Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165333 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Ananda
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan pada remaja laki-laki. Partisipan penelitian ini berjumlah 301 orang yang terdiri dari remaja laki-laki di komunitas umum dan remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan. Pengukuran paparan terhadap kekerasan menggunakan alat ukur KID-Screen for Adolescent Violence Exposure (KID-SAVE) (Flowers et al., 2000) dan pengukuran sikap terhadap kekerasan menggunakan alat ukur Attitudes Towards Violence Scale (ATVS) (Funk et al., 1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan pada remaja laki-laki (r = 0.442; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi paparan terhadap kekerasan yang dialami seseorang, maka semakin positif sikapnya terhadap kekerasan. Analisis tambahan menemukan perbedaan paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan yang siginifikan antara partisipan yang berada di komunitas umum dan di lembaga pemasyarakatan.

This research was conducted to find the correlation between exposure to violence and attitude toward violence among adolescent boys. The participants of this research are 301 adolescent boys who lived in general community and correctional institution. Exposure to violence was measured using an adaptation of KID-Screen for Adolescent Violence Exposure (KID-SAVE) scale (Flowers et al., 2000) and attitudes toward violence was measured using an adaptation of Attitudes Towards Violence Scale (ATVS) (Funk et al., 1999).
The results showed that there is a significant correlation between exposure to violence and attitude toward violence (r = 0.448; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher the exposure to violence experienced, the more positive one’s attitude toward violence. Additional analysis also find significant differences in exposure to violence and attitude toward violence between participants who lived in general community and correctional institution.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Amalina Aryani
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan self-esteem pada mahasiswa laki-laki yang menjalankan hubungan heteroseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan alat ukur Revised Conflict Tactics Scale 2 yang dikembangkan oleh Straus, dkk. (1996) untuk melihat kekerasan dalam pacaran yang terjadi dan alat ukur self-esteem, yaitu Rosenberg Self-Esteem Scale yang dikembangkan oleh Rosenberg (1965). Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 87 orang mahasiswa laki-laki dengan rentang usia 18-25 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kekerasan dalam pacaran, baik yang dilakukan maupun dialami, dan self-esteem pada mahasiswa laki-laki.

This research was conducted to find the relationship between dating violence and self-esteem among male university student who have a heterosexual relationship. This research used a quantitative approach and using the Revised Conflict Tactics gauge 2 Scale developed by Straus et al. (1996) to see the violence that occurs in dating and measuring self-esteem by using the Rosenberg Self-Esteem Scale developed by Rosenberg (1965). Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. Participants in this research were 87 male students aged 18-25 years old.
The results showed that there is no significant correlation between dating violence, whether committed and experienced by participants, and self-esteem in male college students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Armalita Surti Nurachman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor demografis (usia, pendidikan terakhir ayah, dan pendidikan terakhir ibu), individual (psychlogical distress, self-esteem, serta time perspective untuk dimensi orientasi masa depan dan masa kini), dan lingkungan (paparan terhadap kekerasan) yang secara signifikan mempengaruhi kemunculan perilaku kriminalitas berkekerasan pada remaja laki-laki. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 274 orang yang terdiri dari 88 remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan yang memiliki status tahanan kriminalitas berkekerasan dan 186 remaja laki-laki di komunitas yang bersekolah di sekolah dengan akreditasi B. Masing-masing variabel diukur secara kuantitatif pada seluruh partisipan dan analisis logistic regression digunakan untuk melihat variabel yang secara signifikan memiliki pengaruh terhadap perilaku kriminalitas berkekerasan pada kedua kelompok tersebut. Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel usia, pendidikan terakhir ayah, dan paparan terhadap kekerasan terhadap kemunculan perilaku kriminalitas berkekerasan pada remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan dan komunitas.

This study aimed to determine the demographic factors (age, father's education level, and mother's education level), individual factors (psychological distress, self-esteem, and time perspective dimension of orientation to the future and the present), and environment factor (exposure to violence) that significantly affect the emergence violent criminal behavior among male adolescents. Participants in this study amounted to 274 people, consist of 88 male adolescents in incarceration that has the status of violent crimes inmates and 186 male adolescent in the community who attend schools with accreditation B. Each variable measured quantitatively on all participants and logistic regression was used to analyze which variables that had a significant influence on violent criminal behavior among both groups. Results from this study is that there is a significant influence of the variables age, father's education level, and exposure to violence on the emergence violent criminal behavior among male adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Sri Gayatri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara gaya kelekatan pada pasangan dan motif berkorban. Penelitian ini juga menguji perbedaan gaya kelekatan terhadap pasangan dan motif berkorban pada kelompok yang tidak mengalami dan mengalami kekerasan dalam berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pengisian kuesioner kepada 211 partisipan yang tidak mengalami kekerasan dan 113 partisipan yang pernah mengalami kekerasan oleh pasangan saat ini dan berumur 18-29 tahun. Gaya kelekatan diukur dengan menggunakan alat ukur The Experiences in Close Relationships - Short Form ECR-S dan motif berkorban menggunakan The Motivations for Caregiving Scale yang telah diadaptasi oleh Impett, Gable dan Peplau 2005 . Hasil menunjukkan pada kelompok tanpa kekerasan, adanya hubungan antara gaya kelekatan cemas dengan motif berkorban approach serta hubungan yang negatif pada kelekatan menghindar dengan motif approach. Pada kelompok yang mengalami kekerasan, terdapat hubungan yang signifikan pada kelekatan cemas dengan kedua motif berkorban, akan tetapi pada kelekatan menghidar tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan terhadap kedua motif berkorban. Penelitian ini juga menemukan adanya perbedaan antara gaya kelekatan orang dewasa dan motif berkorban pada dua kelompok, yang dimana kelompok yang mengalami kekerasan saat berpacaran memiliki nilai yang tinggi pada kedua kelekatan dan motif berkorban.

ABSTRACT<>br>
This study aims to determined the relationship between adult attachment and motives of sacrifice. This Study want to examined difference between adult attachment and motives of sacrifice through individuals that have and have not undergone violence in relationship. This research is a non experimental study and was conducted by questioner to 211 participants that haven rsquo t undergone violence and 113 that have undergone violence in relationship and the age range between 18 29 years old. Adult attachment was measured using The Experiences in Close Relationships Short Form ECR S and The Motivations for Caregiving Scale which has been adapted by Impett, Gable dan Peplau 2005 for measure motives of sacrifice. The results showed there was correlation between attachment anxiety with approach motive and negative correlation between attachment avoidance with approach motives for group who haven rsquo t undergone violence. For group who have undergone violence, there was correlation between adult attachment anxiety and motives of sacrifice, but at attachment avoidance there was not found any correlation with both motives of sacrifice. This study has found differences between adult attachment and motives of sacrifice, in which group that has undergone violence produced a higher mean on both adult attachment and motives of sacrifice than the group that has not undergone violence during relationship. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus. Friyanka H. D.
"Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial pada mahasiswa laki-laki. Subyek penelitian berjumlah 87 mahasiswa laki-laki berusia 19 sampai 25 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara frekuensi kekerasan yang dilakukan dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar 0.290 (p < 0.01). Kemudian, didapati juga hubungan negatif yang signifikan antara frekuensi kekerasan yang dialami dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar 0.219 (p < 0.05). Dimensi - dimensi keterampilan sosial yang paling berkontribusi dalam kekerasan adalah emotional control dan social control.

The focus on this study is whether there is correlation between dating violence and social skills in male university students. Subjects were 87 male university students with age ranging from 19 to 25. This is a quantitative study with correlational design. The result of this study suggested that perpetration of dating violence have significantly negative correlation with social skills, in which r = 0.290 (p < 0.01). There is also found significantly negative correlation between victimization of dating violence and social skills, in which r = 0.219 (p < 0.05). Finally, the dimensions of social skills which have the biggest contribution to dating violence are emotional control and social control."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Sahat Khrisfianus
"ABSTRAK
Suatu tindakan agresi dapat diterima dan dibiarkan oleh individu karena
dipersepsi legitim. Studi ini hendak menguji hipotesis bahwa keterancaman sistem
mempengaruhi persepsi legitimasi suatu tindakan agresi. Menurut system
justification theory, setiap individu berupaya untuk membela dan memberi
pembenaran terhadap sistem di mana ia menjadi bagiannya, khususnya ketika
sistem berada dalam keterancaman (system threat). Melalui metode eksperimen,
keterancaman ini diuji pada dua domain: sistem sosiopolitik dan sistem agama.
Dalam studi 1, keterancaman sistem sosiopolitik pada partisipan
mahasiswa tidak memberi efek yang signifikan terhadap persepsi legitimasi
perilaku agresi. Begitu pula halnya pada studi 2, tidak efek dari keterancaman
sistem agama eterhadap persepsi legitimasi agresi pada partisipan mahasiswa yang
diberi kondisis keterancaman tinggi. Meski tidak didapatkan perbedaan nilai yang
signifikan antara persepsi legitimasi agresi dalam kondisi keterancaman tinggi dan
keterancaman rendah, ada interaksi pada domain agama.
ABSTRACT
An act of aggression is acceptable and tolerated because people perceive it
legitimate. This study test hypothesis that system threat effects on perceived
legitimacy of aggression. According to system justification theory, every
individual seeks to defend and justify their system, especially when the system is
under threat. Through experimental methods, system threat tested on two
domains: socio-political systems and religious systems.
In study 1, high threat exposure on socio-political systems have no
significant effect on the perception of the legitimacy of aggressive behavior.
Similarly, in study 2, no effect of system threat on perceived legitimacy of
aggression to participants who were given high threat condition on their religious
system. Although no significant effect were proven statistically from the two
experiments, we found there were slight interaction between system threat and its
effect on perceived legitimacy of aggression for religion domain."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabilla Tri Ananda
"Penelitian ini menganalisisbagaimanakekerasan simbolik terjadi melalui komentar di Instagram dengan menggunakan metode semioika Barthes. Kekerasan simbolik terjadi dalam pemaksaan nilai-nilai yang diangap ideal dalam suatu kelompok tertentu. Teks yang dipertukarkan dalam Instagram ditempatkan sebagai norma pembenar dengan memanfaatkan otoritas seperti kitab suci agama Islam, untuk mengatur bagaimana cara perempuan berpakaian. Mitos yang disosialisasikan dalam arena Instagram adalah bagaimana penanda nilai moralitas seorang perempuan dapat diamati melalui pakaian yang dikenakannya dan mitos perempuan sebagai pemicu hasrat seksual serta mitos ibuisme. Mimikri terjadi dalam bentuk peniruan terhadap karakter maskulin ketika perempuan yang melakukan kekerasan simbolik mencoba berdiri sebagai subjek dengan cara mendominasi perempuan lainnya.

This research analayze how symbolic violence happens through Instagram. Using Rholand Barthes semiotic as methode, research foound that symbolic violence happens thorugh the the coercion of value ideals that believed by majority. Text legitimized by trustworthy authorithy such as holly book of Islam. Those who utterthe power words exert to controlling other’s way of dressing. Myths that socialized through Isntagram are women’s moral judgement based on their way of dressing myth, women as a trigger of sexual harrasment myth and ibuisme myth. Mimikri take a form ini mimickin gmasculinity values.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Emilirosy Roekman
"Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan isu yang penting di Indonesia, dengan penelitian yang sedikit. Beberapa faktor dianggap berkontribusi untuk memperparah kondisi pasien seperti usia ketika menikah (muda) dan lama kekerasan, serta rendahnya tingkat GAF score (fungsionalitas). Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara usia ketika menikah, lama kekerasan, dan current GAF scale saat pasien mengalami kondisi KDRT. Metode cross sectional digunakan serta data diambil dari Buku Laporan Jaga KDRT dan Rekam Medis pada Departemen Psikiatri RSCM-FKUI (2013-2017). Data yang digunakan sebanyak 50 pasien dengan kekerasan fisik dimana rerata (SD) usia ketika menikah adalah 25.45 (6.26) tahun, dengan 1921.10 (2554.51) hari rerata periode kekerasan, dan 69.10 (7.93) rerata dari GAF Score. Uji komparasi antara GAF dan periode kekerasan ditemukan rerata GAF lebih tinggi pada periode kekerasan berjangka panjang, juga periode kekerasan jangka panjang merupakan nilai tertinggi pada nilai rerata usia ketika menikah. Pada uji korelasi tidak ditemukan korelasi antara usia ketika menikah dan GAF (p = 0.975) serta periode kekerasan dengan GAF (0.132). Maka dari itu, usia ketika menikah dan periode kekerasan serta GAF tidak memiliki korelasi yang bermakna secara statistik. Menggunakan variabel yang berbeda serta kekuatan penilitian yang dikuatkan diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih bermakna.

Domestic Violence has become an important issue in Indonesia with limited research. Several factors that contributes in affecting the patient's condition are early age at marriage, long term period of abuse, and low GAF. This study aims to find the correlation between age at marriage, period of abuse, and current GAF scale in responding to the domestic violence. Cross sectional study and data collection from the DV Report Book of Psychiatric Department and medical records at RSCM-FKUI (2013-2017) used in this research. Among 50 subjects, the mean (SD) age at marriage is 25.45 (6.26), with 1921.10 (2554.51) mean of period of abuse, and 69.10 (7.93) GAF mean. The comparison between mean of GAF and period of abuse shown higher long term physical abuse (26.16), and long term abuse is high in mean age at marriage (27.68). Moreover, there are no correlation between age at marriage and current GAF (p = 0.975) with no correlation between period of abuse and current GAF (p = 0.132). Thus, age at marriage, period of abuse, and GAF have no statistical significant correlation. It is recommended to use different variable that correlate with GAF, and increasing the power of research to give more meaningful result."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Audrey Davalynn Pane
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 yang berjalan sejak Maret 2019 di Indonesia telah membuat pemerintah mengeluarkan peraturan untuk tetap berada di rumah. Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh yang diadakan selama pandemi meningkatkan durasi aktivitas remaja di rumah dan menimbulkan faktor-faktor lain yang mungkin berkaitan dengan kejadian kekerasan. Di sisi lain, kekerasan terhadap remaja terus meningkat setiap tahunnya. Dengan dampak buruk termasuk kematian yang diakibatkan oleh kekerasan, timbul kepentingan mendesak untuk melakukan penelitian mengenai kejadian kekerasan terhadap remaja dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi.
Metode: Penelitian observasional menggunakan analisis deskriptif dan multivariat dengan metode desain studi potong-lintang yang dilakukan dengan pengisian kuesioner daring yang terdapat pada instrumen bernama REDCap.
Hasil: Didapatkan subjek penelitian dengan sebaran berdasarkan usia 10-13 tahun 16%, 14-17 tahun 61.3%, dan 18 tahun 22.6%. Jenis kelamin laki-laki 34% dan perempuan 66%. Posisi anak terbanyak ialah anak terakhir 34%. Remaja yang taat pada protokol kesehatan sebanyak 21.7% dan tidak taat sebanyak 78.3%. Remaja yang mengikuti PJJ sebanyak 96.2%. Jenis keluarga terbanyak ialah keluarga inti 83% dan orang tua remaja yang bekerja sebanyak 91.5%. Pendidikan orang tua tertinggi ialah sarjana, ayah sebanyak 47.2% dan ibu sebanyak 36.8%. Sebanyak 67.9% remaja mengalami kekerasan dengan jenis kekerasan terbanyak ialah penelantaran sebanyak 50.9%. Seluruh faktor pada penelitian ini baik faktor anak maupun lingkungan secara statistik tidak berhubungan bermakna.
Kesimpulan: Prevalensi kekerasan terhadap remaja pada masa Pandemi COVID-19 adalah 67.9%. Kekerasan remaja tidak berhubungan secara statistik dengan faktor anak (usia, jenis kelamin, posisi anak, Pembelajaran Jarak Jauh) dan faktor lingkungan (jenis keluarga, pendidikan dan pekerjaan orang tua, tingkat ketaatan terhadap protokol kesehatan).

Introduction: The COVID-19 pandemic has prompted the government of Indonesia to issue regulations to stay at home. Distance learning activities increase the duration of adolescents activites at home and raise other factors that may be related with violence. On the other hand, violence against adolescents continues to increase every year. With the adverse impact including death caused by violence, the urgency to conduct research on the incidence of violence against adolescents and the influencing factors during COVID-19 pandemic arise.
Method: Observational research using analytic and multivariate analysis with a cross-sectional study design method that is conducted by filling out an online questionnaire in REDCap instrument.
Result: The research subjects obtained with a distribution based on the age of 10-13 years (16%), 14-17 years (61.3%), and 18 years (22.6%). 34% of its gender are male and 66% female. Most adolescent position is the last child (34%). The level of adolescents who obey the health protocol are 21.7% and 78.3% are not. As much as 96.2% subjects took distance learning. The most common type of family is the main family (83%) and the working parents of adolescents is 91.5%. Both adolescents' parents' highest education is bachelor degree. As much as 67.9% adolescent experiences violence with neglect as the most frequent violence type. Statistically, all factors in this study are not significantly related.
Conclusion: The prevalence of violence against adolescents during the COVID-19 pandemic is 67.9%. Child maltreatment is not related to both child factors and environmental factors. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kalyanamitra (Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan), 2005
364.1 KAL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>