Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140835 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zelayna Claudia
"Dalam penelitian ini pengamatan berfokus pada penyelidikan peran ozone pada penyisihan tembaga (Cu) dari air limbah dengan adsorpsi menggunakan kitosan. Kitin adalah salah satu polisakarida alami yang paling melimpah yang dihasilkan oleh banyak organisme hidup, biasanya ditemukan sebagai komponen krustasean, setelah menjalani isolasi tertentu kitin dapat berubah menjadi kitosan (β-Poly (1-4) - 2-Amino-2-deoksi-ß-D-Glucan) yang memiliki sifat kimia yang lebih baik yang diperlukan sebagai bioadsorben. Pemisahan tembaga dari limbah cair menggunakan metode flotasi dan ozon sebagai diffuser, penggunaan ozon dikarenakan sifat oksidasi dan kelarutannya dalam air lebih besar dari udara. Selain itu, proses penyisihan tembaga yang dilakukan dibagi menjadi tiga variasi utama; ozonasi, kitosan dan gabungan kitosan dan ozon, dengan konsistensi kitosan; 1g/L, 2g/L dan 3 g/L. dan variasi konsentrasi tembaga pada 100 ppm, 200ppm, 300ppm dan 400 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase penyisihan tembaga dalam proses ozonisasi dan kitosan masing-masing hanya mencapai titik tertinggi pada 14,15% dan 44,58%, dimana kombinasi kedua metode mencapai 51,42%.

In this study the observation were mainly focus on the investigation of the significance of the copper (Cu) removal from wastewater by adsorption using chitosan and ozonation process. Furthermore, chitin is one of the most abundant natural polysaccharides produced by many living organisms; it is usually found as a component of crustacean shell, after undergoing specific isolations process chitin can be transform into the chitosan (β Poly-(1-4)-2-Amino-2-deoxy-ß-D- Glucan) which has a better chemical properties which necessary as a bioadsorbent Furthermore, separation of copper from wastewater was conducted by flotation method, ozone is used as diffuser because it is a stronger oxidant and more dissolvable in water than oxygen. Moreover, the process of the copper removal that is carried out is using a varied of ozone, chitosan and ozon-chitosan process, with the variation of chitosan used consitency at 1g/L, 2g/L and 3 g/L. and the variation of copper concentration at 100 ppm, 200ppm, 300ppm and 400 pm. The results indicated that the precentage removal of copper in ozonation process only and chitosan only reach its highest point at 14.15% and 44.58% respectivelly, where the combination of both method reach 51.42%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Fahmiati
"Efek dari amonia yang ditemukan pada air limbah telah mendorong pengembangan metode yang efisien untuk penyisihannya. Pada penelitian ini, kombinasi kontaktor membran serat berongga dan proses ozonasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Limbah amonia sebesar 120 ppm dan absorben mata air panas ciater yang mengandung sulfat digunakan dalam penelitian ini. Efek dari suhu umpan, yakni 30°C, 40°C dan 50°C pada efisiensi pemisahan dan perpindahan massa amonia diinvestigasi. OH- yang terbentuk dari OH radikal sebagai produk dari dekomposisi ozon membantu menjaga pH basa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu umpan meningkatkan penyisihan amonia.. Kombinasi kedua proses ini dapat dikatakan efektif dalam menyisihkan 96% amonia pada suhu 50°C.

The effects of ammonia which commonly found in wastewater streams have promoted the development of more efficient methods for their removal. In this study, polypropylene hollow-fiber membranes and ozonation process were used to achieve this purpose. Synthetic ammonium sulfate and Ciater spring water was used. The effects of feed temperature (30°C, 40°C and 50°C) on removal efficiency and the overall mass transfer of the ammonia were investigated. OH- which formed from OH radical as a product of ozone decomposition helps to maintain alkalinity of the system. Result shows that feed temperature has significant effect on ammonia removal. This combination process works to be very effective on ammonia removal from the synthetic waste water. For variated temperature on 30°C, 40°C and 50°C , the best result of ammonia removal is around 96 % on 50°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Pratiwi
"Proses degradasi polutan organik diharapkan dapat berlangsung lebih efektif dengan menggabungkan kedua proses fotokatalisis dan adsorpsi. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi TiO2 - karbon aktif sebagai fotokatalis dan adsorben untuk mengetahui komposisi yang memberikan hasil penyisihan terbaik.
Ti02 dipreparasi menggunakan Ti(Opr)4AcAc sebagai precursor dengan metode sol gel. Selanjutnya sol Ti02 dicampurkan dengan serbuk karbon aktif pada berbagai komposisi kemudian diuapkan dan dikalsinasi. Material fotokatalis adsorben (AFT) kemudian dikarakterisasi dengan BET dan XRF untuk mengetahui luas permukaan dan prosentase jumlah katalis di permukaan adsorben. Uji kinetika proses degradasi fenol oleh material fotokatalis adsorben dalam reaktor Air Sparged Tube Reactor dilakukan untuk menentukan parameter parameter kinetika yaitu konstanta laju reaksi (kr), konstanta kesetimbangan adsorpsi (Kc) dan energi aktifasi (EA) Dalam analisis data digunakan model kinetika Langmuir-Hinshelwood untuk menggambarkan pembentukan CO2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 kurang dan 50% penyisihan fenol terbanyak diperoleh pada komposisi 15% Ti02 dan 85% karbon aktif (AFT 15% TiO2) sedangkan pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 lebih besar dan 50% komposisi 65% TiO2 dan 35% karbon aktif (AFT 65% Ti02) memberikan hasil terbaik. Model persamaan Langmuir-Hinshelwood berlaku pada saat kesetimbangan adsorpsi karbon aktif tercapai dimana hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah karbon aktif di dalam AFT. Pada penggunaan AFT 15% TiO2 diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi (=30 menit) daripada penggunaan AFT 65% TiO2(=5 menit).
Perbandingan parameter kinetika yang dilakukan terhadap dua kondisi optimum menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif dapat meningkatkan kemampuan adsorbsi AFT namun disis Iain menurunkan kemampuan AFT dalam mendegradasi fenol. Umur AFT 15% TiO2 diduga lebih pendek daripada AFT 65% TiO2 karena harga kr yang lebih kecil dan harga Kc yang leblh besar sehingga AFT 15% TiO2 akan lebih cepat jenuh dengan fenol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T21269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candrika Ajeng Ramadhanti
"Kontaktor membran serat berongga sudah banyak digunakan sebagai kontaktor pada proses pemisahan gas-cair. Peningkatan laju sirkulasi dipandang sebagai salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas penyisihan pada kontaktor membran serat berongga. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan efektivitas kombinasi proses absorbsi melalui membran serat berongga dengan proses ozonasi pada penyisihan amoniak dari air limbah dengan memvariasikan laju alir sirkulasi limbah. Karena hanya molekul amoniak volatil (NH3) yang bisa disisihkan oleh membran maka pH limbah dikondisikan di atas 10 yang akan membuat sebagian besar amoniak terlarut dalam fasa volatil. Penggunaan ozon selain sebagai penghasil OH yang dapat mengoksidasi amonia juga untuk mencegah penurunan pH limbah. Dari penelitian ini, efisiensi penyisihan amonia terbesar yang dicapai adalah 89% pada laju sirkulasi limbah 5 liter per menit dan dihasilkan koefisien perpindahan massa amoniak sebesar 0,0023 cm/s.

Hollow fiber membrane contactors have been widely used as gas-liquid contactor, for example in ammonia removal. The circulation configuration of the solutions was found to have a strong effect on the efficiency of the process. Combining membrane absorption and ozone processes aims to reduce ammonia load allowance by membrane and also to increase effectiveness of ammonia removal. Since only the volatile ammonia molecule which can be set aside by the membrane. With the ozonation process at alkalinity degree higher than 10 which can oxidize ammonia and neutralize the possibility of a decrease in the pH. This research result obtain the maximum ammonia removal efficiency was 89% when the waste water circulation rate was 5 litre per minute with ammonia mass transfer coefficient of 0.0023 cm/s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43278
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Aisha Primandari
"Rajungan merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia dengan total ekspor mencapai 40.000 per tahun. Satu ekor rajungan dapat menghasilkan limbah yang terdiri dari 57% cangkang, 3% daging reject, dan 20% air rebusan. Hal ini menunjukkan limbah cangkang rajungan sejumlah 23.000 ton per tahun yang menimbulkan masalah lingkungan. Limbah tersebut mengandung kitin yang dapat dikonversi menjadi kitosan melalui reaksi deasetilasi. Kitosan mengandung gugus fungsi amina (-NH2) dan hidroksil (-OH) sehingga memiliki kemampuan adsorpsi tinggi. Kitosan sebagai adsorben memiliki kelemahan pada sifat mekanis, stabilitas terhadap asam, stabilitas termal yang kurang baik, dan rendahnya porositas. Penambahan carbon nanotubes (CNT) pada polimer dapat memperbaiki kekuatan termal dan mekanik, serta meningkatkan konduktivitas termal dan elektrik. Penelitian ini melakukan pemanfaatan limbah cangkang rajungan yang mengandung kitin untuk dikonversi menjadi kitosan melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Lalu, melakukan fungsionalisasi kovalen pada MWCNT dengan campuran HNO3 dan H2SO4 (3:1, v/v), dan membentuk adsorben komposit Kitosan-MWCNT dalam larutan 1% CH3COOH. Proses adsorpsi ion tembaga (II) dilakukan dari larutan sintetis CuSO4 dengan penentuan kondisi optimum meliputi pH larutan sintetis CuSO4 dan waktu kontak. Derajat deasetilasi kitosan hasil penelitian adalah 71,25% yang dihitung dari hasil karakterisasi FTIR. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada morfologi permukaan adsorben kitosan-MWCNT sebelum dan setelah proses adsorpsi. Hasil karakterisasi AAS menunjukkan waktu kontak optimal adalah 120 menit dan pH larutan CuSO4 sintetis optimal adalah 4,5 untuk proses adsorpsi ion tembaga (II) dengan menggunakan adsorben kitosan-MWCNT. Isoterm adsorpsi dari penelitian ini adalah isoterm adsorpsi Langmuir.

Crab is one of Indonesia's leading export commodities with a total export of 40.000 tons per year. Crab market produces waste consisting of 57% shell, 3% reject meat, and 20% boiled water. In a year, the total waste of crab is 23.000 tons which causes environmental problems. The crab shell waste contains chitin which can be converted into chitosan through deacetylation reaction. The presence of the amine and hydroxyl groups on the chitosan chain can act as chelation sites for metal ions and thus increasing its suitability as an adsorbent. Chitosan as an adsorbent has poor mechanical properties, low resistance to acid, thermal resistance, and low porosity. The addition of CNTs in polymer/biopolymer matrix improves its mechanical and thermal strength, high electrical and thermal conductivity. This research utilizes crab shell waste which contains chitin converted into chitosan through demineralization, deproteination, and deacetylation. Then, MWCNT is functionalized with a mixture of HNO3 and H2SO4 (3:1, v/v), and generates the Chitosan-MWCNT adsorbent composite in 1% CH3COOH solution. The copper (II) ion adsorption process was carried out from CuSO4 solution with optimum conditions including pH of synthetic CuSO4 solution and contact time. The deacetylation degree of chitosan was 71.25% which was calculated through FTIR characterization. The results of SEM characterization showed that there was no significant difference in the surface morphology of the chitosan-MWCNT adsorbent before and after the adsorption process. The result of AAS characterization showed that the optimal contact time was 120 minutes and the optimal pH of synthetic CuSO4 solution was 4.5 for the Cu (II) metal ion adsorption process using chitosan-MWCNT adsorbent. The adsorption isotherm of this study is the Langmuir adsorption isotherm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Amelia
"ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan upaya degradasi mikroplastik polietilena dengan proses
oksidasi lanjut menggunakan metode ozonasi dan metode kombinasi ozonasi dengan
hidrogen peroksida. Kinerja dan keefektifan kedua konfigurasi metode dalam
mendegradasi mikroplastik dianalisis berdasarkan persentase penurunan berat (metode gravimetrik) yang diintegrasikan dengan analisis perubahan struktur kimia (FT-IR) dan perubahan morfologi permukaan mikroplastik (SEM) dengan memvariasikan pH awal larutan dan laju alir gas ozon. Metode kombinasi ozonasi dengan hidrogen peroksida pada pH 12 dan laju alir gas ozon 3 L/menit menunjukkan hasil yang efektif dalam mendegradasi mikroplastik polietilena ditandai dengan persentase penurunan berat mikroplastik yang paling besar. Analisis FT-IR menunjukkan bahwa terjadinya pembentukan gugus fungsi hidroksil, peroksil dan karbonil. Analisis SEM menunjukkan bahwa permukaan mikroplastik terbentuk rongga dan kerutan yang mempresentasikan terjadinya degradasi pada mikroplastik. Mekanisme degradasi mikroplastik telah diusulkan. Data saat ini menunjukkan bahwa metode kombinasi ozonasi dengan hidrogen peroksida dapat menjadi pendekatan yang potensial untuk mendegradasi limbah mikroplastik.

ABSTRACT
In this study an attempt was made to polyethylene microplastic degradation by advanced oxidation process using ozonation methods and a combination of ozonation methods with hydrogen peroxide. The performance and effectiveness of the two method configurations for microplastic degradation were analyzed based on percentage weight loss (gravimetric method) integrated with analysis of chemical structure change (FT-IR) and changes in microplastic surface morphology (SEM) by varying the initial pH of the solution and the ozone gas flow rate. The combination method of ozonation with hydrogen peroxide at pH 12 and ozone gas flow rate of 3 L/min shows effective results in degrading the polyethylene microplastics characterized by the greatest percentage of microplastic
weight loss. FT-IR analysis shows that the hydroxyl, peroxyl and carbonyl functional
groups are formed. SEM analysis shows that the surface of the microplastic is formed
cavities and wrinkles which represent the degradation of the microplastic. Mechanism of
microplastic degradation has been proposed. The present data suggest that a combination
method of ozonation and hydrogen peroxide could be a potential appoarch for degradation
of microplastic waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinan Roaeni
"Penelitian fotokatalisis-ozonasi ini menggunakan reaktor Tubular 'V' Collector (TVC) yang dilengkapi dengan sejumlah black light lamp. Limbah cair sintetik yang digunakan adalah fenol dan katalisnya adalah TiO2 Degussa P25. Fotokatalisis dan ozonasi merupakan Advanced Oxidation Processes (AOPs) yang berpotensi dikembangkan untuk mengolah limbah cair organik.
Hasil penelitian menunjukkan kombinasi proses ozonasi dan fotokatalisis lebih baik dibandingkan dengan proses tunggal, baik ozonasi maupun fotokatalisis. Pada konsentrasi 20 ppm, loading katalis 0,5 g/L, volume awal limbah 20 L selama 4 jam dengan menggunakan fotokatalisis diperoleh persen penyisihan sebesar 15,45%, dengan ozonasi sebesar 44,31% dan dengan gabungan kedua metode tersebut diperoleh 56,58%.

This experiment of photocatalytic and ozonation used Tubular 'V' Collectors (TVC) equiped by amount of black light lamp. Synthetic wastewater used in this experiment is phenol and its catalys is TiO2 Degussa P25. Photocatalysis and ozonation are Advanced Oxidation Processes (AOPs) potencing developed for organic compound of wastewater treatment.
The experiment results showed that in the use of combine photocatalysis and ozonation are obtained better result than single process for ozonation or photocatalysis. At 20 ppm, loading catalys 0.5 g/L, phenol aqueous volume 20 L for 4 hours, % removal in the use of photocatalytic process is 15.45%, ozonation is 44.31% and in the use of combine photocatalysis and ozonation methodes is 56.58%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52207
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pristi Amalia Nurcahyani
"Pada penelitian ini, degradasi 100 ppm Blue KN-R dilakukan menggunakan ozonasi, kavitasi hidrodinamika, dan kombinasi keduanya dalam waktu 60 menit. Ketiga konfigurasi metode dioptimasi pada beberapa parameter seperti laju alir, pH awal, dan dosis ozon untuk mendapatkan degradasi maksimuum Blue KN-R. Proses ozonasi menghasilkan laju dekolorisasi sebesar 70,16 pada pH 11 dan 156,48 mg/jam dosis ozon, sementara proses kavitasi hidrodinamika menghasilkan laju dekolorisasi sebesar 1,79 pada pH 4. Dekolorisasi tertinggi dihasilkan oleh kombinasi ozonasi dan kavitasi hidrodinamika sebesar 79,39 pada pH 11 dan 156,48mg/jam dosis ozon. Penurunan TOC yang dihasilkan oleh metode ozonasi, kavitasi hidrodinamika, dan kombinasi keduanya adalah sebesar 14,81 ; 1,85 ; dan 19,9. Dengan menggunakan kondisi optimum, degradasi Blue KN-R dilakukan selama 120 menit dan menghasilkan dekolorisasi sebesar 92,63 dan penurunan TOC sebesar 24,54. Hasil dekolorisasi dan mineralisasi yang sinergis disebabkan oleh efek mekanis dan kimiawi dari kavitasi hirodinamika dalam meningkatkan kelarutan ozon dan produksi radikal hidroksil. Degradasi limbah batik dilakukan pada kondisi operasi optimum selama 120 menit. Hasil degradasi warna, COD, BOD, dan TSS adalah sebesar 69,82 ; 68,72 ; 66,54 ; dan 79,84.

In the present work, degradation of 100 ppm Blue KN R has been investigated using ozonation, hydrodynamic cavitation, and their combination for 60 min. Three configuration methods were optimized in terms of different operating parameters such as flowrate, initial pH, and ozone dosage to get the maximum degradation of Blue KN R. It has been found that the decolorization rate at pH 11 and 156.48 mg h of ozone by ozonation was 70.16, while the decolorization rate at pH 4 by hydrodynamic cavitation was 1.79. The highest decolorization by their combination was observed at pH 11 and 156.48 mg h of ozone with 79.39 decolorization rate. The percentage of TOC removal by ozonation, hydrodynamic cavitation, and their combination has been investigated resulting 14.81, 1.85, and 19.9, respectively. Following the optimization of hybrid method, degradation of Blue KN R was conducted for 120 min resulted 92.63 decolorization rate and 24.52 of TOC removal. The synergetic decolorization and mineralization rate is due to the mechanical and chemical effect of hydrodynamic cavitation to enhance ozone solubility and hydroxyl radicals production. Degradation of batik effluent has been investigated by optimum operational condition for 120 min. The color, COD, BOD, and TSS removal were 69.82, 68.72, 66.54, and 79.84, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Leonita
"Pada penelitian ini dilakukan studi kasus proses penyisihan fenol dalam limbah cair dengan teknik ozonasi katalitik menggunakan GAC dan ZAL dalam reaktor unggun diam berpemutar. Perbandingan efektivitas penggunaan katalis pada teknik ozonasi katalitik ditinjau dari kuantitas radikal hidroksil, persesntase penyisihan fenol, neraca massa ozon, perubahan pH, serta karakteristik dan kemampuan adsorpsi katalis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa GAC lebih unggul dari ZAL dalam menyisihkan senyawa fenol di limbah cair, baik melalui proses adsorpsi tunggal maupun dengan teknik ozonasi katalitik. Pada kondisi operasi yang sama, GAC memiliki kemampuan adsorpsi fenol yang lebih baik (persentase penyisihan fenol 60,86% dengan tingkat adsorpsi 1,302 mg/g) dibandingkan dengan ZAL (persentase penyisihan fenol 15,47% dengan tingkat adsorpsi 0,287 mg/g). Dalam larutan limbah bersuasana basa (pH ≈ 10), kombinasi ozon dengan GAC mampu menyisihkan fenol sebesar 88,94% dibandingkan ozonasi katalitik menggunakan ZAL hanya mampu menyisihkan fenol sebesar 50,97%.

In this research, a case study of elimination process of phenol compounds in waste water by catalytic ozonation using GAC and ZAL in rotating packed bed reactor was examined. The effectiveness comparison of catalysts which used in ozonation catalytic is evaluated from quantity of hydroxyl radicals, percentage of phenol degradation, the mass balance of ozone, pH changes, catalyst`s adsorption capacity, and the changes of catalyst characteristics.
The results showed that GAC is better than ZAL to eliminate phenol compounds in waste water, either through a single adsorption process as well as catalytic ozonation technique. At the same operating conditions, GAC has better ability for phenol adsorption (percentage of phenol degradation about 60,86% with the rate of adsorption up to 1,302 mg/g) compared to ZAL (percentage of phenol degradation about 15,47% with the rate of adsorption 0,287 mg/g). In waste water with alkali solution (pH ≈ 10), combination of ozone with GAC capable to remove phenol by 88,94%, compared to use catalytic ozonation using ZAL that only capable to remove phenol by 50,97%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titen Pinasti
"Penelitian ini menggabungkan metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan injektor waterjet. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh penggabungan metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika terhadap proses penyisihan limbah fenol. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penyisihan dengan metode ozonasi tunggal dan kavitasi tunggal sebagai pembanding. Limbah yang digunakan merupakan limbah fenol sintetik dengan konsentrasi 10 mg/L. Untuk mengetahui kondisi terbaik pada proses penyisihan dilakukan variasi pH dan dosis ozon.
Hasil penelitian menunjukkan proses penyisihan fenol terbaik dengan menggunakan gabungan metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan persentase penyisihan fenol sebesar 96,60%. Proses dilakukan pada kondisi pH basa, laju alir sirkulasi sebesar 8 L/menit dan konsentrasi ozon masuk ke dalam sistem sebesar 108,69 mg/jam. Hasil penyisihan tersebut dievaluasi dengan tingkat mineralisasi yang terukur dengan jumlah Total Organic Carbon tersisih sebesar 6,1 mg/L dan analisis GC-MS membuktikan senyawa antara yang terbentuk berupa senyawa alifatik dengan rantai panjang.

This research combined ozonation and hydrodinamic cavitation method with waterjet injector. The aim of the research is to evaluate the effect of ozonation and hydrodinamic cavitation combination method to remove phenol from wastewater. To advise the goal, elimination process with single ozonation method and single cavitation method was done as comparison. The wastewater used was phenol synthetic with 10 mg/L concentration. To know the best condition of phenol removal process, variation pH and ozone dossage was done.
The result of research showed that the best phenol removal process by using combination of ozonation and hydrodinamic cavitation method with percentage phenol removal is 96,60%. The process was done in the alkali condition, circulation rate is 8 L/min and ozone concentration was input to system is 108,69 mg/h. The result of phenol removal process was evaluated as mineralization level measured by Total Organic Carbon and GC-MS analysis showed that the intermediete compound was formed is aliphatic with long chain carbon compounds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>