate position. This is based on the interpretation of Confucian values in Korean society. The purpose of this study is to analyze the emergence of the ‘4B Movement’ and its relation to patriarchy culture values. The method used in this study is a qualitative descriptive method with literature study techniques in the context of cultural change in Korean society. The result of this study indicates that the emergence of the ‘4B Movement’ is caused by gender inequality in the socio-cultural life of Korean society that is still exist even after going through changes and dynamics due to modernization. This gender inequality led to the triggering events of the ‘4B Movement’ that related to patriarchal culture values such as objectification and violence against women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darynaufal Mulyaman
"Sejak merebaknya "Korean Wave" pada dekade 2010-an, Bahasa Korea dan Aksara Hangeul adalah bagian integral dalam penyebaran soft power Korea Selatan di seluruh dunia. Pemerintah Korea Selatan, misalnya, memberikan dukungan untuk pelestarian bahasa Cia-Cia dari Suku Cia-Cia di Bau-Bau Sulawesi Tenggara, Indonesia - sebuah program yang awalnya diprakarsai oleh Yayasan Hunminjonggeum Society pada tahun 2008.
Studi ini mengukur persepsi siswa dengan latar belakang etnis Cia-Cia terhadap Korea Selatan. Survei kuesioner dan wawancara digunakan untuk melihat lebih jauh persepsi mereka. Studi ini kemudian menemukan bahwa setelah program ini, para siswa memiliki persepsi yang lebih positif tentang Korea Selatan. Selain itu, demonstrasi budaya Korea dan penggunaan Bahasa Korea bahkan menjadi lebih jelas dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga menciptakan realitas sosial baru di komunitas lokal. Temuan seperti itu menunjukkan bahwa bantuan internasional telah secara efektif menjadi bagian dari strategi ekspansi soft power Korea Selatan.

Since the beginning of the "Korean Wave" in the decade of 2010, Korean language and the Hangeul character are the integral parts in the dissemination of South Korea's soft power across the world. The South Korean government, for example, provided support for the preservation of Cia-Cia language of Cia-Cia Tribe in Bau-Bau Southeast Sulawesi, Indonesia - a program that was originally initiated by Hunminjonggeum Society Foundation in 2008.
This study examines the perception of students with Cia-Cia ethnic background toward South Korea. Questionnaire surveys and interviews are used to further look into their perceptions. This study then finds following the program, the students have more positive perceptions of South Korea. Besides, the demonstration of Korean culture and the use of Korean language even becomes more apparent in their daily life, creating a new social reality in the local community. Such a finding suggests that international assistance has effectively become a part of South Korea's soft power expansion strategy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanisa Kamila
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh ajaran Konfusianisme yang berkembang di Korea Selatan terhadap persaingan pemerolehan pendidikan tinggi di masyarakat modern Korea Selatan. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari ajaran Konfusianisme terhadap persaingan dalam pendidikan di masyarakat modern Korea Selatan melalui nilai-nilai familisme, chemyeon, grupisme, elitisme, dan paternalisme. Nilai-nilai tersebut mendorong masyarakat Korea untuk bersaing dengan ketat demi meraih pendidikan terbaik yang mengindikasikan pada masa depan yang cerah.

This thesis discusses about the influence of Confucianism towards education competitiveness in modern Korea society. Using descriptive analysis method, the analysis focuses on the values of Confucianism and its relation to the phenomenons of education competition in modern Korean Society, particularly in the acquisition of higher education. The result shows that Confucianism gives strong influence on education competition in Korean modern society through its familism, chemyeon, groupism, elitism, and paternalism values. Those values encourage Korean society to strictly compete in order to achieve the best education that indicates a bright future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrika Ayu Desiana
"ABSTRAK
Gerakan mahasiswa di Korea Selatan muncul sejak diperkenalkannya pendidikan modern yang awalnya terjadi untuk melawan penjajahan Jepang. Gerakan mahasiswa juga terjadi setelah kemerdekaan dan bertujuan untuk mengubah rezim pemerintah. Gerakan yang terjadi pada Juni 1987, yaitu pada masa pemerintahan Chun Doo-hwan, berhasil membawa transisi demokrasi di Korea Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi gerakan mahasiswa 1987. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis melalui pendekatan diakronis dengan menggunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan gerakan mahasiswa dalam demokratisasi di Korea Selatan. Hasil dari penelitian ini adalah sistem pemerintahan Chun Doo-hwan tidak sesuai dengan konstitusinya yang bersifat demokratis merupakan alasan utama mengapa gerakan mahasiswa 1987 terjadi. Sejak dikeluarkannya kebijakan otonomi kampus pada 1984, gerakan mahasiwa menjadi lebih terorganisir dalam menuntut demokratisasi. Dalam melakukan Gerakan Juni 1987, gerakan mahasiswa beraliansi dengan gerakan-gerakan anti pemerintah yang lain. Gerakan mahasiswa umumnya melakukan gerakan dengan menggunakan kekerasan untuk melawan kekuatan militer oleh rezim pemerintah. Meskipun demikian, mereka memainkan peran penting dalam demokratisasi di negaranya.

ABSTRACT
Student movements in South Korea have emerged since the introduction of modern education which initially took place against Japanese occupation. Student movements also took place after independence and aimed at changing the government regime. The movement that took place in June 1987, which happened during the reign of Chun Doo-hwan, succeeded in bringing the democratic transition in South Korea. The problem statement of this research is to know the factors behind the 1987 student movement. This research uses descriptive-analytical methods through a diachronic approach using resources related to the student movement in democratization in South Korea. The result of this study is that Chun Doo-hwan s government system which was not in accordance with its democratic constitution is the main reason why the 1987 student movement took place. Since the issuance of the campus autonomy policy in 1984, student movement has become more organized in demanding democratization. In carrying out the June 1987 movement, the student movement allied with other anti-government movements. Student movements generally carried out movements by using violence to fight the military power by the government regime. Nevertheless, they played an important role in democratization in their country."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Seth, Michael
Hawaii: University of Hawaii Press, 2002
KOR 370.519 5 SET e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Cahyaning Sumirat
"Korea Selatan dikenal sebagai negara dengan penganut ajaran konfusianisme tertinggi, bahkan mengalahkan Cina sendiri yang merupakan negara asal konfusianisme. Ajaran konfusianisme telah memberikan adanya perubahan di berbagai bidang, salah satunya tatanan nilai dalam masyarakat Korea. Konfusianisme merupakan sebuah ajaran yang tidak terlepaskan bagi masyarakat Korea karena nilai-nilai di dalamnya sangat melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai konfusianisme tersebut dapat dilihat dari realitas kehidupan masyarakat Korea sendiri, di antaranya masih terdapat kecenderungan sikap diskriminasi terhadap kaum perempuan, yaitu terpinggirkannya peran perempuan dalam kehidupan sehari-hari, terutama terhadap mereka yang bekerja.

South Korea is a nation with the highest number of adherents of Confucianism; even defeat China itself which is the origin country of Confucianism. Confusianism has raisen changes in various fields, one of them is the order of the values in Korean people. Confucianism is a doctrine that could not be separated with Korean because the values in it are attached to the life of its people. The values ​​of Confucianism can be seen from the reality of Korean life itself, namely there is still tendency of discrimination against women, that marginalized the role of women in daily life, especially to those women who work.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>