Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169655 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Permatasari
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan di dunia, termasuk Indonesia dengan angka kejadian setiap tahun mencapai 500 juta jiwa dan lebih dari satu juta diantaranya meninggal dunia. Munculya, strain Plasmodium yang resisten menjadikan pengobatan kurang efektif sehingga dibutuhkan bahan alami sebagai alternatif antiplasmodium. Flamboyan diketahui telah digunakan untuk pengobatan malaria, namun masih sedikit penelitian mengenai aktivitas antiplasmodium tanaman ini. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan ekstrak kulit batang dan ekstrak bunga Delonix regia yang dilakukan uji penapisan fitokimia dan uji aktivitas antiplasmodium secara in vivo pada mencit Swiss-webster yang diinfeksi Plasmodium berghei. Dari 24 sampel dibagi menjadi 8 kelompok perlakuan yang terdiri atas 3 kelompok ekstrak kulit batang dan bunga masing-masing dengan dosis 2,8 mg, 8,4 mg, dan 14 mg, serta 1 kelompok kontrol positif dan 1 kelompok kontrol negatif. Setiap kelompok perlakuan diamati densitas parasit dan dihitung persentase pertumbuhan dan persentase penghambatan yang terjadi. Data kemudian dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-wilk dan uji hipotesis menggunakan One Way Anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Hasil penelitian menunjukan kulit batang dosis 2,8 mg dan 8,4 mg menunjukan aktivitas antiplasmodium. Aktivitas antiplasmodium terbesar terjadi pada kulit batang dosis 8,4 mg sebesar 66,25% (p=0,314) diikuti kulit batang dosis 2,8 mg sebesar 38,88% (p=0,550).

Malaria is still a worldwide health problem, including Indonesia. Each year there are 500 million cases and more than one million people died. Resistant Plasmodium's strains makes the treatment less effective, therefore, discovery of natural substance as an alternative antiplasmodium treatment is necessary. Flamboyan is used to treat malaria, but only few research were done about it. This study is an experimental research using extract from Delonix regia's flower and bark. This study conducted phytochemical and antiplasmodium activity test using Swiss-Webster mice infected with Plasmodium berghei in vivo. From 24 samples, they were divided into 8 groups that consists of 3 groups of bark extracts and flowers, each with a dose of 2.8 mg, 8.4 mg, and 14 mg, 1 positive control and 1 negative control group. Each group were counted the percentage of growth and inhibition parasite density. The normality data is tested with Shapiro-Wilk and the hypothesis test using One Way ANOVA followed by Post Hoc test. The results showed extract of bark dose 2.8 mg and 8.4 mg have antiplasmodium activity. The greatest effect occured at dose of 8,4 mg with 66.25% (p=0,314) growth inhibition percentage, followed by bark dose's extract of 2,8 mg with 38,88% (p=0,550)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qam Qam Qurratul Aini
"Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi Plasmodium sp. Malaria adalah penyakit yang tersebar di dunia serta memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Penurunan efikasi obat pilihan utama disebabkan resistensi parasit terhadap obat malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami efek ekstrak daun dan ekstrak biji Delonix regia terhadap densitas parasit pada binatang percobaan mencit Swiss Webster yang terinfeksi Plasmodium berghei dan untuk mengetahui kandungan fitokimia ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia sebagai antiplasmodium. Penelitian ini dibagi menjadi delapan kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif dengan air, kontrol positif dengan klorokuin dosis 0.52 mg/20 gr mencit, ekstrak daun Delonix regia dosis 2.8 mg/20 gr mencit, 8.4 mg/20 gr mencit, dan 14 mg/20 gr mencit, ekstrak biji Delonix regia dosis 2.8 mg/20 gr mencit, 8.4 mg/20 gr mencit, dan 14 mg/20 gr mencit. Perlakuan dimulai pada hari ke-0 pada mencit terinfeksi Plasmodium berghei dan observasi parasitemia dilakukan pada hari ke-0 sebelum pemberian perlakuan dan hari ke-3. Uji Statistik One Way Anova menunjukkan bahwa ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia tidak memiliki aktivitas yang berbeda jika dibandingkan kontrol negatif (p=0.139). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji Delonix regia tidak bisa menghambat pertumbuhan Plasmodium berghei.

Malaria is an infectious disease caused by infection of Plasmodium sp. Malaria is world wide disease which a high mortality rate. The decreasing of efficacy of its firstline drugs is caused by the parasite?s resistance to malaria drugs. The aims of the research were to understand the effect of Delonix regia leaf extract and seed extract against the parasite density on experimental animal Swiss Webster mice infected by Plasmodium berghei and to know the content of phytochemystry of Delonix regia leaf extract and Delonix regia seed extract as antiplasmodium. This research was divided into eight treatment groups, namely negative control by water, positif control by cloroquin of dose 0.52 mg/20 gr mice, Delonix regia leaf extract of dose 2.8 mg/20 gr mice, 8.4 mg/20 gr mice, and 14 mg/20 gr mice, Delonix regia seed extract of dose 2.8 mg/20 gr mice, 8.4 mg/20 gr mice, and 14 mg/20 gr mice. The treatments were started on day 0 on where the mices were infected by Plasmodium berghei and the observation of parasitemia carried out on day 0 before giving the treatments and day 3. One Way Anova statistical test showed that Delonix regia leaf extract and Delonix regia seed extract did not have different activity against negative control (p=0.139). The results showed Delonix regia leaf and Delonix regia seed extract could not inhibit the growth of Plasmodium berghei."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Astri Paramaramya
"Angka kejadian positif malaria di Indonesia pada tahun 2013 adalah 343.527 jiwa. Diperlukan pengobatan efektif untuk penyakit malaria, salah satu caranya dengan mencari obat alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kulit batang Flamboyan dalam memberikan efek antiplasmodium dan untuk melihat dosis mana yang memberikan peningkatan Plasmodium yang paling rendah (9,8 mg, 11,2 mg, atau 12,6 mg per 20 g mencit). Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan subjek penelitian mencit Swiss webster yang diinfeksi Plasmodium berghei. Sampel terdiri atas 25 mencit yang dibagi dalam 5 kelompok. Perlakuan diberikan setiap hari dan dipantau parasitemia pada mencit selama 5 hari. Parasit dilihat di bawah mikroskop menggunakan sediaan apus darah tipis dengan pewarnaan Giemsa. Data diolah dengan program IBM SPSS Statistics 22.
Hasil analisis pertumbuhan parasit setelah percobaan hari ke-4 didapatkan (p= 0,010), (p=0,108), (p=0,050), (p=0,180) untuk kontrol positif, dosis kecil, dosis sedang dan dosis besar secara berurutan bila dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil pertumbuhan parasit hari ke-5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p=0,058) antar masing-masing kelompok. Persentase penghambatan densitas parasit pada hari ke-4 menunjukkan hasil <50% untuk ketiga dosis. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis 9,8 mg, 11,2 mg dan 12,6 mg per 20 g mencit tidak memiliki efek antiplasmodium.

The incidence of malaria in Indonesia in 2013 was 343 527 people. Thus, it is very important to have an effevtive medicine against malaria. One of the effort is to find an alternative medicine. This study aimed to evaluate the effectivity of antiplasmodium of Flamboyant's stem bark and which dosage of that has the least increase in density of parasite (9.8 mg, 11.2 mg, 12.6 mg per 20 g mice). This was an experimental study on Swiss webster mice infected by Plasmodium berghei. Here was used 25 mice, divided into 5 group. The extracts were given once daily for 5 days and the density of parasites in peripheral blood were evaluated everyday with a thin blood smear colored with Giemsa staining. The data gained then analyzed using IBM SPSS Statistics 22 to see the increase in parasite density.
The results on 4th day treatment for the positive control, small dose, medium dose, and high dose, all compared to negative control are as follow (p= 0.010), (p=0.108), (p=0.050), (p=0.180). On the 5th day analysis, the increase in density of parasite of all group also not significantly difference (p=0.058). The percentage inhibition of parasite's density on 4th day treatment are <50% for those three dosages. From this, can be concluded that all the three dosages have no antiplasmodium effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratika Dewi
"Resistensi Plasmodium terhadap obat antimalaria merupakan masalah yang harus diatasi. Salah satu caranya dengan mencari obat baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bunga dan ekstrak kulit buah Delonix regia dalam menurunkan densitas Plasmodium. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental. Berdasarkan hasil uji fitokimia diketahui kadar alkaloid dalam esktrak kulit buah lebih tinggi dibandingkan kadar alkaloid dalam ekstrak bunga. Hal ini sesuai dengan hasil uji in vivo pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei. Mencit yang mendapatkan ekstrak kulit buah dengan dosis 2,8 mg/mencit, 8,4 mg/mencit dan 14 mg/mencit mengalami penurunan densitas Plasmodium sedangkan pada mencit yang mendapatkan ekstrak bunga terjadi kenaikan densitas Plasmodium.
Berdasarkan uji Post Hoc LSD didapatkan adanya perbedaan perubahan densitas Plasmodium yang signifikan pada mencit yang mendapatkan kontrol negatif dibandingkan dengan mencit yang mendapatkan ekstrak kulit buah dosis kecil, sedang maupun besar dengan nilai p 0,00; 0,03 dan 0,022. Sedangkan perbedaan yang tidak signifikan di dapatkan saat perubahan densitas Plasmodium pada mencit yang mendapatkan kontrol negatif dibandingkan dengan mencit yang mendapatkan ekstrak bunga dengan nilai p 0,156; 0,064 dan 0,923. Dapat disimpulkan ekstrak kulit buah dapat menurunkan densitas Plasmodium.

Resistance of Plasmodium to anti-malaria drugs is a problem that necessary to be solved. One of the way is create new drugs. The purpose of this study to determine the effect of flowers extracts and rinds extracts of Delonix regia to decrease density of Plasmodium. This study use experimental design. Based on the results of phytochemical test known that alkaloid levels in rind's extract is higher than flower's extract. This is consistent with the results of in vivo test in mice infected by Plasmodium berghei. The mice whom get rind's extract dose ie 2,8 mg/mice, 8,4 mg/mice dan 14 mg/mice shown decrease of parasitemia, mean while mice whom get flowers shown increase of parasitemia.
Based on Post Hoc LCD test, there is significantly difference in density change of plasmodium in mice whom get negative control compare with mice whom get small dose, medium dose and high dose of rinds extracts with the value of p 0,00; 0,03 and 0,022. While there is no significantly difference when mice whom get negative control compare with mice whom get small dose, medium dose and high dose of flowers extracts with the value of p 0,156; 0,064 and 0,923. It can be concluded that rind's extract of Delonix regia can decrease parasitemia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Larastika Riyanto
"Cepat berkembangnya resistensi terhadap pengobatan malaria menuntut gencarnya usaha untuk menemukan pengobatan baru dan cara untuk menghambat timbulnya resistensi, seperti menggunakan terapi kombinas. Dua ekstrak tanaman yang terbukti pada beberapa penelitian in vivo memiliki efek antimalarial adalah kulit batang Flamboyan (Delonix regia) dan daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Pada penelitian ini diujikan kombinasi dari kedua ekstrak tersebut pada rasio 1:1, 3:1, dan 1:3 dengan desain penelitian eksperimen in vivo, menggunakan mencit Swiss-webster dan Plasmodium berghei. Setelah dievaluasi pada hari ke-4, peningkatan parasitemia ketiga kelompok uji tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok placebo. Selain itu, hasil persentase inhibisi masing-masing kelompok uji < 50%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis kombinasi tidak terbukti memiliki efek antimalaria. Dari ketiga jenis kombinasi, kelompok rasio 1:1 memiliki efek inhibisi parasitemia paling baik, ditinjau dari median peningkatan parasitemia pada hari ke-4 dan persentase inhibisi di hari ke-4.

The fast growing resistance toward malaria treatment, demand us to develop a new medicine that can also prevents resistance. One way of doing this is by using a combination therapy. Two herbal extract that had been proven to have antimalarial property is Flamboyan's (Delonix regia) stem bark and Sambiloto's (Andrographis paniculata Nees)'s leaves. In this in vivo experimental study, we evaluate the antimalarial effect of the combination of both extracts in a Swisswebster mice that is infected by Plasmodium berghei in the ratio of 1:1, 3:1, and 1:3. In the 4th day of therapy, all 3 combination ratios show no significant difference compared to the mice treated with placebo. Moreover, the percentage of inhibition of the three combination ratio are less than 50% which indicates that all three therapy has no antimalarial effect. Among the three combination, 1:1 ratio has the best inhibition of parasitemia of 15 percent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusia Mega Relita
"Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit endemis di daerah tropis termasuk Indonesia. Semakin banyaknya strain Plasmodium yang resisten terhadap obat antimalaria membutuhkan penemuan obat baru yang lebih poten untuk mengatasi permasalahan ini. Delonix regia mengandung zat kimia alkaloid dan terpenoid yang memiliki potensi sebagai antiplasmodium. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit buah dan daun Delonix regia mampu menurunkan densitas Plasmodium berghei. Kelompok perlakuan mendapatkan ekstrak kulit buah dan daun yang diberikan dengan tiga dosis, yaitu 2,8 mg/20g mencit, 8,4 mg/20g mencit, dan 14 mg/20g mencit selama tiga hari berturut-turut dimulai tujuh hari setelah inokulasi parasit pada Mencit Swiss-webster. Pemeriksaan parasitemia dilakukan pada hari ke-0 sebelum perlakuan dan hari ke-3 setelah perlakuan dengan cara dibuat sediaan apusan darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa.
Hasil analisis statistik menunjukkan pada dosis ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit dan dosis 8,4 mg/20g mencit menunjukkan perbedaan jumlah parasit yang signifikan terhadap jumlah parasit kelompok kontrol negatif, sedangkan pada ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 14 mg/20g mencit menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Hasil analisis statistik pada ekstrak daun Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit, 8,4 mg/20g mencit dan 14 mg/20g mencit menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kulit buah Delonix regia dosis 2,8 mg/20g mencit paling baik dalam menurunkan densitas Plasmodium berghei.

Malaria remains a public health problem and endemic in tropical country, including Indonesia. Increasing number of strains of drug-resistant Plasmodium malaria needs to find a new, more potent drugs to overcome this problem. Delonix regia contains alkaloid and terpenoid chemicals that have potential as antiplasmodium. The purpose of this study is to prove that the rind and leaf extracts of Delonix regia can reduce the density of Plasmodium berghei in Swiss-webster mice. The treatment group get rind and leaf extracts given in three doses, ie 2,8 mg/20g mice, 8,4 mg/20g mice, and 14 mg/20g mice for three consecutive days starting seven days after inoculation of parasites. Parasitemia examination performed on H0 before and day 3 after treatment made by blood smear preparations stained with Giemsa thin.
The results of the statistical analysis showed a dose Delonix regia rind extract dose 2,8 mg/20g mice and 8,4 mg/20g mice showed a significant difference in the number of parasites on the number of parasites negative control group, while in the rind extracts Delonix regia dose 14 mg/20g mice showed no significant difference to the negative control group. The results of statistical analysis on Delonix regia leaf extracts dose 2,8 mg/20g mice, 8,4 mg/20g mice and 14 mg/20g mice no significant difference to the negative control group. Based on these results it can be concluded that administration of Delonix regia rind extract at a dose of 2,8 mg/20g mice body weight is the best dose which can reduce the density of Plasmodium.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Firzan
"ABSTRACT
Malaria prevalence in Indonesia is high, with half of the provinces considered as endemic area. Up until now, Indonesian people used to use Sambiloto and Spirulina as a cure for several inflammatory diseases. This research was done to see the effect of Sambiloto and Spirulina combination from histopathologic aspect in medial colon of P. berghei infected mice. The data from clincal experiment uses Male Swiss Webster mice that has been infected with Plasmodium berghei Anka where they are divided into 4 different groups as follows The first group with Sambiloto the second group with Sambiloto and extract Spirulina the third group with Sambiloto and powder Spirulina the fourth group control with DHP. The data analysed using Shapiro Wilk reveal normal distribution in all groups. Continued with ANOVA test, followed by Tukey Post Hoc test on the significant data, and Kruskal Wallis test for insignificant data. The result show Spirulina group present a significant result in reducing the inflammatory focus and angiogenesis which most likely came from anti inflammatory attribute from the phycocyanin. While the correlation between Sambiloto Spirulina with the goblet cell and dysplasia rate on the infected mice are insignificant, as it requires prolonged inflammation process in order to achieve the optimal result.

ABSTRAK
Malaria masih menjadi momok kesehatan di Indonesia karena tingginya prevalensi dan luasnya daerah endemik. Penggunaan obat tradisional dari tumbuh-tumbuhan sangat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia sejak dulu, seperti Sambiloto dan Spirulina yang diduga memiliki banyak khasiat seperti anti-inflamasi dari substans flavonoid dan juga angiostatik dari phycocyanin. Riset ini dilakukan untuk mengetahui efek dari kombinasi Sambiloto dan Spirulina pada aspek histopatologi kolon media tikus yang diinfeksikan dengan P. berghei Anka. Data percobaan ini berasal dari mencit Swiss Webster jantan yang sudah diinfeksikan dengan P. berghei anka. Mencit dibagi menjadi 4 kategori; kelompok pertama diberikan Sambiloto, kelompok kedua diberikan Sambiloto dengan ekstrak Spirulina, kelompok ketiga diberikan Sambiloto dan bubuk Spirulina, dan kelompok keempat sebagai kontrol yang telah diberi terapi DHP. Data kemudian diproses dengan uji Saphiro-Wilk dengan hasil distribusi normal. Olah data dilanjutkan dengan uij ANOVA, kemudian uji Tukey Post Hoc untuk hasil yang signifikan dan uji Kruskal Wallis untuk hasil tidak signifikan. Hasil riset membuktikan penambahan Spirulina memberikan perubahan signifikan pada kolon medial mencit, terutama pada fokus inflammasi dan juga angiogenesis. Namun, efek pada jumlah sel Goblet dan displasia tidak memberikan hasil signifikan karena dibutuhkan proses inflamasi yang berkepanjangan untuk mencapai hasil yang optimal. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
"Infeksi malaria merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian dunia karena meningkatnya resistensi terhadap obat standar malaria, yaitu ACT. Pada penelitian ini, ekstrak tumbuhan yang digunakan adalah pasak bumi dan propolis sebagai antimalaria. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antimalaria pada kelompok tunggal propolis dan kelompok kombinasi propolis dengan ekstrak akar pasak bumi. Mencit yang digunakan sejumlah 35 ekor dan terbagi atas 6 kelompok. Kelompok perlakuan terdiri atas dua kelompok kontrol, kelompok propolis tunggal dengan dosis 90 mg/kgBB dan 180 mg/kgBB dan kelompok kombinasi propolis dosis sama seperti tunggal dengan pasak bumi dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB. Plasmodium berghei 2 diinjeksikan pada setiap mencit dan dibuat apusan darahnya selama 8 hari untuk dilihat tingkat parasitemianya. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kontrol positif dengan kedua kelompok kombinasi p=0,136 dan 0,289 . Akan tetapi pemberian kedua dosis kombinasi propolis dengan pasak bumi GI: 97,97 dan 97,83 jauh lebih baik dibandingkan penggunaan tunggal propolis. Kontrol positif GI: 98,63 memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan propolis tunggal GI: 23,88 dan 51,66 . Perlakuan kombinasi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tunggal dalam menghambat parasitemia.

Malaria infection is still being a global concern because of the increasing resistance to standard drug malaria, Artemisinin Combination Therapy. In this research, plant extract, pasak bumi and propolis, was using as antimalarial. This study was conducted to find out antimalarial effect of single propolis and combination of propolis with pasak bumi root extract. Using 30 mice, the treatment group divided to 6 groups, consisted of two control groups, two groups of Single propolis with doses of 90 mg kgBW and 180 mg kgBW and two Combination groups of propolis doses same as Single propolis group with pasak bumi dose 60 mg kgBW and 75 mg kgBW. Plasmodium berghei 2 was injected in each mouse and made blood smear for 8 days to be seen parasitemia level. The results of the study showed that there was no significant difference between positive control with the two Combination groups p 0.136 and 0.289 . However, the Combination group of propolis and pasak bumi GI 97.97 and 97.83 is much better than Single propolis group. Positive control GI 98.63 had a better outcomes than Single propolis group GI 23.88 and 51.66 . Combination group is better than Single propolis group in inhibiting parasitemia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Padma Adiprameswari
"[Pengobatan malaria semakin lama mengalami resistensi di berbagai daerah. Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia) adalah tanaman yang berpotensi sebagai terapi malaria karena memiliki kandungan kuasinoid. Penelitian ini melakukan uji ekstrak akar pasak bumi (E. longifolia) dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB secara tunggal dan kombinasi masing-masing dengan klorokuin via oral. Jenis penelitian eksperimental in vivo dengan subjek penelitian mencit Swiss yang terinfeksi Plasmodium berghei. Hasil penelitian perbandingan hari ke-4 dan hari ke-0 tingkat parasitemia memiliki nilai signifikan (p<0,05) pada uji One way Anova. Persentase inhibisi pertumbuhan pada kelompok kombinasi mencapai 98,5% dan 98,9% dibandingkan klorokuin sebagai obat standar mencapai 100%. Sedangkan pasak bumi tunggal inhibisi <50%. Dapat disimpulkan pemberian kombinasi lebih baik menurunkan dan menekan parasitemia dibandingkan pemberian ekstrak akar pasak bumi secara tunggal berdasarkan hasil analisis data perbedaan bermakna (p<0,05).;Malaria treatment is going to become resistance in various regions. Eurycoma longifolia jack is a plant that has potential as malaria therapy due to contain quassinoid as antimalarial. This study was to test Eurycoma longifolia jack extract dose 60 mg/kgBB and 75 mg/kgBB in single and combination with chloroquine via oral. Type of studies is experimental in vivo with Swiss mice infected by Plasmodium berghei as subject. Results of comparative study day 4 and day 0 levels of parasitemia has significant value (p<0,05). The percentage of growth inhibition in the combination group reached 98,5% and 98,9% compare with reference standard therapy chloroquine that reached 100%, while the single of Eurycoma longifolia jack <50%. It can be concluded combination group better than single group of Eurycoma longifolia jack to reduce and supress parasitemia based on the post-hoc analysis there were significant differences (p<0,05)., Malaria treatment is going to become resistance in various regions. Eurycoma longifolia jack is a plant that has potential as malaria therapy due to contain quassinoid as antimalarial. This study was to test Eurycoma longifolia jack extract dose 60 mg/kgBB and 75 mg/kgBB in single and combination with chloroquine via oral. Type of studies is experimental in vivo with Swiss mice infected by Plasmodium berghei as subject. Results of comparative study day 4 and day 0 levels of parasitemia has significant value (p<0,05). The percentage of growth inhibition in the combination group reached 98,5% and 98,9% compare with reference standard therapy chloroquine that reached 100%, while the single of Eurycoma longifolia jack <50%. It can be concluded combination group better than single group of Eurycoma longifolia jack to reduce and supress parasitemia based on the post-hoc analysis there were significant differences (p<0,05).]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiqi Nur Hairi
"Latar belakang: Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia, khususnya Indonesia bagian timur. Malaria secara tidak langsung mengakibatkan inflamasi dan defek metabolisme yang menimbulkan kerusakan usus berupa hiperplasia sel goblet hingga peningkatan ekspresi protein Muc-1. Penggunaan kombinasi ekstrak sambiloto dan spirulina sebagai antiinflamasi dan antioksidan berpotensi mencegah kerusakan pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA. Tujuan: Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh antara kombinasi sambiloto dan spirulina terhadap aktivitas Muc-1 pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei Anka.
Metode: Penelitian ini memanfaatkan materi biologi tersimpan kolon media Mencit Swiss Webster jantan. Kelompok percobaan meliputi kelompok kontrol positif (Dehidroartemisin piperakuin 195 mg/kgBB), kontrol negatif (carboxymethil cellulose 0,5%), AP (sambiloto 200 mg/kgBB), AP+ES (sambiloto 200 mg/kgBB ekstrak spirulina 26 mg/kgBB), AP+PS (sambiloto 200 mg/kgBB; serbuk spirulina 130 mg/kgBB). Mencit diterminasi setelah hari ke-28 pemberian terapi dan jaringan kolon diberikan diwarnai dengan metode imunohistokimia anti-Muc-1. Spesimen dianalisis menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x sebanyak lima lapang pandang. Data dianalisis menggunakan piranti lunak ImageJ® untuk melihat persentase ekspresi Muc-1 kemudian dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 20.0.
Hasil: Berdsarkan uji hipotesis One Way ANOVA, menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05). Berdasarkan uji posthoc Duncan, kelompok AP+PS (120,98 ± 3,37) memiliki perbedaan signifikan (p<0,05) dengan kelompok kontrol negatif, AP, dan AP+ES. Sementara itu, kelompok AP+PS menunjukkan efek yang tidak berbeda dengan kelompok DHP (128,04 ± 4,94) (p=0,137).
Simpulan: Pemberian ekstrak sambiloto 200 mg/kgBB dan serbuk spirulina 130 mg/KgBB menurunkan ekspresi Muc-1 pada jaringan kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA.

Introduction: Malaria is still becomes health problem in the world, especially in Eastern Indonesia. Malaria induces inflammation and metabolism defect indirectly, which can cause colonic damage, such as goblet cells hyperplasia and enhancement Muc-1 protein expression. Sambiloto extract and spirulina combination as antiinflammation and antioxidative agent potentially prevent medial colonic damage Plasmodium berghei ANKA infected mice.
Aim: This experimental study proposed to show the effect between smbiloto extract and spirulina on Muc-1 protein activity in medial colon Plasmodium berghei ANKA infected mice
Method: This study was done preserve male Swiss Webster mice colonic tissue. There are five different treatment group including positive control (dehydroartemisin piperakuine 195 mg/kgBW), negative control (carboxymethil cellulose 0,5%), AP (sambiloto 200 mg/kgBW), AP+ES (sambiloto 200 mg/kgBW; spirulina extract 26 mg/kgBW), AP+PS (sambiloto 200 mg/kgBW; spirulina powder 130 mg/kgBW). Mice terminated after 28 days of treatment and colonic tissue was stained with immunohistochemistry anti-Muc-1. Specimens were observed using ligh microscope (400x) in five different field and sample protein Muc-1 expression was analyzed with ImageJ® software. Statistical analysis was done with SPSS 20.0.
Result: One way ANOVA test show significant result (p<0,05). According to Duncan posthoc test, only AP+PS (120,98 ± 3,37) group, which is significantly difference (p<0,05) between negative control, AP, and AP+ES group. Meanwhile, There are not significantly difference between AP+PS and DHP group (128,04 ± 4,94) (p=0,137).
Conclusion: Combination sambiloto extract 200 mg/kgBW and spirulina powder 130 mg/kgBB can reduce protein Muc-1 expression in medial colon Plasmodium berghei ANKA infected mice.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>