Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175481 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Rahmad Putra
"Bacillus thuringiensis israelensis adalah agen biologis yang dapat digunakan untuk mengkontrol Aedes sp. Namun, efek residu dari Bti di kontainer yang biasa ada di rumah tangga (plastik, semen, dan keramik) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek residu Bti pada eksperimen semilapangan. Pada penelitian ini digunakan 100 larva instar tiga dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang dikembangbiakan di labolatorium Parasitology. Larva kemudian dimasukan ke kontainer yang dibuat dari plastik, semen, dan keramik dan mengandung 4 ml/m2 Bti. Untuk mensimulasikan kondisi yang ada di lapangan, setiap kontainer diberikan perlakuan dengan dikuras air dan tidak dikuras. Eksperimen ini dihentikan ketika mortalitas dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus di bawah 70%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Ae. albopictus sama ( dua minggu). Tidak ada perbedaan bermakna mortalitas pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus dengan kedua perlakuan, dikuras airnya atau tidak dikuras (plastik, semen, dan keramik). Namun, pada kontainer terdapat perbedaan bermakna. Kesimpulan, Bti tidak digunakan untuk mengkontrol Aedes sp di lapangan karena efek residu yang hanya bertahan dua minggu.

Bacillus thuringiensis israelensis is a biological agent that can be used to control Aedes sp. However, the residual effect of Bti in common household container in Indonesia ( plastic, concrete, and ceramic) is still unknown. The aim of the study is to know residual effect of Bti against Aedes sp in semi-field experiment. This study used 100 third instar larvae of Ae. aegypti and Ae. albopictus that breed in the parasitology laboratorium. The larvae were introduced to container made of the plastic, concrete, and ceramic contain 4 ml/m2 Bti. To simulate condition in the field setting, each containers were given treatment water replaced and nonwater replaced. The experiment stopped when the mortality of the larvae Ae. aegypti and Ae. albopictus below 70%.
The result showed that residual effect of Bti against Ae. aegypti was the same with Ae. albopictus (two weeks). No significant difference in the mortality of Ae. aegypti and Ae. albopictus either the water was replaced or not replaced (plastic and concrete container). However, in ceramic container there was significant different. In conclusion, Bti could not be used to control Aedes sp in the field since its residual effect was only two weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Tangguh
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) dianjurkan untuk pengendalian DBD, tetapi mengenai efikasinya dalam membunuh Ae. aegypti belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek residu Bti di tempat penampungan air yang sering digunakan masyarakat. Penelitian dilakukan di Departemen Parasitologi Universitas Indonesia pada bulan April-Juni 2010. Bti formulasi cair (4 mg/m2) diteteskan ke tempat penampungan air (TPA) terbuat dari keramik, semen dan plastik dengan perlakuan tidak dikuras dan dikuras (sebanyak 2/3 isi bak dibuang dan diisi kembali dengan air tanah setiap hari). Ke dalam TPA dimasukkan 100 larva instar III Ae. aegypti lalu kematiannya dihitung setelah 24 jam. Hasil studi menunjukkan pada minggu pertama kematian larva 100% di semua TPA. Pada minggu kedua, kematian larva di TPA semen dan plastik >70%, kecuali di TPA keramik yang dikuras (44%). Pada minggu ketiga, mortalitas larva di semua kontainer <70%. TPA keramik mempunyai efek residu paling rendah dibandingkan plastik dan semen. Disimpulkan formulasi cair Bti tidak dapat dipakai untuk pengendalian DBD karena efek residunya hanya 1-2 minggu. Tidak ditemukan assosiasi antara jenis kontainer dengan mortalitas Ae. aegypti.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia. Biological controls such as Bacillus thurigiensis var israelensis (Bti) has been implicated as a possible control of DHF. However its efficacy against Ae. aegypti is not known. The aim of the study is to know residual effect of Bti in common household containers. This study is conducted in Department of Parasitology Universitas Indonesia from April to June 2010. A liquid formulation of Bti with a concentration of 4 mg/m2 and three common household containers were used. Each container was added 100 third instar larvae of Ae. aegypti. Mortality count was done in 24 hour after the addition of the larvae. The results showed that in the first week there was 100% mortality in all containers. In the second week concrete and plastic containers had mortality >70%, except for water treated ceramic container (44%). In the third week, none of the water containers had mortality rate of 70%. Ceramic has the least residual effects compared to concrete or plastic containers. In conclusion, liquid formulation of Bti could not be used as vector control as its efficacy only lasted up to 1-2 week. There is no association between the type of containers with the mortality of Ae. aegypti larvae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marissa Gilliani Prasetio
"Penyakit tular vektor merupakan masalah kesehatan masyarakat, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh Ae. aegypti sebagai vektor utama dan Ae. albopictus sebagai vektor sekunder. Pemberantasan penyakit tersebut dilakukan dengan memberantas vektornya terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dewasa ini diupayakan pemberantasan biologis antara lain dengan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti di dalam bak fiberglass, keramik dan semen terhadap Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiberglass, keramik, dan semen berukuran 60 x 60 x 60 cm3 yang berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Sebagai kontrol, 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada ketiga bak adalah dua minggu namun masih dapat membunuh larva pada minggu ketiga dengan jumlah kurang dari 70%. Pada uji efek residu Bti terhadap larva Ae. aegypti dengan larva Ae. albopictus didapatkan p<0.05 baik di bak fiberglass, keramik, dan semen yang berarti terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti bekerja lebih baik terhadap larva Ae. albopictus dibandingkan Ae. aegypti.
Vector borne disease is a public health problem, one of which is dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Ae. aegypti as the main vector and Ae. albopictus as the secondary vector. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today's control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (BTI).
This study aims to determine residual effect of BTI against Ae. aegypti and Ae. albopictus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae of Ae. aegypti and Ae. albopictus from laboratory colonies introduced into containers of fiberglass, ceramic, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then the number of dead larvae counted. As control 100 larvae introduced in to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti and Ae. albopictus larvae in the three containers is two weeks, but still effective to kill the larvae on the third weeks with mortalitity number less than 70%. McNemar test showed p<0.05, which means there is significant differences. It was concluded that residual effect of BTI work better against Ae. albopictus larvae than Ae. aegypti larvae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.

One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today’s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Christinna Anggraeni
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina melalui gigitan saat menghisap darah manusia. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Jakarta khususnya di Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Cempaka Putih Timur sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektornya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi keberadaan larva Aedes sp. pada container di luar rumah pada daerah yang telah diberi Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) dan tidak diberi Bti sehingga dapat diketahui perbedaan keberadaan larva pada kedua daerah tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 April 2010 terhadap 100 rumah di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat, dengan menggunakan single larva method dan dianalisis dengan Chi-square. Dari penelitian pada daerah yang telah diberi Bti sebelumnya diperoleh hasil container positif larva sebanyak 15 dan container negatif larva sebanyak 58. Sedangkan pada daerah yang tidak diberi Bti diperoleh hasil container positif larva sebanyak 4 dan container negatif larva sebanyak 56 container. Berdasarkan uji chi square diperoleh bahwa terdapat perbedaan bermakna antara daerah yang diberi Bti dan tidak diberi Bti (p=0,023).
Hasil penelitian menunjukkan jumlah larva positif pada daerah yang diberi Bti jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak diberi Bti. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Bti dengan keberadaan larva Aedes sp pada container di luar rumah.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease which is caused by Dengue Virus transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquito. DHF becomes a public health problem in Jakarta, especially in Cempaka Putih Barat and Cempaka Putih Timur, therefore an effective vector control is needed.
The objective of this research is for knowing distribution of Aedes sp. larvae existence in the outdoor container in two different regions, which had been given and had not been given Bacillus thuringiensis israelensis (Bti), so that the difference of larvae’s existence in both regions can be known.
This research was conducted using cross sectional design. Data were collected at 25th April 2011 from 100 houses with single larvae method and was analyzed using Chi-square. It was found in region which had been given Bti that positive larvae container were 15 and the negative larvae container were 58. While, on the region that had not been given Bti, the positive larvae container were 4 and the negative larvae container were 56. Based on chisquare test, it was found that there were significant differences between regions which had been given and had not been given Bti (p = 0.023).
The results showed that the amount of positive larvae in the given Btiregion was larger than in the not given Bti region. In conclusion, there is no correlation among Bti with the existence of Aedes sp. larvae in the outdoor container.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Afif
"Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi letal Bti terhadap Ae. aegypti. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai bulan Maret 2010 di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menggunakan desain eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.aegypti yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak keramik berukuran 60 x 60 x 60 cm3 yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan larutan suspensi Bti dengan berbagai konsentrasi. Setelah 24 jam dilakukan observasi untuk menghitung jumlah larva yang mati. Sebagai control 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Data dianalisis dengan probit analysis untuk mendapatkan LC50 dan LC95.
Dari analisis tersebut didapatkan LC50 dan LC95 untuk Ae.aegypti adalah 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 dan 2,76 (2,31-3,57) ml/m2. Dengan demikian untuk penggunaan di lapangan akan digunakan konsentrasi tertinggi yaitu 3,57 ml/m2. Karena konsentrasi yang tersedia dari pabrik adalah 2,3,4 dan 5 ml/m2 maka konsentrasi yang digunakan adalah 4 ml/m2. Disimpulkan LC95 Bti terhadap Ae.aegypti adalah 3,57 ml/m2 dan konsentrasi untuk digunakan di lapangan adalah 4 ml/m2.
The purpose of this study is to determine the lethal concentration of Bti against Ae. aegypti. This experimental study was conducted on December 2009 until March 2010 in the Laboratory of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia. The larvae used was 100 third instar larvae taken from the laboratory colony and were introduced in to ceramic containers measured 60 x 60 x 60 cm3 filled with 125 L of water. The containers were treated with Bti suspension with different concentration and then larval mortalities was recorded 24 hours after the treatment. As control, 100 larvae were introduced in to a container with the same type and size, but with no Bti. The data was analyzed with probit analysis to determine the LC50 and LC95.
The results showed that LC50 and LC95 for Ae.aegypti is 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 and 2,76 (2,31-3,57) ml/m2, thus the application in the field will be using the highest concentration of 3,57 ml/m2. Because the concentrations available from the factory are 2,3,4, and 5 ml/m2, the concentration used is 4 ml/m2. It was concluded that the LC95 of Bti against Ae.aegypti is 3,57 ml/m2 and the concentration to be used in field is 4 ml/m2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Permana Putra
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di DKI Jakarta,salah satunya di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Untuk memberantas vektor DBD salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan biolarvasida, yaitu Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari larvasida Bti dalam pemberantasan vektor DBD di Container TPA.
Desain penelitian ini adalah menggunakan metode quasi-eksperimental dengan intervensi aplikasi Bti bentuk larutan konsentrasi 4 ml/m2. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 14 Februari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 15 Maret 2010 yang terletak Kelurahan Rawasari, Jakara Pusat. Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di container TPA di 100 rumah. Data diolah dengan program SPSS versi 20 dengan analisis menggunakan uji McNemar.
Hasil menunjukkan bahwa setelah pemberian Bti terjadi penurunan dari 15 container positif menjadi 12 container, tetapi, hasil McNemar menunjukkan p = 0,629, artinya tingkat kepadatan larva Ae.aegypti tetap tinggi. Maka, Bti konsentrasi 4 ml/m2 tidak efektif dalam menurunkan keberadaan larva Ae.aegypti di container TPA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.
One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today?s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Ismail Gani
"Penyakit tular vektor merupakan masalah kesehatan masyarakat, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut dilakukan dengan memberantas vektornya terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dewasa ini pemberantasan vektor diupayakan dengan pemberantasan biologik antara lain dengan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae.albopictus dan Cx.quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.albopictus dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada minggu-minggu berikutnya dan penelitian ini dihentikan sampai jumlah larva yang mati <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae.albopictus di ketiga bak adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus di bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan di bak fiber glass dua minggu. Pada uji McNemar didapatkan p <0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. albopictus lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.
Vector borne diseases is a public health problem, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today?s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. albopictus and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. albopictus and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the progress of the study seen in the following weeks and the study was stopped until the number of larvae that died <70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. albopictus larvae in the three containers is two weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is one week, and in the fiber glass is two weeks. McNemar test showed p <0,05, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. albopictus is longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sayida Saily
"ABSTRAK
DBD vector can be controlled biological by using Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The purpose of this study was to determine the effectiveness of Bti concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2 in control Aedes aegypti larval. This study used an experimental design with intervention of Bti liquid formulation concentration 2 ml/m2 and 4 ml/m2.The survey was carried out in RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data before intervention was taken on January 13th 2010 and after intervention was taken on February 14th 2010. Entomological survey was conducted by single-larval method at 100 households in RT 11-18 that were chosen for Bti 2 ml/m2 intervention and 100 households in RT 5-10 for Bti 4 ml/m2 intervention. The data was analyzed by SPSS version 11,5 using chi square test. After intervention of Bti 2 ml/m2, the amount of positive larval water containers increased from 32 to 35, while Bti 4 ml/m2 decreased from 17 to 7. It can be concluded that Bti concentration 4 ml/m2 is more effective than Bti 2 ml/m2 in reducing the presence of Aedes aegypti larval.

ABSTRAK
kan secara biologis menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Bti konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di tempat penampungan air (TPA). Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan menggunakan Bti bentuk cair konsentrasi 2 ml/m2 dan 4 ml/m2. Penelitian dilakukan di RW 03, Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 13 Januari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 14 Februari 2010. Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di TPA yang berada pada100 rumah daerah intervensi Bti konsentrasi 2 ml/m2 di RT11-18 dan 100 rumah di RT 5-10 yang merupakan daerah intervensi Bti konsentrasi 4 ml/m2. Data diolah dengan program SPSS versi 11,5 dengan analisis menggunakan uji chi square. Setelah pemberian Bti konsentrasi 2 ml/m2, jumlah TPA positif larva naik dari 32 menjadi 35 TPA, sedangkan pada Bti konsentrasi 4 ml/m2 jumlah TPA positif larva menurun dari 17 menjadi 7 TPA. Disimpulkan bahwa Bti konsentrasi 4 ml/m2 lebih efektif daripada konsentrasi 2 ml/m2 dalam menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di TPA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>