Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novia Arinda Pradisty
"Senyawa fenol dan 4-klorofenol merupakan polutan organik yang bersifat toksik, persisten, dan bioakumulatif, bahkan dalam konsentrasi rendah. Kedua senyawa tersebut banyak terkandung pada limbah cair industri, sehingga diperlukan pengolahan limbah yang memadai. Pada penelitian ini, telah dipelajari fotodegradasi polutan organik fenol dan 4-klorofenol dengan sistem Fenton heterogen menggunakan katalis bentonit Tapanuli terpilar Fe(III) oksida (Fe-bentonit). Penentuan nilai kapasitas tukar kation (KTK) Na-bentonit dengan metode [Cu(en)2]2+ menghasilkan nilai KTK 48,7490 mek/100 gram bentonit. Fe-bentonit dipreparasi melalui metode tukar kation menggunakan larutan pemilar yang terdiri dari larutan NaOH dan FeCl3 dengan rasio mol OH/Fe 2:1 dan dikalsinasi pada suhu 300°C dan 500°C.
Karakterisasi material Fe-bentonit dilakukan dengan XRD, FTIR, EDS dan AAS. Reaksi foto-Fenton yang terdiri dari sinar UV, H2O2 dan Fe-B mampu mendegradasi fenol dan 4-klorofenol secara efektif menjadi intermediet asam-asam karboksilat. Konsentrasi H2O2 optimum untuk reaksi foto-Fenton fenol didapatkan pada konsentrasi H2O2 78,3528 mM. Penentuan peran dari setiap komponen pada reaksi foto-Fenton dianalisis menggunakan rangkaian kondisi reaksi adsorpsi, fotolisis, efek H2O2, Fenton dan foto-Fenton homogen. Variasi suhu pilarisasi dan konsentrasi fenol serta 4-klorofenol dilakukan untuk membandingkan aktivitas katalisis. Pengamatan dari variasi kondisi tersebut menunjukkan bahwa Reaksi foto-fenton heterogen dengan katalis Fe-B memberikan persen penurunan konsentrasi fenol dan klorofenol yang terbaik.

Phenol and 4-chlorophenol are recalcitrant organic pollutants characterized as toxic, persistent and bioaccumulative, even in low concentration. Those two compounds has been detected in industrial wastewater, thus need to be processed further in waste management. In this research, photodegradation of phenol and 4-chlorophenol in Fenton heterogeneous system was conducted using Fe (III) oxide pillared Tapanuli bentonite (Fe-bentonite). Prior to catalyst preparation, cation exchange capacity (CEC) of Na-bentonite was determined by [Cu(en)2]2+ method and was found to be 48.7490 meq/100 grams of bentonite. Fe-bentonite was prepared by cation exchanging process using pillaring solution comprised of NaOH and FeCl3 solution with molar ratio of OH/Fe 2:1 and calcined at 300°C and 500°C.
Material characterization was conducted by XRD, FTIR, EDS and AAS. Photodegradation reaction which consist of UV-C light, H2O2 and Fe-bentonite was successful to break down phenol and 4-chlorophenol effectively into carboxylic acid intermediates. The optimum H2O2 concentration was obtained at 78.3528 mM. Role of each reaction components was analyzed by a series of control reactions (adsorption, photolysis, H2O2 effect, Fenton and homogeneous photo-Fenton). The effect of pillarization temperature and phenol and 4-chlorophenol concentration also carried out as comparison. To conclude, the heterogeneous system of Fe-B in the presence of UV-C light and H2O2 showed to give the highest photodegradation activity."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S52455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Ramadhan
"Senyawa fenol dan p-klorofenol merupakan polutan organik yang bersifat toksik, persisten, dan bioakumulatif, bahkan dalam konsentrasi rendah. Kedua senyawa tersebut banyak terkandung pada limbah cair industri, sehingga diperlukan pengolahan limbah yang memadai.
Pada penelitian ini, telah dipelajari fotodegradasi polutan organik fenol dan p-klorofenol dengan sistem Fenton heterogen menggunakan katalis bentonit Tapanuli terpilar Fe(III) oksida (Fe-bentonit). Febentonit dipreparasi melalui metode tukar kation menggunakan larutan pemilar yang terdiri dari larutan NaOH dan FeCl3 dengan rasio mol OH/Fe 2:1 dan dikalsinasi pada suhu 300°C dan 500°C.
Karakterisasi material Fe-bentonit dilakukan dengan XRD, FTIR, dan AAS. Reaksi foto-Fenton yang terdiri dari sinar UV, H2O2 dan Fe-BT 300 mampu mendegradasi fenol dan p-klorofenol secara efektif menjadi Karbon dioksida dan air serta zat intermediet. Variasi suhu pilarisasi dan konsentrasi fenol serta pklorofenol dilakukan untuk membandingkan aktivitas katalisis.
Pengamatan dari variasi kondisi tersebut menunjukkan bahwa reaksi foto-fenton heterogen dengan katalis Fe-BT 300 memberikan persen penurunan konsentrasi fenol dan p-klorofenol yang terbaik (Fe-BT 300; berturut-turut 95,79 %, 72,29%).

Phenol and p-chlorophenol are recalcitrant organic pollutants characterized as toxic, persistent and bioaccumulative, even in low concentration. Those two compounds has been detected in industrial wastewater, thus need to be processed further in waste management.
In this research, photodegradation of phenol and pchlorophenol in Fenton heterogeneous system was conducted using Fe (III) oxide pillared Tapanuli bentonite (Fe-bentonite). Fe-bentonite was prepared by cation exchanging process using pillaring solution comprised of NaOH and FeCl3 solution with molar ratio of OH/Fe 2:1 and calcined at 300°C and 500°C.
Material characterization was conducted by XRD, FTIR, and AAS. Photodegradation reaction which consist of UV light, H2O2 and Fe-bentonite was successful to break down phenol and p-chlorophenol effectively into carboxylic acid intermediates. The effect of pillarization temperature and phenol and p-chlorophenol concentration also carried out as comparison.
To conclude, the heterogeneous system of Fe-BT 300 in the presence of UV light and H2O2 showed to give the highest photodegradation activity. The degradation of phenol and p-chlorophenol that catalyst by Fe-BT 300 are 95,79 % and 72,29%."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S58671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamal Miftah
"Bentonit alam Jambi telah dimodifikasi menjadi Fe bentonit dengan menggunakan polikation besi III oksida sebagai katalis reaksi foto fenton. Karakterisasi katalis dilakukan menggunakan metode FTIR XRD dan EDS sementara studi fotokatalisis dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV Visible pada panjang gelombang 200 400 nm. Sebelum preparasi dilakukan pemurnian bentonit untuk mendapatkan bentonit yang kaya akan montmorilonit yang akan diseragamkan kation bebasnya dengan Na menjadi Na bentonit. Selanjutnya menggunakan metode kompleks tembaga amin ditentukan nilai kapasitas tukar kation dari bentonit Jambi dan diperoleh nilai KTK sebesar 37 1281 mek 100gram bentonit.
Hasil karakterisasi XRD dan EDS mengkonfirmasi keberadaan besi III oksida dalam bentonit Pengurangan kadar polutan organik fenol dan p klorofenol dilakukan menggunakan besi III oksida yang disisipkan pada katalis bentonit alam dengan penambahan hidrogen peroksida H2O2 30 dan penyinaran sinar UV C direaksikan dalam proses batch Untuk perbandingan proses adsorpsi fotolisis dan reaksi fenton dipelajari untuk menunjukkan penurunan kadar fenol dan p klorofenol yang murni berdasarkan proses foto fenton.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan katalis besi III oksida yang disisipkan pada bentonit dengan pH awal diatas 6 dan penambahan 78 mM H2O2 total penurunan kadar yang paling efektif dari 100 mg L 1 fenol pada panjang gelombang 269 nm terjadi dalam waktu 90 menit dibandingkan dengan penurunan kadar p klorofenol pada panjang gelombang 279 nm.

Bentonite from Jambi has been modified into Fe bnetonit using iron III oxide polication as intercalation agent. Before perparation bentonite purification was performed in order to get bentonite which is rich with montmorillonite phase and then is cation exchanged with Na called Na bentonite. Furthermore using a copper amine methode its cation exchange capacity CEC value was determined as 37 1281 mek 100 g bentonite Reduction of the organic pollutants phenol and p chlorophenol was conducted using iron III oxide immobilized on pristine bentonite catalyst in the presence of hydrogen peroxide H2O2 30 and UV C light in batch process.
Catalyst characterization was performed using FT IR XRD and EDS while photocatalytic study was done by UV Visible spectrophotometry at wavelength 200 400 nm As comparison adsorption photolysis and fenton process were studied to indicate the degradation of phenol and p chlorophenol were purely based on photo fenton process.
The results indicated that by using catalyst of iron III oxide ndash pillared bentonite at initial pH above 6 and 78 mM H2O2 total decreased contents of the 100 mg L 1 phenol at wavelength 269 nm and p chlorophenol at wavelength 279 nm was occurred within 90 minutes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syah Reza
"ABSTRAK
Proses adsorpsi pada bentonit tapanuli yang termodifikasi surfaktan kationik
terhadap senyawa organik paraklorofenol telah dilakukan. Dilakukan fraksinasi
terlebih dahulu untuk mendapat kandungan montmorillonit terbanyak, kemudian
dilakukan preparasi Na-MMT (Natrium Montmorillonit), dan penentuan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) memberikan nilai sebesar 62,5 meq/gram. Surfaktan yang
digunakan ialah surfaktan kationik ODTMABr (Oktadesil Trimetil Ammonium
Bromida) yang memiliki 18 rantai alkil. Surfaktan ini digunakan sebanyak 1 KTK
sebagai interkalan dalam preparasi organoclay. Analisis dengan menggunakan XRD
menunjukkan basal spacing dari OCT (Organoclay Tapanuli) mengalami peningkatan
yang cukup besar (21,04) dibandingkan dengan Na-MMT (14,33) dan montmorillonit
(15,69). Hal ini membuktikan bahwa surfaktan kationik telah masuk ke dalam
montmorillonit. Hasil uji aplikasi OCT sebagai adsorben senyawa organik para
klorofenol (p-C6H4Cl(OH)) menunjukkan bahwa organoclay lebih baik daya
adsorpsinya dibandingkan dengan bentonit alam. Saat p-klorofenol memiliki
konsentrasi sebesar 50 ppm, OCT mampu menyerap senyawa tersebut sebesar 36,4
ppm dan belum menunjukkan kondisi optimum. Di sisi lain, bentonit alam telah
mencapai optimum saat konsentrasi awal 10 ppm. Pola isoterm adsorpsi dari OCT
menunjukkan pola isoterm adsorpsi Freundlich pada konsentrasi besar namun pada
konsentrasi kecil pola yang ditunjukkan adalah pola isoterm adsorpsi Langmuir.

ABSTRACT
Adsorption on tapanuli bentonite modified by cationic surfactant has been done.
The fractionation of bentonite has been done in order to get the highest contain of
montmorillonite, then it was done the preparation of Na-MMT (Sodium
Montmorillonite), and the result of cation exchange capacity (CEC) is 62,5 meq/gram.
In this research, ODTMABr (Octadecyl Trimethyl Ammonium Bromide) which has
18 alkyl chains, was used as cationic surfactant. 1 CEC of surfactant was used as
intercalant agent in organoclay preparation. XRD analysis showed the basal spacing of
OCT increased significantly (21,04) when compared with Na-MMT (14,33) and
Montmorillonite (15,69). This result proved that cationic surfactant has been
intercalated into montmorillonite. The application of OCT as adsorbent of pchlorophenol(
p-C6H4Cl(OH)) showed that OCT is better than raw material bentonite.
When the concentration of p-chlorophenol was 50 ppm, OCT could adsorp its
compound in 36,4 ppm and has not reached the optimum condition, whereas raw
material benonite has the optimum condition in10 ppm. The adsorption isoterm of
OCT showed Freundlich adsorption isoterm rules in high concentration while in low
concentration the rules was followed Langmuir adsorption isoterm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Kosamagi
"Kalkon merupakan senyawa organik yang penting karena memiliki aktivitas biologis tertentu seperti anti-oksidan, anti-konvulsan, anti-bakteri, dll. Jumlah senyawa kalkon yang didapatkan dari hasil isolasi bahan alam sangat sedikit. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa kalkon dan turunannya melalui jalur sintesis. Penelitian ini telah berhasil mensintesis senyawa kalkon dengan menggunakan katalis heterogen Ca@Al-Bentonit. Bentonit alam yang digunakan dalam penelitian ini, berasal dari daerah Bogor. Berdasarkan penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation KTK , bentonit alam Bogor memiliki nilai KTK 35,84 meq/100 gram bentonit. Bentonit alam dipreparasi, dijenuhkan menjadi Na-Bentonit, dan dipilarkan menggunakan larutan pemilar polikation Al dengan rasio OH/Al 2,2. Al-Bentonit ini untuk kemudian diimpregnasi basah dengan 20 Ca2 dari prekursor CaCl2. Pola XRD Al-Bentonit 2? = 4,6541o mengalami pergeseran ketika diimpregnasi basah dengan 20 Ca2 2? = 4,8691o . Data tersebut diperkuat dengan data dari PSA dimana luas permukaan Al-Bentonit naik 29,58 setelah diimpregnasi dengan Ca2 . Data FTIR menunjukkan hal yang sama, terlihat puncak serapan pada bilangan gelombang 519,8 cm-1 yang mengindikasikan adanya ikatan Ca ndash;O setelah proses impregnasi. Berdasarkan hasil karakterisasi tersebut, disimpulkan Ca@Al-Bentonit berhasil disintesis. Katalis Ca@Al-Bentonit ini, kemudian dipelajari aktivitas katalitiknya pada reaksi sintesa senyawa kalkon. Reaksi dilakukan dengan variasi suhu RT, 45 °C, 60 °C, 75 °C , variasi massa katalis 10 , 20 , 30 , 40 , dan variasi lama waktu reaksi 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam dalam kondisi refluks. Berdasarkan hasil reaksi, diperoleh kondisi optimum pada suhu reaksi 75 °C ; 40 massa katalis ; dan lama waktu reaksi 24 jam dengan yield sebesar 6,29 0,0141 gram .

Chalcone is an important organic compound because it has certain biological activities such as anti oxidant, anti convulsant, anti bacterial, etc. The amount of Chalcone compound obtained from the isolation of natural materials are very low in yield. There have been many attempts made to obtain Chalcone compounds and its derivatives through the synthesis pathway. This research has succeeded in synthesizing Chalcone compound by using Ca Al Bentonite as heterogeneous catalyst. Natural bentonite which is used in this research comes from the Bogor region. Based on Cation Exchange Capacity CEC determination, Bogor 39 s natural bentonite has CEC value 35.84 meq 100 gram bentonite. Natural bentonite was prepared, saturated into Na Bentonite, and pillared with Al polycation solution with an OH Al ratio of 2.2. Al Bentonite is then wet impregnated with 20 Ca2 of CaCl2 precursors. The Al Bentonite XRD pattern 2 4.6541o undergoes a shift after being wet impregnated with 20 Ca2 2 4,8691o . The data was reinforced by data from PSA in which the Al Bentonite surface area increased by 29.58 after being impregnated with Ca2 . FTIR data show the same thing, seen the absorption peak at wave number 519,8 cm 1 which indicate the existence of Ca O bond after impregnation pr°Cess. Based on the results of the characterization, it was concluded that Ca Al Bentonite was successfully synthesized. This Ca Al Bentonite catalyst, then studied its catalytic activity in the synthesis reaction of the Chalcone compound. The reaction was carried out on temperature variation RT, 45 °C, 60 °C, 75 °C , variation of catalyst mass percentage 10 , 20 , 30 , 40 , and variation of reaction time 6 hours, 12 hours, 18 hours, 24 hours under reflux conditions. Based on the reaction result, the optimum condition was obtained at the reaction temperature of 75 °C 40 mass of catalyst and 24 hours reaction time with the yield of 6.29 0.0141 gram ."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Resa Aditia
"Depolimerisasi lignin dapat menghasilkan senyawaan fenolik yang dapat digunakan untuk memproduksi senyawa kimia yang lebih bermanfaat. Lignin memiliki ikatan yang didominasi oleh ikatan α-O-4, β-O-4, and β-5. Pada penelitian ini digunakan Benzyl Phenyl ether (BPE) sebagai model lignin untuk untuk mengetahui mekanisme pemutusan ikatan α-O-4 pada lignin menggunakan katalis HZSM-5 berpori hirarki yang terimpregnasi oksida bimetal Co-Mo. Oksida bimetal Co-Mo disintesis dengan perbandingan rasio molar yaitu 1:1, bimetal oksida Co-Mo diimpregnasi pada HZSM-5 dengan variasi w/w % loading yaitu 5%, 10% dan 15%. CoMo/HZSM-5 berpori hirarki yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan metode karakterisasi zat padat seperti XRD, SEM, XRF, FTIR, BET dan NH3-TPD. Selanjutnya uji aktivitas katalitik dilakukan menggunakan reaktor Batch terbuat dari stainless steels bervolume 200 mL. Reaksi optimasi katalis dilakukan pada suhu 150°C selam 30 menit dengan perbandingan massa substrat: katalis yaitu 2:1, memberikan rasio substrat/CoMo sebesar 40:1 unutk CoMo/HZSM-5 5%, 22,2:1 untuk CoMo/HZSM-5 10% dan 10,8:1 untuk CoMo/HZSM- 5 15%. Produk hasil reaksi diidentifikasi menggunakan HPLC. Dihasilkan yield tertinggi produk fenol dan vanilin masing-masing sebesar 8,64% dan 23,3% ketika menggunakan CoMo/HZSM-5 10%. Kemudian menggunakan CoMo/HZSM-5 10% dilakukan reaksi aktivitas katalitik dengan variasi waktu reaksi 60 menit dan 90 menit. Pada waktu reaksi 60 menit dan 90 menit tidak ditemukan adanya fenol, sedangkan vanillin yang dihasilkan masing-masing sebesar 0,49% dan 0,27%.

Lignin depolymerization produces phenolic compounds that can be used to produce more useful chemical compounds. Lignin bonds is dominated by α-O-4, β-O-4, and β-5 bonds. In this study, benzyl phenyl ether (BPE) used as a lignin model to determine the mechanism of α-O-4 bond breaking in lignin using hierarchical HZSM-5 catalyst impregnated with Co-Mo bimetal oxide. Bimetallic oxide Co-Mo was synthesized with a molar ratio of 1:1, and impregnated in HZSM-5 with variations w/w % loading; 5%, 10% and 15%. The resulting hierarchical CoMo/HZSM-5 was characterized using XRD, SEM, XRF, FTIR, BET and NH3-TPD. Furthermore, the catalytic activity test was carried out using a tainless-steel batch reactor with volume of 200 mL. The catalyst optimization reaction was carried out at 150°C for 30 minutes with a substrate:catalyst mass ratio of 2:1 (giving a substrate/CoMo ratio of 40:1 for CoMo/HZSM-5 5%, 22.2:1 for CoMo/HZSM-5 10% and 10.8:1 for CoMo/HZSM-5 15%). The reaction products were identified using HPLC. CoMo/HZSM-5 10% showed the highest yields of phenol and vanillin products of 8.64% and 23.3% respectively. Later, by using CoMo/HZSM-5 10%, the catalytic activity reaction was carried out with variations in reaction time of 60 minutes and 90 minutes. At the reaction time of 60 minutes and 90 minutes, no phenol was found, while the vanillin produced was 0.49% and 0.27%, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah
"Nanopartikel Fe- doped ZnO/Montmorillonite dengan empat variasi konsentrasi dopant disintesis menggunakan metode kopresipitasi. Seluruh sampel menunjukkan fase tunggal dari struktur hexagonal wurzite ZnO pada spektrum X-ray Diffraction (XRD), namun fase sekunder dari ZnFe2O4 ditemukan pada sampel dengan konsentrasi dopant 12 at.%. Keberadaan dopant Fe dan montmorillonite dikonfirmasi menggunakan spektroskopi Energy Dispersive X-ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), dan Electron Spin Resonace (ESR). Hasil spektroskopi UV-Vis Diffuse Reflectance (UV-Vis DRS) menunjukkan nilai celah energi yang diperoleh menurun seiring meningkatnya konsentrasi dopant. Uji aktivitas fotokatalitiik dipelajari dengan menggunakan Congo Red (CR) sebagai model polutan organik di bawah paparan sinar Ultra Violet (UV). Degradasi CR yang diamati meningkat seiring meningkatnya konsentrasi dopant. Studi efek dosis katalis dan konsentrasi awal CR menunjukkan hasil optimum dapat tercapai saat menggunakan 0.7g/L Fe-doped ZnO/Montmorillonite 12 at.% untuk mendegradasi 20 mg/L CR pada pH netral. Jenis Reactive Oxygen Species (ROS) yang paling berperan pada aktivitas fotokatalitik ialah elektron (e-)> hole (h+)> OH.

Four variations in dopant concentration of Fe-doped ZnO/Montmorillonite nanoparticles were synthesized using co-precipitation method. X-Ray Diffraction spectrum are shown hexagonal wurzite structure for all samples, while at 12 at.% doping concentration the secondary fase of ZnFe2O4 is detected. The existence of Fe dopant and montmorillonite are confirmed by Energy Dispersive X-Ray, Fourier Transform Infrared, and Electron Spin Resonance Spectroscopies. Results of UV-Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy shows tendency of energy gap decreases with increasing dopant concentration. Photocatalytic activities were evaluated by using Congo Red (CR) as a model of organic pollutants under UV light irradiation. The optimum condition to degrade 20 mg/L CR obtains for 0.7 g/L of 12 at.% Fe-doped ZnO/Montmorillonite in neutral condition. The type of Reactive Oxygen Species (ROS) that most contribute on photocatalytic activity is as followed electron (e-)> hole (h+)> OH."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryanti
"Katalis heterogen memiliki berbagai keunggulan diantaranya mudah dipisahkan dengan produk, dapat dipakai ulang dan lebih ramah lingkungan. Sintesis katalis bimetal Ni-Co - yang diammobilisasi dari clay Tapanuli telah dilakukan. Awalnya dilakukan sintesis Na-Bentonit yang bertujuan untuk menyediakan ruang yang cukup untuk ammobilisasi bimetal ke dalam interlayer clay sehingga bimetal dapat terammobilisasi dengan maksimal. Selanjutnya dilakukan ammobilisasi bimetal Ni-Co pada clay Tapanuli sehingga didapatkan katalis bimetal Ni-Co/Na-BP. Katalis bimetal Ni-Co/Na-BP dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction, Fourrier Transform Infra Red, Energy Dispersive X-Ray Analysis dan uji katalitik dengan Gas Chromatoghraphy. Hasil Fourrier Transform Infra Red menunjukkan adanya penggantian sejumlah besar kation interlayer yang biasanya ada pada pembentukan hidrat yaitu penurunan intensitas puncak ?OH di bilangan gelombang 1638 cm-1 dan bergeser ke 1628 cm-1 setelah ammobilisasi. Hasil X-Ray Diffraction menunjukkan puncak montmorilonit bergeser dari 2θ = 5,96° ke 8,94° dengan nilai basal spacing sebesar 14,82 Å menjadi 9,86 Å. Hasil ini menunjukkan bahwa logam Ni, dan Co masuk ke interlayer clay melalui mekanisme pertukaran kation. Hasil Energy Dispersive X-Ray Analysis menunjukkan logam Ni dan Co dapat terammobilisasi pada clay dengan perbandingan 1 : 1. Uji katalitik pada reaksi transesterifikasi memperlihatkan bahwa katalis bimetal Ni-Co/Na-BP menghasilkan fatty acid methyl ester terbesar yaitu 2 % serta lebih selektif terhadap produk yang dihasilkan yaitu dapat mengkonversi asam palmitat menjadi metil palmitat lebih banyak sebesar 0,28 %.

Heterogen catalysts have various advantages, they are easy to separate with their product, can be reusable and environment friendly materials. Synthesis Ni-Co bimetallic catalysts that were ammobilized by Tapanuli clay have been carried out. Firstly the synthesis of Na-Bentonite was conducted to allow enough area for ammobilizing bimetal in the clay interlayer. Secondly bimetal Ni-Co ammobilization in the Tapanuli clay and resulted Ni-Co/Na-BP bimetallic catalysts. The immobilization was characterized by X-Ray Diffraction, Fourrier Transform Infra Red, Energy Dispersive X-Ray Analysis and catalytic test with Gas Chromatoghraphy. Fourrier Transform Infra Red spectra showed subtitution of a high number interlayer cation wich consisted of a hidrated formation. This formation decreased the peak intensity of ?OH and this peak shifted from 1638 cm-1 to 1628 cm-1. X-Ray Diffraction spectra showed the montmorillonit peak of 2θ = 5,96° shifted to 2θ = 8.94° with the alteration of basal spacing from 14.82 Å to 9.86 Å. This result indicated the insertion of Ni and Co in interlayer clay with a cation exchange reaction. Energy Dispersive X-Ray Analysis showed the ammobilized of Ni and Co in clay was in ratio 1: 1. Catalytic test in the transesterification reaction showed that Ni-Co/Na-BP bimetallic catalyst yielded biggest fatty acid methyl ester with the amount of 2 % and also was more selective toward product which yielded higher palmitic acid conversion to methyl palmitic with the amount of 0,28 %."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livi Edwina
"Bentonit Tapanuli merupakan salah satu mineral yang banyak dimanfaatkan dalam bidang penelitian sebagai adsorben, khususnya logam berat. Hal ini disebabkan sifatnya yang memiliki permukaan negatif sehingga dapat menyerap kation. Tujuan interkalasi bentonit adalah untuk menghasilkan sifat kimia dan fisika yang lebih baik dari sebelumnya. Proses interkalasi menggunakan monosodium glutamat terjadi pada interlayer bentonit dan berhasil meningkatkan basal spacing dari 14,96 A pada Na-MMT (Na-Bentonit) menjadi 15,42 A dan 15,34 A masing masing pada organobentonit 1 KTK dan 2 KTK dengan karakterisasi menggunakan XRD. Keberhasilan terjadinya interkalasi juga dikarakterisasi dengan FTIR. Kemampuan bentonit menyerap logam dipengaruhi oleh kapasitas tukar kationnya. KTK bentonit Tapanuli yang didapatkan dari penelitian ini adalah 46,74 mek/100 gram bentonit.
Dari hasil penelitian juga didapatkan waktu optimum adsorpsi bentonit terhadap masing-masing ion logam adalah 2 jam. Daya adsorpsi paling besar dengan waktu optimum 2 jam adalah organobentonit 2 KTK sebesar 14,4025 mg/0,1 gram bentonit (93,3773 mek/100 gram bentonit) dan 12,1876 mg/0,1 gram bentonit (93,2348 mek/100 gram bentonit) masing-masing terhadap ion logam Cd2+ dan Zn2+.

Tapanuli bentonite is a mineral which is widely used in research as an adsorbent, especially for heavy metals. This is due to it has a negative charge on its surface so it can adsorp cations. The aim of intercalation bentonite is to produce a better chemical and physical properties. The intercalation process occurs in the interlayer of bentonite and success to increase the basal spacing from 14,96 A in Na-MMT (Na-Bentonite) to 15,42 A and 15,34 A respectively on organobentonite 1 CEC and 2 CEC. The success of intercalation was also characterized by FTIR. The ability of bentonite to absorb metal ions was also influenced by cation exchange capacity. The CEC of Tapanuli bentonite is 46,74 mek/100 grams bentonite.
The result of this research is the optimum time of adsorption bentonite is 2 hours. The most large energy adsorption with the optimum time 2 hours is organobentonit 2 CEC at 14,4025 mg/0,1 grams bentonite (93,3773 mek/100 grams bentonite) and 12,1876 mg/0,1 grams of bentonite (93,2348 mek/100 grams bentonite) for each metal ions Cd2+ and Zn2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Prastanta
"Methyl orange (MO) adalah salah satu bahan pewarna yang banyak digunakan di industri tekstil. MO memiliki sifat karsinogen dan berbahaya yang dapat mencemari air dan sangat beracun jika dikonsumsi oleh manusia, sehingga perlu dilakukan fotodegradasi yang efektif. Pada penelitian ini dilakukan sintesis Ag-ZnO/GO untuk fotodegradasi methyl orange. Ag-ZnO/GO memiliki aktivitas fotodegradasi yang baik terhadap methyl orange yang dibuktikan dengan menggunakan UV–Vis diffuse reflectance spectroscopy (UV-DRS) dengan perbandingan nilai band gap yang menurun dari 3,40 eV untuk ZnO menjadi 2,43 eV untuk Ag-ZnO/GO, lalu terdapat peningkatan persentase degradasi sebesar 92 % pada ZnO menjadi 99,6% pada Ag-ZnO/GO dan nilai Kt pada ZnO sebesar 2,21 x 10-2 menit-1 menjadi 2,47 x 10-2 menit-1 pada Ag- ZnO/GO. Katalis juga dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), Raman Spectrophotometer, X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy (SEM) Surface Area Analyzer (SAA-BET), dan persentase degradasi methyl orange diukur dengan UV-VIS Spectrophotometry.

Methyl orange (MO) is a dye that is widely used in the textile industry. MO has carcinogenic and dangerous properties that can pollute water and is very toxic if consumed by humans, so it is necessary to carry out effective photodegradation. In this research, Ag-ZnO/GO was synthesized for photodegradation of methyl orange. Ag- ZnO/GO has good photodegradation activity against methyl orange as proved by using UV-Vis diffuse reflectance spectroscopy (UV-DRS) with a ratio of band gap values that decreased from 3.40 eV for ZnO to 2.43 eV for Ag- ZnO/GO, then there is an increase in the percentage of degradation by 92% in ZnO to 99.6% in Ag-ZnO/GO and the Kt value in ZnO by 2.21 x 10-2 minutes-1 to 2.47 x 10-2 minutes-1 in Ag-ZnO/GO. The catalyst was also characterized using Fourier Transform Infra Red (FTIR), Raman Spectrophotometer, X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy (SEM), Surface Area Analyzer (SAA-BET), and the percentage of methyl orange degradation was measured by UV-VIS Spectrophotometry."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>