Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38957 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Nugraha
"CGDE merupakan salah satu teknologi elektrolisis plasma yang efektif digunakan dalam mendegradasi limbah. Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan sistem CGDE dalam mendegradasi LAS. Anoda yang digunakan yakni tungsten dan katoda yakni SS-314 dengan jarak diantara keduanya sebesar 40 mm. Larutan elektrolit yang digunakan yakni Na2SO4 yang divariasikan pada konsentrasi 0,01 M, 0,02 M, dan 0,03 M. Variasi lainnya yakni variabel tegangan listrik 500 V dan 600 V serta variasi panjang kedalaman anoda pada 0,5 mm, 10 mm, dan 20 mm. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini yakni pengukuran konsentrasi LAS menggunakan metode MBAS, pengukuran konsentrasi H2O2 sebagai indikator produksi radikal OH (OH•) menggunakan metode titrasi iodometri, dan pengukuran konsentrasi asam oksalat menggunakan metode titrasi permanganometri. Variabel proses yang menghasilkan konsentrasi limbah LAS paling rendah hingga 3,81 mg/L yakni tegangan listrik 600 V, konsentrasi larutan elektrolit Na2SO4 0,02 M, dan panjang kedalaman anoda yang tercelup 20 mm di dalam larutan sistem. Konsentrasi H2O2 dan konsumsi energi degradasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan konsentrasi limbah LAS paling rendah yaitu 958 mmol dan 2650 kJ/mmol.

CGDE is one of plasma electrolysis technology which is effective for waste degradation. The aim of this research is to apply CGDE in LAS degradation. Anode which is used on this research is made from tungsten and cathode from SS-314 with the distance between them are 40 mm. Na2SO4 as an electrolyte vary on concentration 0.01 M, 0.02 M, and 0.03 M. Another variation are voltage variable on 500 V and 600 V, also anode depth in solution on 0.5 mm, 10 mm, and 20 mm. Some of tests on this research are MBAS method to measure LAS concentration, iodometric titration to measure H2O2 concentration as an indicator of OH radical (OH•), and permanganometric titration to measure oxalic acid concentration. Process variabel which result lowest LAS concentration to 3.81 mg/L are 600 V of voltage, 0.02 M of electrolyte concentration, and 20 mm of anode depth. H2O2 concentration and energy consumption of degradation which result those LAS concentration are 958 mmol and 2650 kJ/mmol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nissa Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk menegradasi limbah Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) agar mencapai baku mutu yang telah ditetapkan dengan metode Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE). LAS yang digunakan merupakan LAS sintetis dengan konsentrasi awal 100 ppm, dan larutan KOH sebagai elektrolitnya. Variasi variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah tegangan listrik (500 V, dan 600 V), konsentrasi elektrolit (0.01 M, 0.02 M, dan 0.03 M), dan kedalaman anoda (CGDE, 1 cm, dan 2 cm). Analisis produk yang dilakukan adalah pengukuran hidrogen peroksida, pengukuran kandungan LAS dengan metode MBAS, dan pengukuran konsumsi energi listrik selama proses degradasi berlangsung. Dari hasil penelitian didapat persentasi degradasi LAS mencapai 99,14% pada tegangan 600 volt, selama 2 jam dan menggunakan larutan elektrolit KOH 0,02 M. Konsumsi energi untuk mendegradasi LAS tersebut sebesar 1149,8817 KJ/mmol LAS yang terdegradasi dan konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 298,52 ppm.

This research aimed to degrade Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) in order to achieve the quality standards established by Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) method. That are used synthetic LAS with initial concentrations 100 ppm, and KOH solution as the electrolyte. In this research variation of variables used are the power supply voltages (500 V, and 600 V), electrolyte concentrations (0,01 M, 0,02 M and 0,03M) and the depths of an anode (CGDE, 1cm and 20 cm). The product analysis is the measurements of hydrogen peroxide, concentration of LAS with MBAS method, and measurement of electrical energy consumption during the degradation process takes place. The result is the percentage of LAS degradation reached 99.14% at the voltage of 600 volts, in time 2 hours degradation and using KOH 0.02 M electrolyte solution. The energy consumption amounted to degrade LAS 1149.8817 kJ/mmol and the concentration of hydrogen peroxide at 298.52 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson Saksono
"This present study is aimed at removing phenol compounds in wastewater by using a Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) reactor. To start with, the effect of voltage to direct current connections in a CGDE reactor was investigated in order to estimate several possibilities for optimum voltage for phenol degradation. Several parameters were studied for phenol treatment including the effects of voltage, electrolyte concentration, anode depth, and the presence of Fe2+ ions. Production of hydrogen peroxide, the percentage of phenol degradation, and energy consumption were used as main research indicators. The optimum condition was found at 700 V, in 0.03 M Na2SO4, and an anode depth of 5mm. The phenol degradation was valued at 40.83% after the first 15 minutes in the process, with an energy consumption of 278 kJ/mmol of phenol. Under the same conditions, with an addition of 20 mg/L of Fe2+ ions, the phenol degradation shot up to 92.57% and energy consumption significantly decreased to 127 kJ/mmol. The largest phenol degradation was obtained at 99.6% after 90 minutes during the experiment. The results pointed out a promising path for phenol treatment in wastewater by utilizing a CDGE reactor with recommended operating conditions which were obtained during this study."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:7 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Irawan
"ABSTRAK
Pada penelitian ini digunakan reaktor Contact Glow Discharge Electrolysis dengan sistem batch untuk pengolahan limbah air yang mengandung amonia dengan menggunakan limbah sintetis ammonium sulfat dan larutan KOH. Volume reaktor yang dirancang sebesar 500 ml, dengan cooling jacket memiliki kapasitas maksimum 400 ml dangan laju pendinginan 11.1 ml/s. Anoda yang digunakan terbuat dari bahan tungsten berbentuk silinder dengan panjang 17.5 cm dan diameter sebesar 0.31 cm. Sedangkan katoda terbuat dari stainless steel berbentuk silinder dengan panjang 15 cm dan diameter 0.69 cm. Tegangan yang diberikan yaitu tegangan DC dengan kapasitas maksimum 1000 volt. Dari reaktor yang telah dibuat, dilakukan beberapa uji kinerja meliputi variasi tegangan, temperatur, kedalaman anoda serta pengukuran produktivitas radikal OH melalui pengukuran konsentrasi Hidrogen Peroksida selama proses CGDE berlangsung. Dari hasil penelitian didapat kondisi yang optimum yaitu pada tegangan dengan voltase 700 volt, temperatur 50-60 0C dan dengan kedalaman anoda 5 mm dan persentasi degradasi amonia yang dihasilkan mencapai 89.3 % dengan konsumsi energi untuk mendegradasi amonia mencapai 673,053 kilojoule/mol amonia terdegradasi dan konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 0.90 mmol.

ABSTRACT
In this research, there was making Contact Glow Discharge Electrolysis reactor using batch system for ammonia contained waste water treatment using syntetic waste water made from ammoniuum sulfat and KOH. Reactor?s volume is 500 ml with coling jacket that has 400 ml volume and cooling water flow rate 11 ml/s. Cylinder anoda was used and made from tungsten with 17,5 cm length and 0,31 cm diameter. While the cylinder cathode was made from stainless steel with 15 cm length and diameter 0,69 cm. The voltation was direct current with maximum capacity of 1000 volt. From the builded reactor, some working parameter was measured like voltation, temperatur, and anode deepness variation. The other parameter was hydoxyl radical productivity by measuring hydrogen peroxide while CDGE process was running. This research indicates optimum condition by using 700 volt voltation with 50-60 0C temperatur and anode deepness 5 mm where ammonia degradation presentation reach 89,3 % while consumes energy as much as 673,053 kilojoule/mol degradated ammonia and generated hydrogen peroxide degradation reach 0,90 mmol."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42597
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhirah Zulfakhri
"S-CGDE merupakan salah satu teknologi elektrolisis plasma yang banyak digunakan dalam mendegradasi limbah cair. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas s-CGDE dengan memodifikasi reaktor menjadi multi anode-CGDE (m-CGDE). Limbah yang digunakan adalah limbah LAS sintetik dengan konsentrasi awal 100 ppm dalam larutan elektrolit KOH 0,02 M, suhu operasi dijaga 30?60 oC, anoda berjenis tungsten diameter 1,6 mm, dan katoda SS-304 diameter 5 mm. Variasi yang dilakukan adalah tegangan listrik 600 dan 700 V, kecepatan pengaduk 0, 250, 500, 750, dan 1000 rpm, serta jumlah anoda 1, 2, dan 3 anoda. Pengujian yang dilakukan yakni pengukuran konsentrasi LAS menggunakan metode MBAS, pengukuran konsentrasi H2O2 sebagai indicator produksi radikal OH menggunakan titrasi iodometri, dan pengukuran konsentrasi asam oksalat menggunakan metode titrasi permanganometri. Variabel proses yang menghasilkan persentase degradasi limbah LAS paling besar hingga 99,97% yakni tegangan listrik 700 V, kecepatan pengaduk 500 rpm, dan menggunakan 3 anoda (m-CGDE) dengan energi yang dibutuhkan untuk mendegradasi limbah LAS sebesar 1264,2 kJ/mmol.

Single anode Contact Glow Discharge Electrolysis (s-CGDE) is one of plasma electrolysis technology which is commonly used for waste water degradation. The aim of this research is to increase the effectiveness of s-CGDE through m-CGDE. Waste is synthetic LAS with initial concentration 100 ppm in electrolyte solution KOH 0,02 M, range temperature in 30-60 oC, using wolfram anode 1,6 mm, and SS-304 cathode 5 mm. Variation including voltage on 600 and 700 V, stirrer speed on 0, 250, 500, 750, and 1000 rpm, number of anode 1, 2, and 3. Some of tests in this research are using MBAS method to measure LAS concentration, iodometric titration to measure H2O2 concentration as an indicator of OH radical, and permanganometric titration to measure oxalic acid concentration. Process variables which can reach 99,97% degradation of LAS are voltage on 700 V, stirrer speed 500 rpm, and using 3 anodes, and energy needs is 1264,2 kJ/mmol during 30 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Tien Seratri
"Penelitian ini bertujuan untuk mendegradasi fenol dengan metode Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) yang telah terbukti mampu mendegradasi beberapa macam polutan organik melalui mekanisme pembentukan radikal hidroksil. Radikal tersebut diperoleh melalui penguraian molekul H2O akibat adanya eksitasi elektron. Dari penelitian ini diperoleh kondisi optimum untuk degradasi fenol melalui pengujian pengaruh tegangan, konsentrasi Na2SO4, kedalaman anoda, dan penambahan Fe2+ terhadap persentase degradasi fenol dan konsumsi energi yang dihasilkan. Kondisi optimum tersebut diperoleh pada tegangan 700 Volt, Na2SO4 0,03 M, kedalaman anoda 5 mm, penambahan Fe2+ sebanyak 20 ppm selama 15 menit dengan persentase degradasi sebesar 92,57 % dan konsumsi energi sebesar 36,3 kJ/mmol.

This research aims to remove phenol contaminants using Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) method which has been approved to remove some organic pollutants through hydroxyl radical formation mechanism. Those radicals were acquired from H2O moleculs decomposition that caused by electron excitation. Optimum conditions for phenol degradation were obtained by known the influence of applied voltage, Na2SO4 concentration, depth of the anode, and Fe2+ addition toward percentage of phenol degradation and energy consumption. Optimum result of phenol degradation was 92,57 % which gets from applied voltage 700 volt, Na2SO4 0,03 M, 5 mm anode depth, and additon of 20 ppm Fe2+ during 15 minutes process with energy consumption as 36,3 kJ/mmol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Indra Waskito
"Elektrolisis adalah suatu proses penguraian senyawa air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen. Gas hidrogen hasil elektrolisis air diharapkan mampu memberikan dampak yang positif terhadap kinerja motor bakar 4 langkah. Gas hidrogen hasil elektrolisis air tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar tambahan sehingga penggunaan bahan bakar fosil diharapkan dapat dikurangi. Penggunaan gas hidrogen juga diharapkan mampu memperbaiki kualitas pembakaran di dalam ruang bakar yang dampaknya meningkatkan efisiensi bahan bakar dan emisi gas buang yang dihasilkan menjadi lebih baik. Parameter gas buang yang diuji pada reaksi pembakaran dapat dilihat dari kadar karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrokarbon (HC), dan oksigen (O2).

Electrolysis is a process that can break chemical bonding of water into hydrogen and oxygen. Hydrogen, the result of electrolysis process, is expected giving positive impact in 4 stroke combustion engine performance. Hydrogen from electrolysis process can be used as additive fuel so it can reduce fossil fuel utilization. Hydrogen utilization is also expected improving combustion quality in combustion chamber that effect to increase fuel efficiency and exhaust emission is better. Exhaust emission parameters were tested in combustion reaction are carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), hydrocarbon (HC), and oxygen (O2)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S423001
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilfi Finasthi Kusuma Putri
"Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) merupakan salah satu teknologi elektrolisis plasma yang efektif digunakan dalam mendegradasi limbah. Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan sistem s-CGDE maupun m-CGDE dalam mendegradasi limbah LAS (Linear Alkylbenzene Sulfonate). Anoda yang digunakan berupa tungsten, sedangkan katoda yang digunakan berupa stainless steel SS-304. Larutan elektrolit yang digunakan berupa NaOH 0,02 M. Variabel proses dalam penelitian ini antara lain tegangan listrik, kecepatan pengadukan serta pengunaan lebih dari 1 anoda. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini yakni pengukuran konsentrasi LAS menggunakan metode MBAS, pengukuran konsentrasi H2O2 sebagai indikator produksi OH radikal menggunakan metode titrasi iodometri, dan pengukuran asam oksalat menggunakan metode titrasi permanganometri. Variabel proses yang menghasilkan konsentrasi limbah LAS paling rendah hingga 0,08 mg/L yakni tegangan listrik 700 V, kecepatan pengadukan sebesar 1000 rpm dan penggunaan 3 buah anoda. Konsentrasi H2O2 dan konsumsi energi listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan konsentrasi limbah LAS paling rendah yaitu 2,1025 mmol dan 1502,31 kJ/mmol.

Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) is one of plasma electrolysis technology which is effective for waste degradation. The aim of this research is to apply s-CGDE and m-CGDE in LAS degradation. Anode which is used on this research is made from tungsten and for the cathode from stainless steel (SS-304). NaOH 0,02 M as an electrolyte solution. Another variation are voltage variable on 600 V and 700 V, mixing speed variable, also multi anode variable. Some tests on this research are MBAS method to measure LAS concentration, iodometric titration to measure H2O2 concentration as indicator of OH radical, and permangometric titration to measure oxalic acid concentration. Process variable which result lowest of LAS concentration to 0,08 mg/L are 700 V of voltage, 1000 rpm of mixing speed, and using three anodes. H2O2 concentration and energy consumption of degradation which result those LAS concentration are 2,1025 mmol and 1502,31 kJ/mmol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarfina Farisah
"Nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah paling besar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kandungan nitrogen melimpah di atmosfer sebesar 78%, namun bersifat inert dan tidak dapat diserap oleh tanaman secara langsung. Sehingga, pemupukan penting dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Teknologi elektrolisis plasma udara merupakan teknologi ramah lingkungan yang dapat menginisiasi berbagai reaksi termasuk reaksi fiksasi nitrogen dari udara menjadi pupuk nitrat cair dengan dihasilkannya spesies reaktif, seperti radikal OH. Bahan baku berupa udara yang tersedia secara bebas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan pupuk nitrat cair melalui metode elektrolisis plasma dengan pengaruh komposisi larutan elektrolit, besar daya, dan laju alir udara. Metode ini dilakukan pada reaktor batch menggunakan kombinasi elektrolit K2HPO4 dan K2SO4 dengan variasi konsentrasi 0,01 M; 0,02 M, laju alir udara 0,1 lpm; 0,2 lpm; 0,4 lpm; 0,6 lpm; 0,8 lpm; 0,9 lpm; dan daya 500 watt; 600 watt; 700 watt.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin kecil konduktivitas larutan elektrolit, semakin besar daya, dan semakin besar laju alir udara akan meningkatkan produk nitrat yang dihasilkan. Penelitian ini terbukti dapat menghasilkan nitrat tertinggi sebesar 2213,5 ppm pada daya 700 Watt, laju alir udara 0,8 lpm, dan menggunakan larutan elektrolit kombinasi 0,01 M K2HPO4 dan 0,01 M K2SO4 dengan konsumsi energi spesifiknya 23,53 kJ/mmol.

Nitrogen is the nutrient needed by plants in the greatest amount to help plant growth and development. Nitrogen content is abundant in the atmosphere by 78%, but it is inert and can not be absorbed by plants directly. Thus, fertilization is important to increase the availability of nutrients for plants. Air plasma electrolysis technology is an environmentally friendly technology that can initiate various reactions including nitrogen fixation reaction from the air into liquid nitrate fertilizer with the production of reactive species, such as OH radicals. The raw materials in the form of air freely available.
This research aims to determine the process of making liquid nitrate fertilizer through the plasma electrolysis method with the influence of the composition of the electrolyte solution, the amount of power, and the air flow rate. This method is carried out on a batch reactor using a combination of K2HPO4 and K2SO4 electrolytes with variations in concentrations of 0.01 M; 0.02 M, air flow rates of 0.1 lpm; 0.2 lpm; 0.4 lpm; 0.6 lpm; 0.8 lpm; 0.9 lpm; and powers of 500 watts; 600 watts; 700 watts.
The results of this research show that the smaller conductivity of the electrolyte solution, the greater the power, and the greater the airflow rate will increase the resulting nitrate product. This research has proven can significantly produce the highest nitrate of 2213.5 ppm at 700 Watt power, an airflow rate of 0.8 lpm, and using a combination of 0.01 M K2HPO4 and 0.01 M K2SO4 electrolyte solution with specific energy consumption of 23.53 kJ / mmol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>