Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Amelia
"Tugas akhir ini merupakan laporan kegiatan penulis dalam upaya membantu pihak manajemen PT. TP, sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang asuransi sosial, dalam proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan rencana melakuknn transformasi dari asuransi sosial menjadi perusahaan asuransi jiwa. (Uraian lengkap mengenai tujuan penulisan dapat dilihat pada halaman 4) Awal permasalahannya adalah ketika PT. TP merasa ragu akan kapabilitas organisasinya secara keseluruhan, termasuk kapabilitas Sumber Daya Manusianya, dalam upaya transforasi ini karena selama ini PT. TP lebih menjalankan fungsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam mengurus administrasi pembayaran dana pensiun dan pengelolaan Tabungan Hari Tua (THT) bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai BUMN/D. Hal ini dikhawatirkan telah membuat SDM yang ada di PT. TP saat ini relatif bekerja. santai, kurang tekanan (motivasi) untuk berkompetisi, dan lain ssbagainya (Uraian lengkap mengenai permasalahan yang dihadapi dapat dilihat pada halaman 3) Menanggapi keraguan PT. TP ini, maka penulis merasa perlu untuk menginformasikan beberupa pemikiran, seperti: a. Kapabilitas organisasi merupakan faktor yang amat mempengaruhi kesuksesan suatu organisasi dalam melakukan transformasi yang akan memicu perubahan yang cukup besar di dalam organisasi. (Uraian mengenai teori kapabilitas organisasi pada halaman 7) b. Proses transfommsi harus dilakukan dengan hati-hati dengan mengantisipasi potensi-potensi kesalahan yang umum dibuat dalam proscs tersebut. (Uraian mengenai teori transformasi organisasi pada halaman 9) c. Hal panting yang juga patut diperhatikan adalah mengenai bagaimana memanajemen dan memimpin suatu perubahan agar reaksi penolakan terhadap perubahan dapat diminimalisasi. (Urian mengenai teori memanejemeni dan memimpin perubahan pada halaman 13) Berdasarkan analisis terhadap Faktor Kunci Keberhasilan suatu asuransi sosial dan asuransi jiwa, persepsi karyawan terhadap kesiapan organisasinya untuk melakukan transformasi, budaya dan struktur organisasi, serta kajian benchmark dari beberapa asuransi jiwa dalam negeri, disimpulkan bahwa saat ini PT. TP belum cukup memiliki kapabilitas untuk sepenuhnya bertransformasi sebagai asuransi jiwa (Rincian hasil analisis data dapat dilihat pada halaman 16) Konsekuensi negatif (kelemahan) yang harus dihadapi PT. TP bila akan bertransformasi total sebagai asuransi jiwa, nampaknya lebih besar daripada bila PT. TP tetap berperan sebagai perusahaan asuransi sosial dengan produk tambahan asuransi jiwa. (Uraian lengkapnya dapat dilihat pada bagian altematif solusi dan konsekuensinya di halaman 31). Melihat konsekuensi yang ada, maka PT. TP direkomendasikan untuk tetap menjadi asuransi sosial yang juga mengelola asuransi jiwa. Untuk itu disusunlah langkah-langkah pelaksanaan rekomendasi yang mengacu pada proses transformasi yang dikemukakan oleh Kotter (1996) (Rinciannya pada halaman 35)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evy Gantini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T40639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggreini
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S26387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asha Arif Krisnadinarti
"Menurut teori imunitas mutlak, tindakan suatu negara berdaulat tidak dapat diuji oleh pengadilan asing, sehingga dalam melakukan kegiatan seperti perdagangan, negara biasanya berlindung di balik tameng kedaulatan. Meningkatnya peran negara dalam perdagangan internasional menyebabkan teori imunitas mutlak tidak dipertahankan lagi. Amerika Serikat dan Australia menerapkan teori imunitas negara terbatas. Hal ini terlihat dalam perkara Anglo-Iberia melawan Jamsostek di Amerika Serikat dan Garuda Indonesia melawan Australia Competition and Consumer Commission di Australia. Dalam perkara pertama, Jamsostek dikategorikan sebagai perwakilan negara yang tindakannya tidak bersifat komersial sehingga berhak atas imunitas. Sedangkan dalam perkara kedua, Garuda Indonesia dikategorikan sebagai perwakilan negara yang tindakannya bersifat komersial sehingga tidak berhak mendapatkan imunitas.

According to absolute sovereign immunity doctrine, sovereign acts cannot be adjudicated by foreign courts. Therefore, states can use their sovereignty to avoid lawsuits from trade disputes. However, the increasing participation of states in international trade led to restriction of sovereign immunity. USA and Australia apply restrictive sovereign immunity doctrine. This is concluded from Anglo- Iberia against Jamsostek case in USA and Garuda Indonesia against Australia Competition and Consumer Commission case in Australia. In the former, Jamsostek was categorized as a state representative whose actions were not of commercial nature and was entitled to immunity. Whereas, in the latter, Garuda Indonesia was categorized as a state representative whose action has commercial nature and thus was not entitled to immunity."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S59926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Max Gustav
"Skripsi ini berisi tentang analisis atas penerapan ISAK 29 pada perusahaan pertambangan batu bara, PT BME. ISAK 29 adalah standar akuntansi tentang perlakuan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas pengupasan lapisan tanah pada pertambangan terbuka tahap produksi. Sebelum diberlakukannya ISAK 29, pencatatan biaya tersebut mengacu kepada PSAK 33 Revisi 2011. ISAK 29 mensyaratkan bahwa biaya atas aktivitas pengupasan lapisan tanah memberikan kemudahan akses bagi perusahaan untuk mengakses cadangan mineral di masa depan, kemudian biaya tersebut dikapitalisasi dan kemudian disusutkan dengan menggunakan metode unit produksi. Dengan diberlakukannya perusahaan harus merubah kebijakan akuntansinya untuk memenuhi persyaratan yang ada di ISAK 29 dan melakukan penerapan atas standar tersebut.

This study discussed the impact of the implementation of ISAK 29 in a coal mining company, PT BME. ISAK 29 is an accounting standard of stripping cost in the production phase of a surface mine. Before ISAK 29 is released to be applied, companies record such cost based on PSAK 33 Revised 2011. ISAK 29 require company to capitalized only cost which benefits to improve access to ore in the future. Then, the capitalized cost is to be depreciated with unit of production method. With the release of ISAK 29, company needs to change its accounting policy to be in accordance with the standard and apply it as soon as possible."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirandi N.E.S.
"Penelitian ini tentang kemandirian pada remaja yang terlibat dalam Program Pembinaan Kesiswaan (P2K). P2K terdiri dari organisasi siswa dan kegiatan ekstrakurikuler. Remaja yang terlibat aktif dalam P2K dinilai akan memiliki inisiatif, tanggung jawab dan kontrol diri yang tinggi. Ketiga hal ini erat kaitannya dengan kemandirian remaja. Data yang didapat dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan metode kuesioner sebagai alat pengumpul data. Partisipan penelitian berjumlah 119 siswa/I SMA kelas XI yang sedang terlibat sebagai pengurus maupun anggota dalam P2K baik organisasi siswa maupun kegiatan ekstrakurikuler. Analisis dilakukan dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan dalam P2K dengan kemandirian remaja. Berarti, remaja yang terlibat semakin aktif dalam P2K akan semakin mandiri. Berdasarkan pengolahan dimensi-dimensi kemandirian remaja, ditemukan bahwa keterlibatan dalam P2K memiliki hubungan positif yang signifikan dengan dimensi Attitudinal Autonomy dan Functional Autonomy. Ini berarti, keterlibatan dalam P2K membuat remaja mampu menentukan tujuan dan memilih strategi efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan Emotional Autonomy. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan dalam P2K tidak membuat remaja sepenuhnya terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain dapat dibandingkan kemandirian antara siswa yang terlibat dengan yang tidak terlibat dalam P2K. Saran praktis untuk sekolah adalah agar lebih meningkatkan kualitas dari organisasi siswa dan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

This study is about adolescence involvement in school-based extracurricular activity and their autonomy. School-based extracurricular activity is including student organization and extracurricular activities. Adolescence whose involve in that activity will have high initiative, responsible and self-control. These are related to autonomy. This is a quantitative study using questionnaire as a tool to collect data. Subject of this study is 119 second year high school student whose involve in student organization or extracurricular activities. To analyze, Pearson Product Moment correlation is being used. The result of this study said that there is a significant correlation between involving in school-based extracurricular activity and adolescence autonomy. It means, student whose highly involved in that activity will have high autonomy. Analysis aspects of adolescence autonomy shows that involving in that activity has a positive correlation with attitudinal and functional autonomy. This means that by involving in school-based extracurricular activities, adolescence is capable to find a goal and select the most effective strategy to fulfill it. However, it does not has correlation with emotional autonomy. It means that involving in school-based extracurricular activities does not make adolescence fully capable to stand to their decision without influence from others. Suggestion for next study is to compare the adolescence autonomy between student whose involved and uninvolved in school-based extracurricular activities. Suggestion for school is to maximize the quality of school-based extracurricular activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
155.5 MIR h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Atidira Dwi Hanani
"Aktivitas fisik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk pencegahan berbagai penyakit. Namun, masih banyak pelajar di Indonesia tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan 33,4 remaja usia 15-19 tahun di Jawa Barat kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik, dan Kota Depok merupakan kota dengan proporsi penduduk kurang aktif tertinggi di Provinsi Jawa Barat 40,5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan aktivitas fisik pada siswa SMA Negeri di Kota Depok Jawa Barat tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri oleh 358 siswa yang dipilih secara acak dari lima SMA Negeri di Depok, dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan 54,2 siswa aktif dalam aktivitas fisik. Penelitian ini membuktikan pengetahuan p=0,002 OR=2,379, 95 CI 1,383-4,091, sikap p=0,005 OR=1,888, 95 CI 1,209-2,949, dan fasilitas p=0,036 OR=1,673, 95 CI 1,035-2,704 berhubungan dengan aktivitas fisik siswa, sedangkan dukungan keluarga sebagai variabel konfonding. Pengetahuan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan aktivitas fisik, siswa yang memiliki pengetahuan tinggi berpeluang 2 kali untuk aktif secara fisik dibandingkan dengan siswa yang berpengetahuan rendah setelah dikontrol oleh sikap, fasilitas, dan dukungan keluarga. Untuk itu, penyampaian informasi kesehatan mengenai aktivitas fisik, sosialisasi gerakan masyarakat hidup sehat di masyarakat, dan anjuran untuk beraktivitas fisik di sekolah perlu dilakukan sebagai upaya untuk mendorong siswa menjadi lebih aktif.

Physical activity has many health benefits, including the prevention of various diseases. However, many students in Indonesia were not physically active. The result of Basic Health Research 2013 showed that 33.4 of adolescents aged 15 19 years in West Java were not active in physical activity, and Depok was the city with the highest proportion of the least active population in West Java which was 40.5. This study aimed to determine the determinants of physical activity on senior high school students in Depok, West Java 2018. This study used cross sectional design, data was collected using self administered questionnaire on 358 randomly selected students from five senior high schools in Depok, and analyzed using chi square and multiple logistic regression tests. The result showed 54.2 students were sufficiently active. These findings revealed that knowledge p 0,002 OR 2,379, 95 CI 1,383 4,091, attitudes p 0,005 OR 1,888, 95 CI 1,209 2,949, and facilities p 0,036 OR 1,673, 95 CI 1,035 2,704 related to physical activity while family support as confounding. Highly knowledgeable students had two fold chance of being active in physical activity than low knowledge students after being controlled by attitudes, facilities, and family support. Therefore, it is necessary to deliver health information about physical activity, socialization of healthy lifestyle in the community, and the encouragement for physical activity in schools as an effort to encourage students to be more active."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianna Wati
"Skripsi ini membahas kemampuan mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI angkatan 2011 dalam mencari hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitasi.
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitas PNS di Kepolisian Resor Kota Besar Bandung tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yang digunakan dan memenuhi kriteria yaitu sebanyak 84 responden. Data penelitian yang didapatkan dengan cara pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan, kuesioner untuk aktivitas fisik, dan wawancara untuk asupan zat gizi makro dan asupan serat.
Hasil penelitian ini yaitu sebanyak 14,3% responden mengalami obesitas; dan hasil bivariat menujukan hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan obesitas.
Saran yang diberikan adalah memberi informasi kepada PNS tentang kebutuhan energi sesuai AKG (± 2500 kkal) agar mereka mengetahui berapa asupan karbohidrat (40% asupan total) yang diperlukan dalam 1 hari (± 250 gr karbohidrat). Hal ini setara dengan kebutuhan dari karbohidrat kompleks yaitu antara 2 ? 3 piring nasi dan asupan gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi total sekitar 2 sendok makan setiap hari. Responden dapat mengubah asupan karbohidrat ke dalam URT (Ukuran Rumah Tangga) dan memodifikasi bahan makanan dengan membagi leaflet tentang Daftar Bahan Makanan Penukar. Dalam penelitian yang selanjutnya diharapkan pengunaan responden yang memiliki kegiatan pekerjaan di dalam kantor. Selain itu juga diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih besar dalam penelitian yang selanjutnya.

The focus of this study is the freshman student of Faculty of Public Health at University of Indonesia experience of acquiring the relantship of physical activity, macronutrient intake, fiber intake with obesity.
The general objective of this research is to know the descripstion of obesity and its relationship with physical activity, macronutrient intake and fiber intake PNS in Kepolisian Resor Kota Besar Bandung. This research is quantitative with cross sectional study and consisted of 84 eligible subjects. The data were collected by anthropometric assessment of Body Mass Index, questionnaire of physical activity, and interview of macronutrient intake and fiber intake.
The result are 14,3% of the subject were considered obesity; and bivariate analysis on carbohydrate intake showed signiciant relationship with obesity.
Suggestions are given to inform PNS about the energy needs according to AKG to let them know how much carbohydrate intake (40% of total intake) is needed in one day (± 250 gr carbohydrate). This is equivalent to that obtained from the intake of complex carbohydrates or equivalent with 2-3 dishes of rice and sugar intake should be limited to 5% of the total amount of energy adequacy about 2 tablespoons per day. Respondents can change the intake of carbohydrates into the URT (The Household Size) and modified food by dividing the leaflets about The List of Food Ingredients Exchangers. In a subsequent study the use of respondents who expected to have activity in the office work. It is also expected to use a larger sample in future research.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Fadhila
"Isu kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting karena fakta menyebutkan dampak pergaulan global. Hubungan seksual yang hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami-istri sebagai fungsi reproduktif, kini dilakukan oleh remaja sebagai fungsi rekreatif (fun), yang merupakan gaya hidup hedonistik. UNFPA memperkirakan ada 15 juta remaja perempuan berusia 15-19 tahun di dunia yang melahirkan setiap tahunnya, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta remaja dunia terjangkit infeksi menular seksual (IMS) yang dapat disembuhkan. Selain itu, 40 persen kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda berusia 15-24 tahun. Laporan Epidemi Global HIV/AIDS pada tahun 1997 bahkan berani menyebutkan bahwa terjadi 7.000 infeksi HIV pada remaja di dunia setiap hari (UNAIDS, 1997). Salah satu cara orang tua untuk melindungi anaknya dari pergaulan yang buruk adalah dengan menyekolahkan mereka ke sekolah berbasis keagamaan. Dengan kurikulum keagamaan yang lebih mendalam, orang tua berharap agar anak-anaknya terlindung dari pergaulan berisiko. Religiusitas adalah faktor protektif terhadap aktivitas seksual yang dilakukan oleh remaja (McCullough, Hoyt, Larson, Koenig, & Thoreson, 2000; Wallace & Williams,1997).
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prevalensi remaja yang bersekolah di sekolah berbasis keagamaan dan sudah melakukan aktivitas seksual lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang bersekolah di sekolah umum (Donahue & Benson, 1995; Wallace & Williams, 1997). Efek protektif dari tingkat religiusitas terhadap penggunaan narkoba dan perilaku seks berisiko menunjukkan suatu mekanisme bahwa religiusitas seseorang mungkin berkontibusi pada kesehatan yang lebih berkualitas (cf. McCullough et al., 2000). Tujuan dan Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek religiusitas dan jenis sekolah terhadap perilaku seks pranikah remaja. Sampelnya adalah salah satu sekolah umum (selanjutnya disebut SMAN) dan salah satu sekolah keagamaan (selanjutnya disebut MAN) di Jakarta Timur, yaitu sebanyak 113 responden SMAN dan 123 responden MAN yang

Adolescent reproductive health becomes an important issue since facts show that its impact of globalization. Sexual activity, should only be practiced by spouses as a reproductive function, is also practiced by teenagers as a recreative function (fun factors) which is a hedonistic lifestyle. UNFPA estimates that there are 15 million of young women aged 15-19 years old giving birth each year, 4 millions of the same group purposively have induced abortion, and almost 100 millions of worldwide teenagers infected by curable STDs. Furthermore, 40 percents of HIV/AIDS cases happend to the youngsters aged 15-24 years old each year. Global Epidemic Report of HIV/AIDS in 1997 mentioned that 7000 cases of HIV infections occured to the worldwide teenagers each day (UNAIDS, 1997). One way for parents to protect their kids from a dangerous circumstances is to send them to religious-based school. With a deeper religious curriculum, parents hope that the children are protected from an unprotected commingling. Religiousity is a protective factor against sexual activities by adolescent (McCullough, Hoyt, Larson, Koenig, & Thoreson, 2000; Wallace & Williams, 1997).
A study says that the prevalence of teenagers who attend religious-based schools and have had sexual activities are lower than teenagers who attend regular school ((Donahue & Benson, 1995; Wallace & Williams, 1997). The protective effect of religiousity to substance use and risky sexual activities show a mechanism that it may contribute to improved health status (cf. McCullough et al., 2000). Objective and Method: The aim of this study is to investigate the effect of religiousity and type of school to adolescent sexual behavior. The chosen schools are one of regular schools (hereinafter referred to as SMAN) and one of islamic schools (hereinafter referred to as MAN) in East Jakarta, as many as 113 respondents from SMAN and 123 respondents from MAN randomly selected from first grade and second grade (social and natural science). Results: The students with lower level of
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>