Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9598 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pangkerego, Yohannes Mauritz O.
"Skripsi ini mengaji proses inkulturasi pada arsitektur Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Ganjuran, Yogyakarta. Umat Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran kehilangan bangunan gerejanya yang runtuh akibat Gempa Yogya tahun 2006. Dalam upaya mendirikan kembali gerejanya, umat merancang sebuah bangunan yang memadukan gereja Katolik dengan bangunan Jawa. Proses inkulturasi yang terjadi membantu umat menemukan wajah Tuhan yang dikenalnya melalui citra bangunan gereja. Citra ini terbentuk dari pemaknaan umat akan Tuhan yang diterjemahkan ke dalam suatu desain bangunan suci, yaitu gereja.
Dalam pemaknaannya, umat mengenal Tuhan dalam rupa Yesus Jawa. Pemaknaan ini dibentuk melalui proses historis yang merujuk pada kisah awal mula kelahiran umat Katolik Ganjuran. Sejak awal umat dikenalkan dengan sosok Tuhan yang mengakar pada kebudayaan lokal, untuk membentuk jati diri Katolik Jawa. Guna mereproduksi wajah Tuhan yang dikenal umat, proses inkulturasi yang terjadi dalam arsitektur gereja Ganjuran merepetisi peristiwa awal mula kelahiran Gereja Katolik Ganjuran.

This thesis assesses the process of inculturation in the architecture of the Sacred Heart of Jesus Catholic Church Ganjuran, Yogyakarta. Catholic Parish of the Sacred Heart of Jesus Ganjuran losing church buildings that collapsed Yogyakarta earthquake in 2006. In an effort to re-establish his church, the people designing a building that blends the Catholic church with the Javanese building. The process of inculturation is happening to help people find a familiar face of God through the image of the church building. This image is formed of the meaning of God's people will be translated into a design of sacred buildings, the church.
In interpretations, the people know the Lord Jesus in the likeness of Java. This concept is formed through a historical process that refers to the beginning of the story of the birth of Catholics Ganjuran people. Since the beginning people were introduced to the person of God was rooted in the local culture, to form the Catholic identity of Java. In order to reproduce the known face of God's, the process of inculturation happens in church architecture Ganjuran repetition the birth events of Catholic Church Ganjuran.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harma Adi Santri
"Perdebatan ruang-waktu dalam Arsitektur akan memakan waktu yang belum dapat diperkirakan. Arsitektur sendiri, belum secara tegas melakukan penelahaan akan makna ruang dan waktu itu sebelum terjadinya revolusi Perands. yakni pada sekitar akhir abad kesembilan-belas. Pada masa sebelum 'rtu, pemikiran tentang ruang-waktu hanya banyak menjadi bahan permasalahan ilmu-ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan alam saja. Baru setelah terjadinya revolusi Perands, kalangan arsitektur mulai membuka pemahaman akan pe-makna-an penting dari definisi ruang dan waktu itu sendiri. Hal ini sangatlah disadari sebagai sesuatu yang ironis, karena pemahaman yang kemudian timbul adalah bahwasanya arsitektur itu sendiri adalah tentang 'pengolahan ruang*.
Pemahaman tentang 'waktu’ di dalam arsitektur sendiri, sepertinya akan lebih sedikit dibandingkan pemahaman-pemahaman mengenai ruang. Hal ini mengingat bahwa penyadaran tenteng pentingnya waktu sebagai salah satu dimensi dari ruang baru diberikan oleh Einstein dalam teori relativitasnya. Sebelumnya, dalam teori Newton, waktu hanyalah dianggap sebagai suatu elemen saja dari ruang, karena pada dasamya ruang itu sendiri adalah absolut. Pada perkembangannya, pemikiran Einstein ini sedikit banyak membuka cara baru dalam Arsitektur untuk menelaah definisi dari ruang, dimana 'waktu’ dipandang sebagai sesuatu yang “tidak terpisahkan' ketika kita berbicara soal 'ruang* di dalam arsitektur. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan guna memahami persoalan ruang-waktu tersebut. Salah satunya adalah dengan melihat bagaimana persoalan ruang-waktu ini dipahami dalam bidang kajian-kajian diluar arsitektur ftu sendiri, dengan maksud menghadirkan suatu sudut pandang (perspektif), sebagai penyajian dari cara melihaVberpikir dari kajian tersebut, yang pada akhirnya hal ini dapat dijadikan pelajaran, terutama bagi dunia arsitektur"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Infold, Tim, 1948
London: Routledge, 2013
301 ING m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Susilo
"Mezzanine pada bangunan Gereja Katolik telah digunakan sejak beradadabad tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu terjadi perubahan-perubahan bentuk, fungsi dan keberadaan mezzanine. Namun demikian, hingga saat ini asal mula dan tujuan dibuatnya mezzanine masih terus diperdebatkan oleh perancang. Dengan mempelajari hubungan antara elemen-elemen pembentuk ruang dalam gereja, diharapkan mampu melihat pengaruh keberadaan lantai mezzanine pada bangunan gereja dewasa ini.
Pada skripsi ini digunakan dua Gereja Katolik sebagai studi kasus, yaitu Gereja Polikarpus dan Gereja Katedral. Dalam kedua studi kasus tersebut ditampilkan perbandingan transisi mezzanine baik dari segi sejarah, fungsi, dan kualitas ruang yang dihasilkan terhadap keseluruhan ruang ibadah. Berdasarkan tinjauan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa keberadaan mezzanine dapat menambah maupun mengurangi kualitas ruang ibadah di dalam gereja.

Mezzanine at the Catholic Church building has been used since centuries years ago. Over time, changes occur in form, function and existence of mezzanine. However, until today the origin and purpose of the mezzanine is still being debated amongs the designer. By studying relationship between the elements forming the church interior, we can see the effect of the mezzanine floor in church building nowadays.
In this essay, the writer used two Catholic Church as a case study, Policarpus Church and Cathedral Church. In both case studies shown mezzanine transition comparison in terms of the history, function, and space quality to the whole space of worship. Based on the review can be concluded that the presence of a mezzanine can raise or lower the quality of worship in the church.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Abdul Aziz
"Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran adalah Gereja bernuansa Jawa yang terletak di Bantul, Yogyakarta. Pasca gempa besar yang melanda Yogyakarta sebelas tahun lalu, Gereja ini mengalami pemugaran yang merubah bentuk gereja yang semula seperti Gereja pada umumnya menjadi Gereja yang bernuansa Jawa dan berbentuk Tajug. Aspek fisik dan nonfisik Gereja Ganjuran banyak diambil dari Kraton Yogyakarta, sehingga Gereja Ganjuran adalah reinkarnasi dari Kraton Yogyakarta. Selain itu, Orientasi pada kosmos adalah salah satu identitas dari Gereja ini. Skripsi ini mencoba membahas mengenai unsur apa saja yang dibawa dari Kraton Yogyakarta dan kemudian lahir kembali di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.

Ganjuran Church is a Javanese themed church located in Bantul, Yogyakarta. Subsequent to the heavy earthquake in Yogyakarta eleven years ago, this church underwent a restoration which transformed the shape of the building. It was transformed from a regular church into a Javanese themed and Tajug shaped church. The physical and non physical aspects of Ganjuran Church is mainly adapted from Kraton Yogyakarta, so that Ganjuran Church can be called as its reincarnation. Furthermore, orientation in cosmos is one of the identity of this church. This work is an endeavour to discuss about the elements from Kraton Yogyakarta which is reincarnated in Ganjuran Church."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Hilman Hadikusuma
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993
306 HIL a II
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sekar Wangi
"Skripsi ini membahas fenomena recreated tradition atas kain cual yang dipercaya berasal dari Kota Muntok pada abad ke-16. Recreated tradition dilakukan dengan tujuan pembentukan identitas di Kabupaten Bangka Barat. Pemerintah daerah setempat berusaha untuk menjadikan kain cual dikenal kembali di kalangan masyarakatnya dan memperomosikan kain cual ke kalangan masyarakat yang lebih luas. Hal ini menjadi penting setalah Kabupaten Bangka Barat berbentuk wilayah administratif yang otonom di masa otonomi daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Barat membuat beberapa program yang telah diterapkan beberapa tahun belakangan untuk mencapai tujuan tersebut, namun hal itu sulit terlaksana karena komposisi masyarakat Kabupaten Bangka Barat masa lalu sangat berbeda dengan masa kini. Selain itu, tren berbusana di wilayah Kabupaten Bangka Barat pun telah berubah sehingga usaha untuk menciptakan kembali kain cual merupakan sebuah nostalgia yang sulit terlaksana.

This undergraduate thesis examines the phenomenon of "recreated tradition" in regards to the kain cual (a traditional textile from Banka) which is believed to have come from Muntok in the 16th century. This textile has been utilized by the local government with the purpose of establishing identity in the West Bangka area. The local government have attempted to make kain cual popular again in local society and promote kain cual to people outside the area. This became especially important after West Bangka became an autonomous administrative region within the regency. The local government of West Bangka has made some programs for supporting this purpose, but these has proven problematic due to the differences in the composition of society in West Bangka in the past compared to now. Furthermore, trends in fashion have transformed over time and so the efforts by the local government in “recreating tradition” through kain cual seem nostalgic rather than something practically and/or culturally important to the local populace.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Narendra Pandya Satwika
"Willemskerk atau gereja Immanuel Jakarta adalah salah satu dari gereja-gereja peninggalan masa kolonial. Bangunan gereja ini memiliki bentuk yang unik. Willemskerk dibangun menurut rancangan Johan Hendrik Horst dan pembangunannya dimulai tahun 1835. Willemskerk dapat dibangun dengan usaha dan prakarsa Raja Willem I yang menginginkan persatuan dari jemaat Protestan di Hindia Belanda. Unsur bangunan yang sangat mencolok dari bangunan ini adalah penggunaan pilar-pilar yang megah serta atap yang berbentuk kubah. Kedua unsur ini adalah bentuk adaptasi dari gaya bangunan Parthenon, Pantheon serta teater Yunani klasik. Pada bangunan ini kita akan menemukan gaya neo-klasik. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur neo-klasik pada bangunan Willemskerk.

Willemskerk or Immanuel Church Jakarta is one of churches from colonial time. The Building has an unique form. Willemskerk were built according to Johan Hendrik Horst’s design and started to be build in 1835. Willemskerk were able to be established by the struggle and initiative of King Willem I for the unification of Protestant congregation in Dutch Indies. The outstanding parts of the building is the usage of majestic pillars and dome. Both are an adaptation of Parthenon, Pantheon and also Greek Classic Theater. We will find neo-classic style on this building. The aim of the research is to explain neo-classic elements of the building."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhi Satya Himawan
"Gereja Katolik sebagai tempat ibadah pada umumnya memiliki ritual ibadah (liturgi) yang sama. Liturgi merupakan pokok kehidupan gereja. Misi penyebaran agama(Gospel) dan pengajaran menimbulkan kontak budaya(akulturasi) dan studi terhadap masalah-masalah sosial dan kebudayaan. Terdapat suatu pernyataan agar ?asumsi budaya Iokal? sebaiknya diekspresikan dan diwujudkan kedalam transaksi liturgi jika pembauran ini dapat mengarah kepada penerimaan dan kepercayaan. Misi untuk mempelajari budaya setempat untuk kemudian memasukkannya dalam ritual ibadah ini kemudian dikenal dengan sebutan inculturation.
Dapatkah konsep inkulturasi diterapkan dalam bentuk-bentuk arsitektural? Konsep inkulturasi adalah bagian dari ibadah dan keimcman Kristiani yang mendasar, namun konsep ini berusaha memasukkan budaya setempat sebagai bagian dari ibadah ritual. Dalam kerangka berpikir seperti ini tentunya akan didapati berbagai masalah bahkan mungkiri kontradiksi antara kedua kebudayaan (pendatang dan setempat), meninjau bahwa ada kebudayaan yang sudah memiliki suatu tatanan spiritual, yang tatanan spiritual ini juga mereka terapkan dalam arsitektur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>