Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177723 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Rini Lesmawati
"Kecemburuan adalah suatu emosi yang dialami ketika individu merasakan adanya ancaman akan kehilangan suatu hubungan yang penting dengan pasangan karena pasangannya merasa tertarik pada 'saingan'. Saingan atau pemicu cemburu itu tidak harus berarti orang ketiga, namun mungkin juga hobi, teman-teman pasangan, pekerjaan dan keluarga pasangan. Reaksi kecemburuan individu terhadap saingan tersebut berbeda-beda, tergantung persepsi individu itu sendiri. Misalnya untuk jenis suspicious jealousy dimana perselingkuhan pasangan masih berupa dugaan, maka reaksi utama yang timbul adalah kecurigaan. Sementara itu, padafait accompkjealousy/ reactive jealousy dimana kejadian pemicu kecemburuan memang nyata, maka reaksi utama yang timbul adalah marah, sedih dan takut cemas.
Selama ini di Pakultas Psikologi UI belum ada penelitian kecemburuan yang berfokus pada reaksi emosional pada lcecemburuan, yaitu marah, sedih, takut/ cemas, curiga- Karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu Skala Kecemburuan dalam Hubungan Romantis yang memenuhi syarat alat ulcur psikologi yang baik, yaitu valid dan reliabel. Kemudian skala tersebut akan dikorelasikan dengan skala Cinta dari Stemberg untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh mengenai kecemburuan dalam hubungan romantisl percintaan. Selain itu, penelitian ini juga akan mencoba melihat berbagai informasi dari hasil penggunaan skala yang relevan untuk diimplikasikan dalam bidang kerja Psikologi Klinis.
Teori yang digunakan meliputi teori tentang hubungan romantis, cinta kecemburuan dan alat ukur pjsikologi. Uji reliabilitas skala dilakukan dengan menggunakan perhitungan koeiisien Alpha Cronbach, sdangkan validitasnya kan diuji dengan melakukan penghitungan konsistensi internal. Sementara itu, korelasi dengan Skala Cinta Stemorg dihitung menggunakan teknik Pearson Product Moment. Selain itu, relevansi temuan dari hasil penggunaan skala ini akan dikemukakan berdasarkan inforrnasi tambahan dan data kontrol dari subyek penelitian. Subyek yang terlibat dalarn penelitian sebanyk 100 orang dengan kriteria usia dewasa muda, berpacaran, pendidikan minimal SMA dan berdomisili di Jabotabek.
Hasil penelitian menyatakan bahwa reliabilitas Skala Kecemburuan dalam Hubunga Romantis memiliki koeiisien Alpha Cronbach sebesar O,972. Setiap kelompok item reaksi emosi (marah, sedih, takut/ cemas dan curiga) memiliki reliabilitas berkisar antara0,892 - 0,9l2. Jadi, skala ini telah memenuhi syarat reliabilitas yang baik. Dengan koeiisien crrected item-tom! correlation setiap item yang > 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa skaa ini memenuhi persyaratan validitas konstruk berdasarkan prosedur konsistensi intemal. Secara total, kedua skala ini tidak berkorelasi karena ada salah satu komponen cinta yang tidak berkorelasi dengan kecemburuan, yaitu Intimacy. Namun, kecemburuan ternyata berkorelasi dengan komponen Passion dan Decision/ Commfxrnent.
Selain itu, penelitian juga menghasilkan bcberapa temuan menarik, diantaranya adalah bahwa pengenalan terhadap pekerjaan pasangan berkorelasi positif dengan kecemburuan terhadap pekeljaan (O, 279 los 0,01 2-tailed); terdapat perbedaan mean jealousy yang signilikan (0,020) antara durasi bcberapa hari dengan beberapa menit dimana mean jealousy untuk durasi beberapa hari lebih tinggi dari pada mean jealousy untk durasi beberapa menit; terdapat perbedaan mean jealousy yang signifikan (0, 026) antara prasaan semakin sebal dengan tidak ada perubahan perasaan terhadap pasangan setelah mengalami kecemburuan dimana kecemburuan lebih besar pada individu yang measa semakin sebal pada pasangan; dan kecemburuan lebih besarjika hanya salah satu pihak yag lebih aktif terlibat dalam hubungan (mengusahakan hubungan agar langgeng dan menyenangkan) dibandingkan jika kedua pihak sama-sama aktii Penelitian ini juga mernberikan satan untuk penelitian lanjutan, penggunaan Skala Kecemburuan dalam Hubungan Romantis untuk bidang kerja Psikologi Klinis Serta saran coping yang konstruktif untuk indiviclu yang mengalami cemburu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Rania Wiraatmadja
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecemburuan dan harga diri pada emerging adults usia 18 hingga 25 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kepada 1451 emerging adults. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Jealousy Scale dan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dimensi kognitif kecemburuan dan harga diri r=-.161; p

This study was conducted to determine the relationship between jealousy and self esteem among emerging adults ages 18 to 25 years. This research uses quantitative method to 1451 emerging adults. The instrument used are Multidimensional Jealousy Scale and Rosenberg Self Esteem Scale. The results showed that there was a significant negative relationship between the cognitive dimension of jealousy and self esteem r .161 p
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choerunnisa Adzwafar Muwardi
"Penelitian ini tentang hubungan penggunaan Instagram dengan kecemburuanpada pasangan romantis. Penelitian ini melibatkan 200 partisipan dengan rentang usia 18-25 tahun di Jakarta dan Jawa Barat. Penggunaan Instagram diukur dengan alat ukur penggunaan Instagram yang dibuat oleh peneliti berdasarkan definisi Instagram milik Hochman dan Schwartz (2012). Kecemburuan pada pasangan romantis diukur dengan alat ukur Instagram Jealousy Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Instagram memiliki hubungan dengan kecemburuan pada pasangan romantis.

This study explores the relationship between instagram usage with jealousy within romantic couples. This study involved 200 participants within the age range 18-25 years in Jakarta and West Java. Instagram usage was measured by an instagram usage instrument that was created by the researcher based on definition of Instagram by Hochman and Schwartz (2012). Jealousy on romantic couples was measured by the Instagram jealousy scale. The result of this study shows that instagram usage has a relationship with jealousy within romantic couples.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelia Sun Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggali hubungan antara cinta, yang terdiri darikomponen intimacy, passion, dan commitment, dengan orientasi masa depan padahubungan romantis (FTORR), yang terdiri dari pencarian hubungan permanen danfokus masa depan. Partisipan dalam penelitian ini adalah dewasa muda (N=120)yang sedang berpacaran diberikan skala triangular cinta (Stemberg, 1987) danskala FTORR (Oner, 2000b). Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yangsignifikan antara cinta dengan orientasi masa depan pada hubungan romantis. Halini berarti bahwa individu dengan kadar cinta yang tinggi cenderung mencarihubungan yang relatif permanen. Sebagai hasil tambahan dari penelitian, lamaberpacaran juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan orientasi masadepan. Implikasi hasil penelitian adalah dewasa muda dapat mengembangkansetiap komponen cinta sehingga dapat mengarah pada pembentukkan hubunganjangka panjang yang lebih baik.

ABSTRACT
The aim of this study is to examine the correlation between love, consist ofintimacy, passion, and commitment, and future time orientation of romanticrelationship (FTORR), consist of permanent relationship seeking and futurerelationship. The partisipant of this study are young adults (N=120) who are inromantic relationship were given The Stemberg Love Scale (1987) and FTORRScale (Oner, 2000b). Results indicated a significant correlation between love scalewith its component and FTORR scale. It means individuals who have higher lovescores tend to seek more permanent relationship. In addition to the results,duration of the relationship has a significant correlation with FTORR. In order tohave better long-term relationship, individuals should do effort to enrich theircomponent of love."
2010
S3570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Amira
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan dan menguji validitas dan reliabilitas ukuran baru perfeksionisme yang lebih pendek dari skala sebelumnya dan mampu menjelaskan sifat maladaptif dan adaptif yang mendasari perfeksionisme dalam hubungannya dengan neurotisme dan sifat berhati-hati. Kuesioner diberikan kepada 129 mahasiswa psikologi di University of Queensland yang hanya terdaftar di mata kuliah Pengukuran PSYC3020 pada saat kelas tutorial berlangsung. Pengukuran baru perfeksionisme, yaitu Skala Perfeksionisme, dikembangkan dan diuji reliabilitasnya, Item Discrimination Indices, dan validitasnya, dalam hubungannya dengan Neurotisme, menggunakan alat ukur IPIP Neuroticism, dan sifat berhati-hati yang menggunakan alat ukur IPIP Conscientiousness. Tiga hipotesa telah dikembangkan dan menunjukkan bahwa perkembangan skala baru Perfeksionisme terbukti memiliki keandalan yang cukup baik dan Item Discrimination Index yang baik. Untuk studi kedepannya diperlukan variabel lain yang dinilai memerlukan perbaikan untuk lebih praktis.

ABSTRACT
The objective of current study is to create and test the validity and reliability new measure of perfectionism that is shorter than previous scales and adequately captures underlying maladaptive and adaptive traits of perfectionism in association with neuroticism and conscientiousness. Questionnaires were administered to 129 students in the University of Queensland who enrolled in Measurement in Psychology PSYC3020 course during tutorial class. The new scale of perfectionism, which is the Perfectionism Scale, was developed and tested its reliability, Item Discrimination Indices, and validity in correlation with Neuroticism using IPIP Neuroticism scale and Conscientiousness using IPIP Conscientiousness scale . Three hypotheses have developed and indicated that the new developed Perfectionism scale shown to have a good reliability and discrimination index. Future study suggests the other variable need to be assessed and some need improvement to be more practical. "
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asiandi
"Lingkup permasalahan luka tekan belum dapat diketahui dengan pasti sehingga sulit menentukan biaya sesungguhnya untuk penatalaksanaannya. Luka tekan merupakan kondisi yang belum biasa dilaporkan dan institusi meyakini keberadaan luka tekan adalah gambaran negatif dari mutu perawatan. Penggunaan skala risiko luka tekan adalah cara untuk mencegah terjadinya luka tekan sehingga mutu perawatan tarhadap klien dapat ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui skala pengkajian risiko luka tekan yang paling sesuai digunakan dalam praktik keperawatan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif perbandingan untuk mengetahui kesesuaian pengkajian risiko luka tekan dinilai dengan skala Norton, skala Braden, dan skala Gosnell. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden klien fraktur (n = 30) di RSUP Fatmawati Jakarta dengan cara melakukan satu kali observasi dan penilaian langsung dengan skala Norton, skala Braden, dan skala Gosnell.
Hasil observasi dan penilaian menunjukkan 7 klien berisiko dan 23 klien berisiko tinggi dinilai dengan skala Norton, 7 klien berisiko dan 23 klien berisiko tinggi dinilai dengan skala Braden, Serta 30 klien berisiko dan tidak ada klien yang berisiko tinggi dinilai dengan skala Gosnell. Koefisien reliabilitas skala ditentukan dengan teknik reliabilitas konsistensi internal menggunakan rumus Alfa Cronbach. Koefisien reliabilitas skala Norton r = 0,13, skala Braden r = 0,46, skala Gosnell r = 0,59. Hasil uji hipotesa dengan derajat kebebasan dk=2 dan tarap kesalahan 0,05 diperoleh harga Chi Kuadrat tabel (5,591) lebih kecil daripada harga Chi Kuadrat hitung (47,08). Kesimpulan, terdapat perbedaan kesesuaian pengkajian risiko luka tekan dinilai dengan skala Norton, skala Braden, dan skala Gosnell. Reliabilitas skala Gosnell lebih tinggi daripada dua skala pembanding lainnya, sehingga skala Gosnell paling sesuai digunakan dalam praktik keperawatan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5206
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hophoptua NM
"Latar Belakang : Cedera kranioserebral ada 2, yaitu cedera primer dan sekunder. PatofisioIogi cedera sekunder yang kompleks menyebabkan perlunya parameter tambahan untuk menilai perburukan klinis penderita cedera kranioserebral. Pada penelitian terdahulu didapat suatu hubungan antara kadar interleukin 6 serum dengan keluaran cedera kranioserebral. Dimana semakin tinggi kadar 11-6 akan semakin buruk keluaran cedera kranioserebral. Dengan melihat hal ini kami melakukan penelitian untuk mengeksplorasi hubungan antara kadar M-6 dengan penderita ceders kranioserebral.
Objektif : Mengetahui peranan IL-6 pada kondisi klinis penderita cedera kranioserebral 5KG 6-12
Desain dan Metode: Observasional dengan repeated measurement design sesuai dengan kriteria seleksi dan dieksplorasi apakah terdapat hubungan IL-6 dengan SKG hari 1,3,7 atau mortalitas.
Hasil : 63 penderita cedera kranioserebral SKG 6-12 dalarn 24 jam dari onset. Semua pasien dilakukan pemeriksaan IL-6 serum dan DPL rutin, Nilai rerata IL-6 tertinggi adalah pada SKG 6 508,938 ± 98,125 dan nilai rerata terendah adalah 11,725 ± 8,441. Dengan uji kai kuadarat didapati hubungan semakin tinggi nilai IL-6 semakin rendah nilai SKG (p<0,0001). Dengan uji kai kuadrat juga didapati semakin tinggi kadar M-6 semakin tinggi mortalitas (p<0,002).
Kesimpulan : IL-6 dapat dijadikan salah satu prediktor keluaran penderita cedera kranioserebral.

Background : Traumatic brain Injury (TBI) is divided in to primary and secondary injury. Complexities of the pathophysiology of secondary brain injury made additional parameters in to evaluation for observed the worsening effect of those mechanisms. In the current study there is a correlation between IL 6 serum concentration and the outcome of TBI. The higher 1L6 would be markedly worsening outcome. Based on this concept, we make the research to explore the correlation between IL 6 concentration and TBI patient.
Objective: To explore the rule of IL 6 on the worsening clinical condition of the TBI patient GCS 6-8 and GCS 9-12.
Design and methods: Observational study with repeated measurement design due to selection criteria and being explored whether any correlation between IL 6 and GCS on day 1,3,7 or mortality.
Results: 63 TBI patients with GCS 6-12 and the onset are 24 hours enrolled to this study. All the patient had IL 6 serum and routine blood test. The highest mean of IL 6 is 508,938 + on GCS 6 and the lowest mean is 11,725 + 8,441 on GCS 12. Result of the chi square test showed there was correlation the higher IL 6 and the lower GCS (p<0,0001). The other analyzed the chi square test showed there were also correlation between the higher IL 6 and mortality (p<0,002).
Conclusion : IL- 6 could be used as one of TBI outcome predictor.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T58482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Audia Wira Tenri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur validitas dan reliabilitas skala baru dari Neuroticism. Peneliti membuat skala baru neuroticism yang terdiri dari tiga skala, yaitu neuroticism, anxiety, and social relationship. Dalam penelitian ini, 129 mahasiswa dan mahasiswi Universitas Queensland ikut serta sebagai partisipan untuk menguji skala baru neuroticism. Peneliti menemukan bahwa terdapat korelasi yang significant antara skala original neuroticism dan skala neuroticism yang baru terdapat pula korelasi skala neuroticism dan anxiety.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan validitas antara original neuroticism dan skala baru neuroticism. Meskipun dalam penelitian ini tidak ditemukan korelasi antara skala baru neuroticism dan skala relationship. Peneliti juga menemukan bahwa terdapat reliabilitas yang bagus M=46.32, SD=6.38, dan item discrimination indices yang konsisten. Untuk penggunaan selanjutnya diharapkan untuk mempertimbangkan items yang berada di posisi rendah di dalam items discrimination indices.

The aim of this study is to test validity and reliability of the new scale of neuroticism. We made the new neuroticism scale and another three scales, which are original neuroticism scale, anxiety, and relationship. There were 129 students of University of Queensland. We found that there was positive significant correlation between original scale of neuroticism and new scale of neuroticism, and positive significant correlation between the new scale of neuroticism and anxiety.
The result also shows there is validity in our new scale and original scale of neuroticism. However, we found that there was no positive significant correlation between our new scale of neuroticism and relationship. We also found that our new scale has good reliability M 46.32, SD 6.38 , and item discrimination indices are consistent. Further uses should be considering the low items in discrimination indices.
"
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intanifa Kikyana
"

Aplikasi TikTok yang saat ini sedang digandrungi, telah remaja gunakan untuk mengekspresikan hubungan romantisnya. Selain sebagai tempat mengekspresikan kemesraan, TikTok juga dapat menjadi medium munculnya rasa kecemburuan yang berdampak pada hubungan romantis Kecemburuan merupakan serangkaian persepsi, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari hilang atau terancamnya self-esteem dan /atau suatu hubungan romantis yang berkualitas Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah terdapat hubungan kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja pengguna TikTok. Penelitian ini menggunakan Multidimensional Jealousy Scale (MJS) untuk mengukur kecemburuan dan The Partner Behaviours as Social Context (PBSC) Self Behaviour as Social Context (SBSC) untuk mengukur kualitas hubungan romantis. Diketahui hasil statistik korelasi Pearson, hubungan kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja, r [110] = 0,143, p > 0,05, r2 0,021. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja pengguna TikTok yang berpacaran.


The TikTok application, which is currently in vogue, has been used by teenagers to express their romantic relationships. Aside from being a place to express affection, TikTok can also be a medium for the emergence of feelings of jealousy which have an impact on romantic relationships. Jealousy is a series of complex perceptions, emotions, and actions that stem from loss or threat of self-esteem and/or a quality romantic relationship. This study aims to determine is there a relationship jealousy with relationship quality romantic teens using TikTok. This study uses the Multidimensional Jealousy Scale (MJS) to measure jealousy and The Partner Behaviors as Social Context (PBSC) Self Behaviour as Social Context (SBSC) to measure the quality of romantic relationships. It is known that the statistical results of the Pearson correlation, the relationship between jealousy and the quality of adolescent romantic relationships, r [110] = 0.143, p > 0.05, r2 0.021. So it can be concluded that there is no significant relationship between jealousy and the quality of romantic relationships among adolescent dating TikTok users.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Dyah A
"ABSTRAK
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk
menghayati peristiwa atau kejadian di dalam hidupnya. Ada banyak emosi yang
dapat dirasakan oleh manusia, dan salah satunya adalah emosi cinta. Cinta
dinilai sebagai salah satu hal esensial dalam kehidupan manusia (Strong &
DeVault, 1989). Cinta merupakan dasar bagi terbentuknya bermacam-macam
hubungan interpersonal.
Ada banyak bentuk cinta. Dalam kebudayaan Yunani dikenal empat
bentuk cinta, yaitu: storge, agape, philia dan eros. Tetapi penelitian ini hanya
akan memusatkan perhatian pada salah satu bentuk cinta, yaitu eros. Eros
seringkali disebut juga sebagai cinta romantik (romantic love) (Rathus, 1993).
Fromm (dalam Peele,1988) mengemukakan bahwa cinta merupakan
sesuatu yang unik, sehingga penghayatan cinta bagi setiap individu dalam suatu
hubungan akan bersifat unik pula. Brehm (1992) mensinyalir perbedaan tersebut
mungkin berkaitan dengan tiga faktor, yaitu: perbedaan jenis kelamin, perbedaan
lamanya hubungan yang terjalin dan perbedaan kepribadian individu yang
terlibat. Di antara ketiganya, perbedaan jenis kelamin merupakan faktor yang
paling berpengaruh.
Hubungan pacaran merupakan salah satu bentuk hubungan intim antara
pria dan wanila yang didasari oleh rasa cinta yang kuat atau eros. Pada
hubungan tersebut masing - masing pihak akan memperlihatkan penghayatan
cinta yang berbeda. Salah satu penyebabnya adalah adanya perbedaan jenis
kelamin di antara kedua individu tersebut.
Oleh karena itu penelitian ini hendak melihat adakah perbedaan cinta
antara pria dan wanila dalam hubungan pacaran. Untuk menjawab
permasalahan tersebut dpilihlah teori Segitiga Cinta dari Stemberg (1988). Teori
ini menyatakan bahwa cinta mengandung tiga komponen, yaitu intimacy passion
dan commitment. Ketiga komponen ini merupakan pembentuk (building block)
cinta dan masing-masing komponen memiliki sifat serta peran yang berbeda.
Maka pemasalahan penelitian ini adalah adakah perbedaan komponen-
komponen cinta antara pria dan wanita dalam hubungan pacaran?
Dari hasil perhitungan t-test ternyata tidak ditemukan perbedaan antara
pria dan wanita untuk ketiga komponen tersebut. Hal ini mungkin disebabkan
oleh dua hal, yaitu: karena pengaruh budaya sebagaimana yang disinyalir oleh
Brehm (1992) atau implikasi dan teknik pengambilan sampel, dimana subyek
dalam penelitian ini adalah pasangan pria dan wanita yang sedang berpacaran.
Jika dilihat dari harga rata-rata (mean) untuk setiap komponen, kelompok
subyek wanita memberikan penilaian yang Iebih tinggi untuk komponen intimacy dibandingkan dua komponen lainnya. Artinya wanita komponen intimacy yang
paling tepat menggambarkan diri serta pasangannya dalam hubungan pacaran
Sementara komponen commitment dinilai Iebih sesuai/tepat bagi kelompok
subyek pria dibandingkan kedua komponen Iainnya.
Dari penelitian ini juga terlihat bahwa hubungan pacaran pada dewasa
muda didasari oleh consumate love, yaitu jenis cinta yang merupakan kombinasi
antara ketiga komponen cinta, yaitu; komponen intimacy, passion dan
commitment (Stemberg, 1988)."
1999
S2597
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>