Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21799 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmad Mulya
"Dalam penelitian ini limbah cair yang mengandung limbah sintetis Amoxicillin sebesar 50 ppm dan 10 ppm diozonasi menggunakan RHOP (reaktor hibrida ozon- plasma) dan ozonator standard pada kondisi asam, netral, dan basa. Untuk RHOP dilakukan pada empat kondisi tegangan, yaitu 8,0 kV, 9,33 kV, 10,67 kV dan 12 kV. Penelitian ini dilakukan dengan variasi lainnya, yaitu 3 (tiga) macam konfigurasi sistem reaksi (reaksi penyisihan limbah dalam RHOP, ozon dikontakkan dengan limbah cair dalam skema reaksi CSTR, dan ozon dikontakkan dengan limbah cair yang dilanjutkan dengan reaksi dalam RHOP). Kondisi pH limbah cair yang digunakan adalah 3,5-4,3 (asam), 6,5-7,2 (netral) dan 10,3-11,0 (basa).
Penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk mendegradasi Amoxicillin yang terkandung dalam limbah cair yaitu, kondisi basa pH 10,8 dan sistem reaksi ozon yangn dihasilkan ozonator dikontakkan dengan limbah cair sedangkan RHOP dalam keadaan tidak menyala. Persentase degradasi yang dihasilkan mencapai 88,38%, dengan konsentrasi akhir 5,8 ppm.

In this experiment, the liquid waste of Amoxicillin synthetic 50 ppm ozonated by RHOP (ozone plasma hybrid reactor) and standard ozonator, in acid, neutral and base condition. The experiment was carried out with 3 kinds variations of system configurations reaction (eliminination reaction liquid waste in RHOP, the liquid waste contacted with ozone in CSTR reaction scheme and the liquid waste contacted with ozone followed by reaction in RHOP) and the RHOP was carried out with 4 kinds variations of voltage of the system, that is 8,0 kV, 9,33 kV, 10,67 kv and 12 kV. The liquid waste pH was 3,9 (acid), 5,9 (neutral) and 10,8 (base).
The maximum conditions to degrade liquid waste containing Amoxicillin are base at pH 10,8 and the ozone contacted with the liquid waste whereas RHOP switch off. The degradation percentage obtained in this experiment is around 88,38% with concentrations 5,809 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maylen Rhona Vika
"Dalam penelitian ini limbah cair yang mengandung limbah sintetis pklorofenol sebesar 50 ppm diozonasi menggunakan RHOP (reaktor hibrida ozonplasma) dan ozonator standar, pada kondisi asam, netral, dan basa. Penelitian ini dilakukan dengan variasi lainnya, yaitu 3 (tiga) macam konfigurasi sistem reaksi (reaksi penyisihan limbah dalam RHOP, ozon dikontakkan dengan limbah cair dalam skema reaksi CSTR, dan ozon dikontakkan dengan limbah cair yang dilanjutkan dengan reaksi dalam RHOP). Kondisi pH limbah cair yang digunakan adalah 3,9 (asam), 6,8 (netral) dan 10,8 (basa). Penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk mendegradasi p-koloronenol yang terkandung dalam limbah cair yaitu, kondisi basa pH 10,8 dan sistem reaksi ozon dikontakkan dengan limbah cair yang dilanjutkan dengan reaksi dalam RHOP. Persentase degradasi yang dihasilkan mencapai 83,97%, dengan konsentrasi akhir 8,01 ppm.

In this experiment the liquid waste of p-chlorophenol synthetic 50 ppm ozonated by RHOP (ozone-plasma hybrid reactor) and standard ozonator, in acid, neutral and base condition. The experiment was carried out with 3 kinds variations of system configurations reaction (eliminination reaction liquid waste in RHOP, the liquid waste contacted with ozone in CSTR reaction scheme and the liquid waste contacted with ozone followed by reaction in RHOP). The liquid waste pH conditions used was 3,9 (acid), 6,8 (neutral) and 10,8 (base). The maximum conditions to degrade liquid waste containing p-chlorophenol are base at pH 10,8 and the ozone contacted with the liquid waste followed by reaction in RHOP. The degradation percentage obtained in this experiment is around 83,97% with concentrations 8,01 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43757
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Ramadhan
"Floating Drugs Delivery System (FDDS) adalah sistem pengantaran obat yang memungkinkan obat bertahan lama pada cairan lambung dengan pH Asam dengan waktu yang lama.Floating Hidrogel Superabsorben (HSA) semi interpenetrating polymer network (semi-IPN) berbasis Kitosan dan poli(N-vinil-2-pirolidon) (PVP) atau kitosan-PVP di buat dengan rasio kitosan/PVP 70 : 30 b/b% dan Konsentrasi Agen pengikat silang Asetaldehid 2% yang kemudian di tambahkan yaitu NaHCO3 dan CaCO3 yang di variasikan konsentrasinya 5%;10%; 15%; 20%; 20%; b/b% terhadap material Kitosan-PVP dan agen pengikat silang. Amoxicillin Tryhidrate di gunakan sebagai model obat yang akan di loading di uji Efisiensi penyerapan dengan menggunakan metode in situ loading, Floating time Hidrogel & lag timehidrogel mengapung. Uji porositas dan pelepasan secara In vitro pada Larutan simulasi lambung pH 1.2. Spektrofotometer(FTIR), dan analisis morfologi Mikroskop Stereo. Efisiensi penyerapan obat pada hidrogel mengapung NaHCO3 dan CaCO3 variasi konsentrasi 5%; 10%; 15%; 20%; masing-masing sebesar 77%; 54%; 45%; 43%. Dan 93,09%; 82,60%; 68,36%; 60,71%. Hidrogel mengapung NaHCO3 memiliki % pelepasan yang lebih cepat di bandingkan CaCO3 dengan % pelepasan pada konsentrasi rendah ke tinggi 80;89;92;96 % dan 67;83;86;94 % pada larutan pH 1,2

Floating Drug Delivery System (FDDS) is a drug delivery system which allows the drug to survive prolonged time in Acid within long time.Floating Acid Hydrogels Super Absorbent (HSA) semi-interpenetrating polymer network (semi-IPN) based chitosan and poly (N- vinyl-2-pyrrolidone) (PVP) or chitosan-PVP prepared with a ratio of chitosan / PVP 70: 30 w / w% and the concentration of Crosslinking Agent Acetaldehyde 2% ,then added the Pore Forming Agent NaHCO3 / CaCO3 which in varying 5%; 10%; 15%; 20% w / w% against all Material. Amoxicillin Tryhidrate used as a model drug which will be tested in the loading the Entrapment efficiency test using in situ loading method, Floating time and lag time and in vitro release at gastric acid simulated solution pH 1.2. Spectrophotometer FTIR, and analysis of morphology (Stereo Microscope) are used to characterize the Floating hydrogels which have been synthesized. Drug Entrapment Efficiency of floating hydrogels NaHCO3 dan CaCO3 with variation of concentration 5%; 10%; 15%; 20%; each77%; 54%; 45%; 43%. and 93,09%; 82,60%; 68,36%; 60,71%.Floating Hydrogels NaHCO3has bigger %releasethan CaCO3with %releasefrom 5% to 20% : 80;89;92;96 % and 67;83;86;94 % in pH 1,2 solution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Prasasti Dewi
"Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik β-laktam yang mendominasi pasar antibiotik global, dimana proses produksinya secara enzimatis dilakukan oleh Penisilin-G Asilase (PGA). Pada produksi amoksisilin secara enzimatis dalam skala industri dibutuhkan enzim PGA dengan jumlah yang cukup besar. Proses tersebut membutuhkan enzim PGA dalam bentuk teramobil. Penggunaan PGA teramobil sendiri memiliki kelebihan dapat digunakan berkali-kali sehingga memberikan keuntungan tambahan secara teknologi dan ekonomis dalam proses sintesis amoksisilin. Imobilisasi ini dilakukan pada enzim PGA dari isolat Bacillus thuringiensis BD1 koleksi Lab Biokatalis-PRMT-ORHL-BRIN. PGA diimobilisasi  menggunakan bahan Na-Alginat sebagai matriks imobilisasi dengan menggunakan teknik penjebakan, dengan variasi konsentrasi Na-Alginat pada 1%, 1.25%, dan 1.5%. Pengujian stabilitas pH pada range pH 6-9, uji stabilitas termal pada range 30-60 0C, dilakukan pula uji penggunaan ulang, uji morfologi, dan juga uji sintesis amoksisilin. Aktivitas sebelum proses imobilisasi terukur sebesar 46.59 U/mg. Konsentrasi Na-alginat optimum pada imobilisasi PGA BD1 adalah sebesar 1.5% dengan aktivitas  terukur 41.01 U/mg.  PGA BD1 terimobilisasi dapat mempertahankan sekitar  ±20% dari jumlah aktivitas awal setelah dilakukan 4 kali pemakaian. Imobilisasi PGA optimum pada kondisi pH 7 dan suhu 40 0C. PGA BD1 terimobilisasi menghasilkan kadar amoksisilin lebih tinggi pada proses sintesa amoksisilin secara enzimatis jika dibandingkan dengan bentuk bebasnya

Amoxicillin is one of the β-lactam antibiotics that dominates the global antibiotic market, where the enzymatic production process is carried out by Penicillin-G Acylase (PGA). Enzymatic production of amoxicillin on industrial scale requires a large amount of the PGA enzyme. This process requires the PGA enzyme in immobilized form. The use of immobilized PGA has the advantage that it can be used many times, thus providing additional technological and economic advantages in the amoxicillin synthesis process. This immobilization was carried out on PGA enzymes from Bacillus thuringiensis BD1 isolates from the collection of the Biocatalyst Lab-PRMT-ORHL-BRIN. PGA was immobilized using Na-Alginate as the immobilization matrix using entrapment techniques, with variations in Na-Alginate concentrations at 1%, 1.25%, and 1.5%. pH stability testing in the pH range 6-9, thermal stability tests in the range 30-60 oC, reusability tests, morphology tests, and amoxicillin synthesis tests were also carried out. Activity before the immobilization process was measured at 46.59 U/mg. The optimum Na-alginate concentration in PGA BD1 immobilization was 1.5% with a measured activity of 41.01 U/mg. Immobilized PGA BD1 can maintain about ±20% of its initial activity after 4 uses. Optimum PGA immobilization at pH 7 and temperature 40 0C. Immobilized PGA BD1 produced higher levels of amoxicillin in the enzymatic amoxicillin synthesis process when compared with the free enzyme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Rieskaliana
"ABSTRAK
Stabilitas zat aktif dalam sediaan suspensi oral sangat penting untuk diperhatikan, terutama untuk senyawa antibiotik golongan β-laktam yang mudah terhidrolisis dengan adanya air selama proses penyimpanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan amoksisilin dan asam klavulanat seperti pH, suhu dan lamanya penyimpanan akan mempengaruhi persentase kadar obat tersebut selama proses terapi. Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis penetapan kadar amoksisilin dan asam klavulanat dalam sediaan suspensi oral menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang dilengkapi dengan kolom C-18 Phenomenex, menggunakan campuran dapar fosfat pH 4,4-metanol dengan perbandingan 95:5 sebagai fase gerak. Laju alir yang digunakan adalah 2,0 mL/menit dan detektor UV Vis pada panjang gelombang 220 nm. Validasi metode analisis memenuhi syarat keberterimaan yaitu nilai rata-rata presisi kadar sebesar 103,42% dengan RSD 0,48% untuk amoksisilin dan 99,99% dengan RSD 1,57% untuk asam klavulanat dan hasil akurasi amoksisilin dan asam klavulanat berturutturut adalah 99,75% dan 100,83%. Baik amoksisilin maupun asam klavulanat stabil pada pH antara 6,5 - 7,0 dan mengalami penurunan kadar pada pH asam dan basa. Pengujian stabilitas sediaan suspensi kering yang telah direkonstitusi dilakukan pada suhu dinging (2-8 °C) dan suhu ruang (25-30 °C) selama 7 hari.
Hasil pengujian stabilitas menunjukkan bahwa amoksisilin yang disimpan pada suhu dingin (2-8 °C) memenuhi syarat selama 7 hari dan asam klavulanat memenuhi syarat selama 5 hari. Kedua senyawa tidak stabil jika disimpan pada suhu ruang dimana penurunan kadar asam klavulanat lebih tinggi dibandingkan amoksisilin.

ABSTRACT
It is important to maintain the stability of the active substances in oral suspension, especially for β-lactam class of antibiotics that is easily hydrolyzed in the presence of water throughout the period of use. There are some factors influencing the stability of the compounds, such as pH, temperature, and storage periods thus can affect the percentage content during therapy. In this research, a High Performance Liquid Chromatography method of analysis was developed and validated. The HPLC method employed a C-18 reverse phase column Phenomenex with a mixture of sodium phosphate buffer pH 4,4 and methanol in the ratio of 95:5 as the mobile phase. The flow rate was 2 mL/min and detection was by means of a UV detector at a wavelength of 220 nm. The method validation was meet the acceptance criteria. Precision average of amoxicillin and clavulanic acid were 103,42% with RSD 0,48% and 99,99% with RSD 1,57% respectively and the accuracy for amoxicillin and clavulanic acid were 99,75% and 100,83% respectively. Both amoxicillin and clavulanic acid were stable in a range of pH 6,5 - 7,0 and the percentage of contents was decreasing in acidic and basic pH. Stability testing on reconstituted dry suspension was done at cool temperature (2-
8 ° C) and at room temperatures (25-30°C) for 7 days.
The results showed that amoxicillin that stored at cool temperature (2-8 °C) was stable for 7 days and clavulanic acid was stable for 5 days. Both compounds were unstable when stored at room temperatures where reduced level of clavulanic acid was higher than amoxicillin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T44999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Fimantari
"Infeksi Helicobacter pylori dapat diobati dengan amoksisilin trihidrat.Namun pengobatan ini tidak cukup efektif, hal ini dikarenakan pengobatan dengan sediaan konvensional yang digunakan memiliki waktu retensi yang cukup singkat di dalam lambung. Pada penelitian kali ini, obat amoksisilin trihidrat akan dienkapsulasi ke dalam matriks hidrogel semi-IPN K-PNVPdengan KHCO3 7,5 sebagai agen pembentuk pori.Obat yang sudah terenkapsulasi diuji efisiensi enkapsulasi dan disolusi secara in vitro. Hidrogel in situ loading menghasilkan nilai efisiensi enkapsulasi sebesar 95,8 dan disolusi 98,7 . Sedangkan hidrogel post loading menghasilkan nilai efisiensi enkapsulasi sebesar 77,3 dan disolusi 84,3 . Studi mekanisme disolusi obat dilakukan dengan model persamaan matematika agar diketahui kinetika dan mekanisme disolusinya. Untuk hidrogel post loading mengikuti model Higuchi, sedangkan hidrogel in situ loading mengikuti model orde satu. Model Korsmeyer-Peppas menunjukkan mekanisme disolusi hidrogel post loading adalah gabungan difusi dan erosi, hidrogel in situ loading berupa difusi. Hal tersebut didukung oleh hasil karakterisasi hidrogel sebelum dan sesudah uji disolusi dengan mikroskop optik dan SEM. Hasil mikroskop optik menunjukkan bahwa permukaan hidrogel sebelum dan sesudah uji disolusi pada kedua metode terlihat perubahan menjadi lebih kasar. Pori yang terbentuk sebagai hasil SEM mendukung model kinetika dan mekanisme pelepasan obat pada hidrogel post loading dan in situ loading.

Helicobacter pylori infection can be treated using trihydrate amoxicillin. However, this treatment is not effective enough, as the conventional dosage treatment has a relatively short retention time in the human stomach. In the present study, the amoxicillin trihydrate drug will be encapsulated into a semi IPN K PNVP hydrogel matrix with 7,5 KHCO3 as a pore forming agent. The encapsulated drug is tested with in vitro method to see the efficiency of its encapsulation and dissolution. The hydrogel in situ loading produces an encapsulation efficiency value. The values of the encapsulation efficiency is 95,8 and 98,7 , while post loading hydrogel yields an encapsulation efficiency value is 77,3 and the dissolution is 84,3 . The study of drug dissolution mechanism was done by using mathematical equation model to know its kinetics and its mechanism of dissolution. The post loading hydrogel was done by using Higuchi model, while hydrogel in situ loading used first order model. The Korsmeyer Peppas model shows that post loading hydrogel dissolution mechanism is a mixture of diffusion, erosion, and in situ loading hydrogel in the form of diffusion. It is supported by the results of hydrogel characterization, before and after dissolution test with optical microscope and SEM. The results of the optical microscope show that the hydrogel surface before and after the dissolution test in both methods shows the change becomes rougher. The formed pores as the results of SEM support kinetics mechanism and dissolution mechanism of hydrogel post loading and in situ loading."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanah Nurjannah
"Bakteri helicobacter pylori H. Pylori merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit radang lapisan pada lambung. Pengobatan terhadap infeksi bakteri tersebut dengan sediaan obat amoksisilin trihidrat yang sekarang ini memiliki waktu retensi yang sangat pendek di lambung yaitu sekitar 1-1,5 jam. Sistem penghantaran obat mengapung diharapkan memiliki waktu retensi yang lama di dalam lambung sehingga efisiensi obat dapat tercapai. Pada penelitian ini, telah disintesis matriks hidrogel kitosan- poli N-vinil pirrolidon secara semi-IPN dengan agen pembentuk pori CaCO3 sebesar 7,5. Amoksisilin dienkapsulaksi dalam matriks hidrogel untuk diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat mengapung dengan metode in situ loading dan post loading. Efisiensi enkapsulasi dan disolusi pada hidrogel in situ loading dan post loading dilakukan secara in vitro pada pH lambung. Hidrogel in situ loading menunjukan persen efisiensi enkapsulasi dan persen disolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hidrogel post loading. Persen efisiensi in situ dan post loading berturut-turut adalah 92,1 dan 89,4 sedangkan persen disolusinya berturut-turut adalah 97 dan 73,2. Studi mekanisme disolusi obat dilakukan dengan model persamaan matematika agar diketahui kinetika dan mekanisme disolusinya Kinetika pelepasan hidrogel in situ cenderung mengikuti kinetika orde satu, sedangkan hidrogel post loading mengikuti orde higuchi. Mekanisme disolusi yang terjadi pada kedua hidrogel adalah erosi.

Helicobacter pylori H. pylori is a type of bacteria that causes inflammation in the lining of the stomach. The Treatment of the bacterial infection by using conventional medicine which is amoxicillintrihidrate has a very short retention time in the stomach which is about 1 1,5 hours. Floating drug delivery system is expected to have a long retention time in the stomach so the efficiency of the drug can be achieved. In this study, has been synthesized matrix of semi IPN Chitosan Poly N Vinyl Pyrrolidone hidrogel with a pore forming agent of CaCO3 under optimum conditions. Amoxicillin is encapsulated in a matrix hydrogel to be applied as a floating drug delivery system by in situ loading and post loading methods. The efficiency of encapsulation and dissolution of hydrogels in situ loading and post loading are performed in vitro on gastric pH. In situ loading hydrogel shows higher percentage of encapsulation efficiency and dissolution compared to post loading loading hydrogel. The efficiency level of in situ and post loading were 92.1212 and 89,4321, respectively. while the percentage of dissolution were 99.68 and 62.6335 respectively. The aim of drug dissolution by mathematical equation model is to know kinetics and the mechanism of dissolution The kinetics of release of in situ hydrogel tends to follow first order kinetics, while the post loading hydrogel follows the higuchi order. The dissolution mechanism in both hydrogels is erosion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivander Jonathan Kim
"Limbah cair tekstil mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, yang bersifat toksik, karsinogenik, serta sulit untuk didegradasi. Efek berbahaya tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja, untuk itu perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Terdapat metode pengolahan limbah yaitu menggunakan teknologi Advanced Oxidation Processes (AOPs) di mana pada penelitian ini menggunakan Reaktor Ozon Plasma Nanobubble (ROPN). ROPN merupakan teknologi baru yang sedang dikembangkan untuk berbagai macam fungsi, salah satunya adalah untuk pengolahan limbah cair industri yang terbukti efisien untuk mendegradasi limbah cair zat pewarna. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kinerja ROPN dalam mengolah limbah cair remazol biru. Plasma non-termal akan digunakan untuk memproduksi radikal hidroksil, ozon, hidrogen peroksida, dan spesi aktif lainnya, kemudian akan mendegradasi limbah cair melalui proses oksidasi. Kondisi yang digunakan untuk penelitian ini adalah volume limbah cair sebanyak 1000 mL. Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis fluida gas sebagai umpan pembentukan ozon, laju alir gas, dan tegangan plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi minimum dengan lama waktu degradasi sebesar 60 menit, persentase degradasi remazol biru adalah 32,84% dengan kondisi tegangan plasma 12 kV dan laju alir udara adalah 2 liter/menit. Di samping itu, hasil pada kondisi optimum dengan lama waktu degradasi sebesar 60 menit, persentase degradasi remazol biru adalah 100% dengan kondisi tegangan plasma 5 kV dan laju alir oksigen adalah 2 liter/menit.

Textile wastewater contains hazardous chemicals, which are toxic, carcinogenic, and difficult to degrade. These harmful effects cannot be simply ignored, for this reason, it is necessary to process them before being discharged into the environment. There is a waste treatment method that uses Advanced Oxidation Processes (AOPs) technology which in this study uses an Ozone Plasma Nanobubble Reactor (ROPN). ROPN is a new technology that is being developed for various functions, one of which is for the treatment of industrial wastewater where it is proven to be efficient in degrading dye liquid waste. The purpose of this study was to test the performance of ROPN in treating remazol blue wastewater. Non-thermal plasma will be used to produce hydroxyl radicals, ozone, hydrogen peroxide, and other active species, then it will degrade the liquid waste through an oxidation process. The conditions used for this study were the volume of 1000 mL of liquid waste. Variations made in this study are the type of gas fluid as a feed for ozone formation, gas flow rate, and plasma voltage. The results showed that at minimum conditions with a degradation time of 60 minutes, the percentage of degradation of remazol blue was 32.84% with a plasma voltage of 12 kV and an air flow rate of 2 liters/minute. In addition, the yield at optimum conditions with a degradation time of 60 minutes, the percentage of degradation of remazol blue was 100% with a plasma voltage of 5 kV and an oxygen flow rate of 2 liters/minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafirah Hidayatul Maftuhah
"

Pengolahan air bersih menghasilkan lumpur yang membutuhkan lahan besar dalam pengolahannya. Antibiotik amoksisilin dan pewarna brilliant green merupakan polutan bio-refractory-organic yang tidak cukup efektif disisihkan dengan pengolahan air limbah konvensional. Maka, diperlukan alternatif lain untuk mengolah polutan tersebut dengan efisiensi tinggi. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas lumpur alum dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Citayam sebagai adsorben senyawa amoksisilin dan brilliant green dibandingkan dengan menggunakan karbon aktif komersial. Adsorben berbahan dasar lumpur alum tersebut terdiri dari tiga jenis, yaitu lumpur alum non-aktivasi (AS), komposit lumpur alum dan TiO2 (TiO2@AS), serta komposit lumpur alum dan ZnCl2 (ZnCl2@AS) sedangkan karbon aktif komersial yang digunakan berupa Powdered Activated Carbon (PAC). Beberapa variabel adsorpsi seperti dosis adsorben, konsentrasi polutan dan pH dilakukan dalam sistem batch. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan polutan meningkat seiring peningkatan dosis adsorben, dan menurun seiring peningkatan konsentrasi polutan. Sedangkan efek pH pada penyisihan polutan dapat bervariasi tergantung pada pHPZC adsorben dan pKa polutan. Efisiensi penyisihan untuk kedua polutan lebih efektif dengan menggunakan PAC. Akan tetapi, AS juga merupakan adsorben yang efektif untuk menyisihkan brilliant green. Sedangkan amoksisilin tidak efektif disisihkan baik dengan AS, TiO2@AS maupun ZnCl2@AS. Model isoterm Langmuir sesuai untuk adsorpsi brilliant green menggunakan AS (qm 33,33 mg/g), TiO2@AS (qm 21,37 mg/g) dan PAC (qm 256,41 mg/g). Sedangkan model isoterm Freundlich lebih sesuai untuk adsorpsi amoksisilin menggunakan PAC (KF 73,68 (mg/g) (L/mg)1/n)). Model kinetika menunjukkan bahwa adsorpsi brilliant green menggunakan AS, TiO2@AS dan PAC paling sesuai dengan model pseudo second order yang menunjukkan bahwa adsorpsi berlangsung secara kimia.

 


Drinking water treatment plants produce sludge that require large space for its treatment. An antibiotic compound amoxicillin and brilliant green dye are bio-refractory-organic pollutant which are not effectively removed by conventional sewage treatment plant. Therefore, it is needed to find another alternative for treating those pollutants with high efficiency. This study is aimed to evaluate the effectiveness of alum sludge from Citayam Water Treatment Plant (WTP) as adsorbent for amoxicillin and brilliant green, compare to commercial activated carbon. Alum-sludge based adsorbent consists of three types, alum sludge without activation (AS), composite of alum sludge with TiO2 (TiO2@AS) and composite of alum sludge with ZnCl2 (ZnCl2@AS), while commercial activated carbon used is Powdered Activated Carbon (PAC). Some adsorption variables such as adsorbent dosage, pollutant concentration and pH were conducted in batch system. Experiment results showed that removal efficiency of pollutant increases with increasing adsorbent dosage, and decreases with increasing pollutant concentration. Effect of pH on pollutant removal depends on pHPZC of adsorbent and pKa of pollutant. Removal efficiency for both pollutant are higher for PAC. However, AS is also an effective adsorbent for removing brilliant green. Meanwhile, amoxicillin is not effectively removed by AS, TiO2@AS or ZnCl2@AS. Langmuir isotherm model fitted well for Brilliant green adsorption using AS, (qm 33,33 mg/g), TiO2@AS (qm 21,37 mg/g) dan PAC (qm 256,41 mg/g). Meanwhile Freundlich isotherm model fitted well for amoxicillin adsorption using PAC (KF 73,68 (mg/g) (L/mg)1/n)). The kinetics data showed that brilliant green adsorption using AS, TiO2@AS and PAC followed pseudo second order model indicating chemisorption process.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aini
"Keterbatasan amoksisilin trihidrat dalam menangani bakteri H. pylori adalah waktu retensi yang cukup singkat di dalam lambung. FDDS Floating Drug Delivery System amoksisilin trihidrat ke dalam matriks hidrogel full-Ipn kitosan-poli N-vinilkaprolaktam menggunakan agen pembentuk pori KHCO3 diharapkan mampu mengatasi keterbatasan tersebut. Agen pembetuk pori yang akan digunakan adalah senyawa KHCO3 15. Pendekatan kinetika kimia dilakukan untuk mengetahui mekanisme disolusi amoksisilin trihidrat dari hidrogel K-PNVCL secara in vitro pada pH lambung dan karakterisasi menggunakan SEM dilakukan untuk mengkonfirmasi mekanisme disolusi. Hidrogel dengan penambahan agen pembentuk pori akan di loading secara in situ loading dan post loading. Spektroskopi Fourier Transform Infra Red FTIR digunakan untuk mengkarakterisasi hidrogel K-PNVCL dan UV-Vis digunakan untuk menghitung efisiensi enkapsulasi dan laju disolusi obat pada hidrogel K-PNVCL. Hidrogel K-PNVCL/KHCO3 yang dienkapsulasi obat dengan metode in situ loading menghasilkan efisiensi enkapsulasi sebesar 93,5 dan disolusi sebesar 93,4 . Sementara pada Hidrogel K-PNVCL/KHCO3 yang dienkapsulasi obat secara post loading menghasilkan efisiensi enkapsulasi sebesar 87,2 dengan disolusi sebesar 81,5 . Pendekatan kinetika kimia pada enkapsulasi obat secara in situ loading dan post loading menunjukkan mekanisme disolusi yang terjadi pada matriks hidrogel K-PNVCL/KHCO3 terjadi secara difusi. Pengamatan menggunakan mikroskop optik dan SEM menunjukkan mekanisme disolusi obat pada Hidrogel K-PNVCL terjadi secara difusi.Kata Kunci : Hidrogel, poli N-Vinilkaprolaktam , FDDS, agen pembentuk pori, kinetika kimia, mekanisme disolusi, difusi.

The limitation of amoxicillin trihydrate in the treatment of H. pylori bacteria is elatively short retention time in the stomach. The FDDS Floating Drug Delivery System amoxicillin trihydrate into a chitosan poly N vinylcaprolactam full Ipn hydrogel matrix using a pore forming agent KHCO3 is expected to overcome these limitations. The pore forming agent to be used is 15 KHCO3 compound. Chemical kinetics approach is performed to determine the dissolution mechanism of amoxicillin trihydrate from K PNVCL hydrogel in vitro on gastric pH and characterization using SEM performed to confirm the dissolution mechanism. Hydrogels with the addition of pore forming agents will be loading in situ loading and post loading. Fourier Transform Infra Red FTIR spectroscopy was used to characterize K PNVCL and UV Vis hydrogels used to calculate the efficiency of encapsulation and drug dissolution rate in K PNVCL hydrogel. Hydrogel K PNVCL KHCO3 that encapsulated by in situ loading method resulted in an encapsulation efficiency of 93.5 and dissolution of 93.4. While the Hydrogel K PNVCL KHCO3 which is drug encapsulation resulted in an encapsulation efficiency of 87.2 with dissolution of 81.5. Chemical kinetics approach to in situ encapsulation of loading and post loading shows the dissolution mechanism occurring in the K PNVCL KHCO3 hydrogel matrix occurs by diffusion. Observation using optical microscope and SEM showed the mechanism of drug dissolution in Hydrogel K PNVCL occurred by diffusion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>