Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71290 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransiskus Adithya Laksono Pribadi
"Penelitian ini menggunakan TEA sebagai senyawa untuk menyerap CO2 melalui hollow fiber membran kontaktor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan hollow fiber membran dalam menyerap CO2 menggunakan senyawa TEA melalui evaluasi perpindahan massa dan hidrodinamik. Pada penelitian ini, aliran gas CO2 mengalir di tube dan larutan TEA dengan laju alir yang bervariasi mengalir secara berlawanan di shell. Jumlah serat yang digunakan dalam percobaan adalah 50, 60 dan 70.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kenaikan koefisien perpindahan massa, flux dan absorpsi CO2 terjadi seiring kenaikan laju alir pelarut TEA. Koefisien perpindahan massa tertinggi yang dapat dicapai dalam penelitian ini adalah 0.02797 cm/s dan absorpsi CO2 sebesar 2.477 x 10-6 mol/s. Pada hidrodinamik menunjukkan bahwa ΔP akan meningkat seiring dengan peningkatan laju alir air. Friksi yang terjadi di dalam kontaktor terjadi pada laju alir rendah sehingga friksi yang tinggi terjadi pada aliran rendah.

This study uses TEA solution to absorb CO2 from the gas flow through the hollow fiber membrane contactor. The aim of this study is to evaluate the hollow fiber membrane performance to absorb CO2 using TEA through mass transfer and hydrodynamic studies. During the experiments, CO2 gas feed flow through tube, while the TEA solvent flow countercurrent in shell side with various flow rates. The numbers of fibers in this study are 50, 60 and 70.
The result of this study show that the mass transfer coefficient, fluxes and CO2 absorption increase with an increase of solvent flow rates. Mass transfer coefficient can achieve 0.02797 cm/s and CO2 absorption 2.477 x 10-6 mole/s. hydrodynamic studies show that the liquid pressure drops in contactor increase with increasing liquid flow rate. The frictions in the contractor exist at lower velocities, and therefore, the value of the friction is higher at lower velocities.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Anggraeni Katili
"Kontaktor membran serat berongga dapat menutupi kerugian yang terjadi pada metode konvensional. Terdapat dua jenis konfigurasi aliran dari membran kontaktor serat berongga ini. Konfigurasi 1 ketika pelarut dialirkan ke bagian tube and gas di bagian shell, sedangkan konfigurasi 2 sebaliknya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efektivitas antara dua konfigurasi tersebut dengan menggunakan larutan Triethanolamine 10% berat sebagai pelarut dan membran PVC. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konfigurasi 1 menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam menyerap CO2 dibandingkan dengan konfigurasi 2. Penggunaan Triethanolamine sebagai pelarut menunjukkan kinerja yang kurang optimal, ditunjukkan dengan persentase CO2 yang terserap sekitar 1.98%.

The hollow fiber membrane contactor overcomes the disadvantages of the conventional method. There are two flow patterns: Case 1 operation where the liquid flows in tube and gas in shell. The case 2 operation where the liquid flows at shell side and gas at tube side. This study is conducted to analyze the effectiveness between both patterns using 10% weight of Triethanolamine as the solvent and PVC membrane. The result of this study: the case 1 provides more effective CO2 absorption performance rather than case 2. The use of triethanolamine shows suboptimal performance, because the maximum CO2 absorbed was 1.98%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Shabanindita
"Nitrogen oksida NOx merupakan salah satu gas yang sangat berbahaya karena sifatnya yang beracun. Salah satu kandungannya, yaitu Dinitrogen Monoksida merupakan gas rumah kaca yang dengan potensi pemanasan global yang sangat besar. Untuk mengatasinya, telah muncul teknologi absorpsi menggunakan kontaktor membran. Kontaktor membran juga mempunyai keunggulan seperti rasio luas kontak dan volum peralatan yang tinggi. Proses absorpsi berlangsung dengan cara melarutkannya dalam absorben yang merupakan campuran oksidator, H2O2 dan HNO3. Variabel bebas yang diuji adalah laju alir absorben antara 100 ndash; 500 cm3/menit serta jumlah serat membrane 2000, 4000, dan 6000.
Pada penelitian ini diketahui bahwa nilai koefisien perpindahan massa, fluks, jumlah N2O terserap, efisiensi penyerapan, dan penurunan tekanan semakin meningkat dengan meningkatnya laju alir pelarut. Sebaliknya, jumlah N2O loading akan semakin kecil. Selain itu, nilai koefisien dan fluks perpindahan massa menurun dengan bertambahnya jumlah serat membran. Sedangkan, jumlah N2O terserap, efisiensi penyerapan dan N2O loading malah akan meningkat.

Nitrogen oxide NOx is a dangerous gas due to its toxic nature. One of it, namely Dinitrogen Monoxide is a greenhouse gas with high global warming potential. Absorption using membrane contactros is develop to overcome these problems. Another advantages is the high ratio of contact area and equipment volume. The absorption process occurs by dissolving it in the absorbent which is a mixture of oxidizer, H2O2 and HNO3. The independent variables tested were absorbent flow rate between 100 500 cm3 min and number of membrane fibers 2000, 4000, and 6000.
In this research, is obtained that the mass transfer coefficient, flux, N2O absorb, absorption efficiency, and pressure decrease is increasing as solvent flow rate increasing. Conversely, N2O loading is decreasing. In addition, coefficient and mass transfer flux value is decreasing as the increasing number of membrane fibers. Meanwhile, the N2O absorb, absorption efficiency and N2O loading is increasing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julian Christofer
"Kontaktor membran serat berongga digunakan untuk mengabsorpsi gas CO2 murni. Bahan membran yang digunakan adalah polipropilen dan pelarut yang digunakan merupakan pelarut campuran senyawa amina (MEA/DEA) dan dibandingkan pelarut tunggal DEA. Penelitian ini menganalisis efektivitas perpindahan massa dengan menghitung nilai koefisien perpindahan massa (kL), fluks, dan korelasi perpindahan massa pada variasi laju alir pelarut 200,250,300,350,400 ml/menit dan jumlah serat 20,30,40. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelarut campuran MEA/DEA lebih efektif menyerap gas CO2 dibandingkan pelarut tunggal DEA pada laju alir 400 ml/menit dan jumlah serat 40 dengan nilai kL, fluks dan sebesar 0.00244 cm/s dengan persentasi CO2 yang terabsorpsi sebesar 93%.

Hollow fiber membrane contactor was used for the absorption of pure carbon dioxide. The membranes applied were made of PVC and the absorbents included aqueous solution of mixed amine (MEA/DEA) that would be compared with single amine absorbent. This research detemined the mass transfer efficiency with determining mass tranfer coefficient, flux and mass transfer correlation under different absorbent flow rate 200,250,300,350,400 cc/minutes and number of fiber 20,30,40. The results showed that the mixed amine absorbent was more effective in doing absorption than the single amine under the flow rate absorbent 400 cc/minutes and number of fiber 40 with the value kL 0.00244 cm/s with percentage of CO2 absorped 93%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43403
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlyn Esther Ramaida
"Dalam studi ini, efektivitas penyerapan CO2 menggunakan kontaktor membran serat berongga dievaluasi berdasarkan variasi laju alir gas, variasi laju alir pelarut, dan alokasi cairan. Pada studi ini digunakan kontaktor membrane yang terdiri dari 50 serat PVC dan pelarut Triethanolamine. Laju alir gas yang digunakan adalah 0.1, 0.15 dan 0.2 L/min, sedangkan laju pelarut yang digunakan adalah 200, 250, 300, 350, dan 400 mL/min. Kemampuan penyerapan paling baik adalah ketika laju alir pelarut sebesar 400 mL/min, laju alir gas sebesar 0.2 L/min dan mengalirkan pelarut di dalam fiber.

In this study, the effectiveness of CO2 absorption through hollow fiber membrane contactor is evaluated based on the gas flow rate variation, solvent flow rate variation, and fluid allocations. The present stud involves a membrane contactor with 50 PVC fibers and Triethanolamine as solvent. Gas flow rate used was 0.1, 0.15 L and 0.2 L / min, while the rate of solvent used is 200, 250, 300, 350, and 400 mL / min. The absorption is at its best when the solvent flow rate is 400 mL/min, when gas flow rate is 0.2 L/min and by flowing the solvent inside the fiber."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alphasius Omegadixon
"N2O merupakan salah satu gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan emisi limbah pertanian. Dalam upaya pengurangan emisi N2O, dapat dilakukan proses pemisahan dengan beberapa cara, salah satu cara yang paling umum adalah Gas Scrubbing menggunakan Packed Tower. Akan tetapi, kelemahan dari proses ini adalah kemungkinan terjadinya emulsion, flooding, unloading, dan foaming. Teknologi kontaktor membran merupakan salah satu metode pemisahan yang sedang berkembang dan dapat mengatasi kekurangan metode lainnya. Kontaktor membran yang digunakan dalam penelitian ini bersifat superhidrofobik. Sebagai pelarut, larutan H2O2 digunakan bersama HNO3.
Dalam penelitian ini, diamati pengaruh laju alir gas dan pelarut terhadap daya absorbsi N2O dengan teknologi kontaktor membran serat berongga super hidrofobik. Variasi laju alir gas yang digunakan adalah 0,1 ; 0,15 dan 0,2 L/menit dengan laju pelarut 100, 200, 300, 400 dan 500 mL/menit Adapun konsentrasi pelarut yang digunakan adalah 0,5 wt untuk H2O2 dan 0,5 M untuk HNO3.
Hasil variasi kenaikan laju alir gas menunjukan kenaikan fluks, koefisien perpindahan massa, jumlah mol terserap dan N2O Loading. Untuk setiap kenaikan laju pelarut, terjadi kenaikan fluks, koefisien perpindahan massa dan jumlah mol terserap. Namun untuk N2O Loading, terjadi penurunan nilai. Persentase pemisahan N2O tertinggi didapat sebesar 84.

N2O is one of the gases produced from burning fossil fuels and crops waste. In attempt to reduce N2O emission, several ways can be done. One of the most common way is Gas Scrubbing using Packed Tower. However, the disadvantages of this process are the possibility of emulsion, flooding, unloading, and foaming. Membrane contactor technology is one of the developing methods of separation that can overcome the shortcomings of other methods. Membrane contactors used in this study are super hydrophobic membrane. As solvent, H2O2 is used with HNO3 in liquid scrubbing.
In this research, we will find the effect of gas and solvent flow rate on absorption effectivity of N2O with super hydrophobic hollow fibre membrane contactor technology. Variations of gas flow rate used are 0.1 0.15 and 0.2 L min. with solvent rate variations 100,200,300,400 and 500 ml min. The solvent concentration used is 0.5 wt for H2O2 and 0.5 M for HNO3.
The result of gas flow rate increases are equal to flux, mass transfer coefficient, absorbed mole and N2O Loading increases. For every solvent rate increases, the flux, mass transfer coefficient and absorbed mole are also increases. However, the trend of N2O Loading is decreasing in this variation. The highest percentage of N2O separation occurred is 84 removal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banu Nursanni
"Bioetanol dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar nabati (BBN) dan keperluan industri. Sebagai BBN, konsentrasi bioetanol yang digunakan harus tinggi yaitu ≥ 99,5%. Konsentrasi etanol yang dihasilkan pada fermentasi hanya 8 - 12% sehingga diperlukan proses pemisahan etanol dengan air. Pemisahan dengan distilasi konvensional hanya menghasilkan etanol dengan konsentrasi 95,6%. Sehingga dibutuhkan proses pemurnian untuk mendapatkan etanol absolut. Metode pemurnian yang dipilih pada penelitian ini adalah permeasi uap. Kondisi operasi yang divariasikan adalah konsentrasi umpan (20, 30, 40, 70, 90%) dan suhu umpan (90, 100, dan 110°C, pada konsentrasi umpan 20%). Kinerja membran yang dianalisa adalah selektivitas dan fluks massa permeat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi 70% (suhu indikator = 100°C) memiliki kinerja membran yang lebih baik dibandingkan variasi lainnya. Konsentrasi etanol pada retentat, selektivitas, dan fluks massa permeat pada variasi 70% yaitu 94%, 1,2381 dan 0,0096 kg/m2.mnt. Semakin tinggi konsentrasi dan suhu umpan mengakibatkan selektivitas semakin tinggi dan fluks massa permeat semakin rendah. Pada variasi suhu umpan 110°C tidak mengalami pemisahan dan nilai fluks massa permeat mengalami penurunan drastis.

Bioethanol can be used for biofuels (BBN) and industrial use. As a biofuel, ethanol concentration used should be as high as ≥ 99.5%. Concentration of ethanol produced in fermentation only 8-12% that is needed to process the ethanol-water separation. Separation by conventional distillation to produce ethanol with a concentration only 95.6%. So that the purification process is needed to get absolute ethanol. Purification method chosen in this study is the vapor permeation. Operating conditions be variated are feed concentrations (20, 30, 40, 70, 90%) and feed temperature (90, 100, and 110°C, the feed concentration of 20%). The performance of membrane being analyzed is selectivity and permeate mass flux.
The results showed that the variation of 70% (temperature of indicator = 100°C) membrane has a better performance than the other variation. The concentration of ethanol in the retentate, selectivity, and permeate mass flux variations at 70% is 94%, 1.2381 and 0.0096 kg/m2.mnt. The higher the concentration and temperature of the feed resulted in higher selectivity and lower permeate mass flux. At temperature of the feed variations 110°C is not had separation and permeate mass flux values decreased drastically.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Antonius Eriek Afindo
"Dalam rentang 20 tahun terakhir, berbagai penelitian menyebutkan bahwa kontaktor membran serat berongga dapat menjadi kontaktor gas-cair yang menjanjikan di tengah berbagai kendala pada kontaktor kolom konvensional. Namun, kualitas produk yang belum maksimal menuntut penelitian lanjut akan pelarut yang lebih kuat menyerap CO2. Untuk itu, penelitian ini mengevaluasi pelarut campuran Monoethanolamine dan Diethanolamine sebagai pelarut baru dalam percobaan absorpsi gas CO2 murni. Membran yang digunakan terbuat dari PVC dengan diameter luar 0,0015 m dan diameter dalam 0,0013 m. Hasil penelitian menyebutkan konsentrasi terbaik adalah 6%MEA+4%DEA (persen berat) dengan nilai kapasitas penyerapan sebesar 1,66 cm3/s dan dengan jumlah serat 40, pelarut ini mampu menyerap CO2 hingga 85,57%.

For recent 20 years, several researches stated that hollow fiber membrane contactor has been very promising to be gas-liquid contactor for CO2 absorption. But in some applications and researches, the result found that this contactor still have a problem: low quality product which correspondence to the unsatisfied solvent. This research was aimed to evaluate the performance of mix amine (MEA and DEA) as solvent to absorb pure CO2 through PVC hollow fiber membrane. The inner and outer diameters were 0.0015 m and 0.0013 m respectively. The result showed that the best composition for solvent was 6%MEA + 4%DEA (%wt) with the value of kLA was 1,66 cm3/s. By using 40 fibers, this solvent could absorb 85.57% CO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43396
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andriany Nirmalakrisna
"Untuk mendukung program diversifikasi BBM ke BBG di sektor transportasi, diperlukan harga jual BBG yang seekonomis mungkin untuk masyarakat agar masyarakat tertarik untuk beralih ke BBG, namun di sisi lain, tetap menguntungkan Pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai netback komoditas gas bumi untuk kebutuhan gas domestik sektor transportasi dalam bentuk BBG yang menjadi bagian keuntungan pemerintah. Di sisi lain, terdapat kekurangan pasokan gas sekitar 48,43 MMSCFD jika semua jenis kendaraan umum wilayah Jabodetabek dikonversi ke BBG.
Untuk itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan harga jual BBG yang layak jika kekurangan pasokan gas didapatkan dari Jawa Timur dan LNG. Penentuan nilai netback dilakukan dengan mempertimbangkan biaya-biaya keekonomian yang melingkupi rantai suplai gas sektor transportasi dari hulu ke hilir dengan analisis ketidakpastian menggunakan Simulasi Monte Carlo dengan perangkat lunak Crystal Ball.
Berdasarkan penelitian, didapatkan nilai netback komoditas gas bumi untuk kebutuhan gas domestik sektor transportasi dalam bentuk BBG dengan harga jual Rp 3.100,00/LSP adalah sebesar US$ 1,062/MMBTU untuk sumber gas Jawa Barat (onshore), US$ 0,677/MMBTU untuk Jawa Barat (offshore), US$ 1,229/MMBTU untuk Jawa Timur (onshore), dan US$ 1,019/MMBTU untuk Jawa Timur (offshore). Harga jual BBG di SPBG wilayah Jawa Barat dengan memanfaatkan suplai dari Jawa Timur adalah Rp 3.814,00/LSP untuk sumber gas onshore dan Rp 3.819,00/LSP untuk sumber gas offshore. Sementara harga jual BBG di SPBG wilayah Jawa Barat jika sumber gas berasal dari LNG adalah sebesar Rp 6.926,00/LSP.

To support the diversification program from oil fuels to gas in transportation sector, it is required to make the selling price of CNG as economical as possible, but also remained beneficial to the Government. This research aims to determine natural gas netback value for domestic gas allocation transportation sector. On the other hand, there is a shortage of about 48,43 MMSCFD gas supply if all types of public transport vehicles in Jabodetabek are converted to CNG.
This research also aims to get the reasonable selling price of CNG if the gas supply is obtained from East Java and LNG. Netback value determination is done by considering the economic costs surrounding the gas supply chain from upstream to downstream with uncertainty analysis using Monte Carlo Simulation with Crystal Ball software.
Based on this research, the natural gas netback value for domestic gas allocation transportation sector with selling price of Rp 3100.00/LSP is US$ 1.062/MMBTU for gas resources in West Java (onshore), US$ 0.677/MMBTU for West Java (offshore), US$ 1.229/MMBTU for East Java (onshore), and US$ 1.019/MMBTU for East Java (offshore). The selling price of CNG in West Java SPBGs by leveraging the supply of East Java is Rp 3814.00/LSP for onshore gas sources and Rp 3819.00/LSP for offshore gas resources. The selling price of CNG in West Java SPBGs if the gas source from LNG is Rp 6926.00/LSP.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Hansen Mangaranap
"Harga gas bumi merupakan faktor yang vital dalam industri migas nasional. Untuk memahami nilai dari gas bumi itu secara umum, dibuatlah perhitungan netback ke sektor industri untuk memperoleh nilai netback gas bumi yang terdapat di suatu wilayah. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan nilai netback di wilayah Jawa Bagian Barat dan Timur. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan analisis probabilistik yang dibantu simulasi Monte Carlo.
Hasil yang diperoleh dibuat dalam 3 skenario. Skenario I menjelaskan nilai netback di Jawa Bagian Barat dan Timur untuk lapangan onshore dan offshore. Skenario II menunjukkan suplai gas dari Jawa Bagian Timur untuk memasok Jawa Bagian Barat, serta skenario III yaitu nilai netback dari lokasi kilang LNG. Selisih yang diperoleh berada pada likeliest US$ 4/MMBTU yakni penurunan nilai netback akibat perubahan orientasi suplai dari ekspor ke domestik.

Natural gas price is one of the vital factors in National Oil and Gas Industry. To understand the value of natural gas in general, a netback calculation is made to obtain natural gas netback value in a certain region. In this research, the netback calculation to Industrial sector is developed based on Jawa Bagian Barat and Jawa Bagian Timur regions. The evaluation is based on probabilistic analysis with Monte Carlo simulation.
The results are shown in 3 scenarios. The first scenario shows netback value from onshore and offshore well in Jawa Bagian Barat and Jawa Bagian Timur. The second scenario is a case when there is supply from Jawa Bagian Timur to Jawa Bagian Barat, while the third scenario is netback value from LNG plant. The calculation results US$ 4/MMBTU which is the reduction of netback value as changes in supply orientation from export to domestic use.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>