Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14499 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yashinta
"Sekitar 70 dari penderita stroke yang sembuh menderita gejala sisa seperti hemiplegia kejang dan kesulitan bicara Untuk mengobati gejala sisa dilakukan neuroterapi menggunakan Pirasetam yang ternyata memberikan banyak efek samping Berangkat dari hal tersebut dilakukanlah penelitian menggunakan akar kucing Acalypha indica Linn sebagai neuroterapi pada hewan coba dengan dosis efektif 400 500mg Untuk dicobakan pada manusia dosis tersebut dirasa terlalu besar Untuk menurunkan dosis akar kucing pada penelitian ini dilakukan eksperimen menggunakan kombinasi 250mg akar kucing dan 150mg pegagan Centella asiatica Linn sebagai neuroterapi pada tikus pascahipoksia Indikator efektifitas kombinasi ekstrak akan dilihat dari jumlah sel normal kondensasi dan piknotik dari hewan coba yang diterapi dengan kombinasi ekstrak ini dan dibandingkan dengan efektifitas pirasetam kontrol positif dan akuades kontrol negatif Hasil analisis data menggunakan uji post hoc menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara hasil terapi menggunakn kombinasi ekstrak dengan akuades maupun pirasetam p 0 05 Akan tetapi dari hasil penghitungan rerata sel terlihat peningkatan jumlah sel normal pada pemberian kombinasi ekstrak jika dibandingkat dengan kontrol negatif Dapat disimpulkan bahwa kombinasi ekstrak memiliki efek dalam perbaikan neuron di girus dentatus eksternus tikus pascahipoksia yang lebih baik daripada akuades dan hampir sama dengan pirasetam p 0 1

About 70 of recovered stroke patients are suffering from some sequeles such as hemiplegic seizures difficulty in speaking and others Piracetam is usually used to medicate these sequele unfortunately it has many side effects Reviewing from it several researchers conducted an experiment using Acalypha indica Linn in animals as a neurotherapy with effective dose at 400 and 500mg To be tried in humans this dose is too large To reduce the dose of Acalypha indica we conduct an experimental study by combining 250mg of Acalypha indica with 150mg of Centella asiatica Linn The effectiveness of this extract combination will be seen from the total of normal condensation and picnotic cells of experimental animals treated with this extract combination and compared with the effectiveness of piracetam positive control and aquadest negative control The results of data analysis using post hoc test indicated there is no significant differences between the extract combination with aquadest or piracetam p 0 05 But from the cell calculation there is an increasement of normal cells in mices which are treated by the extract combination compared with the group which is treated with aquadest We can conclude that therapy using the extract combination is more effective than distilled water and almost as effective as piracetam p 0 1
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica
"Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia yang terutama disebabkan oleh hipoksia serebrum Meskipun nyawa sebagian pasien stroke dapat diselamatkan sekitar 70 kasus masih menderita gejala sisa akibat kerusakan neuron otak Oleh karena itu penelitian studi eksperimental ini ditujukan untuk mengetahui efek neuroterapi dari berbagai kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan pada tikus Sprague Dawley pasca hipoksia dibandingkan dengan efek neuroterapi pirasetam sebagai kontrol positif Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kombinasi ekstrak tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dengan pirasetam Dari ketiga kombinasi dosis tersebut dosis 200 mg akar kucing dan150 mg pegagan memberikan efek yang paling signifikan dan hampir sama dengan pirasetam terhadap pemulihan neuron hipokampus girus dentatus eksternus tikus pasca hipoksia sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi dosis ekstrak yang optimum adalah 200 mg akar kucing dan150 mg pegagan.

Stroke and other cerebrovascular diseases is the third cause of death in the world and is mainly caused by cerebral hypoxia Although some patients can be saved about 70 of cases still suffer from residual symptoms caused by damage of brain neurons Therefore this experimental study aimed to determine the neurotherapeutic effects of dose combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica extracts on hypoxic mice compared to piracetam The result shows that statistically all dose combination of extracts don rsquo t have any difference with piracetam However 200 mg Acalypha indica Linn 150 mg Centella asiatica has the most significant and similar result to pirasetam in healing process of post hypoxic mice rsquo s hippocampal external dentate gyrus neurons To conclude with the optimal dose of extracts combination is 200 mg Acalypha indica Linn 150 mg Centella asiatica."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Farah Faulin Al Fauz
"Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang akan menyebabkan kematian pada sel otak. Penyakit ini memiliki prevalensi yang tinggi pada orang tua. Salah satu obat yang digunakan untuk penatalaksanaan stroke adalah citicoline, namun obat ini memiliki efek samping dan harganya cukup mahal. Oleh karena itu diperlukan pengobatan alternatif yang lebih aman dan terjangkau, yaitu kombinasi Acalypha indica Linn (akar kucing) dan Centella asiatica (pegagan). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan perlakuan terhadap Sprague dawley yang dikondisikan hipoksia. Sprague dawley diberikan perlakuan berupa pemberian berbagai dosis kombinasi dari Ekstrak Akar Kucing yaitu dosis 150, 200, dan 250 mg serta Pegagan dosis 150 mg kemudian dilihat hasilnya melalui identifikasi jumlah sel normal, kondensasi, dan piknotik yang terdapat di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data dianalisis dengan One-Way Anova dan didapatkan nilai sebesar p>0,05 yang memiliki arti tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini didapatkan pada perbandingan kombinasi dosis akar kucing dan pegagan didapatkan jumlah sel yang tidak terlalu berbeda di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia.

Stroke is a clinical manifestation of circulatory disorders of the brain that will cause death in brain cells (neuron). This disease has a high prevalence in the elderly. One of the drugs that is used for treatment in stroke is citicoline, but this drugs have side effects and quite expensive. Therefore we need a safer treatment alternative and affordable, which is combination of Acalypha indica Linn (akar kucing) and Centella asiatica (Pegagan). This research uses experimental methods to perform the treatment in Sprague dawley rats pascahypoxia. Sprague dawley rats are given treatment of various dose combinations of akar kucing (150, 200, 250 mg) and pegagan (150 mg). After that, see the results through the identification number of normal, condensation, and piknotik cells in the gyrus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data were analyzed with One-Way ANOVA and obtained a value of p> 0.05 which means not significantly different the number of cells in gyrus dentatus Sprague dawley pascahypoxia internus after treatment with various dose in extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Tendi
"Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal. Penyebab dari terjadinya penyakit ini bervariasi termasuk karena adanya stres oksidatif. Oleh karena itu, salah satu cara pencegahan terjadinya penyakit ini adalah dengan mengurangi stres oksidatif dengan menggunakan obat atau senyawa yang dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan salah satunya katalase. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh durasi pemberian kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) terhadap perubahan aktivitas spesifik enzim katalase dalam ginjal tikus yang mengalami hipoksia. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan kontrol positif berupa pemberian pirasetam, kontrol negatif berupa pemberian akuades dan kelompok yang lain dengan perlakuan pemberian kombinasi ekstrak selama 3 hari, 7 hari dan 14 hari. Penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan jumlah sampel sebesar 40 ekor. Setelah dilakukan analisis, ternyata tidak terdapat perbedaan bermakna pada semua kelompok yang diujikan (p=0.702). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak ini dengan durasi 3 hari, 7 hari dan 14 hari memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (pirasetam).

Chronic kidney disease is a disease that can be fatal. The cause of this disease is vary, including oxidative stress. Therefore, one of the way to prevent this disease to develop is to decrease the amount of oxidative stress by using drug or substance that can increase the activity of antioxidant enzymes such as catalase. This research is about the effect of the duration of using extract combination between Akar Kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) on the specific change of catalase enzyme activity in hypoxic rat's kidney. This research uses an experimental design with positive control using pirasetam, negative control using aquades and the other groups with the using of extract combination for 3 days, 7 days and 14 days. The analysis will be done with Kruskal-Wallis analysis and the samples are 40 rats' kidneys. The result show that there is no difference between all of the experimental groups (p=0.702). As a conclusion, use of this extract combination for 3 days, 7 days and 14 days has an almost same effect with the positive control (pirasetam)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Muhammad
"In recent study of antioxidant effect of Acalypha indica Linn (AI) and Centella asiatica (CA) increased due to appearance more complication of various disease which often caused by ROS (Reactive Oxidative Stress) formation. The active content of both plants have several proved effect on tissue such as wound healing effect, anti-inflammatory effect, diuretic effect, antioxidant effect, etc. Many research of AI and CA are used to evaluate their scavenging effect towards free radical. Several research investigating the combination of both plants conducted in Faculty of Medicine Universitas Indonesia limited in liver, kidney and brain, this research aim to seek the efficacy of both plants to suppress oxidative stress in heart tissue.
This study uses experimental in vivo method. Combination of AI and CA are administered to Sprague dawley rats with dose of 200mg.kgBW- and 150mg.kgBW-1 respectively for 3, 7 and 14 days in hypoxia condition. Then the effect of both plants are compared to placebo (aquades) and Piracetam at 50mg.kgBW-1 dose. The result showed that combination of AI and CA have antioxidant effect after 7 days administration. Those combinations of AI and CA can suppress those pathways and reduce the MDA level. Therefore, the usage duration of the combination of AI and CA determined the efficacy as antioxidant in the heart and longtime usage duration might replace the use of piracetam as antioxidant.

Studi mengenai efek antioksidan pada Acalypha indica Linn (AI) dan Centella asiatica (CA) mulai diperdalam dikarenakan peningkatan komplikasi penyakit yang disebabkan oleh pembentukan stress oksidatif. Kandungan dari kedua tanaman ini telah diteliti pada jaringan dan memiliki efek yang bagus dalam penyembuhan luka, anti-inflamasi, diuretik, antioksidan dll. Telah banyak dilakukan penelitian tentang AI dan CA yang digunakan untuk mengevaulasi efek penurunan/eliminasi radikal bebas. Penelitian mengenai kombinasi AI dan CA masih sedikit dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terbatas pada organ ginjal, hati dan otak, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan khasiat kombinasi AI dan CA pada jaringan jantung dalam menanggulangi stres oksidatif.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental in vivo. Kombinasi AI dan CA yang digunakan mempunyai kadar dosis yang masing-masing berjumlah 200mg.kgBB-1 dan 150mg.kgBB-1. Lalu kombinasi tersebut dieksperimentalkan pada tikus Sprague dawley dengan berat antara 150-250 g selama 3, 7 dan 14 hari dalam keadaan hipoksia. Efek dari kedua tanaman tersebut dibandingkan dengan plasebo (aquades) dan Pirasetam dengan dosis 50mg.kgBW-1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kombinasi AI dan CA mempunyai efek antioksidan setelah pemberian lebih dari 7 hari. Kombinasi AI dan CA dapat menekan/memotong jalur pembentukan stress oksidatif di jantung dan mengurangi kadar MDA. Oleh karena itu durasi penggunaan kombinasi AI dan CA menentukan khasiat antioksidan dalam jantung dan perlakuan jangka panjang mungkin dapat menggantikan obat Pirasetam sebagai antioksidan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Budi Premiaji Widodo
"Perkembangan penyakit menunjukkan adanya tren peningkatan penyakit tidak menular yang didominasi oleh penyakit kardiovaskular. Salah satu manifestasinya adalah pada kelainan neurovaskular. Penelitian untuk terapi penyakit ini terus dikembangkan, termasuk salah satunya terapi menggunakan obat herbal. Dua jenis tanaman yang dipercaya memiliki efek terapi adalah akar kucing dan pegagan.
Metode: Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan tujuan mendapatkan data terkontrol dari efek pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan, obat citicoline, dan aquades pada 5 kelompok tikus yang sebelumnya dikondisikan hipoksia. Data diambil dengan melakukan hitung sel piknotik, terkondensasi dan sel normal pada girus dentatus otak tikus.
Hasil: Dari 5 ke tikus yang diamati selnya, jumlah rata-rata sel terbanyak muncul pada kelompok terapi dengan citicoline. Jumlah rata-rata terendah muncul pada kelompok terapi dengan akuades. Pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan tidak menunjukkan adanya urutan sesuai dosis. Pada analisis dengan uji One-Way Annova, didapatkan bahwa hasil tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Diskusi dan Kesimpulan: Walaupun secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna dari masing-masing kategori, pada pengamatan langsung sel dapat diamati adanya peningkatan jumlah sel normal pada pemberian terapi dengan kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan. Pengobatan dengan terapi herbal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan, peneliti berharap dapat dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara pemberian ekstrak dengan efek neuroterapinya.

Recent updates in diseases shows increasing number incommunicable disease, espescially in cardiovascular diseases. One of the disease caused by cardiovascular disease is neurovascular. Research for treatment of this disease still on progress, including research in herbal medicine. Two of herbal medicine that has being used for years are akar kucing and pegagan.
Method: Experimental, in purpose obtaining controlled data from treatment with combination of akar kucing with pegagan, citicoline, and aquades in 5 group of mouse that has been hypoxiated. Data taken after treatment are the normal cells of mouse (Sprague dawley.) brain in gyri of dentata.
Result: From 32 mouse that observed, mean number of highest normal cells are found in mouse with citicoline treatment. And the lowest mean of normal cell are found in mouse with aquades treatment. Treatment with combination of akar kucing and pegagan did not correlated with order of dose. And statistic analysis with one-way annova shows the differences are not significant (p>0,878).
Discussion and Conclusion: Although statistically insignifficant, in direct observation the difference can be seen. In mouse with akar kucing and pegagan treatment, number of normal cells was increased. This may be resulted from anatomycal factor, duration of treatment, and method of observation. Further research still needed for understanding the effect of treatment with neurotheraphy effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ireska Tsaniya Afifa
"Stroke adalah salah satu penyebab kematian tersering di dunia. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Penyakit ini dapat menyebabkan sekuel jangka panjang penurunan fungsi otak. Terapi farmakologi untuk mengembalikan fungsi tersebut masih cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek neuroterapi kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica L./AI) dan pegagan (Centella asiatica L./CA) sebagai alternatif terapi pascastroke yang terjangkau. Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang dilaksanakan sejak Oktober 2010. Perlakuan diberikan pada 15 tikus galur Sprague dawley yang dikondisikan hipoksia (10% O2 dan 90% N2) selama satu minggu. Pascahipoksia, tikus diberikan perlakuan uji (kombinasi ekstrak air AI 250 mg/kgBB dan CA 150 mg/kgBB), kontrol positif (citicoline), dan kontrol negatif (akuades). Otak tikus diambil, dipotong melintang melalui girus dentatus internus, dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. Sel granular girus dentatus internus dihitung jumlahnya sesuai dengan kelompok morfologi: normal (N), kondensasi (K), dan piknotik (P). Data dianalisis menggunakan tes parametrik one way ANOVA. Didapatkan rata-rata jumlah sel granular pada tiap perlakuan: (1) ekstrak uji (N=14, K=270,75, P=15,5), (2) kontrol positif (N=14, K=261,6, P=24,2), dan (3) kontrol negatif (N=19, K=247,8, P=33). Pada uji ANOVA didapatkan nilai p > 0,05 yang berarti jumlah rata-rata sel tiap kelompok morfologi pada tikus yang diberi perlakuan uji tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif maupun negatif. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat efek terapi sinergis kombinasi ekstrak air Acalypha indica L. dan Centella asiatica L. terhadap perbaikan sel granular girus dentatus internus tikus.

Stroke is one of the leading causes of death, mainly result from either ischemia or cerebral hemorrhage. Brain damage caused by stroke may result in long-term sequalae, yet pharmacological therapy to reverse that damage is still expensive. This study aims to determine the synergic effect of combined extract of Acalypha indica L. dan Centella asiatica L. as an affordable alternative for post-stroke therapy. This study is an experimental based study conducted since October 2010. Fifteen rats were placed inside a chamber of 10% O 2 and 90% N 2 for seven days. Post-hypoxia, the rats were given three different treatments: AI water extract 250 mg/kgBB and CA 150 mg/kgBB, positive control (citicoline), and negative control (aquadest). Then, the brain was extracted, cut through the internal dentate gyrus, and examined under light microscope. Granular cells of internal dentate gyrus were counted according to their morphology groups: normal (N), condensated (C), and pycnotic (P). The mean values for each morphology group were obtained: (1) extract (N=14, C=270.75, P=15.5), (2) positive control: (N=14, C=261.6, P=24.2) and (3) negative control (N=19, C=247.8, P=33). Data were analyzed using one-way ANOVA parametric test. The test obtained p value > 0.05, meaning there was no significant difference between the extract group and the control groups. Thus, it can be concluded that there is no synergic neurotherapy effect between the extracts of Acalypha indica L. and Centella asiatica L. on the repairment of rats granular cells of internal dentate gyrus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Hatim
"Stroke merupakan manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak dan penyebab kematian terutama pada usia lanjut. Penatalaksanaan yang umum digunakan adalah citicoline. Namun, harga satuan citicoline relatif mahal, sehingga dibutuhkan terapi alternatif. Pada studi eksperimen ini digunakan kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica L.) dosis 200 mg dan pegagan (Centella asiatica) dosis 150 mg pada neuron di girus dentatus internus tikus sprague dawley pascahipoksia karena pada penelitian sebelumnya, tanaman ini terbukti memiliki efek neuroterapi. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan bahan alam untuk dapat dijadikan alternatif pengobatan pada pasien stroke. Terdapat tiga perlakuan yang diberikan pada hewan coba pascahipoksia ini, yaitu (1) citicoline sebagai kontrol positif, (2) akuades sebagai kontrol negatif, dan (3) kombinasi ekstrak akar kucing 200 mg dengan pegagan 150 mg. Setelah diberikan perlakuan selama tujuh hari, tikus-tikus itu kemudian dibedah dan selanjutnya akan dibuat sediaan untuk mengamati perubahan jumlah sel pada girus dentatus internus otak. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan uji One Way Anova. Hasil analisis tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna setelah pemberian kombinasi ekstrak akar kucing 200 mg dan pegagan 150 mg terhadap jumlah sel normal (p=0,657). Namun, walaupun secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna, terdapat perbedaan pada ukuran sel girus dentatus internus pascahipoksia.

Stroke is a clinical manifestation of circulatory disorders of the brain and cause death, especially in the elderly. Management commonly used is citicoline. However, citicoline unit price is relatively expensive, thus requiring alternative therapies. This experimental study used a combination of extracts of ‘Akar Kucing’ (Acalypha indica L.) dose of 200 mg and ‘pegagan’ (Centella asiatica) dose of 150 mg on neurons in the gyrus dentatus internus sprague dawley rats. The purpose of this study is to use natural materials to be used as an alternative treatment in stroke patients. There are three treatment given to animals pascahipoksia, namely (1) citicoline as a positive control, (2) distilled water as a negative control, and (3) a combination of 200 mg extract ‘Akar Kucing’ with 150 mg of ‘pegagan’. After a given treatment for seven days, the rats will be made into preparations for observing changes in the number of cells. The One Way Anova analysis showed that no significant relationship after administration of a combination of extract ‘Akar Kucing’ 200 mg and 150 mg of ‘Pegagan’ normal cell count (p = 0.657). However, although there is no meaningful relationship statistically, there is a difference in cell size internus post hypoxia gyrus dentatus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wynne Oktaviane Lionika
"Strok merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker pada saat ini. Pada pasien pasca strok biasanya akan mengalami gejala sisa dan untuk mengatasi hal tersebut biasanya akan diberikan neuroterapi berupa Pirasetam. Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Pirasetam maka dilakukan penelitian mengenai kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan terhadap perbaikan neuron. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) pada stimulasi neurogenesis di girus dentatus eksternus pada tikus pasca hipoksia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan kontrol positif yaitu Pirasetam. Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Didapatkan hasil bahwa terdapat kemaknaan yang cukup kuat pada kombinasi 200 mg/kgBB ekstrak akar kucing dan 150 mg/kgBB pegagan (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi memiliki efek cukup bermakna dengan akuades dan memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (Pirasetam).

Nowadays, stroke is number three killer disease after heart disease and cancer. In patient after stroke, there will be a sequealae and they will be given neurotherapy, Piracetam. For reducing the side effect of Piracetam, the research about combination extract of akar kucing and pegagan for neuron improvement is needed. This focus of this research discuss about the effect of combination of the extract of akar kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) for stimulating neurogenesis in gyrus dentatus externus of Sprague Dawley pasca hipoxia. The desain of this research is experimental with positive control, Piracetam. This research uses One Way Anova following with Post Hoc. The result show that there is a significant between combination of 200 mg/kgBB extract akar kucing and 150 mg/kgBB pegagan (p=0,000). It is concluded that combination has a significant value if it is compared with aquadest and have a same effect if it is compared with positive control (Piracetam)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Oktarina
"Tidak adekuatnya suplai oksigen menyebabkan hipoksia dan kerusakan jaringan ginjal. Banyak herbal yang memiliki efek antioksidan digunakan sebagai terapi, contohnya adalah akar kucing dan pegagan. Penelitian ini meneliti durasi kombinasi akar kucing dan pegagan yang sesuai untuk menurunkan stres oksidatif ginjal paska hipoksia. Tikus diinduksi hipoksia selama tujuh hari dan diberikan terapi 200 mg/kgBB akar kucing dan 150 mg/kgBB pegagan selama 3, 7 dan 14 hari dengan kontrol positif pirasetam. Parameter yang dinilai adalah karbonil. Kadar karbonil diuji menggunakan One Way ANOVA. Durasi terapi 14 hari (1500±192 nM cm) menghasilkan kadar karbonil lebih rendah dibandingkan durasi 3 hari (6314±1273 nM cm) dan 7 hari (2123±1239 nM cm). Durasi terapi 14 hari (1500±192 nM cm) menghasilkan kadar karbonil lebih rendah dibandingkan durasi 3 hari (6314±1273 nM cm) dan 7 hari (2123±1239 nM cm). Durasi terapi 14 hari juga menunjukkan kadar lebih rendah dari kelompok standar (1654±748 nM cm) dan kontrol negatif (2128±927 nM cm). Akan tetapi terapi dengan durasi 14 hari tidak berbeda bermakna dari 7 hari dan pirasetam (800±272 nM cm). Oleh karena itu, terapi menggunakan kombinasi akar kucing dan pegagan memberikan efek jika digunakan minimal selama 7 hari.

Inadequate of oxygen supply triggers hypoxia and causes tissue damage. Herbals have the potency of antioxidant used as therapy, such as Acalypha indica Linn and Centella asiatica. This research search the appropriate duration for combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica therapy to reduce the oxidative stress of post-hypoxic renal. Guinea pigs were induced by hypoxia for seven days and given the combination of 200 mg/kgBW Acalypha indica Linn and 150 mg/kgBW Centella asiatica for 3, 7 and 14 days with piracetam as positive control. The measured parameter is carbonil. The carbonil concentrate will be input for One Way ANOVA. 14 days therapy (1500±192 nM cm) showed lower carbonil concentration than 3 days therapy (6314±1273 nM cm) and 7 days therapy (2123±1239 nM cm). ). 14 days therapy also shows lower carbonil concentration than standard (1654±748 nM cm) and negative control (2128±927 nM cm). But, this duration shows no significant different than 7 days therapy and piracetam (800±272 nM cm). To be concluded, the combination therapy gives effect if used for at least 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>