Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanty Wulandari Putri
"Batavia merupakan wilayah yang memiliki sejarah panjang pada masa kolonial. Bangunan di Batavia memiliki perpaduan gaya akibat dari datangnya berbagai bangsa. Terciptalah akulturasi antara gaya kolonial dengan gaya tradisional Indonesia yang disebut Arsitektur Indis. Koningsplein merupakan pemukiman elit kolonial yang juga didiami oleh residen dan penjabat tinggi pemerintah di Weltevreden. Balai Kota yang merupakan tempat tinggal serta kantor Residen, memiliki perpaduan gaya antara Eropa dan tradisional yang diadaptasi dari perkembangan gaya abad 19 M. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Balai Kota Jakarta memiliki gaya Indische Empire dengan mengadaptasi gaya Neoklasik Romawi dari Eropa, vernakular Jawa dan Betawi dari Indonesia.

Batavia is a region with extended history about colonialism in Colonial Period. Built in Batavia had blended because of the arrival of various nations. Those was created an acculturation between colonial style with Indonesian traditional style called Indische Architecture. Koningsplein was a colonial elite settlement that inhabited by the resident and government high officials in Weltevreden. City Hall was the living place and Resident office, have a blended style between European and traditional that adapted from the development of 19th Century’s style. Therefore, it can be deduced that Jakarta City Hall had Indische Empire style adapted from European Roman Neoclassic style, Javanese and Batavia vernacular style from Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Huwaida
"ABSTRAK
Jurnal ini berbicara mengenai perubahan penampakkan pada bangunan Gereja Katedral Jakarta. Gereja Katedral Jakarta adalah sebuah bangunan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pembangunan Gereja yang memiliki sejarah panjang ini, dikerjakan sejak masa pendudukan Belanda. Bangunan ini adalah bangunan yang menjadi saksi sejarah perkembangan agama Katolik di Indonesia, sehingga banyak faktor yang mempengaruhi pembangunannya. Renovasi dan pemugaran dilakukan beberapa kali semenjak gedung ini berdiri. Hal ini mengakibatkan gaya bangunan pada Gereja Katedral Jakarta sudah bukan seperti gaya bangunan sebagaimana yang dirancang saat pertama kali direncanakan. Selain menyertakan latar belakang sejarah tulisan ini juga menyertakan paparan dari Helen Jessup perihal Belanda yang pada masa koloninya memperkuat posisinya dan menegaskan daerah jajahannya dengan membangun gedung-gedung yang mewah.

ABSTRACT
The content of this journal is about the outlook of Gereja Katedrakl Jakarta. Gereja Katedral Jakarta is one of many building in Indonesia which has historica value. The construction also has a long story, worked beginat the Dutch colonial period. This building is the witness of history of development of the Catholic in Indonesia, so that many factors make effects to the building construction. Renovation and restoration carried out a few times since this building stands. That makes this building has different style as the first time this building planned. This journal also contains historical background and the exposure from Helen Jessup that during the Dutch colony, they strengthens and show up the position of colonies by build the luxury building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Ahmad Kertayudha
"Industri kesenian yang terjadi di Nusantara telah memberikan pengaruh terhadap perubahan dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, sosial, politik, hingga perubahan pada gaya bangunan. Bangunan Lokananta ini merupakan bangunan perusahaan rekaman pertama di Indonesia. Tulisan ini menyajikan hasil dari analisis terhadap gaya bangunan yang ada pada bangunan Lokananta. Analisis ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif untuk melihat fenomena yang dialami oleh objek penelitian. Sumber data yang digunakan dalam menyusun tulisan ini adalah sumber primer serta sekunder. Sumber primer dilakukan dengan tahapan observasi secara langsung pada objek yang dikaji, sedangkan data sekunder diperoleh dari tulisan ilmiah serta foto-foto lama yang disimpan oleh Lokananta. Hasil analisis menunjukan bahawa gaya yang digunakan dalam membangun atau mendirikan bangunan Lokananta pada awal abad ke-20 Masehi adalah gaya arsitektur .

Art industry that occurred in Indonesia has influenced changes in various fields, such as in the fields of education, social, politics, even in building styles. The Lokananta building is the first record company building in Indonesia. This paper presents the results of an analysis of the existing building styles in the Lokananta building. This analysis was carried out using qualitative research methods to see the phenomena experienced by the object of research. Sources of data used in compiling this paper are primary and secondary sources. Primary sources are carried out by direct observation of the object under study, while secondary data is obtained from scientific writings and old photographs kept by Lokananta. The results of the analysis show that the style used in constructing or constructing the Lokananta building at the beginning of the 20th century AD was art deco architectural style."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kharissa Putri
"ABSTRAK
Masa kolonial Belanda berdampak pada perkembangan arsitektur terutama di kota-kota Besar Hindia Belanda, sebutan untuk Indonesia sebelum masa kemerdekaan. Gaya bangunan peninggalan masa kolonial terlihat pada beberapa bangunan tua yang masih berdiri hingga kini, salah satunya adalah Gedung Joang 45 Jakarta. Gedung Joang 45 yang terletak di Jalan Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat mulanya didirikan sebagai hotel pada tahun 1938, kemudian sempat dipugar dan akhirnya diresmikan sebagai museum oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974. Walau sempat mengalami peralihan fungsi, gaya bangunan pada gedung tersebut hingga kini masih dipertahankan sesuai dengan bentuk aslinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik bangunan Gedung Joang 45 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Gedung Joang 45 Jakarta mendapat pengaruh dari gaya bangunan yang dibawa oleh Daendels ke Hindia Belanda, yakni Indische Empire Style.

ABSTRACT
The Dutch colonial period affected the development of architecture, especially in big cities of the Dutch East Indies, the name of Indonesia before independence. Colonial heritage building styles seen in some old buildings that still exist until now, one of them is Gedung Joang 45 Jakarta. Gedung Joang 45 which is located at Jalan Menteng Raya No. 31, Central Jakarta was first established as a hotel in 1938, then restored and finally inaugurated as a museum by President Soeharto in 1974. Although the function of the building has changed, building style of Gedung Joang 45 Jakarta is still the same as it was originally built. The purpose of this research is to identify the building characteristics of Gedung Joang 45 Jakarta. This research uses descriptive qualitative method. The results can be concluded that Gedung Joang 45 Jakarta is influenced by building style that was brought by Daendels to the Dutch East Indies, namely Indische Empire Style."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Sakanti Lustiansyah
"Penelitian ini membahas bangunan Gedung Utama Museum Tekstil yang didirikan awal abad ke-19 dan memiliki nilai arsitektur yang mencerminkan perpaduan gaya kolonial dan adaptasi lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bangunan gedung utama Museum Tekstil Jakarta termasuk komponen-komponen struktural dan fungsional pada bangunan untuk mengetahui gaya bangunannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari elemen-elemen arsitektur gedung utama Museum Tekstil Jakarta mengadopsi gaya arsitektur Indische Empire yang berkembang pada pertengahan abad 18 hingga akhir abad 19. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang arsitektur kolonial di Indonesia serta mendukung upaya pelestarian bangunan bersejarah.

This research discusses the Main Building of the Textile Museum which was established in the early 19th century and has architectural values that reflect a combination of colonial styles and local adaptations. This research aims to identify the main building of Jakarta Textile Museum including structural and functional components of the building to determine the style of the building. The results showed that the architectural elements of the main building of the Jakarta Textile Museum adopted the Indische Empire architectural style that developed in the mid-18th to late 19th century. This research is expected to enrich knowledge about colonial architecture in Indonesia and support efforts to preserve historic buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurani Shinanta
"ABSTRAK
Het Stadhuis van Antwerpen adalah salah satu balai kota tertua di Antwerp, Belgia. Balai kota ini dibangun pada 1560 dan sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat wisata. Bangunan ini dirancang oleh Cornelis Floris De Vriendt sebagai simbol kejayaan Kota Antwerp. Sebagai kota pelabuhan terbesar dan kota metropolitan di wilayah Eropa Utara pada masa itu, Het Stadhuis van Antwerpen menjadi lambang kemegahan Kota Antwerp. Gaya bangunan balai kota ini mengadopsi gaya renaissans. Sebagai ciri khas abad ke-16, masa renaissans juga mempengaruhi musik yang ada pada masa itu. Karakteristik musik renaissans adalah bernuansa megah dan tenang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan arsitektur dengan musik dan memaparkan interaksi yang terjadi antara arsitektur Het Stadhuis van Antwerpen dengan karya musik pada periode renaissans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kemiripan pada elemen-elemen dasar pembentuk gaya bangunan dan musik.

ABSTRACT
The City Hall of Antwerp is one of the oldest city halls in Antwerp, Belgium. The city hall was built in 1560 and is still used as a tourist spot. This building was designed by Cornelis Floris De Vriendt as a symbol of the triumph of Antwerp City. As the largest port city and metropolitan city in Northern Europe at that time, The City Hall of Antwerp was the symbol of the glory of the City of Antwerp. The style of the city hall building adopts the Renaissance style. As a characteristic of the 16th century, renaissance style also influenced the music that existed at that time. The characteristics of renaissance music are magnificent and calm. This research is conducted using qualitative methods. This study aims to describe the relationship between architecture and music, and describe the interactions between the architecture of the city hall of Antwerp and the music in the Renaissance period. The results of the study is that there are similarities to the basic elements forming the building style and music.

"
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Idmand Perdina
"Bangunan sudut sebagai salah satu peninggalan masa kolonial dapat memperlihatkan perpaduan pengaruh arsitektur Eropa dengan kearifan lokal dalam bentuk yang lebih menarik dibandingkan bangunan di sekitarnya. Peninggalan tersebut banyak dijumpai di Kawasan Kota Lama Semarang sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan untuk wilayah Jawa bagian tengah yang memiliki karakteristik unik karena terdapat ratusan bangunan di lahan dengan luas sekitar 30 hektar sehingga tata bangunannya memunculkan banyak bangunan sudut. Keletakan dan bentuknya yang berbeda mengandung unsur-unsur yang dapat menjadi tanda perkembangan gaya arsitektur sehingga menarik untuk diteliti. Unsur-unsur tersebut kemudian didata dan dianalisis untuk mengetahui posisi Kota Lama Semarang dalam perkembangan gaya arsitektural. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan sudut di Kota Lama Semarang mengalami dua fase perkembangan gaya, yaitu gaya transisi dan gaya kolonial modern. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Lama Semarang adalah kota yang dinamis meskipun sudah berdiri sejak abad 17.

Corner building as one of the relics of the colonial period can show the combination of European architectural influences with local wisdom in a more interesting form compared to the surrounding buildings. These relics are often found in Semarang Old City as an economic and government center for the central part of Java, which has unique characteristics because there are hundreds of buildings on a land area of about 30 hectares so that the building layout raises many corner buildings. The layout and the different forms contain elements that can be a sign of the development of architectural style so that it is interesting to study. The elements are then recorded and analyzed to determine the position of Semarang Old City in the development of architectural styles. The results show that the corner building in Semarang Old City underwent two phases of style development, namely the transition style and the modern colonial style. It also shows that Semarang Old City is a dynamic city even though it was founded in the 17th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Chandra Bestari
"Gereja Santo Yoseph Matraman merupakan salah satu gereja yang dibangun pada awal abad ke-20 oleh F.J.L. Ghijsel yang memiliki beberapa keunikan, terutama di bagian fasad dan menaranya. Sebagai salah satu fitur arkeologi, Gereja Santo Yoseph dapat memberikan informasi penting terutama terkait gaya bangunan yang berkembang di Jakarta pada awal abad ke-20. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gaya bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman dengan mengkaji bentuk dan gaya bangunan gereja tersebut melalui tahap observasi, pengolahan data, dan interpretasi. Dalam menganalisis gaya bangunan digunakan metode analisis bentuk (formal analysis), analisis gaya (stylistic analysis), dan analisis komparatif (comparative analysis). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman menerapkan empat gaya yang berkembang di awal abad ke-20, yaitu Art Nouveau, Art Deco, Indis, dan Arts and Crafts. Perpaduan gaya ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangunan kolonial yang sejaman dengan gereja tersebut, karena pada umumnya bangunan-bangunan lain hanya menerapkan satu gaya bangunan yang sedang populer pada masanya, sementara Gereja Santo Yoseph memadukan empat gaya yang berbeda pada satu bangunan. Hal ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki nilai penting secara arkeologis, historis, dan arsitektural dalam perkembangan gaya bangunan awal abad ke-20 di Indonesia.

The Church of Saint Joseph is one of the churches that built in the early 20th century by F.J.L. Ghijsels which has some uniqueness, especially in its fa�§ade and tower. As one of the archaeological features, the Church of Saint Joseph could provide important informations, especially related to the building style that developed in Jakarta during the early 20th century. This study seeks to find out more about the building style of the Saint Joseph Church by examining the shape and style of the building through stages of observation, data processing, and interpretation. In analyzing the building style, the methods of form analysis (formal analysis), stylistic analysis, and comparative analysis are used. The result of the study shows that the Saint Joseph Church building applies four styles that were popular and developed in the early 20th century, namely Art Nouveau, Art Deco, Indische, and Art and Craft. This makes the Church of Saint Joseph Matraman unique and different from other churches in Jakarta and Indonesia that were built in the same era. This marks the building styles that were popular in the early 20th century and the combination of styles at that time. Therefore, the Church of Saint Joseph Matraman has a significant archaeological, historical, and architectural values in the development of early 20th century building styles in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Narendra Pandya Satwika
"Willemskerk atau gereja Immanuel Jakarta adalah salah satu dari gereja-gereja peninggalan masa kolonial. Bangunan gereja ini memiliki bentuk yang unik. Willemskerk dibangun menurut rancangan Johan Hendrik Horst dan pembangunannya dimulai tahun 1835. Willemskerk dapat dibangun dengan usaha dan prakarsa Raja Willem I yang menginginkan persatuan dari jemaat Protestan di Hindia Belanda. Unsur bangunan yang sangat mencolok dari bangunan ini adalah penggunaan pilar-pilar yang megah serta atap yang berbentuk kubah. Kedua unsur ini adalah bentuk adaptasi dari gaya bangunan Parthenon, Pantheon serta teater Yunani klasik. Pada bangunan ini kita akan menemukan gaya neo-klasik. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur neo-klasik pada bangunan Willemskerk.

Willemskerk or Immanuel Church Jakarta is one of churches from colonial time. The Building has an unique form. Willemskerk were built according to Johan Hendrik Horst’s design and started to be build in 1835. Willemskerk were able to be established by the struggle and initiative of King Willem I for the unification of Protestant congregation in Dutch Indies. The outstanding parts of the building is the usage of majestic pillars and dome. Both are an adaptation of Parthenon, Pantheon and also Greek Classic Theater. We will find neo-classic style on this building. The aim of the research is to explain neo-classic elements of the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wulandari Dewi Lestari
"SMPN 5 Jakarta merupakan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah pada masa Hindia Belanda. Bangunan SMPN 5 Jakarta belum ditetapkan sebagai cagar budaya dan perlu dilakukan kajian berkaitan dengan gaya bangunan serta nilai penting pada bangunanya. Penelitian bangunan SMPN 5 Jakarta dilakukan karena lokasi bangunan terletak di pusat Jakarta dan berada di antara bangunan Cagar Budaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap bangunan SMPN 5 Jakarta agar tetap terjaga eksistensi dan kelestarian bangunanya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, membahas gaya bangunan yang diterapkan pada bangunan SMPN 5 Jakarta dan nilai penting yang terkandung dalam bangunannya. Penelitian ini menggunakan tujuh tahapan pada metode yang dikemukakan oleh Pearson dan Sullivan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bangunan SMPN 5 Jakarta merupakan bangunan yang berdiri pada awal abad ke-20 dengan menerapkan beberapa gaya bangunan dengan gaya bangunan yang paling dominan, yaitu Gaya Art Deco dan Gaya Vernakular. Hasil analisis nilai penting bangunan mencakup nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan. Hasil dari analisisnya membantu dalam memberikan pertimbangan dalam penetapan bangunan SMPN 5 Jakarta sebagai bangunan Cagar Budaya.

SMPN 5 Jakarta is a Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) or secondary school during the Dutch East Indies period. The building of SMPN 5 Jakarta has not been designated as a cultural heritage site and requires further study regarding its building style and significant values. Research on the SMPN 5 Jakarta building was conducted because its location is in the center of Jakarta and is situated among cultural heritage buildings. Therefore, it is necessary to carry out research on the SMPN 5 Jakarta building to maintain its existence and preservation. The issues addressed in this study include the building style applied to the SMPN 5 Jakarta building and the significant values contained within it. This research uses seven stages of the method proposed by Pearson and Sullivan. The results of the research show that the SMPN 5 Jakarta building was built in the early 20th century, incorporating several building styles with Art Deco and Vernacular styles being the most dominant. The results of the analysis of the building's significance values ​​include significance for history, science, education, and culture. The results of the analysis help in considering the designation of the SMPN 5 Jakarta building as a Cultural Heritage Site."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>