Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144759 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Khafidh Persada
"Pembuatan biobutanol merupakan salah satu langkah pengembangan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak. Biobutanol dihasilkan dari fermentasi sederhana secara anaerobik oleh bakteri Clostridia dengan kemampuan konversi berbagai macam gula seperti glukosa, fruktosa, manosa, sukrosa, laktosa, pati, dan dextrin menjadi aseton, butanol, dan etanol. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah tongkol jagung dengan Clostridium beijerinckii NBRC 103909 sebagai kultur bakteri.
Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu menggunakan H2SO4 1% dan kombinasi enzim (selulase, selobiase, xylanase). Hasil hidrolisis difermentasi secara anaerob selama 72 jam pada suhu 370C.
Hasil fermentasi dianalisis menggunakan spektofotometri dan kromatografi gas yang dilengkapi dengan flame ionization detector. Hasil perlakuan terbaik adalah menggunakan kombinasi enzim dengan kadar gula reduksi yang dihasilkan sebesar 4,09 % dan konversi butanol yang dihasilkan sebesar 1,4 x 10-3 ml/100 gr tongkol jagung.

The manufacture of biobutanol is one step development of alternative fuels derived from fossil fuels. Biobutanol is produced from simple anaerobic fermentation by Clostridia bacteria with the ability to convert various sugars such as glucose, fructose, mannose, sucrose, lactose, starch, and dextrin into acetone, butanol, and ethanol. Raw materials used in this study are corn cob with Clostridium beijerinckii NBRC 103909 as a bacterial culture.
The study was conducted by two methods, namely using 1% H2SO4 and combinations of enzymes (cellulase, selobiase, xylanase).
Hydrolysis results fermented anaerobically for 72 hours at a temperature of 370C. Spectophotometric fermented and analyzed using gas chromatography equipped with a flame ionization detector. Treatment outcome is best to use a combination of enzymes with reduced sugar levels produced by 4.09% and the conversion of butanol produced by 1.4 x 10-3 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Nadhillah Rachmania
"Biodiesel merupakan bahan bakar pembakaran yang bersih yang dihasilkan dari minyak nabati, atau lemak hewan. Biodiesel diproduksi dengan trans-esterifikasi minyak dengan alkohol rantai pendek. Reaksi trans-esterifikasi mengubah trigliserida menjadi alkil ester asam lemak, dengan adanya alkohol, seperti metanol, dan katalis, dengan gliserol sebagai produk samping. Reaktor kolom pancaran ini dirancang untuk mengatasi masalah dalam reaksi sintesis biodiesel, salah satunya adalah pencampuran 2 reaktan dengan perbedaan viskositas yang besar, yaitu minyak kelapa sawit yang kental dengan metanol yang encer.
Dalam studi ini, salah satu variabel bebas adalah rasio mol metanol dan minyak kelapa sawit dengan variasi 3,75:1, 4,5:1, 5,25:1 dan 6:1. Variabel bebas lainnya adalah jenis jet, yaitu circular nozzle dan notched nozzle. Hasil tertinggi dari yield biodiesel yang dihasilkan pada rasio mol 6:1 sebesar 96,83% pada notched nozzle. Sedangkan untuk rasio mol 6:1 pada circular nozzle menghasilkan yield biodiesel sebesar 75,06%. Dengan menggunakan notched nozzle pada rasio mol 5,25:1, konversi lebih besar dibandingkan dengan circular nozzle pada rasio 6:1, yaitu 81,01%. Oleh karena itu, dengan menggunakan notched nozzle pada kolom pancaran dapat menghemat biaya pemisahan metanol di industri, dimana metanol lebih konvensional digunakan untuk menghasilkan konversi yang tinggi.

Biodiesel is a clean-burning fuel produced from vegetable oils, or animal fats. Biodiesel is produced by trans-esterification of oils with short-chain alcohols. The trans-esterification reaction consists of transforming triglycerides into fatty acid alkyl esters, in the presence of an alcohol, such as methanol, and a catalyst, with glycerol as a byproduct. A jet column reactor was designed to overcome problems in biodiesel synthesis reaction, one of which is mixing of 2 reactants of large viscosity difference, i.e. viscous of CPO and dilute methanol.
In this study, one of the free variables is the mole ratio of methanol to CPO which variation is 3.75:1; 4.5:1; 5.25:1 and 6:1. The other free variable is jet types, i.e. circular and notched nozzles. The highest yield of biodiesel produced at mole ratio 6 to 1 was reported to yield is 96.83% in notched nozzle. While to the mole ratio 6 to 1 on a circular nozzle produce yield of biodiesel is 75.06 %. By using notched nozzle at mole ratio 5.25 to 1, conversion is greater compared to that of a circular nozzle ratio 6 to 1, i.e. 81.01 %. Therefore, by using notched nozzle on jet columns can save the cost separation of methanol in industry, in which more methanol conventionally is used to produce high conversion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Moestika
"Kebutuhan akan bensin mendorongg dilakukannya penelitian untuk menemukan sumber daya Iain sebagai bensin alternatif. Minyak kelapa sawit yang dimiliki Indonesia secara melimpah dapat dijadikan sumber bahan bakar bensin dengan melakukan reaksi perengkahan untuk didapatkan struktur molekul yang lebih kecil dan memiliki karakterislik yang menyerupai bensin.
Reaksi perengkahan katalistik terhadap minyak kelapa sawil dilakukan dengan mengadaptasi prinsip FCCU (Fluidized Catalytic Cracking Unit) yang dapat memecahkan rantai hidrokarbon panjang menjadi fraksi yang lebih pendek. Reaksi perengkahan katalistik ini dilakukan dengan kehadiran kalalis asam alumina. Dalam penelilian ini digunakan katalis alumina JRC (Japan Reference Catalys)-ALO-3 dan JRC-ALO-6. Reaksi dilakukan pada reaktor batch sederhana.
Untuk mengetahui terjadinya perengkahan dilakukan analisis berat molekul dengan metode kenaikan titik didih, viskositas dengan menggunakan viskometer Ostwald.
Bilangan oktana dengan metode ASTM D-976 termodifikasi dan analisa perubahan struktur molekul dengan menggunakan metode FTIR.
Kondisi operasi optimum umuk merengkahkan minyak kelapa sawit adalah pada komposisi katalis-minyak 1:1O0, waktu reaksi 15 menit dan suhu reaksi 150℃.
Reaksi perengkahan tersebut dapat menurunkan berat molekul menjadi 597 gr/mol dari 849 gr/mol dengan struktur molekul dimana ramai lurus senyawa menjadi lebih pendek dari senyawa awalnya. Senyawa produk ini juga memiliki bilangan oktana yang jauh lebih tinggi daripada bensin yang banyak digunakan saal ini, yaitu 111.2.
Namun dari segi viskositas, senyawa ini masih lebih besar daripada bensin premium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizali Nurcahya Nararya
"Kebutuhan energi di dunia semakin meningkat. Hal ini mendorong terbentuknya penelitian berbasisi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) salah seperti biomassa dan salah satunya adalah biohidrogen. Unit penting dalam proses pembuatan biohidrogen adalah gasifier dan char combustor. Gasifier adalah unit reaksi pembentukan biohidrogen. Untuk mengoptimasi kinerja unit proses awal pabrik bioidrogen dari biomassa ini maka akan dipasangkan sistem pengendalian dengan metode MPC. Pengendali MPC bergantung pada model empirik FOPDT yang diperoleh dengan melakukan identifikasi sistem.
Pemodelan empirik melalui PRC menghasilkan pengendali MPC yang tidak lebih baik dari pengendali PI. Setelah dilakukan MPC tuning dan reidentifikasi, kinerja MPC menjadi lebih baik dibandingkan PI. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai IAE yang kecil. Untuk IAE pada pengendalia suhu gasifier nilaie IAE nya 184,47 dengan kenaikan performa pengendalia 100% disbanding PI, untuk char combustor IAEnya sebesar 61,12 dengan kenaikan performa pengendali sebesar 78,9% dan pada unit cooler IAEnya menjadi 12,76 dengan kenaikan kinerja pengendali 81,11%. Hal tersebut menjadikan kinerja pengendali meningkat 70% hingga 80% dan ketigaya dapat bekerja dengan baik pada proses menyeluruh.

Need of energy source increasing each year. It lead researcher to find another source of newable and renewabale energy such biomass energy based as an example biohydrogen. The important proses unit in biohydrogen plant is gasifier and char combustor. Gasifer is reactor that produce biohydrogen from biomethane. To optimize plant performance, plant will utilize with proses control equipment with MPC method. MPC controller depend on empirical model from system identification.
Result of empirical modeling with PRC method is MPC model that has not better performance than PI method controller. But, after MPC tuning and reidentification of empirical model, the MPC controller have better performance than PI method. It proven by smaller IAE number. In gasifier IAe humber is 184.47%, it has 100% increases of performances char combustor temperature control the IAE number is 61,12%, it performance is increase in 78%. IAE number in cooler is 12,67 it performance is increase 81,18% . It make proses control performance increase for 70% up to 80%. Proses Control work very well in overall process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rahman
"Biomassa merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berpotensi untuk dimaksimalkan di Indonesia. Sumber biomassa yang berpotensi salah satunya adalah kelapa sawit yang ketersediaannya melimpah dan limbah tandan kosongnya dapat diolah menjadi bio-oil. Namun produk bio-oil ini biasanya belum memiliki kualitas yang baik umumnya karena kandungan oksigenat yang tinggi sehingga belum bisa diaplikasikan secara luas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar senyawa oksigenat dalam bio-oil. Penelitian ini memakai temperatur operasi 550oC dengan lima perlakuan berbeda, yaitu tanpa melibatkan katalis, lalu menggunakan katalis ZSM-5 dengan dua ukuran kristal berbeda dan NiZSM-5 dengan dua ukuran kristal yang berbeda. Sintesis katalis ZSM-5 dilakukan dua kali dengan jumlah kadar air yang berbeda untuk mengontrol ukuran kristal yang didapatkan. Sintesis katalis ZSM-5 telah berhasil membentuk kristal alumina silika dengan ukuran partikel 3-5 μm pada sintesis pertama dan 150-250 nm pada sintesis kedua. Sementara impregnasi logam nikel kedalam katalis ZSM-5 dilakukan dengan metode wet impregnation menghasilkan loading logam nikel sebesar 9.88% paa sintesis pertama dan 10.96% pada sintesis kedua.
Hasil sintesis bio-oil menunjukkan bahwa katalis mampu mereduksi kandungan senyawa oksigenat dan meningkatkan kandungan senyawa aromatik yang pada proses selanjutnya dapat dikonversi menjadi senyawa alkana atau digunakan sebagai bahan aditif. Secara berurutan, kandungan senyawa oksigenat dan aromatik pada bio-oil tanpa katalis, katalis ZSM-5 sintesis pertama, ZSM-5 sintesis kedua, NiZSM-5 sintesis pertama dan NiZSM-5 sintesis kedua adalah 53,01% dan 44.81%; 38,05% dan 45,02%; 37,57% dan 45,51%; 35,71& dan 48,28%; 35,07% dan 51,23%.

Biomass is one of the alternative energy source that has a great potential to be developed. Biomass can come from many sources and one of the most potential to be utiliized is from empty fruit bunch of palm that can be synthesized to make bio-oil. There were several obstacles that inhibit the use of bio-oil, namely low heating value, high levels of acidity, corrosive, and unstable products. Those problem were due to the high content of oxygenate compounds in the bio-oil.
Purpose of the research is to obtain bio-oil product with less oxygenate compounds. This study uses fast pyrolysis method at 550oC, with five different treatments: production of bio-oil without catalyst, using ZSM-5 with two different crystal size, and using NiZSM-5 with two different crystal size. Synthesis of ZSM-5 has been carried out two times with different water ratio to reduce the crystal size.It has form alumina silica crystal with particle size around 3-5 μm at the first synthesis and 150-250 nm at the second. The impregnation of nickel metal to ZSM-5 has been carried out resulting nickel loading 9.88% at the first synthesis and 10.96% at the second.
The result of bio-oil shows that catalyst can reduce oxygenate compunds as well as increasing aromatic compound that later can be converted into alkane chain hydrocarbon-like petroleum diesel or used as additive compound. Respectively, oxygenates and aromatic content in bio-oil produced without catalyst, with ZSM-5 from first synthesis, with ZSM-5 from second synthesis, with NiZSM-5 from first synthesis dan with NiZSM-5 from second synthesis are 53.01% and 44.81%; 38.05% and 45.02%; 37.57% and 45.51%; 35.71% and 48.28%; and 35.07% and 51.23%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resiana Winata
"Kompor biomassa konvensional yang ada saat ini masih memiliki permasalahan dengan emisi gas CO yang tinggi dibandingkan kompor LPG. Pada penelitian ini, dirancang suatu kompor gas-biomassa menggunakan prinsip Top- Lit Up Draft Gasifier yang diharapkan menghasilkan emisi gas CO yang rendah dengan membakar gas pirolisis dari pelet biomassa. Kompor memiliki diameter dalam sebesar 15 cm, diameter luar 20 cm, tinggi reaktor gasifikasi 51 cm, dan tinggi keseluruhan 95 cm. Kompor menggunakan pelet biomassa dari limbah bagas yang mengandung volatile matter tinggi. Dengan memvariasikan rasio antara laju alir udara sekunder dan udara primer, didapatkan emisi gas CO ratarata terendah, 16,4 ppm (dengan emisi gas CO maksimum yang diperbolehkan adalah 25 ppm), yang terjadi pada rasio 11:1. Perbandingan antara nilai rasio tersebut menunjukkan suhu api maksimum tertinggi yang dicapai adalah 544,44°C pada rasio 6:1. Menggunakan Water Boiling Test, efisiensi termal tertinggi yang dicapai adalah 55%, dimana waktu tersingkat untuk mendidihkan 1 L air adalah 6 menit. Api kompor berwarna kuning menunjukkan pembentukan jelaga.

Nowadays conventional biomass stoves still have a problem of having high CO gas emission compared to LPG stoves. In this research, a biomass-gas stove has been designed using Top-Lit Up Draft Gasifier principle, which had been expected to have low CO gas emission by burning pyrolysis gas from biopellets. The stove has 15 cm inner diameter, 20 cm outer diameter, 51 cm gasification reactor height, and 95 cm overall height. The stove uses biopellet made of bagasse waste, which have high volatile matters content. By varying the ratio of secondary air flow to primary air flow, it was found that the lowest CO gas emission, 16,4 ppm (with maximum CO gas emission allowable is 25 ppm), occurred at the ratio of 11:1. Comparison of different values of the ratio shows that the highest maximum flame temperature achieved was 544,44oC occurring at the ratio of 6:1. Using Water Boiling Test, the highest thermal efficiency achieved was 55%, which corresponds to the shortest time to boil 1 L of water (6 minutes). The stove has yellow flame that indicates the formation of soot."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Febry Rizqiardihatno
"Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Biomassa dapat dijadikan bahan bakar yang antara lain: kayu, arang, kotoran hewan, dan limbah pertanian. Untuk kebutuhan domestik di Indonesia, pemakaiannya lebih sebagai bahan bakar kompor masak dengan kayu yang dibakar langsung. Permasalahan yang sering timbul yaitu efisiensi termal yang rendah sehingga menghabiskan banyak bahan bakar yang dapat memperparah deforestasi, tingginya tingkat emisi CO, hidrokarbon, dan partikulat yang dapat menyebabkan polusi udara.
Penelitian ini dilaksanakan untuk merancang, membuat, dan menguji suatu kompor biomassa berbasis bahan bakar serbuk kayu yang dipeletasi, dengan menitikberatkan pada pengambilan kembali panas yang terbuang pada cerobong asap agar menghasilkan efisiensi termal yang cukup tinggi dan emisi zat berbahaya yang rendah. Dengan tahap penelitian yang diawali perancangan, meliputi perhitungan dan desain dimensi kompor. Tahap fabrikasi, membuat kompor dengan bahan, komponen, dan ukuran sesuai rancangan.
Tahap pengujian, memvariasikan kondisi start-up, jarak garangan dan laju masuk udara untuk menguji efisiensi termal menggunakan metode Water Boiling Test, lalu melakukan uji emisi CO dengan parameter zat polutan menggunakan alat CO Detector 7701. Hasil yang didapatkan dari desain adalah kompor berdiameter dalam 300 mm dan luar 400 mm serta tinggi keseluruhan kompor 700 mm. Untuk sistem perpipaan menggunakan pipa 1.5 inci dan pipa 3 inci. Untuk kinerja kompor, efisiensi termal kompor antara 33-38 % dan emisi CO sebanyak 19-51 ppm yang lebih baik dibandingkan kompor biomassa yang sudah ada.

Biomass is one of Renewable Energy resources. Kinds of biomass which can be used as a fuel are: wood, char, dung and agricultural waste. For Indonesian domestic needs, biomass usually used as a cook stove fuel by burning the wood directly but, the thermal efficiency for direct use process is low and emission of carbon monoxide, hydrocarbon, and particulate matters is high. This research's goal are designing, fabricating and testing a pellet biomass cookstove which focus on extracting flue gas heat from exhaust chimney for giving high thermal efficiency and depositioning dangerous emission.
Step of this research start from designing step, covering calculation and designing stove dimension. Fabrication step is making the stove with material, component and dimension appropriate with the design. Testing step is varying start up condition, distance of grate, and air flow velocity to observe the influence of those parameters to thermal efficiency and CO emission.
Thermal efficiency testing was done using Water Boiling Test method and CO Detector 7701 device for CO emission testing. The results of designing step are ID = 300 mm, OD = 400 mm and total height = 700 mm. For piping system, using 1.5 inch (37.5 mm) pipe as an air inlet pipe and 3 inch (75 mm) pipe as an outlet flue gas pipe. Thermal efficiency of this cookstove is approximately 33-38% with 19-51 ppm CO emission, which better than existing biomass cookstove."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizki
"Pada penelitian terdahulu Candida hawaiiana CR015, yang ditumbuhkan pada medium Yeast Malt-extract Broth (YMB), telah dimanfaatkan sebagai komponen penyusun pollen substitute lokal untuk lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sumber karbon berupa sukrosa (gula pasir) dan sumber nitrogen berupa urea pada medium air kelapa terhadap jumlah biomassa khamir C. hawaiiana CR015. Hasil produksi biomassa terbaik yang diperoleh dibandingkan dengan hasil produksi biomassa pada medium YMB. Variasi konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 2,5% (b/v) dan 5% (b/v) dan variasi konsentrasi urea yang digunakan adalah 0,1% (v/v); 0,2% (v/v); dan 0,3% (v/v). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa dan urea diinokulasikan dengan inokulum sebanyak 108 cfu/ml berumur 20 jam dan fermentasi dilakukan dengan pengocokan 80 rpm selama 28 jam pada suhu 30oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sumber karbon berupa sukrosa dan sumber nitrogen berupa urea memengaruhi jumlah biomassa Khamir C. hawaiiana CR015 yang dihasilkan (p<0,05). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa 5% (b/v) dan urea 0,3% (v/v) menghasilkan biomassa terbesar rata-rata, yaitu 0,646 g/100 ml, dan lebih tinggi dibandingkan biomassa rata-rata yang dihasilkan medium YMB, yaitu 0,52 g/100 ml (p<0,05).

In the previous study, Candida hawaiiana CR015, from Yeast Malt-extract Broth (YMB) medium, has been used as a component of local pollen substitute for honey bee Apis cerana. The aims of this study were to know the effect of the addition of sucrose as carbon source and urea as nitrogen source in coconut water medium to biomass production of C. hawaiiana CR015. Best biomass yield obtained was compared to the result of biomass production of C. hawaiiana CR015 in YMB medium. Variation in the concentrations of sucrose used were 2.5% (w/v) and 5% (w/v) and concentrations of urea were 0.1% (v/v), 0.2% (v/v), and 0.3% (v/v). Coconut water medium in addition of sucrose and urea were inoculated with 20th-hour inoculum of 108 cfu/ml and incubated at 30oC with shaking of 80 rpm for 28 hours. The results showed that addition of sucrose and urea influenced biomass production of C. hawaiiana CR015 (p<0.05). Coconut water medium with addition of sucrose 5% (w/v) and urea 0.3% (v/v) showed higest biomass production (0.646 g/100 ml), and it was higher than biomass production in YMB medium (0.52 g/100 ml) (p<0.05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Agunganugrah
"Meningkatnya populasi penduduk yang berakibat pada peningkatan kebutuhan energi, terbatasnya cadangan energi, sampai dengan efek negatif dari bahan bakar fosil adalah alasan terciptanya energi alternatif berbahan baku mikroalga Nannochloropsis sp.. Optimasi sintesis biodiesel ini, salah satunya dipengaruhi oleh katalis yang digunakan. Penggunaan katalis yang tepat dapat menghasilkan hasil FAME pembentuk biodiesel yang optimal. Proses sintesis mikroalga Nannochloropsis sp. ini dimulai dari kultivasi selama ± 216 jam yang kemudian diekstraksi dengan metode perkolasi dengan pelarut n-heksana.
Hasil ekstrak ini kemudian disintesis dengan proses transesterifikasi dengan bantuan katalis yang berbeda yaitu KOH dan NaOH dengan variasi penambahan berat sebesar 0,5 %; 1 %; dan 1,5 % berat. Produk yang dihasilkan kemudian dipisahkan untuk mendapatkan fase metil esternya yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemurnian. Selanjutnya produk biodiesel diuji komponennya dengan menggunakan alat instrumentasi gas kromatografi dengan metode pengujian EN 14103. Dari pengujian ini, didapatkan hasil bahwa dengan katalis KOH dengan penambahan berat sebesar 1% memberikan persen FAME pembentuk biodiesel sebesar 98,8%.

The increasing population resulting in increased energy demand, limited energy reserves, until the negative effects of fossil fuels are the reasons for the creation of alternative energy made from microalgae Nannochloropsis sp .. One of optimization of the biodiesel synthesis, is influenced by the catalyst used. Proper use of catalysts can produce biodiesel FAME optimal shaper. Synthesis process microalgae Nannochloropsis sp. For the beginning is needed cultivation for ± 216 hours which is then extracted by percolation method with n-hexane solvent.
This extract was then synthesized by transesterification process with different catalysts, namely KOH and NaOH with the addition of weight variation of 0.5%, 1% and 1.5% weight. The resulting product is then separated to obtain methyl esters phase followed by a purification process. Further products are tested biodiesel components using gas chromatography instrumentation tools with the test method EN 14103. From this test, showed that by the addition of KOH catalyst weight percent of 1% gives FAME biodiesel forming 98.8%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Rahayu
"Pencampuran biomassa dengan batubara dewasa ini dianggap menjadi solusi bagi lamanya waktu penyalaan batubara dan besarnya emisi CO yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dari pencampuran batubara dan biomassa tandan kosong kelapa sawit pada pembakaran di dalam kompor dilihat dari waktu penyalaan briket pemasakan, emisi CO yang dihasilkan, dan efisiensi termal pembakaran. Komposisi biomassa divariasikan pada 50%, 75%, dan 100% biomassa serta kecepatan superfisial 0,29 m/s, 0,42 m/s, dan 0,54 m/s.
Hasil penelitian menunjukkan baik waktu penyalaan maupun emisi CO dipengaruhi oleh komposisi biobriket dan kecepatan forced. Waktu penyalaan tersingkat dialami oleh pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa pada kecepatan 0,42 m/s (0,5 menit). Sedangkan, emisi CO terendah didapat dari pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa dengan kecepatan 0,54 m/s (rata-rata 312,81 ppm). Serta efisiensi termal tertinggi dicapai oleh pembakaran biobriket pada komposisi 50% biomassa, (1,27%). Perhitungan entalpi pembakaran membuktikan bahwa pembakaran biobriket di semua komposisi pada kecepatan superfisial 0,54 m/s terjadi pembakaran yang lebih sempurna sehingga menghasilkan emisi CO terendah dan entalpi pembakaran tertinggi.

Nowadays, mixture of biomass and coal has been considered to solve the problem of long ignition delay and high CO emissions in coal combustion. This research aims to study combustion performance in mixture of empty palm bunches and coal concerning of its ignition delay, CO emissions, and thermal efficiency. The content of biomass in biobriquettes was varied at 50%; 75%; and 100% biomass content; and superficial air velocity at 0.29 m/s; 0.42 m/s; and 0.54 m/s.
The result showed that both ignition delay and CO emissions were influenced by biomass composition and superficial air velocity. The shortest ignition delay occured at combustion involving biobriquettes 100% biomass content with superficial air velocity at 0.42 m/s (0.5 minutes). The lowest CO emissions was obtained by burning biobriquettes 100% biomass content with 0.54 m/s superfisial air velocity (average 312.81 ppm). The highest thermal efficiency was reached by burning of biobriquettes with 50% biomass content (1.27%). Combustion enthalpy calculation showed that compared to those at low air velocity 0.54 m/s had higher enthalpy and produced lowest CO emission at all combustion runs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>