Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155235 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunarti
"Limbah dari industri tekstil merupakan salah satu limbah yang berbahaya karena sifatnya yang non biodegradable Salah satu jenis zat warna yang digunakan dalam industri tekstil adalah congo red Degradasi secara fotoelektrokatalitik merupakan metode yang efisien untuk mendegradasi congo red Dalam penelitian ini dilakukan studi terhadap proses degradasi congo red secara fotoelektrokatalisis menggunakan TiO2 nanotube yang diimobilisasi pada plat titanium Lapisan tipis TiO2 dipreparasi menggunakan metode anodisasi dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 500oC Karakterisasi menggunakan DRS UV Vis menghasilkan nilai band gap 3 246 eV XRD menunjukkan struktur kristal anatase dan FESEM menunjukkan TiO2 bermorfologi nanotube serta karakterisasi secara fotoelektrokimia menunjukkan TiO2 aktif pada daerah sinar UV Pengamatan yang dilakukan pada saat degradasi congo red adalah perubahan spektra UV Vis sebelum dan sesudah didegradasi penurunan absorbansi dalam selang waktu tertentu dan keberadaan senyawa organik sederhana sebagai intermediet Pada kondisi percobaan dan dalam rentang waktu satu jam degradasi secara fotoelektrokatalisis menghasilkan persen degradasi sebesar 89 675 sedangkan dari hasil karakterisasi HPLC dan Spektrofotometer UV Vis menunjukkan keberadaan adanya senyawa intermediet asam oksalat.

Waste from the textile industry is one of the dangerous waste because of its non biodegradable properties One type of dyes which is used in the textile industry is congo red Photoelectrocatalytic degradation is an efficient way to degrade congo red In this research degradation of congo red carried out by photoelectrocatalysis using TiO2 nanotubes that was immobilized on titanium plate Thin layer of TiO2 was prepared using anodizing method followed by calcination at temperature of 500oC Characterization using DRS UV Vis produced band gap values was 3 246 eV XRD showed anatase crystalline phase FESEM showed morphology of TiO2 nanotubes and photoelectrochemical characterization showed that TiO2 active in the UV region Refer to present experimental conditions during one hour observation time as much as 89 675 of congo red was eliminated by the photoelectrocatalysis degradation In addition HPLC and UV Vis spectrophotometer characterization of treated water showed the presence of oxalic acid as intermediate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Chotimah
"Celah energi (band gap) yang lebar dari fotokatalis TiO2 yang setara dengan cahaya UV membatasi aplikasi fokatalitiknya sehingga penggunaanya hanya terbatas pada daerah UV dan tidak pada daerah cahaya tampak. Pada penelitian ini dilakukan sintesis TiO2 nanotube yang di doping nitrogen (N-TiO2) dengan metode anodisasi untuk meningkatkan kereaktifanya dibawah sinar tampak dan memaksimalkan kinerja fotokatalisisnya. Anodisasi dilakukan pada plat logam Titanium dalam larutan elektrolit garam florida dan NH4NO3 sebagai sumber dopan Nitrogen. Preparasi N-TiO2 nanotube dilakukan dengan variasi waktu anodisasi (5 menit, 30 menit, 3 jam dan 6 jam), jenis larutan elektrolit yang digunakan (HF dalam air dan NH4F dalam gliserol) serta suhu kalsinasinya (450°C dan 600°C). Terhadap N-TiO2 yang telah dipreparasi dilakukan karakterisasi dan uji aktivitas fotokatalisis dari N-TiO2 tersebut.
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa N-TiO2 cenderung memiliki energi celah lebih kecil dari TiO2. Indikasi keberhasilan penyisipan nitrogen juga diperoleh dari profil puncak serapan infra merah, karakterisasi dengan SEM dan spektrum Energy Dispersive Xray (EDX) yang menunjukkan keberadaan unsur N, mengindikasikan terbentuknya N-TiO2 nanotube. Pengujian aktifitas fotokatalisis baik menggunakan sinar UV dan sinar tampak menunjukkan bahwa N-TiO2 mempunyai aktivitas fotokatalitik yang lebih baik daripada TiO2 dengan pencapaian aktifitas fotokatalisis terbaik yaitu pada N-TiO2 yang dianodisasi selama 30 menit dengan HF dalam air dan NH4NO3 pada suhu kalsinasi 450°C.

Wide band gap of TiO2 limit its photocatalytic application under UV light, not in Visible light. In this research, N-doped TiO2 nanotubes were synthesized by anodizing method to improve its reactivity under visible light and maximize the activity of photocatalytic performance. Anodizing step performed on titanium metal in an fluoride ion electrolyte solution and NH4NO3 as nitrogen dopant source. Preparation of N-doped TiO2 nanotube were conducted with variation of anodizing time (5 minutes, 30 minutes, 3 hours and 6 hours), the type of electrolyte solution (HF in water and NH4F in glycerol) and calcination temperature (450°C and 600°C). The prepared N-doped TiO2 before were characterized and the photocatalytic activity were tested.
Characterization result showed that the N-TiO2 tend to have smaller band gap than TiO2. Indication of the success of the insertion of nitrogen were supported from infrared absorption peak profiles, characterization by SEM and Energy dispersive X-ray spectrum (EDX), which clearly indicates the formation of N-TiO2 nanotubes. Photocatalytic activities using either the UV and visible light indicates that photocatalytic activity of N-doped TiO2 better than TiO2 with achieving the best photocatalytic activity on N-doped TiO2 that anodized for 30 minutes with HF in water and NH4NO3 at the calcination temperature of 450°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43663
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjanna
"Telah dilakukan degradasi Congo Red dalam air melalui proses fotokatalisis menggunakan TiO2 yang diimobilisasi dengan metoda sol-gel pada dinding bagian dalam kolom tabung gelas. Katalis TiO2 dibuat dari prekursor Titanium tetra isopropoksida (TTIP) dengan metoda sol-gel yang dikalsinasi pada suhu 400 oC. Karakterisasi TiO2 dengan XRD menunjukkan bahwa kristal TiO2 mempunyai struktur anatase, dengan ukuran partikel TiO2 sekitar 8,99 nm. Tabung gelas yang telah dilapisi TiO2 bagian dinding dalamnya dirangkai dalam sistem reaktor fotokatalisis. Rangkaian instrumen ini terdiri dari satu unit reaktor sistem batch yang terdiri dari lampu UV 22 watt (black light). Sistem reaktor dilengkapi dengan aerator yang bertujuan meningkatkan transfer massa dan ketersediaan oksigen larutan sampel dalam tabung gelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan proses fotodegradasi. Absorbsi foton oleh TiO2 akan menghasilkan pasangan elektron dan hole positif pada permukaan yang kontak dengan larutan, dan memicu reaksi degradasi zat organik yang terdapat dalam larutan.
Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh jumlah lapisan TiO2, konsentrasi awal Congo Red, nilai pH dan nilai daya hantar listrik serta keberadaan senyawa intermediet dengan HPLC. Pengamatan yang dilakukan adalah perubahan spektrum serapan dari puncak serapan spesifik pada spektra serapan larutan Congo Red sebelum dan sesudah iradiasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Terjadinya degradasi Congo Red ditunjukkan dengan adanya penurunan konsentrasi larutan, penurunan nilai pH, kenaikan nilai daya hantar listrik dan terbentuknya asam oksalat sebagai senyawa intermediet. Sebagai kontrol percobaan, dilakukan iradiasi sinar UV tanpa TiO2 dan menggunakan TiO2 tanpa sinar UV.
Hasil dari kedua kontrol percobaan ini tidak menunjukkan berkurangnya konsentrasi Congo Red secara signifikan. Dari hasil uji optimasi reaktor diperoleh jumlah lapisan optimum sebanyak delapan lapis TiO2. Laju degradasi Congo Red meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi awal sampai batas konsentrasi optimum pada 50 ppm dengan persentase degradasi mencapai 99,0%. Dari hasil perhitungan kinetika Langmuir-Hinshelwood diperoleh tetapan laju reaksi, kr sebesar 1,311ppm/menit dan tetapan adsorpsi, K sebesar 0,043/ppm. Efisiensi reaktor sebagai nilai quantum yield adalah 77%. Produk senyawa intermediet yang terbentuk hasil degradasi Congo Red berupa asam oksalat yang ditandai adanya penurunan kadar asam oksalat selama iradiasi 11,5 jam.

Photocatalytic degradation of Congo Red in water was conducted in a reactor which consist of immobilized TiO2 film coated on to inner wall of glass column tube (IWGCT-TiO2). The TiO2 film was prepared, from titanium tetra isopropoxide (TTIP) as a precursor, by a sol-gel method and calcination at 400 oC. The resulted TiO2 was characterized by mean of UV-Vis spectrometry, XRD and SEM. It was observed that the film has a specific UV-Vis absorption started at 390 nm (that can be attributed to band gap of anatase), unique diffraction intensity at 2θ 25o (attributed to anatase), approximately 8.99 nm crystalite size (predicted from a Scherrer equation), and showsed a good coverage on the glass substrate. The IWGCT-TiO2 then was arranged in a batch reactor system where a 22 watt black UV light was used as the light source and equipped with an aerator to enhance mass transfer and oxygen availability. Upon UV-Vis light illumination, TiO2 surface will generate electron and positive hole that subsequently initiate degradation reaction of organic chemical in adjascent solution.
Series investigation on photo catalytic degradation of Congo Red solution during this research revealed that thickness of TiO2 film resulted from eight times coating give an optimum performance. Optimum photo catalytic degradation rate of Congo Red solution was observed at 50 ppm (initial concentration), where almost 99.0% of Congo Red disappeared during 240 minutes treatment. Langmuir-Hinshelwood kinetic evaluation reveal that typical reaction rate constant, kr is 1,311 ppm/minute and adsorption constant, kr is 0,043/ppm were obtained. As for the present experimental setting, the reactor efficiency evaluation give a quantum yield value, of approximately 77%, for a 11.5 hours reaction time.
It was observed during 11.5 hours photo catalytic degradation of Congo Red there were an occurrence of intermediate simple organic compounds (e.g. oxalic acid and others) before a complete mineralization occurred. Control experiments (the present of UV light but without TiO2 and the present of TiO2 but without light) were conducted for each of all experimental setting and indicated no significant degradation of Congo Red.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T40084
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Asria
"Telah dilakukan degradasi zat warna azo Congo red dalam air melalui proses fotokatalisis dengan TiO2 Degussa P25 yang diimobilisasi/dilapiskan pada dinding bagian dalam kolom gelas. Karakterisasi lapisan TiO2 dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan adanya awal serapan yang mengindi-kasikan keberadaan celah pita (band gap) yang sesuai dengan struktur kristal anatase dari TiO2. Larutan sampel disirkulasikan dari reservoir melalui kolom gelas dengan menggunakan pompa sirkulasi secara kontinyu. Absorbsi foton oleh TiO2 akan menghasilkan pasangan elektron dan hole positif (e-/h+) pada permukaan yang kontak dengan larutan dan memicu reaksi degradasi zat organik yang terdapat dalam larutan. Dipelajari pengaruh variasi laju alir, kon-sentrasi awal dan adanya anion terlarut. Pengamatan yang dilakukan adalah perubahan UV-Vis spektrum serapan larutan sebelum dan sesudah diiradiasi, nilai pH, daya hantar listrik dalam selang waktu tertentu, dan keberadaan se-nyawa intermediet, molekul organik sederhana, yang ditentukan dengan HPLC. Terjadinya degradasi zat warna azo Congo red ditunjukkan dengan penurunan serapan dari puncak serapan spesifik pada spektra serapan la-rutan Congo red, penurunan pH, kenaikan nilai daya hantar listrik, dan ter-bentuknya asam oksalat sebagai senyawa intermediet. Penguraian molekul zat warna meningkat dengan semakin tingginya laju alir dan tingginya kon-sentrasi awal sampai pada batas konsentrasi optimum. Keberadaan ion sulfat dan ion klorida dalam larutan menyebabkan penurunan laju degradasi. Sebagai kontrol percobaan, dilakukan iradiasi sinar UV tanpa lapisan TiO2 (fotolisis) dan dengan TiO2 tetapi tanpa sinar UV. Hasil dari kedua kontrol percobaan ini tidak menunjukkan berkurangnya konsentrasi Congo red secara signifikan. Dari perhitungan kinetika Langmuir-Hinshelwood diperoleh tetapan laju reaksi, kr, sebesar 0,206 ppm/menit dan tetapan adsorpsi, K, sebesar 0,292/ppm. Efisiensi reaktor sebagai quantum yield adalah 0,24 %.

Azo dyes Congo red in water that have been degradated by photoca-talysis using TiO2 Degussa P25, which immobilized on inner wall of a glass column. Characterization of TiO2 film with UV-Vis spectrophotometer shown an initial absorption indicating the presence of band gap that fits the crystal structure of anatase TiO2. Sample solution was circulated from reservoir throught out glass column by circulating pump continuously. TiO2 absorps some amount of photons and releases a pair of electron and positive hole on the TiO2 surface, which then contact with the solution and trigger the degra-dation of organic compound in solution. The influence of flow rate variations, initial concentration and dissolved anions were studied. The observation was performed on the change of absorption UV-Vis spectra before and after irra-diation, pH value, conductivity in certain period of time, and the presence of intermediate compound, simple organic compounds, determined by HPLC. Degradation of azo dyes Congo red was shown by the decrease of Congo red absorption as well as pH solution, the increase of conductivity, and the forma-tion of oxalic acid as intermediate the compound. Decomposition of dye mole-cules would be increased with the increasing of the flow rate and initial con-centration until optimum concentration. The presence of sulphate and chloride ions in the solution would decrease the rate of Congo red degradation. As controls, UV irradiation without TiO2 film; and with TiO2 film but without UV were also performed on the samples. As results, the decrease of Congo red concentration was not shown significantly in both experimens. From the calculation of Langmuir-Hinshelwood kinetics equation, the rate reaction constant (kr) 0,206 ppm/min, and the adsorption constant (K) 0,292/ppm were obtained. The reactor efficiency as quantum yield was 0,24%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T40171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirojul Munir
"Ilmenit (FeTiO3) merupakan mineral yang banyak mengandung unsur titanium dan besi, di alam ditemukan sebagai hasil produk samping pengolahan bijih timah. Ilmenit dapat digunakan sebagai sumber logam titanium, pigmen TiO2 dan sebagai material untuk fotokatalis. TiO2 merupakan semikonduktor yang memiliki fotoaktivitas dan stabilitas kimia tinggi serta tahan terhadap fotokorosi dan dapat digunakan sebagai fotokatalis pendegradasi berbagai senyawa organik.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan ekstraksi TiO2 tipe anatase dari mineral ilmenit Bangka melalui pembentukan senyawa antara garam ammonium perokso titanat, dan menguji aktivitas fotokataliknya terhadap zat warna congo red. Sampel ilmenit Bangka dikarakterisasi dengan XRD dan EDS untuk mengetahui komposisi unsur dari ilmenit. Bijih ilmenit dimasukkan ke dalam Planetary Ball Mill dan ultrasound treatment dengan variasi waktu dan kecepatan. Untuk memisahkan komponen magnetik dan nonmagnetiknya dilakukan dengan cara memasukan ilmenit ke dalam alat magnetik separator kering. Sebelum diekstraksi, mineral ilmenit dilindi dengan HCl untuk menghilangkan unsur Fe. Pelindian ilmenit dengan HCl merupakan salah satu cara paling efektif untuk melarutkan unsur Fe sehingga menghasilkan TiO2 tipe anatase. Proses pelindian dengan HCl ini memiliki keuntungan karena asamnya dapat di-regenerasi. Presipitat yang dihasilkan kemudian dilindi dengan H2O2 dan pelarutan dengan NH4OH. Filtrat ammonium perokso titanat yang dihasilkan kemudian dipanaskan pada suhu 100oC sambil diaduk sampai terbentuk endapan.
Hasil karakterisasi dengan EDS, pelindian menggunakan HCl 25% dan H2O2 15% menghasilkan kandungan titanium 67,16%, besi 0,64% silikon 0,66% dan timah 0,51%. Setelah padatan tersebut dikalsinasi pada suhu 600°C, hasil karakterisasi menggunakan XRD, menunjukkan terbentuknya TiO2 anatase. Band gap TiO2 anatase hasil ekstraksi sebesar 3,04 eV. Hasil uji aktivitas fotokatalisnya terhadap degradasi larutan zat warna congo red sebesar 13,5%. Sedangkan degradasi oleh degussa P25 mencapai nilai 100%.

Ilmenite (FeTiO3) is minerals containing titanium and iron as by-product of lead ore processing. Ilmenite can be used as a source of Titanium, TiO2 pigment and as a material for photocatalyst. TiO2 is a semiconductor which has photoactivity, high chemical stability, resistance of photocorrosive and can be used as photocatalyst for degradation of various organic compounds.
This study aims to extract TiO2 anatase from ilmenite from Bangka with intermediate peroxo titanate ammonium salts, and testing the activity of photocatalytic toward the congo red dye. Ilmenite's from Bangka were characterized by XRD and EDS to determine the elemental composition. Ilmenite ore put in Planetary Ball Mill and ultrasound treatment with a variety of time and speed. For separating, ilmenite mineral was leaching first with HCl to remove Fe. Leaching method is the most effective ways to dissolve Fe, resulting TiO2 anatase type. HCl leaching process has the advantage because of its acid can be re-generated. The precipitate was then leaching with hydrogen peroxide and dissolved by NH4OH. Filtrate of ammonium peroxo titanate was then heated at 100°C while stirring until a precipitate was formed.
The results of characterization by EDS, leaching using 25% HCl and 15% H2O2 generating titanium content of 67.16%, 0.64% iron and 0.66% silicon and 0.51% tin. After the solids calcined at 600°C. Based on the result of XRD characterization, showing the formation of TiO2 anatase. TiO2 anatase bandgap was 3,04 eV. Photocatalyst activity test toward degradation of congo red dye solution was 13,5% and degussa P25 was 100%."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahdiana
"Congo Red sebagai salah satu bahan kimia organik sintetik yang banyak digunakan untuk industri tekstil mencemari lingkungan air dan tanah. Zat warna tekstil ada beberapa macam, pada penelitian ini menggunakan zat warna congo red. Percobaan ini bertujuan untuk mengurangi limbah zat warna congo red dengan metode fotokatalitik menggunakan katalis suspensi TiO2. Proses fotokatalisis yang melibatkan partikel-partikel semikonduktor TiO2 di bawah iluminasi sinar UV-Vis akan menghasilkan radikal hidroksil yang dapat mendegradasi zat warna congo red.
Hasil yang didapat menunjukkan konsentrasi TiO2 optimum untuk mendegradasi zat warna congo red adalah 4,5 mg dan waktu optimum yang didapat 150 menit. Penggunaan jumlah TiO2 Optimum (4,5 mg) dengan lama waktu radiasi yang optimum (150 menit), pada berbagai konsentrasi. TiO2 optimum dan waktu optimum adalah sebesar 48,90 %. Sedangkan CODnya sebesar 84,1 %. Penggunaan penjumlahan TiO2 optimum (4,5 mg) dengan lama waktu radiasi yang optimum (150 menit), pada berbagai variasi konsentrasi masih cukup effektif pada konsentrasi congo red 50 ppm absorbansi berkurang sebesar 62,5 % COD berkurang sebesar 10,71 %.

Congo Red as one of the synthetic organic chemicals that widely used for textile industries has been contributed on water and soil polution. In this experiment, congo red dye is used as subtrate. The purpose of this experiment is to reduce congo red dye by photocatalytic process, using TiO2 as catalyst. Photocatalysis process involving TiO2 semiconductor particles under illumination of UV-Vis will produce hydroxyl radicals that can degrade the dye congo red.
The results showed the optimum concentration of TiO2 to degrade the dye congo red was 4.5 mg and obtained the optimum time 150 minutes. Optimum use of the TiO2 (4.5 mg) with the optimum duration of radiation (150 minutes), at various concentrations. TiO2 optimum and optimum time amounted to 48.90 %. While COD of 84.1 %, optimum use of the sum of TiO2 (4.5 mg) with the optimum duration of radiation (150 minutes), at various concentrations are still quite effective at 50 ppm concentration of congo red absorbance was reduced by 62.5% COD was reduced by 10.71 %.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S945
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Nur Zhafirah
"Modifikasi pada morfologi TiO2 diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya dalam aktifitas fotokatalitik. Dalam perkembangannya, dikenal istilah TiO2 Nanotube Arrays (TNTAs), yaitu lapisan tipis TiO2 yang memiliki luas permukaan besar serta saluran satu dimensi (one dimensionalchannel). Fabrikasi TiO2 secara anodisasi merupakan jalur preparasi yang dipilih karena kemampuannya untuk membentuk oksida anodik yang selforganized dalam bentuk struktur nanotube dengan barisan vertikal yang hampir sempurna. Elektrolit yang memiliki viskositas tinggi biasa digunakan dalam proses anodisasi, yaitu elektrolit organik seperti Etilen Glikol, yang dapat mengontrol laju difusi sehingga membentuk TiO2 nanotube yang lebih rapih dan terorganisir. Akan tetapi, penggunaan elektrolit organik masih memiliki kekurangan, yaitu dalam hal harganya
yang tergolong mahal dan kurang ramah lingkungan. Penggunaan elektrolit berbasis air dengan Natrium Karboksimetil Selulosa (Na-CMC) sebagai aditif yang mampu
meningkatkan nilai viskositas untuk mengontrol laju difusi, selama proses anodisasi, menjadi fokus kajian yang dilaporkan dalam penelitian ini. Efek viskositas pada pengontrolan laju difusi dimanfaatkan dalam preparasi TiO2 untuk mendapatkan morfologi nanotubes array (TNTAs). Selain viskositas, nilai pH larutan elektrolit berbasis air juga diinvestigasi pengaruhnya terhadap morfologi film TiO2 yang dihasilkan. Selama proses anodisasi diamati dengan seksama dinamika perubahan arus anodisasi pada berbagai kondisi elektrolit (variasi pH). Profile kurva arus terhadap waktu
selama proses anodisasi dievaluasi untuk mengetahui proses pertumbuhan nanotube bedasarkan masing–masing waktu dan nilai pH. Film TNTAs yang dihasilkan dikarakterisasi dengan SEM, XRD, FTIR, UV-DRS, dan sel foto elektrokimia. Berdasarkan hasil karakterisasi (SEM) morfologi film TiO2 yang dihasilkan, yaitu nilai diameter tabung, ketebalan dinding tabung, panjang tabung, dan porositas memiliki kaitan erat dengan kondisi elektrolit dan profile arus vs waktu anodisasi memberi petunjuk indikatif kuat atas tahapan pembentukan morfologi TiO2 Nanotubes Array.
Modifications of TiO2 morphology are required to improve its photocatalytic activity. TiO2 having Nanotube Arrays (TNTAs) morphology is well known as a thin layer of TiO2
which has a large surface area and having one-dimensional channel featrure. One of the method to prepare TNTAs is an anodization process, because of its ability to form selforganized anodic oxides in the form of nanotube structures, with nearly perfect vertical lines. Electrolytes with high viscosity are commonly used in the anodizing process to control diffusion rate, where usually organic electrolyte such as Ethylene Glycol is used. However, the use of organic electrolytes has a drwaback, namely involving a relatively expensive electrolyte media and less environmentally friendly. The use of water electrolytes with Sodium Carboxymethyl Cellulose (Na-CMC) as an additive that can increase the viscosity value, hence controlling the diffusion rate, can be considered as one of the best alternative, thus challenging for further investigation. In addition the pH
values of the electrolyte media might also play a key role to produced a highly ordered TNTAs. This reported research deal with investigation on the effect of electrolyte conditions and anodization time to the morphological features of prepared TNAs. In doing
so, the profile of anodization current dynamic along the anodization time will be observed and analyzed carefully, and the produced TNTAs film will be characterized by SEM,
XRD, FT-IR, UV-DRS, and electrochemical work station. The results showed that there were strong indication that the anodization profile (I vs time curve) well correlated to the growing stage of the TNTAs, in term of nucleation, porous formation, which is leading to controillable morphological feature of the TNTAs (e.g. tube diameter, tube’s wall thickness, and tube’s length)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Permatasari
"Telah dilakukan preparasi lapisan tipis TiO2 di atas plat Ti dengan metode oksidasi termal pada suhu yang kondusif untuk pembentukan fasa anatase, yaitu 300°C dan 400°C. Uji aktifitas fotoelektrokatalisis menggunakan metode Linier Sweep Voltammetry (LSV) menunjukkan bahwa lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam memiliki respon arus cahaya tertinggi. Lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam kemudian dibandingkan aktifitas fotoelektrokatalisisnya dalam mendegradasi zat warna congo red menggunakan reaktor fotoelektrokatalisis sistem batch, dengan lapisan tipis TiO2 rutile yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam. Pengaruh beberapa parameter seperti bias potensial, konsentrasi awal, dan pH dipelajari untuk menentukan kondisi optimum. Kondisi optimum dicapai dengan menggunakan bias potensial +1 V vs Ag/AgCl, konsentrasi awal congo red 10 ppm dalam NaNO3 0,1 M, dan pada pH alami yaitu 5,3. Pada kondisi optimum, lapisan tipis TiO2 rutile yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam menunjukkan aktifitas fotoelektrokatalisis yang lebih tinggi dalam mendegradasi congo red selama 60 menit, yaitu mencapai 80,957% dibandingkan lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam, yang hanya mencapai 78,487 % . Lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam selanjutnya diaplikasikan pada reaktor fotoelektrokatalisis rotating drum. Pengaruh kecepatan putar rotating drum dipelajari. Hasil menunjukkan bahwa pada kecepatan putar 39 rpm, lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam menghasilkan aktifitas fotoelektrokatalisis tertingginya dalam mendegradasi congo red selama 60 menit, yaitu mencapai 63,618 %.

Preparation a thin film of TiO2 on Ti plate with thermal oxidation method at temperatures that is conducive to the formation of anatase phase, 300°C and 400°C, has been done. Photoelectrocatalytic activity test using Linear Sweep Voltammetry (LSV) shows that a thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours has the highest photocurrent response. Photoelectrocatalytic activity to degrade congo red using a batch reactor system, of thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours compared with a thin film of TiO2 rutile, prepared at 650°C for 2 hours. The influence of several parameters such as applied potential, initial concentration, and pH has been studied to determine the optimum conditions. The optimum condition is achieved by using applied potensial + 1 V vs Ag/AgCl, initial concentration of 10 ppm Congo Red in NaNO3 0,1 M, and at natural pH 5,3. At optimum conditions, a thin film of TiO2 rutile that prepared at 650°C for 2 hours shows a higher photoelectrocatalytic activity to degrade Congo Red for 60 minutes, reaching 80,957 %, compared with thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours, only reaching 78,487 %. Thin film of TiO2 that is prepared at 650o C for 2 hours then is applied to the rotating drum photoelectrocatalytic reactor. The effect of rotating speed has been studied. The results show that at 39 rpm rotating speed, a thin film of TiO2 that is prepared at 650°C for 2 hours produces the highest photoelectrocatalytic activity to degrade Congo Red for 60 minutes, reaching 63,618 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42575
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darul Hamdi
"Telah dilakukan preparasi lapisan tipis TiO2 di atas plat Ti dengan metode oksidasi termal pada suhu yang kondusif untuk pembentukan fasa anatase, yaitu 300o C dan 400o C. Uji aktifitas fotoelektrokatalisis menggunakan metode Linier Sweep Voltammetry (LSV) menunjukkan bahwa lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400o C selama 48 jam memiliki respon arus cahaya tertinggi. Lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam kemudian dibandingkan aktifitas fotoelektrokatalisisnya dalam mendegradasi zat warna congo red menggunakan reaktor fotoelektrokatalisis sistem batch, dengan lapisan tipis TiO2 rutile yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam. Pengaruh beberapa parameter seperti bias potensial, konsentrasi awal, dan pH dipelajari untuk menentukan kondisi optimum. Kondisi optimum dicapai dengan menggunakan bias potensial +1 V vs Ag/AgCl, konsentrasi awal congo red 10 ppm dalam NaNO3 0,1 M, dan pada pH alami yaitu 5,3. Pada kondisi optimum, lapisan tipis TiO2 rutile yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam menunjukkan aktifitas fotoelektrokatalisis yang lebih tinggi dalam mendegradasi congo red selama 60 menit, yaitu mencapai 80,957% dibandingkan lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 400°C selama 48 jam, yang hanya mencapai 78,487 %. Lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam selanjutnya diaplikasikan pada reaktor fotoelektrokatalisis rotating drum. Pengaruh kecepatan putar rotating drum dipelajari. Hasil menunjukkan bahwa pada kecepatan putar 39 rpm, lapisan tipis TiO2 yang dipreparasi pada suhu 650°C selama 2 jam menghasilkan aktifitas fotoelektrokatalisis tertingginya dalam mendegradasi congo red selama 60 menit, yaitu mencapai 63,618 %.

Preparation a thin film of TiO2 on Ti plate with thermal oxidation method at temperatures that is conducive to the formation of anatase phase, 300°C and 400°C, has been done. Photoelectrocatalytic activity test using Linear Sweep Voltammetry (LSV) shows that a thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours has the highest photocurrent response. Photoelectrocatalytic activity to degrade congo red using a batch reactor system, of thin film of TiO2, prepared at 400°C for 48 hours compared with a thin film of TiO2 rutile, prepared at 650°C for 2 hours. The influence of several parameters such as applied potential, initial concentration, and pH has been studied to determine the optimum conditions. The optimum condition is achieved by using applied potensial + 1 V vs Ag/AgCl, initial concentration of 10 ppm Congo Red in NaNO3 0,1 M, and at natural pH 5,3. At optimum conditions, a thin film of TiO2 rutile that prepared at 650°C for 2 hours shows a higher photoelectrocatalytic activity to degrade Congo Red for 60 minutes, reaching 80,957 %, compared with thin film of TiO2, prepared at 400o C for 48 hours, only reaching 78,487 %. Thin film of TiO2 that is prepared at 650°C for 2 hours then is applied to the rotating drum photoelectrocatalytic reactor. The effect of rotating speed has been studied. The results show that at 39 rpm rotating speed, a thin film of TiO2 that is prepared at 650°C for 2 hours produces the highest photoelectrocatalytic activity to degrade Congo Red for 60 minutes, reaching 63,618 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42576
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Ramadhani Firdaus
"Pada penelitian ini, nanokomposit alginat/CMC/ZnO telah berhasil disintesis dan didukung dengan karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM, EDX, TEM, dan UV-DRS. Alginat dan CMC merupakan biopolimer yang memiliki keunggulan masing-masing dan dapat membentuk komposit dengan sifat yang baik jika digabungkan serta didukung oleh semikonduktor ZnO. Nanokomposit yang diperoleh memiliki band gap 2.94 eV dengan ukuran partikel ZnO sekitar 58 nm. Nanokomposit alginat/CMC/ZnO diaplikasikan untuk uji aktivitas fotokatalitik dari larutan zat warna congo red. Aktivitas fotokatalitik dilakukan dengan sinar UV, matahari, sinar tampak, dan tanpa menggunakan sinar. Keadaan optimum reaksi fotokatalisis diperoleh dengan berat nanokomposit 60 mg, pH larutan pada daerah pH 3, rasio alginat dan CMC (1:1), dan lama reaksi selama 110 menit. Hasil degradasi yang paling baik diperoleh dengan menggunakan sinar matahari. Produk degradasi diuji dengan menggunakan LC-MS lalu diperoleh hasil degradasi yang mendekati senyawa air karena pada hasil degradasi terdapat adanya puncak pada waktu retensi 1.23 yang mengindikasikan bahwa zat warna belum sepenuhnya terdegrasi menjadi senyawa air. Untuk proses fotokatalisis, telah dipelajari studi kinetika dimana reaksi yang berjalan mengikuti kinetika orde satu dengan nilai R2 yaitu 0.9885 dan konstanta laju k sebesar 0.0058 menit-1 dan proses adsorpsi mengukuti isoterm Langmuir dengan R2 sebesar 0.9875. Nanokomposit yang diperoleh dapat menjadi solusi untuk mengurangi limbah zat warna dan bersifat biodegradable sehingga ramah terhadap lingkungan.

In this study, nanocomposite alginate/CMC/ZnO was successfully synthesized and supported by characterization using FTIR, XRD, SEM, EDX, TEM, and UV-DRS. Alginate and CMC are biopolymers that have their advantages and able to form composites with good properties when combined and supported by ZnO semiconductors. The nanocomposite obtained has a band gap of 2.94 eV with a particle size of ZnO of around 58 nm. Alginate/CMC/ZnO nanocomposite was applied to test the photocatalytic activity of a solution of congo red dyes. Photocatalytic activity is carried out with UV light, sun, visible light, and without using light. The optimum condition of the photocatalytic reaction was obtained by weight of 60 mg nanocomposite, pH of the solution at pH 3, alginate and CMC ratio (1: 1), and reaction time for 110 minutes. The best degradation results are obtained using sunlight. The degradation products were tested using LC-MS and then the degradation results were approached due to the water compound because at the degradation results there were peaks at the retention time of 1.23 indicating that the dyestuffs had not been fully degradaded into water compounds. For the photocatalytic process, kinetics studies have been conducted in which the reaction that follows the first order kinetics with the value R2 is 0.9885 and the k constant rate is 0.0058 minutes-1 and the adsorption process follows the Langmuir isotherm with R2 of 0.9875. Nanocomposite can reduce dyestuff waste and be biodegradable so that it is environmentally friendly.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>