Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arsiya Isrina Wenty Octisdah
"Skripsi ini membahas penyebab kemiskinan petani di zona penyangga kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran penyebab kemiskinan petani menggunakan Sustainable Livelihood Framework yang fokus pada 5 tema besar yaitu; (1) konteks kerentanan, (2) aset-aset mata pencaharian, (3) organisasi, kebijakan dan proses, (4) strategi mata pencaharian, (5) hasil-hasil mata pencaharian. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penyebab kemiskinan di zona penyangga kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango lebih dominan pada kerentanan perubahan iklim dan serangan hama, serta rendahnya sumber daya manusia terutama pada pendidikan.

This thesis is discussing on causes of poverty of farmers in Sukaresmi Village around Buffer Zone of Gede Pangrango National Park. This is a qualitative research with a descriptive method. The purpose of this research is to describe causes of poverty of farmers based on Sustainable Livelihood Framework focusing on five points; (1) Vulnerability Context, (2) Livelihood Assets, (3) Organization, Policy and Process, (4) Livelihood Strategies, (5) Livelihood Outcomes. The result of this research shows that the causes of poverty of farmers around buffer zone are dominant on climate change, pest infestations and lack of human resources such as education."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roliska Virgo Dinanti
"Penelitian tentang komunitas burung di kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon TNUK bertujuan untuk menjelaskan komposisi burung pada berbagai struktur vegetasi kawasan penyangga TNUK, serta menjelaskan hubungan antara komposisi burung dengan struktur vegetasi kawasan penyangga TNUK. Kondisi kawasan penyangga di sekitar TNUK didominasi oleh area perkebunan dan pertanian yang memiliki jenis vegetasi beraneka ragam. Metode pengamatan burung yang digunakan adalah metode titik hitung. Terdapat 22 titik sampel pada pengamatan yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kawasan penyangga berjarak dekat 0-500 meter, sedang 500-1000 meter dan jauh >1000 meter.
Hasil penelitian menunjukkan masing-masing kelompok kawasan penyangga memiliki struktur vegetasi yang berbeda, namun kawasan penyangga dekat dan sedang cenderung memiliki kemiripan karena hasil scatter plot Principal Component Analysis kedua kawasan saling tumpang tindih. Nilai keanekaragaman burung tertinggi terdapat pada kelompok kawasan penyangga berjarak dekat dengan Taman Nasional, namun hasil uji t Hutcheson ketiga lokasi menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Burung tipe insektivor dan nektarivor memiliki korelasi negatif dengan DBH pohon kelapa, burung tipe granivor dan omnivor memiliki korelasi positif dengan persentase kematangan buah kelapa.

Research on bird communities in buffer zone of Ujung Kulon National Park TNUK to explain bird composition on various vegetation structures of TNUK buffer zone, and to explain the relationship between bird structure and vegetation structure of buffer zone of TNUK. The condition of buffer zone around TNUK is dominated by plantation and agriculture area which have varieties of vegetation type. Bird observation method used is the method of calculating point. There are 22 sample points on the observation that are divided into three groups, namely near buffer area 0 500 meters, medium 500 1000 meters and far 1000 meters.
The results showed that each group of buffer zones had different vegetation structures, but the nearest and the nearest buffer areas were affected by the scatter plots. The Main Components Analysis of the two regions overlapped. The value of immortal bird diversity in the buffer group is close to the National Park, but the result of the Hutcheson site t test shows no significant difference. Insektivor and nectarivor birds have a negative reputation with coconut tree DBH, granivor and omnivor species have a positive reputation with coconut maturity percentage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suparno
"Kegiatan konservasi makin penting peranannya, dalam rangka untuk mengimbangi kegiatan eksploitasi ataupun pemanfaatan sumberdaya alam yang terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan penduduk di beberapa negara telah banyak mengancam kawasan konservasi, terutama dilakukan oleh para petani miskin yang sangat menggantungkan diri pada basis sumberdaya alam hutan.
Demikian pula masalah yang dihadapi Pemerintah Indonesia dalam usaha konservasi alam, adanya tekanan Penduduk, rendahnya tingkat kesadaran, minimnya pendapatan selain majunya teknologi mengakibatkan eksploitasi sumberdaya alam berlebihan.
Di Indonesia kebijaksanaan dan strategi perlindungan dan pelestarian hutan baik eksistensinya maupun peningkatan manfaatnya, dikembangkan melalui salah satu pola konservasi alam yaitu dalam bentuk taman nasional. Pembentukan taman nasional diarahkan kepada peningkatan manfaat kawasan baik segi konservasi maupun manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Dari 16 taman nasional, satu di antaranya Taman Nasional Kerinci Seblat, yang terletak di empat Propinsi meliputi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Sumamtera Barat. Namun telaahan penulisan tesis ini difokuskan pada wilayah taman nasional yang berada di Propinsi Jambi khususnya di Kecamatan Gunung Kerinci Kabupaten Kerinci.
Akan tetapi dalam pembinaan dan pengelolaannya taman nasional terdapat masalah dan kendala. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan ketergantungan yang menonjol secara tradisional antara masyarakat yang ada di sekitarnya. Perlu diketahui bahwa sebagian besar luar wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat di Propinsi Jambi, keberadaannya mengelilingi satu Daerah Tingkat II yaitu Kabupaten Kerinci. Untuk mengatasi keadaan di atas, Departemen Kehutanan melalui Proyek Pembinaan Taman Nasional Kerinci Seblat direncanakan pengembangan zona penyangga dengan pola agro forestry. Penetapan zona penyangga ini merupakan rangkaian aktivitas pengelolaan sebuan taman nasional.
Dengan penjalasan dan maksud tersebut, baik ketergantungan masyarakat terhadap taman nasional maupun rencana penetapan zona penyangga agar berhasil, seyogyanya harus dapat memberikan kepentingan bersama. Untuk itu tertariklah untuk melakukan penelitian yaitu tentang usaha tani masyarakat dibidang usaha peternakan sapi.
Pertimbangan penelitian tentang usaha peternakan sapi ini dikarenakan adanya peningkatan populasi dari tahun ke tahun. Selain bahwa usaha peternakan dapat bermanfaat secara positif, bila dikelola secara baik dan benar. Sebaliknya dapat menjadi perusak atau menimbulkan dampak negatif, bila dikelola secara ceroboh.
Dari ulasan di atas dapat dijabarkan masalah penelitian yaitu :
1. Apakah usaha peternakan sapi masyarakat di sekitar kawasan hutan taman nasional menunjang upaya konservasi melalui pemanfaatan zona penyangga atau tidak.
2. Apakah jalan pikir pejabat di lapang sejalan atau tidak dengan jalan pikir masyarakat terhadap pola pemanfaatan zona penyangga yang direncanakan.
Sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini, diajukanlah hipotesis (1) pengelolaan usaha peternakan sapi menunjang upaya pola agroforestry pada zona penyangga; (2) pengembangan zona penyangga sangat bermanfaat di daerah padat guna pelestarian lingkungan, sehingga memperoleh tanggapan positif; (3) ada perbedaan pendapat antara pejabat di lapang dengan masyarakat tentang rencana lokasi zona penyangga.
Adapun materi sebagai konsistensi penjabaran masalah dan hipotesis yang diajukan meliputi :
a. Usaha peternakan sapi
b. Daya dukung wilayah dalam sumber pakan hijauan ternak
c. Ruang lingkup rencana pemanfaatan zona penyangga.
Jumlah sampel responden sebanyak 85 petani ternak sapi yang dipilih berdasarkan strata luas lahan garapan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian daftar pertanyaan, wawancara dan pengamatan langsung serta dibantu dengan data sekunder.
Model analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif dengan frekuensi dan tabulasi silang serta analisis statistik uji x2 (khi kuadrat).
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
(1) Usaha peternakan sapi yang dilakukan oleh para petani, menunjang upaya pola agroforestrv_ di rencana zona penyangga. Karena itu secara tidak langsung dapat menunjang usaha konservasi hutan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Keadaan ini dapat ditinjau dari :
· Jumlah ternak yang dipelihara masih di bawah kesanggupan petani dari kemampuannya memelihara ternak sapi.
· Tatalaksana pengelolaan sudah memperhatikan dalam mencegah kerusakan sumberdaya tanah dan vegetasi tanaman.
· Fungsi ganda dari ternak sapi secara optimal telah dimanfaatkan dengan baik.
(2) Penyediaan sumber pakan ternak dari perhitungan daya dukung wilayah, dapat diekivalensi dengan jumlah unit ternak yang dapat ditampung, masih di atas jumlah unit ternak yang ada saat ini.
(3) Pengembangan pola agroforestry di rencana zona penyangga memperoleh respon positif dari petani ternak (responden).
(4) Masih terdapat perbedaan pendapat (keinginan) dari petani, terhadap lokasi zona penyangga yang direncanakan oleh Departemen Kehutanan.
Implikasi penelitian :
(1) Usaha peternakan sapi di sekitar kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat, khusus di Kecamatan Gunung Kerinci masih dapat dikembangkan sebagi alternatif usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
(2) Ruang lingkup rencana zona penyangga yaitu pola agroforestry dapat diterapkan dan dikembangkan. Tetapi untuk lokasi zona penyangga yang akan ditetapkan perlu ditinjau kembali, serta dicari pemecahannya secara bersama sama yang lebih bijaksana.
Daftar Kepustakaan 63 (1915 - 1989).

The role of Conservation activities becomes more important related to exploitation activities compensation or natural resources utilization which increase rapidly conforming with the population growth. The increase of population in some countries have threatened conservation area, especially which be done by poor farmers that much depend on forestry natural resources.
So do. Indonesian government which faces to conservate its natural resources, population pressure, low in rate of consciousness to look after, low income besides high technology to exploitate more natural resources.
In Indonesian, conservation policy and strategy and forestry lasting the existence as well as its utilization, developed through one of natural conservation pattern in the form of national park. The forming of national park is directed to the addition of the forestry utilization either its conservation or its utilization for the society.
One of 16 national parks called Taman Nasional Kerinci Seblat, is situated in 4 provinces comprises Jambi, South Sumatra, Bengkulu and West Sumatra. The thesis is focused at national parks that lies in province of Jambi especially in Sub-district of Gunung Kerinci in the regency of Kerinci.
There some problems and constraint in managing its national parks. That is due to the dependent relation is bumpy traditionally between the community and its environment. It is known that for the greater part the area of Taman Nasional Kerinci Seblat have planned to develop buffer zone by using agro forestry pattern design. The determination this buffer zone represents activities series of the management of national park.
By this explanation, the dependency of community upon the national parks well as in order to plan becomes success-fully, it is ought to be mutual benefit. Based on the cases, the researcher is attracted to research pertaining farm management especially husbandry management.
The argument to research this cases is due to the in-creasing of its population year by year. Beside the farm management becomes to utilize positively if the project is managed as good as possible. On the other hand it becomes to be "destroyer" that cause negatively if it has not been managed in good order.
Based on the review, the research problems can be describe as follows :
1. Does the management of cattle husbandry in surrounding the forest of national park can support conservation efforts through the utilization of buffer zone or not;
2. Whether the idea of the functionary in the field in accordance or not to the idea of community against the utilization pattern buffer zone to be planned.
As the temporary responds against the research problems, it has been proposed some hypothesis :
1. The management of cattle husbandry business supports agroforestry pattern at buffer zone;
2. Buffer zone determination planning by following agroforestry pattern supports cattle husbandry and get the positive respons;
3. There are difference idea between field functionary and the society regarding to determination of location plan of buffer zone.
The items which there are any consistency in problems description and hypothesis to be proposed consists of :
a. cattle husbandry bussiness;
b. the supporting forces area as cattle fresh food;
c. the planning coverage of buffer zone utilities.
Respondent sample consists of 85 families cow cattle husbandry farmers to be selected based on strata of its cultivation area.
Data to be collected by using questionnaire, interview and direct observation and aided by using secondary data.
For analyzing used, descriptive analysis by using frequency and cross tabulation and statistical analyzing X2 (chi square).
Based on the analysis conducted, the results are as follows:
1. Cattle husbandry conducted by farmers, support pattern of agroforestry efforts in buffer zone planning. Indirectly, threrefore, it can support forest conservation effort Taman Nasional Kerinci Seblat.
The conditions can be paid attention from :
· the number of cattle belong to the farmes are still below the farmer's potency in cultivation;
· its management have paid attention in avoiding the damage of land resources and its vegetation;
· The multipurpose functions of cattle have been optimally utilized in good manner.
2. The supply of cattle food based on area supporting capacity can be equivalence by number of cattle can be mended, its population are above cattle unit exists.
3. The development of agro forestry pattern in buffer zone planning has some positive response from farmer (respondent).
4. There are some differences of the willingness of farmer upon buffer zone location planned by Department of Forestry.
Research Implication :
1. Cattle husbandry business surrounding conservation area Taman Nasional Kerinci Seblat especially in sub-district of Gunung Kerinci may be developed as the alternative efforts to increase society income.
2. The buffer zone plan coverage, the agro forestry pattern, can be done and developed. But for buffer zone location will be determined to review, and to look for some good problems solving simultaneously.
Bibliography list : 63 (1915-1989)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Nuril Kaunain
"Partisi relung antara spesies mesopredator belum banyak dikaji, padahal informasi partisi relung spesies sangat diperlukan dalam perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang efektif di tengah ancaman kerusakaan habitat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh massa tubuh terhadap pembagian relung spasial 6 spesies mesopredator yang menempati Intensive Protection Zone (IPZ) di dalam Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Keenam spesies yang dikaji adalah Cuon alpinus, Catopuma temminckii, Neofelis diardi, Pardofelis marmorata, Prionailurus bengalensis, dan Prionodon linsang. Data spesies yang terdeteksi kamera penjebak dianalisis dengan metode okupansi single season multi-species menggunakan variabel elevasi, kelerengan, NDVI, jarak ke tepi hutan, jarak ke sungai, serta okupansi mangsa, untuk mendapatkan nilai indeks interaksi spesies (Species Interaction Factor/SIF). Keberadaan spesies dideteksi menggunakan kamera penjebak yang dipasang selama 186 hari di 65 petak berukuran 3x3 km dalam IPZ sejak 21 Mei sampai 22 November 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisi spasial diamati terjadi pada pasangan spesies Prionailurus bengalensis-Prionodon linsang dan rasio massa tubuh tidak memiliki pengaruh terhadap partisi spasial yang terjadi pada pasangan spesies mesopredator di Intensive Protection Zone Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Spatial partitioning among mesopredators has not been widely studied, even though the information is crucial for conservation management planning amid habitat destruction threats. Therefore, this study aimed to fill the knowledge gap by determining the extent of influence of body mass on spatial partitioning of 6 mesopredators species in Intensive Protection Zone (IPZ) Bukit Barisan Selatan National Park (BBSNP). Species detection data collected by camera trap was analyzed using single season multi-species occupancy analysis method and 6 variables including elevation, slope, NDVI, distance to forest edge, distance to river, and prey occupancy to generate species interaction factor (SIF) value. Species detection data was collected using camera trap survey for 186 days in 65 camera stations with 3x3 km grid size from May 21st until November 22nd, 2019. Study results shows that Prionailurus bengalensis-Prionodon linsang species pair is going through spatial partitioning and body mass does not have any influence on spatial partitioning among mesopredators species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"As a mall zoobenthos inhabiting interstitial spaces of the substrates, endopsammon play an important ecological role in ecological marine ecosystem...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maikel Simbiak
"Telah dilakukan suatu studi etnoekologi untuk mengungkap hubungan suku asli di sekitar
kawasan Taman Nasional Wasur (TNW) dengan lanskap budaya mereka melalui tiga
sumbu pendekatan etnoekologi yaitu kosmos (sistem kepercayaan), corpus (pengetahuan
ekologis), dan praxis (pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya). Data dalam penelitian
ini diperoleh melalui kombinasi metode ekologi, antropologi, dan linguistik.
Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara semi-struktural, diskusi kelompok
terfokus (DKT), metode distribusi kerikil, dan survei lapangan dengan teknik walktransect
and free-listing serta observasi bebas. Hasil studi mengungkapkan bahwa suku
asli di sekitar kawasan TNW memiliki dasar penguasaan lanskap budaya yang diinisiasi
oleh kosmos yang juga mempengaruhi corpus serta praxis. Corpus suku asli di sekitar
kawasan TNW tentang etnoekotop (satuan-satuan lanskap utama) menunjukan kesamaan
konsep berdasarkan fisiografi kawasan yang sama dari dataran rendah aluvial yang secara
musiman dipengaruhi genangan air. Corpus suku asli tentang asosiasi vegetasi dengan
masing-masing etnoekotop diidentifikasi secara perseptual berdasarkan persepsi budaya
dan alamiah berdasarkan indikator spesies. Praxis suku asli dipengaruhi oleh kosmos
melalui hubungan Dema-totem-klan yaitu suatu struktur dasar komunitas suku asli yang
berhubungan dengan mitologi asal-usul yang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya hayati sehingga terbentuk suatu tatanan kehidupan yang harmonis. Praxis
suku asli juga dipengaruhi kosmos dengan adanya penentuan areal-areal sakral, sistem
sasi (sar), dan aktivitas budidaya tumbuhan simbolik. Dalam hubungan budaya dengan
lingkungan, aktivitas subsisten suku asli tidak secara mutlak dipengaruhi oleh
lingkungan. Mereka mampu mengembangkan teknologi adaptasi melalui pengetahuan
yang diperoleh dari pemahaman tentang alam lingkungan mereka
An ethnoecological study has been carried out to reveal the relationship of indigenous
tribes around the Wasur National Park (WNP) area with their cultural landscape through
three axes of an ethnoecological approach, namely kosmos (belief system), corpus
(ecological knowledge), and praxis (resource management and utilization). The data in
this study were obtained through a combination of ecological, anthropological, and
linguistic methods. Data collection was obtained through semi-structural interviews,
focus group discussions (FGD), pebble distribution methods (PDM), and field surveys
using walk-transect and free-listing techniques as well as free observation. The results of
the study reveal that the indigenous tribes around the WNP area have a basic mastery of
the cultural landscape initiated by the kosmos which also affects the corpus and praxis.
The corpus of indigenous tribes around the WNP area regarding ethnoecotopes (main
landscape units) shows a similarity in concept based on the physiography of the same area
of the alluvial lowlands which are seasonally influenced by waterlogging. Indigenous
corpus about vegetation association with each ethnoecotope identified perceptually based
on cultural and natural perceptions based on species indicators. Indigenous Praxis is
influenced by the kosmos through the Dema-totem-clan relationship, which is a basic
structure of indigenous tribal communities associated with the mythology of origins
which regulates the management and use of biological resources so as to form a
harmonious life order. Indigenous praxis is also influenced by the kosmos by determining
sacred areas, the sasi system (sar), and symbolic plant cultivation activities. In the
relationship between culture and environment, the subsistence activities of indigenous
people are not absolutely influenced by the environment. They are able to develop
adaptation technologies through knowledge gained from an understanding of their natural
environment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah
"ABSTRAK
Analisis komposisi, struktur, dan regenerasi pohon hutan pamah di zona inti
bagian timur Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi dilakukan pada bulan
Oktober hingga November 2012. Pengambilan data dilakukan pada plot seluas
satu hektar yang diletakkan di daerah berbukit. Sebanyak 100 petak masingmasing
berukuran 10 m x 10 m digunakan untuk memperoleh data tingkat pohon,
dan menyarang di dalamnya plot berukuran 5 m x 5 m dan 1 m x 1 m untuk
pengamatan data tingkat belta dan semai. Tercatat 414 pohon dengan diameter
setinggi dada (DSD) ≥ 10 cm, yang mewakili 113 spesies dari 38 keluarga,
dengan Luas area dasar (LAD) keseluruhan 25,71 m2 dan indeks keanekaragaman
Shannon - Wiener sebesar 4,29. Sebanyak 282 individu tercatat mewakili 88
spesies dari 34 keluarga pada tingkat belta dan 222 individu yang mewakili 67
spesies dari 32 keluarga pada tingkat semai. Spesies yang paling dominan
berdasarkan Nilai Kepentingan (NK) pada tingkat pohon adalah Prunus arborea
dengan NK sebesar 19,19%. Ficus fistulosa merupakan spesies pohon dengan
kerapatan tertinggi (24 pohon/ha). Kerapatan tertinggi tingkat semai ditempati
oleh Rinorea anguifera (24 pohon/ha) dan kerapatan tertinggi tingkat belta
ditempati oleh Ficus fistulosa (15 pohon/ha). Moraceae dengan NK sebesar
34,05% merupakan famili terpenting dalam plot penelitian pada tingkat pohon,
sementara Violaceae dan Burseraceae dengan masing-masing NK sebesar 28,31%
dan 25,67% menjadi famili terpenting pada tingkat semai dan belta. Sebanyak 71
spesies atau 62,8% dari total spesies pohon beregenerasi di dalam plot penelitian.
Berdasarkan kerapatan pada tingkat semai, belta, dan pohon, spesies-spesies dari
famili Euphorbiaceae menunjukkan kemampuan regenerasi yang baik dan
diharapkan menjadi famili yang dominan di masa depan pada plot penelitian.
Sebanyak 61 spesies terdaftar dalam checklist Sumatra dan salah satunya
endemik, yaitu Baccaurea dulcis. Berdasarkan Redlist IUCN, Shorea leprosula
memiliki status konservasi Endangered, Aquilaria malaccensis memiliki status
konservasi Vulnerable, dan 12 spesies lain memiliki status konservasi Low Risk.

ABSTRACT
Analysis of the composition, structure, and tree regeneration of the lowland forest
in the eastern part of the core zone of the Bukit Duabelas National Park, Jambi
was conducted in October and November 2012. The study was carried out on a
one-hectare plot laid out on a slope of a lowland hill forest. A total of 100
quadrats of 10 m x 10 m each was used to obtain data trees, and plots measuring 5
m x 5 m and 1 m x 1 m each were nestled in sapling quadrates to secure data of
saplings and seedlings. We recorded 414 trees with diameter at breast height
(DBH) ≥ 10 cm, representing 113 species of 38 families, with the total basal area
(BA) of 25.71 m2 and Shannon--Wiener diversity index of 4,29. A total of 282
individuals were recorded representing 88 species of 34 families at the sapling
stage and 222 individuals of seedlings representing 67 species of 32 families. The
prevalent species of tree was Prunus arborea with Importance Value (IV) of
19.2%. Ficus fistulosa was the tree species with the highest density (24 trees/ha).
The highest density of seedlings was Rinorea anguifera (24 trees/ha) and the
highest density of saplings was Ficus fistulosa (15 trees/ha). Moraceae with IV
34,05% was dominant in the study site at tree stage, while Violaceae and
Burseraceae with each IV 28.31% and 25.67% were dominant at seedlings and
saplings stage. A total of 71 species or 62.8% of all tree species were
regenerating in the plot. Based on the density of seedlings, saplings and trees, the
species of Euphorbiaceae showed a good regenerating capability and expected to
be the dominant family in the future in the area. A total of 61 species are
registered in the Sumatra checklist and one of them is endemic, which was
Baccaurea dulcis. Following the IUCN redlist we categorized Shorea leprosula
as an endangered species, Aquilaria malaccensis as a vulnerable species, and 12
others as species with low risk."
2013
T34982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Arif
"Kajian manfaat tumbuhan hutan pamah telah dilakukan berdasarkan data keanekaragaman dari penelitian Anas (2013), Rahmah (2013), Sehati (2013), pada bulan Februari hingga Mei 2014. Kajian tersebut bertujuan untuk mengetahui potensi pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan hutan pamah di zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Kajian manfaat tersebut dilakukan melalui tahap pengecekan serta dokumentasi spesies terkait, dan penelusuran potensi pemanfaatannya melalui sumber rujukan ilmiah. Potensi pemanfaatan yang diperoleh sejumlah 161 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam 111 genus dan 48 famili. Potensi tersebut dikelompokkan ke dalam kategori bahan pangan (72 spesies), bahan obat (73 spesies), bahan bangunan (87 spesies), bahan bakar (33 spesies), kerajinan dan teknologi lokal (47 spesies), bahan pewarna dan ritual (15 spesies), dan sumber penghasilan nonkayu (20 spesies). Sepuluh famili dengan potensi pemanfaatan manfaat terbanyak adalah Euphorbiaceae (10 spesies), Moraceae (10 spesies), Lauraceae (9 spesies), Clusiaceae (8 spesies), Rubiaceae (8 spesies), Fabaceae (7 spesies), Malvaceae (7 spesies), Phyllanthaceae (7 spesies), Sapindaceae (6 spesies), Annonaceae (5 spesies).

Utilization assessment of low land rain forest vegetation was conducted based on previous research data by Anas (2013), Rahmah (2013), and Sehati (2013) on February to May 2014. Its aim was to acknowledge utilization potential of low land forest plant biodiversity at core zone of Bukit Duabelas National Park (BDNP). The assesment was conducted on checking and documentation of plant biodiversity, and economic potential assessment through scientific reference. Utilization assessment deliver 161 species in 111 genera and 48 families. Utility potential was distributed into seven utilizatition groups, food (72 species) medicinal subtances (73 species), construction (87 species), firewood (33 species), craft and local technology (47 species), natural dye and ritual (15 species), non-timber additional income (20 species). Ten highest families which mostly utilized are Euphorbiaceae (10 species), Moraceae (10 species), Lauraceae (9 species), Clusiaceae (8 species), Rubiaceae (8 species), Fabaceae (7 species), Malvaceae (7 species), Phyllanthaceae (7 species), Sapindaceae (6 species), Annonaceae (5 species)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jayadi
"ABSTRAK
Analisis Dinamik menggunakan Model VAR menunjukkan bahwa tingkat inflasi mempengaruhi kesejahteraan petani di Indonesia secara signifikan dalam jangka panjang, tetapi tidak dalam jangka pendek. Selanjutnya, berdasarkan analisis kuadran, terdapat peningkatan dari waktu ke waktu terhadap jumlah provinsi yang berbasis sektor pertanian di Indonesia. Namun demikian, kemiskinan pedesaan di Indonesia tetap stabil pada tahun 2011 dengan masih banyaknya provinsi yang terletak di kuadran normatif atau di kuadran transisi. Secara umum, dari hasil analisis disimpulkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap indeks NTP dalam jangka panjang dan indeks NTP tidak dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dalam jangka pendek, atau dengan kata lain ada faktor lain diluar faktor kesejahteraan petani yang memiliki peranan penting dalam mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan.

ABSTRACT
The dynamic analysis using VAR model shows that inflation rate affects Indonesian farmers’ welfare significantly in the long run but not in the short run. Furthermore, based on the quadrant analysis, we can see that there is an increase over time of the number of agriculture based provinces in Indonesia. Nevertheless, the rural poverty in Indonesia remained stable in 2011 with many provinces located in the normative quadrant or in the transition provinces. Generally, we find in our analysis that inflation rate influences significantly and positively the NTP index in the long run and the NTP index cannot affect poverty rate in the short run, or that beyond other factors of the farmers’ welfare are at play to reduce rural poverty rate."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pramita Siwi
"ABSTRAK
Penelitian etnobotani tumbuhan obat belum banyak dikaitkan dengan penelitian mengenai vegetasi hutan sebagai sumber tumbuhan obat. Telah dilakukan penelitian oleh Anas (2013), Rahma (2013), dan Sehati (2013) yang mendata 213 jenis Angiospermae berhabitus pohon (tingkat pohon, belta, dan semai) dari 53familidi zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Data tersebut menjadi bahan studi potensi tumbuhan obat untuk mengetahui manfaat pengobatan spesies tumbuhan dari ketiga penelitian tersebut. Studi dilakukan melalui penelusuran pustaka, wawancara ahli, dan dokumentasi tumbuhan. Delapan puluh tiga jenis merupakan tumbuhan obat yang digunakan berbagai etnis di Indonesia dengan keragaman bagian yang digunakan dan penyakit yang diobati. Daun merupakan bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan. Jenis penyakit yang paling banyak diobati dengan tumbuhan obat adalah gangguan gastrointestinal. Bioaktivitas dari 14 jenis tumbuhan telah diketahui sesuai dengan penggunaan tumbuhan tersebut. Sebanyak 28 jenis berada dalam database IUCN red list dengan 5 jenis berada dalam daftar high risk. Aquilaria malaccensis merupakan satu-satunya jenis yang berada dalam apendiks II CITES.

ABSTRACT
Analysis about forest vegetation are rarely related to medicinal potency of the plants. There are 213 species of Angiospermae in tree form (tree, belt, and seedling level) from 53 family recorded from Anas’ (2013), Rahma’s (2013), and Sehati’s (2013) researches in the core zone of Bukit Duabelas National Park. This data become the material of analysis about medicinal ethnobotanyto understand about medicinal properties of plant species’ from those three researches. The analysis is done by literature study, interview with ethnobotany researcher, and plant documentation. There are eighty three species used as medicinal plants in several Indonesian tribes and ethnics with high variation in use and disease.Leaves are the most frequently used part of medicinal plants and gastrointestinal disfunctions treatment are the one that use the most medicinal plants. Comparation between ethnobotanical study and bioactivity assay only shows correlation for fourteen species. Known that 28 species are in the IUCN redlist database with 5 species in highrisklist. Aquilaria malaccensis is the only plant included in the appendix II of CITES.
"
Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>