Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Safira Riska
"Perubahan pada ruang adalah salah satu cara manusia untuk menyesuaikan ruang yang ada dengan kebutuhan mereka agar tercapai kecocokan kebutuhan fit to need. Pada lingkungan rumah tinggal dengan kehadiran anak penyandang autis, perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang didominasi oleh reaksi orang tua. Kebutuhan perilaku anak autis cenderung memicu orang tua melakukan perubahan ruang untuk mencapai fit to need bagi seluruh anggota keluarga. Skripsi ini menunjukkan terjadinya perubahan pada rumah tinggal anak penyandang autis yang melingkupi proses pemicu perubahan, reaksi terhadap perilaku dan reaksi terhadap perubahan.

Change of spaces is one of the ways to adjust the available space arround us in order to reached the condition of fit to needs. Changes which occured in the home environment of children with autism, tend to be the changes dominated by parents. Behavioral needs of autistic children often triggered parents to react and made spatial changes in order to reach fit to needs of family members. This study illustrates various changes that occured in autistic children’s homes which involved the trigger of spatial changes, the reaction to the behavior and the reaction to the spatial changes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leta Lestari
"Rumah sebagai tempat pulang telah mengalami pergeseran makna, seperti yang terlihat pada kecenderungan sebagian orang-orang yang mencari relaksasi di luar rumah. Dalam memberikan suasana relaksasi pada manusia, tempat-tempat relaksasi ini memiliki bahasa pola tertentu yang seharusnya bisa didapatkan di rumah. Tulisan ini mencoba mencari pattern language seperti apa yang bisa menciptakan suasana relaksasi. Pattern language ini pada akhirnya akan disesuaikan dengan makna dasar rumah sebagai gambaran dari hasil orientasi dan identifikasi penghuni rumah tersebut.

Home as a place to come back has undergone a shift in the meaning as indicated by the search of place for relaxation outside the home. In providing an atmosphere of relaxation for human, this relaxation place has certain pattern language which is supposed to be found at home. This paper attempts to discover the pattern language which can create an atmosphere of relaxation. Pattern language will eventually be adapted to the basic meaning of home as a description of the orientation and identification of the occupants of the home."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43275
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrah Syahadah
"Rumah tinggal dapat dimaknai sebagai usaha manusia dalam menata obyek-obyek di dalamnya. Penataan ini sebagai pemahaman dalam pemaknaan rumah tinggal oleh manusia sebagai respon terhadap masa lalu atau dari kehidupan sehari-hari. Keberadaan obyek-obyek masa lalu dapat menggambarkan rumah tinggal dalam mempertahankan dan menyampaikan memori, dilihat dari pemaknaan dan pengaturan obyek berdasarkan penempatan dan posisi di dalam fungsi ruang saat ini.
Obyek-obyek masa lalu yang berada di dalam rumah tinggal saat ini menjelaskan adanya kebutuhan yang berkembang dan menyesuaikan kebutuhan saat ini. Sehingga peran rumah tinggal sebagai wadah memori terbentuk dan berkembang dari kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, adanya campur tangan penghuni lain yang berperan sebagai penghuni sementara di dalam rumah tinggal memiliki keinginan dan pandangan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga kemungkinan terjadinya penumpukan obyek-obyek masa lalu akibat peran yang tergantikan dengan obyek-obyek baru.

Home can be considered as organize the objects in the home space. This study questions whether the meaning of the home is an idealization of the past, or something emerged from everyday life. The presence of objects from the past illustrates a home as a place for maintaining and conveying memories, viewed by the meaning and arrangement of objects based on their placement and position in their new spatial function.
The objects inside present home space describes a current need in the former spatial function which has developed and adapted to the current needs of the present spatial function. It is clear that the home as a place of memory is formed and developed from everyday life. On the other hand there are interventions from other person in the house who have different desires and views for fufilling their needs, which leads to the stacking up of objects from the past due to the replacement of their role by the new objects.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43280
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tutu T.W. Surowiyono
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996
728 TUT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tesis ini mengungkap salah satu aspek penyusun atmosfer dalam arsitektur, yaitu quasi. Ide ini berawal dari problematika diskursus materialitas yang selalu berkutat pada form dan hardware dari arsitektur, namun masih sedikit yang berbicara mengenai aspek materialtas dan karakteristik ruang yang menghubungkan antara manusia dengan arsitektur. Quasi dalam atmosfer kemudian menjadi penting, sebab kehadiran quasi mampu menghadirkan arsitektur yang bersifat immaterial, amorphic, dan transcendental, yang mengubah material dan things dalam atmosfer menjadi Quasi-Material dan Quasi-Things. Kemampuan yang dimiliki oleh Quasi-Material dan Quasi-Things dapat dikembangkan menjadi sebuah Metode Desain Arsitektur yang menghubungkan arsitektur dengan manusia. Metode desain arsitektur dengan menggunakan Quasi-Material dan Quasi-Things dapat memindahkan fokus desain, dari atmosfer yang terbentuk secara accidental, menjadi intentional. Metode ini memberikan kebebasan pada arsitek untuk bereksplorasi dalam merancang atmosfer yang dituju tanpa harus memikirkan bentuk. Posisi form dalam metode ini adalah hasil dari rancangan atmosfer yang terbentuk dalam arsitektur. Melalui rangkaian eksperimen dan skenario alur lintasan matahari sebagai batasan desain, arsitektur yang dirancang dengan menggunakan metode Quasi-Material dan Quasi-Things mampu menghadirkan atmosfer yang terdesain untuk mempertahankan kualitas atmosfer ruangnya sehingga dapat memaksimalkan pengalaman sensori manusia.

This thesis unveils quasi as one of the components of atmospheres inside architecture. This idea emerges from problematical discourse in materiality, which likely talks about form and the hardware of architecture. However, the literature on aspects of materiality and spatial characteristics that connect humans with architecture is still less adequate. Quasi as the component of the atmosphere became important because the presence of quasi could project an immaterial, amorphic, and transcendental architecture that could turn material and things (in the atmosphere) into quasi-material and quasi-things. The capability of those quasi-material and quasi-things can be developed into architecture design methods that could connect the relationship between humans and architecture. Quasi-material and quasi-things as architecture design methods could shift the design focus from an accidental-formed atmosphere into an intentional-formed atmosphere. This method removes the architect’s circumscription to explore and design their own desired atmosphere without concern about form. This method makes form as a result of the atmospheric design that is formed in the architecture. Through several experiments and scenarios of the sun’s path as a design limitation, architecture designed using the quasi-material and quasi-things method is able to present a design atmosphere to maintain the quality of the spatial atmosphere and maximize the human sensory experience."
[Depok;Depok, Depok]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2023
T-pdf;T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Meiyogo
"Video mapping merupakan sebuah teknik yang menggunakan pencahayaan dan proyeksi sehingga dapat menciptakan ilusi optis pada obyek-obyek. Obyek-obyek tersebut secara visual akan berubah dari bentuk aslinya menjadi bentuk baru yang berbeda dan sangat fantastis Keberadaannya sebagai salah satu fenomena Hiper-Realitas ternyata memberi pengaruh pada dunia Arsitektur dan Interior. Konsep Dekonstruksi yang terdapat di dalam Video Mapping membuatnya mampu merubah makna ruang walaupun secara visual. Karena kemampuannya dalam merubah makna ruang, membuat Video Mapping harus berhadapan dengan beberapa pertanyaan diantaranya sejauh manakah perubahan makna ruang itu dan konsekuensi logis apakah yang terjadi berkaitan dengan ruang dan waktu yang dihadapinya?

Video mapping is a technique that using light and projection which can make an optical illusion to the objects. Those objects visually changes from the original shapes to the difference and fantastic shapes. It's existence as Hiper-Reality phenomenon actually has given influence to the world of Architecture and Interior. The Concept of Deconstruction in Video Mapping give it's ability to change the defintion of space eventhough it is only as visual. Because of it's ability to change the space definition, Video Mapping has to be faced with a view question. How far the change of that space definition and what kind of logic consequence that will be related to space and time that has to be faced?"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43285
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Leonardo W.
"Bangunan cagar budaya merupakan warisan yang harus diturunkan ke generasi berikutnya, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Salah satu cara pelestarian atau yang disebut konservasi adalah dengan melakukan revitalisasi. Dalam proses ini terjadi perubahan-perubahan yang berupa perubahan fisik maupun fungsional. Sebagai bangunan cagar budaya golongan A, Gedung Kunstkring juga telah mengalami beberapa perubahan-perubahan dalam proses revitalisasi. Perubahan-perubahan ini berhubungan dengan periode/zaman yang sedang terjadi saat itu. Meskipun begitu, beberapa diantara perubahan ini tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dikarenakan minimnya pengawasan terhadap bangunan cagar budaya dan kurang mendetailnya aturan mengenai konservasi.

Heritage buildings is a legacy that must be passed down to the next generation, so it needs to be preserved. One way of preservation or conservation is through revitalization. In this process, changes occur in the form of physical or functional changes. As an A class of heritage building, Kunstkring building has also undergone some changes in the process of revitalization. These changes relate to the period / era which was going on at that time. Even so, some of these changes are not in accordance with the rules in force due to lack of supervision of the heritage buildings and less detail rules on conservation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrie Aisyah
"Interaksi sosial merupakan kebutuhan semua manusia. Kegiatan ini dapat dilaku-kan di mana saja, terutama di ruang publik yang merupakan tempat yang dapat diakses oleh siapa saja untuk melakukan berbagai aktivitas. Skripsi ini akan mem-bahas hubungan antara elemen yang seringkali ditemukan di ruang publik dengan interaksi sosial yang terjadi di ruang tersebut dalam konteks permukiman padat penduduk. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, elemen dalam ruang publik ternyata memiliki hubungan yang erat dan timbal balik dengan interaksi sosial di dalam ruang publik. Selain itu, elemen juga dapat memberikan informasi mengenai fungsi lain yang dapat terjadi di ruang publik dan bagaimana cara penduduk di permukiman padat memanfaatkan ruang publik mereka secara ber-sama-sama.

Social interaction is everyone's needs. The activity can be done anywhere, espe-cially in a public space where people can easily access the space and do various activity. This paper will reveal the relationship between elements found in the public space and social interaction that happen in the space especially in high den-sity settlement. Based on the observation, elements in public space has a close and mutual relationship with social interaction happened in the space. Elements also used to inform people about another function of the public space and how people in high density settlement shared their public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Mahara Adhistiyo
"Artificial lighting is one of the elements in architecture that is able to deliver the meaning, so that lighting has an important role for humans to recognize the space. The identity of place will be formed based on each user's perception of space, and this element of light become one of the forming quality space. The need of lighting space will be affected by human activities that occur in it, but on the other side, the artificial lighting system is formed based on architectural significance to be conveyed.
In this paper, the authors take a case study on the South Alun-alun of Yogyakarta, where there is a modern intervention of secondary artificial lighting that has very different characteristics to the primary artificial lighting. The authors will analyze the role of artificial lighting based on the South Alun-alun ​​Yogyakarta’s space function. The result performed by calculating the amount of light luminance and literature review on the lighting theory that supports findings in the field that the identity of the place has changed between then and now.

Tata cahaya buatan merupakan salah satu elemen dalam arsitektur yang mampu menyampaikan makna di dalamnya, sehingga tata cahaya berperan penting bagi manusia untuk mengenali ruangnya. Identitas sebuah tempat akan terbentuk berdasarkan pada persepsi masing-masing pengguna ruang, dan elemen cahaya pada ruang ini lah yang menjadi salah satu pembentuk kualitas ruang. Kebutuhan ruang akan tata cahaya dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang terjadi di dalamnya, namun di sisi lain, tata cahaya buatan dibentuk berdasar pada makna arsitektur yang ingin disampaikan.
Dalam tulisan ini penulis mengambil sebuah studi kasus yang terjadi pada Alun-alun Selatan Yogyakarta, di mana terdapat terjadi sebuah intervensi modern dari pencahayaan buatan sekunder yang memiliki karakteristik sangat berbeda dengan pencahayaan buatan primernya. Penulis akan menganalisa peran pencahayaan buatan terkait fungsi ruang Alun-alun Selatan Yogyakarta. Hasil yang didapat dilakukan dengan menghitung besar luminansi cahaya dan tinjauan pustaka mengenai teori tata cahaya yang mendukung hasil temuan di lapangan bahwa tempat tersebut telah mengalami perubahan bentuk antara dulu dan sekarang.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Amelia Tanias
"Arsitektur adalah wadah yang menampung aktivitas manusia. Sejak danulu, arsitektur selalu menjadi pembicaraan yang menarik, karena berkaitan dengan seni dan ilmu pengetanuan. Hingga saat ini, Arsitektur berkembang sangat pesat dengan ide dan konsep-konsep baru akan karya arsitektur. Perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi telah membawa arsitektur menjauh dari esensinya sebagai tempat untuk ruang berkegiatan. Revolusi Industri, sebagai langkah besar modernisasi, juga telah membawa arsitektur memasuki era arsitektur modern dengan adanya produksi massal dan keseragaman (uniformity).
Ada dua Iingkungan masalah yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah atau bangunan lainnya, yaitu: guna dan citra (image). Artinya, selain harus memenuhi fungsi untuk mewadahi aktivitas manusia, bangunan memberi persepsi terhadap kombinasi setiap elemen desainnya dalam bentuk citra.
Sebenarnya, uniformity adalah gagasan bahasa untuk berkomunikasi pada karya arsitektur. Uniformity merupakan suatu sifat serupa, kesamaan, atau kemiripan suatu objek sebagai standar atau guideline bagi objek Iainnya yang meliputi keseluruhan atau hanya sebagian dari suatu objek. Gagasan ini sangat bermanfaat bagi pembentukan citra, namun juga telah membuat arsitektur menjadi tidak kontekstual.
Umumnya, uniformity terjadi pada bentuk desain yang sejenis dan produksi massal dapat dirasakan pada bangunan-bangunan komersial yang sangat mengutamakan kemajuan bisnis. Hal ini tampak pada elemen-elemen bangunannya, terutama facade bangunan. Pada kenyataannya, uniformity bisa berdampak positif dan negatif. Uniformity yang positif akan membawa pembaharuan yang baik bagi perkembangan arsitektur Indonesia di kemudian nari. Dengan demikian, Uniformity harus dikembalikan pada konteksnya sebagai esensi arsitektur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>