Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3522 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lely Khojayanti
"Andrographis paniculata Ness telah dikembangkan penggunaannya untuk pengobatan tradisional dan membantu melawan penyakit panas, disentri, pembengkakan, diabetes, kanker, dan lain-lain. Ekstraksi solid-liquid dengan metode perkolasi dilakukan untuk mengekstraksi andrografolid dari daun dan batang sambiloto dengan menggunakan pelarut etanol. Proses ekstraksi dimodelkan berdasarkan karakter fisikokimia, dengan memperhitungkan difusi intrapartikel dan transfer massa di fasa fluida menggunakan program Comsol Multiphysics 5.1. Model divalidasi dengan data percobaan pada salah satu kondisi operasi. Selanjutnya dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh parameter operasi (kecepatan alir pelarut dan ukuran partikel). Kondisi optimal yang menghasilkan yield andrografolid paling besar adalah pada kecepatan alir pelarut 0,00446 m/s dengan jari-jari partikel 382,5.10-6 m.

Andrographis paniculata Ness has been extensively used for traditional medicine and help against fever, dysentry, inflammation, diabetes, cancer, etc. is one of the major comodities. Solid-liquid extraction using percolation method is performed from leaves and stem of Andrographis paniculata in ethanol solvent, in order to obtain andrographolide. Extraction process was modelled based on physicochemical characteristics, accounting for intraparticle diffusion and external mass transfers using Comsol Multiphysics 5.1. software. The model is compared with experimental data for one of operational condition. The simulation are done in order to study the influences of the operating parameters (solvent flow rate and particle size). The optimum yield of andrographolideobtain atsolvent flow rate 0,00446 m/s andradius ofparticle 382,5.10-6 m."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadanatul Fitri
"Sirih merupakan tanaman budidaya yang banyak digunakan oleh masyarakat salah satunya sebagai obat herbal tradisional. Sirih mempunyai beberapa jenis antara lain sirih hijau dan sirih merah yang sering digunakan oleh masyarakat. Sirih memiliki beberapa senyawa kimia salah satunya adalah flavonoid yang memiliki efek farmakologi seperti antioksidan, anti inflamasi, anti platelet, dan anti alergi. Sirih sebagai obat dapat digunakan langsung dalam bentuk daunnya, air rebusannya, atau dalam bentuk simplisia yang telah dikeringkan. Proses pengeringan yang termasuk proses pasca panen dapat menyebabkan perubahan bentuk pada simplisia dan menyebabkan terjadinya pemalsuan dan kesalahan identifikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan farmakognostik dari daun sirih hijau (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper cf. crocatum Ruiz & Pav.) yang mencakup perbandingan morfologi, makroskopik, mikroskopik, kandungan kimia, parameter lain, dan kadar flavonoid total. Parameter lain yang diuji antara lain kadar abu, kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar sari yang larut dalam air, dan kadar sari yang larut dalam etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara sirih hijau dan sirih merah dapat dibedakan secara makroskpis, mikroskopis, kandungan kimia, dan parameter lain yang diuji. Perbedaan lainnya juga dapat diketahui berdasarkan kadar flavonoid total yang terdapat pada sirih hijau dan sirih merah.

Betel leaf is a cultivation plant that used as traditional medicine by the society. Betel leaf has several species such as green betel leaf and red betel leaf that often used by the society. Betel leaf has several chemistry compounds. One of them is flavonoid which has pharmacological effect like antioxidant, antiinflammation, antiplatelet, and antiallergic. Betle leaf as medicine can be used directly in the leaf form, the decoction water, or in the simplisia form that has been dried. Drying process, one of after harvesting processes, can cause the transformation to the simplisia and cause the falsification and identification error.
This research aims to know about the pharmacognostical comparison of betel leaf (Piper betle L.) and red betel leaf (Piper cf. crocatum Ruiz & Pav.). The tests include morphology comparison, macroscopic, microscopic, phytochemical compounds, other parameters, and determination of total flavonoid. Other parameters that also tested are determination of ash, acid insoluble ash, water soluble extractive, and alcohol soluble extractive. The results show that between betel leaf and red betel leaf can be distinguished by macroscopic, microscopic, phyochemical compound, and other parameters. Another difference can be also identified by total flavonoid contents between these plants.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kloppenburg-Versteegh, J.
Yogyakarta: C.D. R.S. Bethesda dan Andi Offset, 1988
633.88 KLO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 2007
581.6 WOR w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 2002
581.6 WOR w II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus
"Penderita karatak di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Usia penderita katarak juga semakin muda. Penyembuhan dengan operasi mahal dan beresiko gagal. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan dengan sediaan obat yang mudah dibuat dan aman digunakan. Bunga telang (Clitoria ternatea L.) mengandung antosianin yang memiliki kemampuan untuk meluruhkan katarak. Ekstraksi air panas terhadap 2 tangkai bunga telang pada 20 ml aquades menghasilkan kadar antosianin maksimum pada suhu pelarut 80oC yaitu 2,5 mg/l.
Katarak diuji pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan berumur 10 hari hasil induksi natrium selenit (Na2Se2O3) 20 μmol/kg BB tikus. Pengujian kemampuan peluruhan katarak dilakukan dengan cara meneteskan ekstrak bunga telang pada mata tikus. Penetesan dilakukan dengan dosis 2, 3, dan 4 tangkai bunga telang dan frekuensi penetesan 1x,2x dan 3x sehari. Sifat keaktifan peluruhan katarak diuji dengan melihat penurunan tingkat kekeruhan lensa mata tikus dari tingkat 5 hingga 1.
Hasil penetesan menunjukkan semakin besar dosis antosianin dan semakin sering dilakukan penetesan memberikan peluruhan katarak yang semakin besar. Penetesan ekstrak bunga telang dengan dosis 2 tangkai dan frekuensi penetesan 3x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan terendah yaitu tingkat 1. Dosis 4 tangkai dan frekuensi penetesan 1x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan tertinggi yaitu tingkat 4. Kemampuan peluruhan ekstrak bunga telang berkisar antara 20% pada dosis 4 tangkai dan 1x penetesan hingga 80% pada dosis 2 tangkai dan 3x penetesan.

The number of cataract patients in Indonesia keeps increasing every year. It has also affected younger people. Healing with operation is getting more expensive and has higher risk. Hence, it needs more alternative medicine which can be easily made and found. Butterfly pea (Clitoria ternatea L.) contains anthocyanin which is able to decay the cataract. The Extract of the butterfly pea with 80oC water, which resulting the level of the extracted anthocyanin is 2.5 mg/l. The cataract, induced from sodium selenite (Na2Se2O3) 20 μmol/kg is tested on male ten-days-old laboratory rats, Rattus norvegicus.
The experiment of cataract decaying is done by shedding the pea?s extract on the rats? eyes. The shedding is practiced with 2, 3, and 4 stalks of butterfly peas, and the frequency is once, twice and third times a day. The characteristics of the cataract decaying are experimented by observing the turbidity level reduction of the rats eyes, with five to one scales.
The shedding shows the higher dose of anthocynin and more often the frequency, the bigger cataract will be decayed. The extract shedding of two stalks of butterfly peas and the third times a day frequency produces the lowest turbidity level which is one. The extract of four stalks of butterfly peas and once a day frequency ends with the highest turbidity level which is four. The decay ability of the extract butterfly pea is around 20% at dose 4 stalks and once frequency and 80% at dose 2 stalks and third times frequency of shedding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Silvy Sulistiosari
"Penelitian ini tennasuk dalam jenis penelitian cross sectional dengan mengambil 54 responden dari 62 orang dukun beranak. Sebagai responden pelengkap diambil ibu yang telah melahirkan dengan bantuan responden dan masih dalam masa nifas, jumlahnya 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampling acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri di rumah masing-masing responden menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan tertutup. Karakteristik dukun beranak diantaranya adalah umur 61-70 tahun, asal Pandeglang, telah menjadi dukun beranak selama 11-20 tahun; karakteristik ibu adalah umur 26-30 tahun, asal Pandeglang, dan jumlah anak 1-5 orang. Keluhan/masalah terbanyak setelah ibu melahirkan menurut dukun beranak adalah perut yang sakit/mulas, sedangkan menurut ibu adalah payudara yang bengkak dan nyeri. Obat tradisional banyak digimakan setelah ibu melahirkan, baik untuk perawatan maupun untuk mengatasi keluhan/masalah setelah melahirkan. Sebagjan besar obat tradisional tersebut sudah umum digunakan dan dijuiiipai dalam kehidupan sehari-hari, seperti kunyit, lempuyang, kencur, daun pepaya, dan daun sembung. Ibu yang telah menggunakan obat tradisional menyatakan telah merasakan khasiat obat tradisional (merasa lebih baik) dalam waktu kurang dari I hari (85,4%). Obat tradisional yang digunakan oleh ibu setelah melahirkan dapat dikatakan cepat membenkan efek dan tidak memilild efek samping berbahaya.

The main purpose of this research is to get informations about traditional medicines used after giving birth by midwives in Cimanuk subdistrict, Pandeglang. This research is included to cross-sectional research by taking 54 respondents from 62 midwives. Mother who has given birth by midwife's help and still in puerperium time (6 weeks after labouring) were taken as complementary respondents; the amount is 41 persons. Data collecting was conducted by the researcher herself at the house of every respondents using a questionaire which contains opened and closed questions. Characteristics of midwives are 61-70 years old, from Pandeglang, have been midwife for 11-20 years; charakteristics of post-partus mothers are 26-30 years old, from Pandeglang, and have 1-5 children. The majority complaints/problems suffered by mothers giving birth according to midwives is stomach ache and to post partus mothers is swollen and painfril breasts. There are many traditional medicines used by midwives to treat and solv the complaints/problems after giving birth. These traditional medicines are commonly f used and seen everyday, such as turmeris, galingale, lempuyang, sembung and papaya leaves. Post-partus mothers who have used the traditional medicines said that they had felt better already within less than a day (85,4%). Traditional medicine used by post-partus mothers could be determined as fest-efifecting medicines and relatively without dangerous side effects."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 1999
581.6 WOR (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eki Ryan Setiowati
"ABSTRAK
Salah satu tanaman obat Indonesia yang berkhasiat sebagai antiinflamasi adalah mengkudu.
Tujuan: Mengevaluasi perubahan protein total dan profil protein sel
HaCaT terinflamasi setelah dipapar ekstrak etanol buah mengkudu.
Metode: Sel HaCaT terinflamasi LPS dipaparkan ekstrak etanol buah mengkudu 1%, 10%, dan 40%. Medium kultur dipisahkan dan protein sel diekstraksi menggunakan reagen Trizol. Protein sel dan protein dalam medium kultur diuji Bradford dan profil protein dievaluasi menggunakan metode SDS PAGE.
Hasil dan Kesimpulan: Terdapat perubahan konsentrasi protein total dan jumlah pita protein medium dan sel pada semua kelompok perlakuan dan kelompok sel terinflamasi dibanding dengan
kelompok kontrol.

ABSTRACT
One of Indonesian herb plant that reported has antiinflammations properties is noni.
Objectives: To evaluate the changes of total protein and protein profile in inflamed HaCaT cell after ethanol extract of noni fruit’s exposure.
Methods: Inflammed HaCaT cell culture are added by ethanol extract of noni fruits 1%, 10%, and 40%. The culture mediums are separated from the cell while the cell is extracted using Trizol reagent. Then, followed by Bradford assay and analized using SDS PAGE.
Result and Conclussion: There are changes on the consentration of total proteins and the protein profile in the medium and cell of inflammed and treatment group compared to the control group."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Widhyastuti R.
"Dalam rangka peningkatan kesehatan masyar1cat —obft?ä jIoaI perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya mengingat potensi bahan alam yang cukup besar di Indonesia. Salah satu jenis tanaman yang ada di Indonesia yang berkhasiat sebagai obat adalah Graptophyllum pictum (L.) Griff atau yang sering kita kenal dengan nama handeuleum. Khasiat tanaman mi antara lain : daunnya untuk obat wasir (hemorrhoid). Penelitian ilmiah yang telah dilakukan mengenal tanaman ml adalah uji efek penyembuhan daun handeuleum terhadap wasir. Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak etanol 40% terhadap pola defekasi pada tikus putih. Penelitian mi mendukung efek daun handeuleum terhadap penyembuhan hemorrhoid. Sebagai hewan uji digunakan tiga puluh ekor tikus jantan galur Sprague Dowley dengan berat badan antara 160 sampal 220 gram yang dibagi dalam enam kelompok. Dosis pemenksaan adalah 32,025 mg dan 128,1 mg dan sebthgai kontrol perlakuan digunakan Loperamid-HCL Bahan uji diberikan setiap had mulal had pertama dan pengamatan terhadappoladefekasi dilakukan setiap had sampai had ke-sepuluh. Kelompok perlakuan dibandingkah dengan kelompok kontrol yang diberikan propilen . glikol 10%, kelompok yang diberikan Loperamid-HCI dan ekstrak serta kelompok yang diberikan ekstrak tanpa Loperamid-HCI. Pola defekasi dianalisis secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 40% daun handeuleum dosis 32,025 mg mempunyai efek menurunkan konsistensi feces serta meningkatkan frekuensi defekasi dan jumlah feces. Peningkatan dosis bahan up menunjukkan peningkatan efek terhadap pola defekasi.

In order to increase public health, traditional medicine should be used properly considering Indonesia's great potention of natural resources. One of Indonesia plant which is often used as medicine is Graptophyllum pictum (L.) Griff or commonly known as handeuleum. It's leaf can be used to treat hemorrhoid. Scientific research which has been done on this plant is the test of handeuleum leaf activity to cure hemorrhoid. The scientific research about the effect of 40% of etanol extract of handeleum to the defecation pattern has been dne. This research was supported the effect of handeuleum to heal hemorrhoid. In this study, thirty male SD rats weighing 160 - 220 grams were used and divided into six groups. The dosage used were 32,025 mg and 128,1 mg extract and we used Loperamid-HCI as control treatment. Those drugs were given everyday from first to tenth days. The observation were conducted during those ten days. The treatment group were compared to the control group which given -10% of propylen glycol, the group which given Loperàmid-HCI with extract and the group which given extract without Loperamid-HCI. The defecation pattern then analysed statistically. . The result showed that 40% of etanol extract oh handeuleum leaves at dose of-'32,,025 mg has the effect of decreasing feces consistency and increasing dfëcation frequency. The increasing of drug dose showed increasing effect to defecation pattern."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>